Anda di halaman 1dari 9

Laporan Diskusi

Kelompok 2
Filsafat Pendidikan

Kamis, 17 Februari 2022

Kelompok 2
1) Ariffahmi Ramadhan 19006157 (Moderator)
2) Methania Risvi 18129280 (Pemateri)
3) Muhamat Rezan Ginting 19005073 (Pemateri)
4) Zuriat Al Arif 18129150 (Pemateri)

Penambahan Materi
1. Septrika Puspita Sari (20003090) tentang Perbedaan Filsafat dengan Agama
Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami
secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak
dari akal, karena itu banyak kaitan dengan berfikir, sedangkan agama bertolak
dari wahyu, maka agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat
membahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah
sesuatu itu logis atau tidak. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi
logisnya.

2. Fitri Leo Fani (20005042) tentang Ruang Lingkup Filsafat


Konsep dasar filsafat adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan
fungsi serta kaitannya dan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya
dibahas pula tentang definisi, ruang lingkup, ciri-ciri, serta manfaat.
Pembahasan filsafat mencakup sistematika, permasalahan, keragaman,
pendekatan, dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan
ilmu dan dimensi ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Selanjutnya dikaji
mengenai makna, implikasi, dan implementasi filsafat sebagai landasan dalam
rangka pengembangan keilmuan dan pendidikan dengan penggunaan alternatif
metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun
perpaduan keduanya.
Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat
manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir
tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-
hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-
perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makrokosmos maupun
mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari
segala ilmu membangun kerangka berpikir dengan meletakkan tiga dasar
utama, yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

3. Arintya Ramadhani (20005079) tentang Metode Umum Filsafat


Metode Umum Filsafat
Ada dua pasang metode berpikir: Deduksi-Induksi dan Analisis-
Sintesis.
a. Metode Induksi
Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal
atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan
yang bersifat umum.
b. Metode Deduksi
Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal
atas masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat khusus.
c. Metode Analisis
Adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek
yang diteliti.
d. Metode Sintesis
Adalah jalan yang dipakai untuk mendapakan ilmu
pengetahuan ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan.
Metode ini pula bararti cara penanganan terhadap obyek ilmiah
tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain, yang pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan
yang sifatnya baru.

4. Dewi Maharani (20005004) tentang Metode Filsafat


Metode filsafat adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu
berdasarkan objek formal yang ditentukan menurut suatu pendapat dan
pemikiran khas untuk berfilsafat. Metode filsafat terus berubah dan
berkembang seiring dengan perkembangan filsafatnya itu sendiri. Diantara
metodenya yaitu :
a. Metode Dialektis
Tokoh terkenal metode ini adalah Hegel, hingga terkadang
metode ini disebut dengan ‘Hegelian Method’. Nama lengkapnya
adalah George Willhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Langkah awal
metode ini ialah pengiyaan dengan mengambil konsep atau pengertian
yang lazim diterima dan jelas.
Kemudian membuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep
atau pengertian yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan
dari keduanya dan dibentuklah suatu sintesis dari keduanya. Pada
akhirnya sintesis tersebut akan menemui anti tesis lainnya, untuk
kemudian disintesiskan kembali untuk mendapatkan hahikat yang lebih
baik lagi.
b. Metode Fenomenologis
Fenomena yang dimaksud disini bukanlah fenomena alamiah
yang dapat dicerap dengan observasi empiris seperti fenomena alam.
Fenomena disini merupakan makna aslinya yang berasal dari bahasa
Yunani: phainomai, artinya adalah “yang terlihat”. Jadi fenomena
adalah data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman.
Metode fenomenologi dilakukan dengan melakukan tiga reduksi
(ephoc) terhadap objek, yaitu:
1) Mereduksi suatu objek formal dari berbagai hal tambahan yang
tidak substansial.
2) Mereduksi objek dengan menyisihkan unsur-unsur subjektif
seperti perasaan, keinginan dan pandangan. Pencarian objek
murni tersebut disebut dengan reduksi eidetis.
3) Reduksi ketiga bukan lagi mengenai objek atau fenomena,
tetapi merupakan wende zum subjekt (mengarah ke subjek), dan
mengenai terjadinya penampakan diri sendiri. Dasar-dasar
dalam kesadaran yang membentuk suatu subjek disisihkan.
Intinya metode ini melihat sesuatu dengan objektif tanpa
melihat sisi subjektifnya seperti kepentingan, perasaan, atau tekanan
sosial. Bayangkan bagaimana rasa penasaran seorang anak kecil yang
belum mengerti apa-apa ketika menemukan hal baru. Ia akan
mengobservasinya dan melakukan apapun untuk secara tidak sadar
mempelajari dan mengenalnya, termasuk meremas dan menendang
kucing liar yang ia temukan di halaman belakang rumah. Metode ini
dipopulerkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).

5. Septima Aneke Femaria (20003089) tentang Ruang Lingkup Filsafat


Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;25), ruang
lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metafisika.
a. Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir
(thingking) dan meneliti (research) dalam melakukan observasi,
introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analisis eksperimental
dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui
upaya logika agar bisa dipahami.
b. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang
sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian.
c. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai
ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).
d. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan
sebagaimana yang dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan
pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.
e. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua
benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari
akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai
hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses
pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27),
filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki
beberapa problema pokok, antara lain:
a. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada
kebenaran , akan muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi
bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.
b. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya
apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap
pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.
c. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut aksiologi.

6. Siti Asiah (20005062) tentang Pembagian Filsafat


Berikut ini beberapa pembagian filsafat menurut beberapa para ahli :
a. Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad
pertengahan membagi filsafat sebagai berikut :
1) Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu
ada.
2) Bagian etika yang menentukan tata hidup.
3) Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.
b. Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian
yaitu :
1) Ilmu fisika, tingkatan terendah
2) Ilmu matematika, tingkatan tengah
3) Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi
c. Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat
praktek.
Pertanyaan
1. Yessy Fitri Aningsih 20005071 (Kelompok 5)
Bagaimana pengimplementasian metode spekulatif dalam pendidikan dan
seperti apa contohnya?

Jawaban oleh Ariffahmi Ramadhan 19006157


Spekulatif adalah berpikir yang tidak membutuhkan data dan
fakta yang benar. Spekulasi adalah pendapat atau dugaan yang tidak
berdasarkan kenyataan.

Tambahan Jawaban oleh Dewi Maharani 20005004 (Kelompok 4)


Filsafat spekulatif adalah suatu cara berfikir sistematis mengenai
segala hal yang ada. Mengapa para filsuf melakukan ini? Mengapa mereka
tidak seperti ilmuwan saja yang mempelajari aspek tertentu dalam kehidupan?
Jawabannya adalah bahwa pikiran manusia berharap melihat suatu hal secara
keseluruhan. Berharap untuk mengerti bagaimana semua hal yang berbeda
yang ditemukan secara bersamaan akan menghasilkan sesuatu yang sangat
berarti secara keseluruhan. Dan kita pun terus mengikuti hal-hal tersebut.
Ketika kita membaca sebuah buku, melihat lukisan, atau mempelajari sebuah
tugas, kita sadar bahwa tidak hanya detail tertentu saja yang diperhatikan
tetapi harus memperhatikan juga pola-pola yang memberikan perbedaan pada
detail-detail tersebut.
Filsafat spekulatif adalah suatu pencarian untuk aturan dan suatu hal
yang menyeluruh, yang diterapkan bukan hanya pada hal tertentu atau
pengalaman tertentu saja tetapi untuk seluruh ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu usaha untu
menemukan hubungan dari keseluruhan aspek dari pikiran dan pengalaman.
Filsafat Spekulatif merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan
manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini.
Contoh dari paradigma filsafat ini adalah filsafat yunani kuno, filsafat
Socrates, Plato dan filsafat Aristoteles.
2. Varel Muhammad Rizky 20003095 (Kelompok 4)
Dalam metode filsafat yaitu terdapat metode kritis memiliki hubungan timbal
balik yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, dalam pendidikan itu
sendiri apa maksudnya dan apa contohnya?

Jawaban oleh Ariffahmi Ramadhan 19006157


Metode kritis bersifat analisa istilah dan pendapat, kemudian
disisetmatiskan dalam hermeneutika yang menjeleaskan keyakinan dan
berbagai pertentangannya. Dengan begitu akan ditemukan keyakinan yang
terbaik di antaranya. Dalam pendidikan dapat ditemukan ketika sedang
bermusyawarah maupun berdiskusi. materi atau pokok yang dibahas akan
dianalisa dan ditemukan berbagai pendapat, dan pada akhirnya didapatkan
sebuah hasil.

Tambahan Jawaban oleh Methania Risvi 18129280


Hubungan timbal balik dalam metode kritis merupakan hubungan
antara individu satu dengan individu atau kelompok dengan kelompok yang
melibatkan saling tukar pendapatatau pola pikir mengenai suatu ilmu
pengetahuan. Kelompok masyarakat yang umumnya memiliki kemampuan
berpikir semacam ini adalah dari kalangan mahasiswa maupun orang yang
pernah mengenyam pendidikan tinggi. Namun ada juga kalangan biasa yang
mampu pemikiran yang logis atas dasar pengalaman dan pergaulannya.
Berpikir secara kritis erat kaitannya dengan pola pikir rasional dan
sensorik. Pada saat informasi diterima otak maka ia akan melakukan uji coba
atas kesahihan informasi itu. Caranya dengan mengamati, menghayati,
berpikir ulang, mengkaji dan refleksi diri yang kemudian diseleksi untuk
menghasilkan kesimpulan yang baik dan benar.
Contoh berpikir kritis sangat banyak. Pemikiran yang kritis bisa
dipergunakan dalam bidang sosial, agama, ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu
pengetahuan sosial (IPS), ilmu kimia, fisika, biologi, matematika, sosiologi,
bahasa Indonesia, filsafat, ekonomi, dan bidang lainnya yang sangat luas.
Contoh berpikir kritis lainnya ketika seseorang membaca berita tentang
keburukan atau kebaikan orang lain. Maka ia tidak bisa langsung percaya
sampai ia melakukan klarifikasi kepada orang yang bersangkutan.
3. Fitri Leo Fani 20005042 (Kelompok 5)
Louis O Kattsof membagi cabang filsafat menjadi dua yaitu memuat
mengenai materi ajar dan memuat isi,di dalam pembagian isi terdapat etika,
nah yang saya tanyakan bagaimana hubungan antara etika dan moral dalam
filsafat?

Jawaban oleh Muhamat Rezan Ginting 19005073


Persoalan moralitas dan etika sebenarnya menyangkut persoalan cara
berpikir atau persoalan filsafat. Dan belajar filsafat merupakan pola berpikir
suat masyarakat, kelompok beragama, suku, dan bangsa. Filsafat moral
merupakan cabang filsafat yang paling sedikit mendapatkan perhatian dari
para peneliti kebudayaan islam, baik dulu maupun sekarang.
Jika kita menarik garis batas antara moral dan etika maka moral adalah
aturan-aturan normatif yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu yang
terbatas oleh ruang dan waktu. Penerapan tata nilai moral dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat tertentu menjadi bidang kajian antropologi,
sedangkan etika adalah bidang filsafat. Realitas moral dalam kehidupan
masyarakat yang menjernihkan lewat studi kritis adalah wilayah yang
dibidangi oleh etika. Jadi, studi kritis terhadap moralitas menjadi wilayah etika,
sehingga moral tidak lain adalah objek material daripada etika.
Berbeda dari etika, yakni filsafat moral, maka akhlak lebih
dimaksudkan sebagai suatu paket atau produk jadi yang bersifat normative-
mengikat, yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.
Akhlak atau kadang disebut dengan tasawuf adalah seperangkat tata nilai
keagamaan yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa perlu
mempertanyakan dan mengunyah secara kritis terlebih dahulu.
Akhlak atau moralitas adalah merupakan seperangkat tata nilai yang
sudah jadi dan siap pakai tanpa dibarengi, bahkan terkesan menghindari studi
kritis, sedangkan etika justru sebaliknya bertugas untuk mempertanyakan
secara kritis rumusan-rumusan masa lalu yang sudah menggumpal dan
mengkristal dalam lapisan masyarakat.
Dalam menatap realitas perubahan sosial yang diakibatkan oleh arus
globalisasi dunia, ada baiknya terlebih dahulu kita melihat serba sekilas
hubungan antara etika dan agama dalam sudut perspektif konsepsi islam.
Dalam dunia pemikiran islam, pembahasan etika melibatkan kontroversi
antara berbagai paham tentang batas-batas penggunaan akal dihadapan wahyu.

Tambahan Jawaban oleh Siti Asiah 20005062 (Kelompok 5)


Etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia. Moral sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral
memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan
manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral
menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Anda mungkin juga menyukai