Oleh
Kelompok 3
DOSEN PEBIMBING
DR. NORMA FITRIA, M.Pd.I
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahannyalah maka kami boleh menyeselsaikan sebuah
karya tulis dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu eminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 2
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 4
C. TUJUAN ............................................................................................. 4
D. MANFAAT ......................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 5
A. Pengertian Filsafat............................................................................. 5
B. Pengertian Filsafat Ilmu ................................................................... 6
C. Pengertian Ilmu Pengetahuan .......................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................... 13
Kesimpulan ............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk tau ibu dari
semua ilmu (materscientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu
seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini
menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengaami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah
menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum dan filsafat ilmu adalah
bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terotak dalam satu
bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat
relevan untuk dikaji dan didaami (Bakhtiar, 2005).
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerulkan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin
dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah
besar bahan yang sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003)
2
adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional,
sehingga dalam pandangan yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan
pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir
rasional sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan
bepikir rasional ini menyebabkan ketidakmampuan menghasilkan jawaban yang dapat
dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan jawaban
sementara.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar
penetahuan kita, tentang metode-metode ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu
ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam
dapat mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Disinilah filsafat
memainkan peranannya.
Tulisan ini merupakan ulasan tentang filsafat, peranan dan kontribusi filsafat
berhadapan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, serta bagaimana filsafat membantu
masyarakat menemukan jawaban atas pertanyaan fundamental yang dapat
3
mempengaruhi kehidupan manusia. Tulisan ini juga mengulas tentang hubungan filsafat
dengan kebenaran.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Filafat
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
D. MANFAAT
Manfaat yang di dapat dari makalah ini adalah :
2. Mahasiswa dapat mengetahui peranan antara filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Perkataan ingris Philosophy yang berati filsafat berasal dari kata Yunani
“Philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagaicinta kearifan. Akar katanya ialah philos
(philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut perngertiannya yang semula dari zaman
Yunani Kuno itufilsafat berati cinta kearifan. Namun, cakupan perngertian sophia yang
semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berati kearifan saja, melainkan
meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan
sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal
praktis (The Liang Gie, 1999)
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama
memakai istilah philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika
yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2=b2=c2.
Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pecinta kearifan). Baginya kearifan yang
sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para
penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak filsafat ialah Thales (640-546 S.M). Ia
merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam
perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah penelahaan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah kaidahnya (The Liang
Gie, 1999).
5
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap
awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dala perkembangan
lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat
dijawaboleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menuru Koento Wibisono
dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yiatu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan
demikian, tidak semua persoalan ituharus persoalan filsafat.
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat
dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti
ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau
mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat.
6
C. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyeidiki, menemukan, dan
meningkatkankan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
The Liang Gie mendefinikan “ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmuadalah sesutu
kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal
atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang
merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.”
2. Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu
sama lain.
3. Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan yang harus digali lagi dan
tidak mempunyai keterbatasan tertentu.
7
5. Rasionalisme, penalarannya berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima
oleh akal.
b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yag tesusun sebagai kumpulan pengetahuan
itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
c. Objektif, ilmu berati pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi
Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
1. Obyektif: ilmu berdasarkan hal-hal yang objektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional sebyektif.
3. Reliable: produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
tingkat keterandalan (reabilitas)tinggi,
4. Valid: produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
tingkat keabsahan (vaiditas)yangtinggi, baik secara internal maupun eksternal.
8
5. Memiliki generalisasi: suatu kesimpulan dalam ilmu dapat belaku umum,
7. Dapat melakukan prediksi: ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-
kemungkinan suatu hal.
F. Syarat-syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
a. Ilmu masyarakat adanya objek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam
(kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
b. Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan
teknik tertentu.
c. Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). Ilmu mensyaratkan adanya
pokok permasalahan yang akan dikaji.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu
pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakteristik obyek
ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis.
a. Obyek Ontologis: yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat
dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
b. Landasan Epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan
pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.
9
sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat
dibagi atas banyak jenis ilmu.
Pada abad modern ini, ilm-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut kehidupan
manusia/ hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan banyak membantu
manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan. Salah satu
tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend. Sikap anti ilmu
pengetahuannya in, tidak berati anti terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi anti
terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali melampaui maksud utamanya.
Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan tidak mengungguli menjadi lebih
unggul karena propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang ilmu pengetahuan, tidak dapat disangka
bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia
mengatasi masalah-masalah hidupnya walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat
pula menciptakan masalah-masalah baru.
10
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pegetahuan dalam membantu
manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti yang telah
diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu
pengetahuan yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena
pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan
filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R. Haryono imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu
Pengetahuan: Telaah Atas cara Kerja Ilmu-ilmu menjelaskan dua penilaian filsafat atas
kebenaran ilmu-ilmu pertama, filsafat ikut enilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dala
ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri.
Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai
apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnyakarena masalah
ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya
kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas an dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat
memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia
guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat ata kebenaran ilmu-ilmu diatas, dapat dilihat bahwa ilmu-
ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu) tidak langsung bekecimpung dalam usaha manusia menuju
kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan itu
sendiri semakin mendekati kebenaran. Filasafah yang secara langsung berperan dalam usaha
manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan
dengan kebenaran dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Franz Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat dalam usaha mencari
jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai berikut: pertama, filsaft harsmengkritik jawaban-
jawaban yang tidak memadai. Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar.
Kritikan dan jawaban yang diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban
lain pada umumnya. Kritikan dan jawab itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional.
11
dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berati bahwa kalau ada yang
mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan
sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi atau yang masuk akal dan dapat dimengerti
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai
cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta0 dan sophia (kearifan). Menurut
engertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berati cinta kearifan.
Sedangakan filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek
dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan
keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan ilmu pengetahuan atau Knowledge ini
merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentk yang kita ketahui seperti
filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran
tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada
pencarian akan kebenaran.
Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada
secara krtis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertangung jawabkan secara
rasional.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted fro my Axiology; The Science Of
Valus; 44-49, World Books, Albuquerqe,p.1,11.
Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”. Gramedia Jakarta, p.14. 16, 20-21, 26.
Koento Wibisono S. Dkk., 1997 “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya
Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta p.3, 14-16
__________., 1999., “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran Dan
Perkembangannya Sebagai Pengantarnya Sebagai Pengantar Untuk Memahami Filsafat
Ilmu”. Makalah, Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, p.1.
Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan
Alam, Dialih bahasakan Oleh Soejono Soemargono”. Fakultas Filsafat – PPPT UGM
Yogyakarta p.6-7.
Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”. Penerbit
Airlangga University Press, Surabaya, p.2,11.
The Liang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4,Penerbit Libertty Yogyakarta,
p.29,31,37,61,68,85,93,159,161.
Van Melsen, A.G.M., 1985 “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, diterjemahkan Oleh
K.Bartens”. Gramedia Jakarta, p.16-17, 25-26.
14
Van Peursen, C.A., 1985., “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu,
Alih Bahasa Oleh J.Drost”. Gramedia Jakarta, p.1, 4, 12.
15