Disusun oleh :
Sofianah
(14121610756)
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat, karunia serta
hidayah Allah swt makalah yang berjudul “Mengembangkan, Meningkatkan dan
Mengajarkan (3 M) Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Pembelajaran Bagi Peserta
Didik” ini dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Penulis haturkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ipin Aripin, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Biologi.
Makalah ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS pada mata kuliah tersebut.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya kemampuan berpikir kritis tak lepas dari teori konstruk pemikiran, dalam
artian kurikulum menginginkan peserta didik mampu memiliki sebuah daya dalam hal
mebangun kerangka berpikir kritis, sehingga output yang akan dihasilkan akan benar-benar
bergaransi baik dalam pengembangan soft skilnya, kemampuan ini seringkali tidak
diberdayagunakan oleh guru-guru dalam mengeksplor kemampuan kognitif siswa, banyak
proses pembelajaran yang digunakan oleh guru yang hanya mengandalkan sebuah istilah
“yang penting pembelajaran ada”, tapi mereka tidak memahami bahwa bukan hanya dari
segi itu kemampuan kognif siswa akan tercapai.
Proses pembelajaran sebagian besar masih menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa.
Kegiatan belajar berupa kegiatan menambah pengetahuan, kegiatan menghadiri, mendengar
dan mencatat penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang diberikan saat
berlangsungnya ujian. Pembelajaran baru diimplementasikan pada tataran proses
menyampaikan, memberikan, mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Dalam
tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif, menerima apa saja yang diberikan guru,
tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan dan
diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia karena
diberi otak, dibelenggu oleh guru. Siswa yang jelas-jelas dikaruniai otak seharusnya
diberdayagunakan, difasilitasi, dimotivasi, dan diberi kesempatan, untuk berpikir, bernalar,
berkolaborasi, untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhannya
serta diberi kebebasan untuk belajar. Pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi "mitos"
bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi kembali pengetahuan yang
selama ini diyakini banyak tenaga keguruan perlu dirubah.
Sebenarnya para guru telah menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak menjadi
cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah mendasari
pengembangan kurikulum kita yang kini lebih lebih mengedepankan pembelajaran
konstekstual. Akan tetapi sebagian benar guru belum berbuat, belum merancang secara serius
pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar (Dimyati, 1988).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Berfikir Kritis?
2. Bagaimana Karakteristik Pemikiran Kritis?
3. Bagaimana Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis?
4. Bagaimana Cara Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan Kemampuan
Berpikir Kritis?
C. Tujuan
Rumusan masalah yang dikembangkan dari latar belakang, memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian Berfikir Kritis
2. Mengetahui Karakteristik Pemikiran Kritis
3. Mengetahui Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis
4. Mengetahui Cara Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan Kemampuan
Berpikir Kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat
baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis
mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan
informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang relevan
untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang
lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapat
digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis
dapat memainkan peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun
melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang
kemungkinan bias dalam alasan yang dikemukakannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang
relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan
berbagai strategi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar penilaian.
Berpikir kritis memerlukan upaya terus menerus untuk menganalisis dan mengkaji
keyakinan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesimpulan yang dibuat, dengan menggunakan
bukti-bukti yang mendukung. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk mengenali
masalah dengan lebih tajam, menemukan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang relevan, mengenali asumsi dan nilai-nilai
yang ada di balik keyakinan, pengetahuan, maupun kesimpulan (Redhana, 2003)
Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak
mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan
untuk bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara
berpikir kritis. Seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan
pengetahu-an yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga
seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau
hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.
Menurut Ennis (1985) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat menjadi
FRISCO yaitu :
- F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
- R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan
yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
- I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting
dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
- S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
- C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
- O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Rahmat (2005)
mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir
perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan
dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
Ketika terjadi suatu proses interaksi didalam kelas dengan orang lain, cara-cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui: (a) perkuliahan, (b) laboratorium, (c) tugas
rumah, (d) Sejumlah latihan, (e) Makalah, dan (f) ujian. Dengan demikian berpikir kritis
dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (a) siapa yang
mengajarkan, (b) apa yang diajarkan, (c) kapan mengajarkan, (d) bagaimana
mengajarkan, (e) bagaimana mengevaluasi, dan (f) menyimpulkan (Redhana, 2003).
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berpikir kritis merupakan kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber,
mengidentifikasi sumber yang relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi, menerapkan berbagai strategi untuk membuat keputusan yang
sesuai dengan standar penilaian.
2. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa
dengan akurat, jelas, dan diskriminatif (yakni, melihat dan membuat perbedaan yang
jelas tentang setiap makna), kemampuan untuk menafsirkan data, menilai bukti-bukti
dan argumentasi, mengenali ada tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu
dengan dugaan lainnya.
3. Unsur dasar dalam berpikir kritis terdiri atas : Focus, Reason, Inference, Situation,
Clarity, Overview.
4. Pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (a) kemampuan
menganalisis, (b) membelajarkan siswa bagaimana memahami pernyataan, (c)
mengikuti dan menciptakan argumen logis, (d) mengiliminir jalur yang salah dan
fokus pada jalur yang benar.
5. Cara meningkatkan berpikir kritis yaitu : a) Membaca dengan kritis, b) Meningkatkan
daya analisis, c) Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati, d)
Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
6. Berpikir kritis dapat diajarkan melalui: (a) perkuliahan, (b) laboratorium, (c) tugas
rumah, (d) Sejumlah latihan, (e) Makalah, dan (f) ujian. Dengan demikian berpikir
kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (a) siapa yang
mengajarkan, (b) apa yang diajarkan, (c) kapan mengajarkan, (d) bagaimana
mengajarkan, (e) bagaimana mengevaluasi, dan (f) menyimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. 1988. Landasan Keguruan Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan
Guruan. Dirjen Guruan Tinggi. Depdiknas.
Ennis. R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource
Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum
Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada Yogyakarta.
Rahmat, J. 2005. Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung: Mizan Leraning Center
(MLC)
Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Five Edition. Boston: Allin and
Bacon
Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York: Harcourt Brace
Jovanovich, Inc.