Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan (3 M)

Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Pembelajaran

Bagi Peserta Didik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS

Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd.

Disusun oleh :

Sofianah

(14121610756)

Tadris IPA Biologi C / VI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat, karunia serta
hidayah Allah swt makalah yang berjudul “Mengembangkan, Meningkatkan dan
Mengajarkan (3 M) Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Pembelajaran Bagi Peserta
Didik” ini dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Penulis haturkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ipin Aripin, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Biologi.
Makalah ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS pada mata kuliah tersebut.

Makalah ini berisi tentang penjelasan bagaimana Mengembangkan, Meningkatkan


dan Mengajarkan (3 M) Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Pembelajaran Bagi
Peserta Didik. Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam menyusun makalah
ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaaan baik dalam materi maupun cara penyajian penulisannya. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan dan kesempurnaan
makalah ini. Semoga informasi yang terdapat dalam laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, 10 April 2015

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya kemampuan berpikir kritis tak lepas dari teori konstruk pemikiran, dalam
artian kurikulum menginginkan peserta didik mampu memiliki sebuah daya dalam hal
mebangun kerangka berpikir kritis, sehingga output yang akan dihasilkan akan benar-benar
bergaransi baik dalam pengembangan soft skilnya, kemampuan ini seringkali tidak
diberdayagunakan oleh guru-guru dalam mengeksplor kemampuan kognitif siswa, banyak
proses pembelajaran yang digunakan oleh guru yang hanya mengandalkan sebuah istilah
“yang penting pembelajaran ada”, tapi mereka tidak memahami bahwa bukan hanya dari
segi itu kemampuan kognif siswa akan tercapai.

Proses pembelajaran sebagian besar masih menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa.
Kegiatan belajar berupa kegiatan menambah pengetahuan, kegiatan menghadiri, mendengar
dan mencatat penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang diberikan saat
berlangsungnya ujian. Pembelajaran baru diimplementasikan pada tataran proses
menyampaikan, memberikan, mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Dalam
tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif, menerima apa saja yang diberikan guru,
tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan dan
diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia karena
diberi otak, dibelenggu oleh guru. Siswa yang jelas-jelas dikaruniai otak seharusnya
diberdayagunakan, difasilitasi, dimotivasi, dan diberi kesempatan, untuk berpikir, bernalar,
berkolaborasi, untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhannya
serta diberi kebebasan untuk belajar. Pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi "mitos"
bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi kembali pengetahuan yang
selama ini diyakini banyak tenaga keguruan perlu dirubah.

Sebenarnya para guru telah menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak menjadi
cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah mendasari
pengembangan kurikulum kita yang kini lebih lebih mengedepankan pembelajaran
konstekstual. Akan tetapi sebagian benar guru belum berbuat, belum merancang secara serius
pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar (Dimyati, 1988).

Kesadaran ini perlu dijadikan pijakan dalam pengembangan kurikulum dengan


mengedepankan pembelajaran konstekstual. Untuk itu para guru perlu berbuat, merancang
secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar. Kemampuan berpikir
kristis dan kreatif dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Kemampuan itu da
mencakup beberapa hal, diantaranya, (1) membuat keputusan dan menyelesaikan masalah
dengan bijak, (2) mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara
lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah, (3) menghasilkan idea atau ciptaan yang
kreatif dan inovatif, (4) mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit, (5)
meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan (6) bersikap terbuka dalam menerima dan
memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, serta berani
memberi pandangan dan kritik (Gie, 2003).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Berfikir Kritis?
2. Bagaimana Karakteristik Pemikiran Kritis?
3. Bagaimana Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis?
4. Bagaimana Cara Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan Kemampuan
Berpikir Kritis?
C. Tujuan
Rumusan masalah yang dikembangkan dari latar belakang, memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian Berfikir Kritis
2. Mengetahui Karakteristik Pemikiran Kritis
3. Mengetahui Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis
4. Mengetahui Cara Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan Kemampuan
Berpikir Kritis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Kritis


Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka
masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda,
namun umunya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses
untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Istilah berpikir kritis (critical
thinking) sering disamakan artinya dengan berpikir konvergen, berpikir logis (logical
thinking) dan reasoning.
Berpikir ialah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai
kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar. Dalam konteks
pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa hal,
diantaranya adalah :
1) Latihan berfikir secara kritis dan logis untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko,
tidak putus asa, mau bekerjasama dan lain lain,
2) Mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih
praktik baik di dalam atau di luar sekolah,
3) Menghasilkan idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif,
4) Mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit,
5) Meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek
mereka.
6) Bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan
berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik.
Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis
merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas
pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan
rasional. Menurut Watson, G dan Glaser, E. M. 1980, berpikir Kriitis merupakan Proses
intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan
dan tindakan.
Ennis, (1985). Mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan
dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari
aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2) Mencari alasan.
3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama
7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8) Mencari alternatif.
9) Bersikap dan berpikir terbuka.
10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah
mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas
kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12
adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari
aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut
pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah
mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.

Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat
baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis
mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan
informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang relevan
untuk dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang
lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapat
digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis
dapat memainkan peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun
melakukan tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang
kemungkinan bias dalam alasan yang dikemukakannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang
relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan
berbagai strategi untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar penilaian.

B. Karakteristik Pemikiraan Kritis

Berpikir kritis memerlukan upaya terus menerus untuk menganalisis dan mengkaji
keyakinan, pengetahuan yang dimiliki, dan kesimpulan yang dibuat, dengan menggunakan
bukti-bukti yang mendukung. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk mengenali
masalah dengan lebih tajam, menemukan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang relevan, mengenali asumsi dan nilai-nilai
yang ada di balik keyakinan, pengetahuan, maupun kesimpulan (Redhana, 2003)

Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa


dengan akurat, jelas, dan diskriminatif (yakni, melihat dan membuat perbedaan yang jelas
tentang setiap makna), kemampuan untuk menafsirkan data, menilai bukti-bukti dan
argumentasi, mengenali ada tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu dengan dugaan
lainnya. Demikian juga berpikir kritis meliputi kemampuan untuk menarik kesimpulan dan
generalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, menguji kesimpulan dan generalisasi yang
dibuat, merekonstruksi pola keyakinan yang dimiliki berdasarkan pengalaman yang lebih
luas, dan melakukan pertimbangan yang akurat tentang hal-hal spesifik dalam kehidupan
sehari-hari.

Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak
mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan
untuk bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara
berpikir kritis. Seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan
pengetahu-an yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga
seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau
hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.

Menurut Redhana, (2003). Seorang pemikir kritis memiliki sejumlah karakteristik


sebagai berikut:

1) Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting, merumuskannya


dengan jelas dan teliti
2) Memunculkan ide-ide baru yang berguna dan relevan untuk melakukan tugas.
Pemikiran kritis memiliki peran penting untuk menilai manfaat ide-ide baru, memilih
ide-ide yang terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika perlu
3) Mengumpulkan dan menilai informasi-informasi yang relevan, dengan menggunakan
gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan efektif
4) Menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat, dan
mengujinya dengan menggunakan kriteria dan standar yang relevan
5) Berpikir terbuka dengan menggunakan berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari
mengenali, menilai, dan mencari hubungan- hubungan antara semua asumsi,
implikasi, akibat-akibat praktis
6) Mampu mengatasi kebingungan, mampu membedakan antara fakta, teori, opini, dan
keyakinan
7) Mengkomunikasikan dengan efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan
solusi atas masalah-masalah kompleks, tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain
tentang topik yang bersangkutan
8) Jujur terhadap diri sendiri, menolak manipulasi, memegang kredibilitas dan integritas
ilmiah, dan secara intelektual independen, imparsial, netral Mengembangkan sifat
berpikir kritis
C. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1985) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat menjadi
FRISCO yaitu :

- F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.
- R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan
yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
- I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting
dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
- S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
- C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
- O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.

Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Rahmat (2005)
mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir
perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan
dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.

D. Cara Mengembangkan, Meningkatkan dan Mengajarkan Kemampuan Berpikir


Kritis
1. Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Sifat intelektual seseorang perlu dikembangkan dan diasah agar menjadi pemikir yang
kritis. Tidak ada resep yang instan untuk mengembangkan sifat-sifat intelektualitas dari
seorang pemikir kritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
dan prinsip, ketimbang prosedur yang kaku, atau resep tertentu. Berpikir kritis
menggunakan tidak hanya logika (baik logika formal maupun informal), tetapi juga
kriteria intelektual yang lebih luas, meliputi kejelasan, kepercayaan (credibility), akurasi,
presisi (ketelitian), relevansi, kedalaman, keluasan, dan signifikansi (kemaknaan)
(Rahmat, 2005).
Menurut Slavi (1997), pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (a)
kemampuan menganalisis, (b) membelajarkan siswa bagaimana memahami pernyataan,
(c) mengikuti dan menciptakan argumen logis, (d) mengiliminir jalur yang salah dan
fokus pada jalur yang benar.
2. Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Ketika terjadi suatu proses interaksi didalam kelas dengan orang lain, cara-cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan berpikir kritis adalah:

a. Membaca dengan kritis


Untuk berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan
membaca secara kritis, diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti
mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari segi
logika dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat sendiri,
membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.
b. Meningkatkan daya analisis
Dalam suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan,
kemudian mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
c. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Dengan mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki
untuk menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah,
kejadian atau hal-hal yang diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk
menggali kemampuan kritisnya.
d. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban
benar atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk
mencari jawaban sehingga mereka banyak berpikir.
3. Cara Mengajarkan Kemampuan Berpikir Kritis

Pada dasarnya mengajarkan kemampuan berpikir kritis dapat dengan mudah


dilakukan. Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di
Indonesia belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran ketrampilan
berpikir yang efektif. Beberapa kendalanya antara lain pembelajaran di sekolah masih
terfokus pada guru, belum student centered, dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada
yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual.

Berpikir kritis dapat diajarkan melalui: (a) perkuliahan, (b) laboratorium, (c) tugas
rumah, (d) Sejumlah latihan, (e) Makalah, dan (f) ujian. Dengan demikian berpikir kritis
dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (a) siapa yang
mengajarkan, (b) apa yang diajarkan, (c) kapan mengajarkan, (d) bagaimana
mengajarkan, (e) bagaimana mengevaluasi, dan (f) menyimpulkan (Redhana, 2003).

Sedangkan strategi yang dapat digunakan guru dalam mengajarkan kemampuan


berpikir kritis siswa antara lain adalah (1) mengadakan alas penilaian untuk memberikan
final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai, (2)
mendeskripsikan syarat pelajaran secara mendetail sesuai silabus dengan menambah area
online (alamat website) yang dapat menyediakan akses informasi secara mudah, (3)
memberikan orientasi pelajaran, (4) instruktur memberi pendapat untuk siswa dalam
pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang positif, dan beberapa
hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai (Gie, 2003).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berpikir kritis merupakan kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber,
mengidentifikasi sumber yang relevan dan yang tidak relevan, mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi, menerapkan berbagai strategi untuk membuat keputusan yang
sesuai dengan standar penilaian.
2. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa
dengan akurat, jelas, dan diskriminatif (yakni, melihat dan membuat perbedaan yang
jelas tentang setiap makna), kemampuan untuk menafsirkan data, menilai bukti-bukti
dan argumentasi, mengenali ada tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu
dengan dugaan lainnya.
3. Unsur dasar dalam berpikir kritis terdiri atas : Focus, Reason, Inference, Situation,
Clarity, Overview.
4. Pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (a) kemampuan
menganalisis, (b) membelajarkan siswa bagaimana memahami pernyataan, (c)
mengikuti dan menciptakan argumen logis, (d) mengiliminir jalur yang salah dan
fokus pada jalur yang benar.
5. Cara meningkatkan berpikir kritis yaitu : a) Membaca dengan kritis, b) Meningkatkan
daya analisis, c) Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati, d)
Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
6. Berpikir kritis dapat diajarkan melalui: (a) perkuliahan, (b) laboratorium, (c) tugas
rumah, (d) Sejumlah latihan, (e) Makalah, dan (f) ujian. Dengan demikian berpikir
kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (a) siapa yang
mengajarkan, (b) apa yang diajarkan, (c) kapan mengajarkan, (d) bagaimana
mengajarkan, (e) bagaimana mengevaluasi, dan (f) menyimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. 1988. Landasan Keguruan Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan
Guruan. Dirjen Guruan Tinggi. Depdiknas.

Ennis. R.H. 1985. Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource
Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum

Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada Yogyakarta.

Rahmat, J. 2005. Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung: Mizan Leraning Center
(MLC)

Redhana, I Wayan. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui


Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan
Pengajaran XXXVI. II: 11-21.

Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Five Edition. Boston: Allin and
Bacon

Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York: Harcourt Brace
Jovanovich, Inc.

Anda mungkin juga menyukai