Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN SISTEMATIKAN FILSAFAT ILMU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah

FILSAFAT ILMU

Dosen : Dra. Rosdiani Nasution, MA.

Disusun Oleh

Kelompok 2

Pinte Rezeki: 22420911396

Handayani: 22420911389

PROGRAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

ACEH TENGAH

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita marilah senantiasa kita ucapkan atas
limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang diberikan kepada kami. Shalawat dan salam bersamaan dengan salam juga mari
kita hadiahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, semoga kita, orang tua kita,
nenek serta kakek kita, guru-guru dan orang terdekat kita mendapat syafaat beliau di
Yaumil Mahsyar kelak Aamiin ya Rabbal’alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Ilmu Filsafat semester Ganjil, dan judul Makalah ini adalah “KEDUDUKAN
DAN SISTEMATIKAN FILSAFAT ILMU.” Dan kami ucapkan terimakasih kepada
yang terhormat Dra. Rosdiani Nasution,M.A. selaku dosen pembimbing, dan juga
kepada semua teman-teman sekelompok yang telah saling membantu dan kompak
dalam menyusun makalah dari awal hingga selesai.

Dan untuk itu kami selaku penulis mohon maaf apa bila terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah, dan kami juga sangat mengharapkan kritikan serta saran dari
para pembaca untuk bahan pertimbangan kebaikan makalah.

Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

TAKENGON, 17 SEP 2023

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu ................................................................ 3

B. Kedudukan dan Sistematika Filsafat Ilmu ....................................................... 7

C. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Ilmu Pengetahuan .............................................. 11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah
filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis.
Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga
kita lihat adanya kecenderungan yang lain.Filsafat Yunani Kuno yang tadinya
merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah.

Lebih lanjut Nuchelmans, mengemukakan bahwa denganmunculnya


ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17,maka mulai lah terjadi perpisahan
antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan
bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan
filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran VanPeursen, yang
mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga
definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut. Dalam
perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono, filsafat itu sendiri telah
mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur.

Masing-masing cabang melepas kan diri dari batang filsafatnya,


berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-
sendiri.Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Olehkarena
itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen, bahwa ilmu pengetahuan
dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalitaatasas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar tidaknya dapat ditentukan.

1
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam
ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon, mengembangkan semboyannya “Knowledge
Is Power”, kita dapat mensinyalir, bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap
kehidupan manusia, baik individual mau pun sosial menjadi sangat menentukan.
Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono, adalah bahwa ilmu
yang satusangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar murni atau teoritis dengan ilmu terapan
atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi
perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu
mengatasi hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Filsafat dan Filsafat Ilmu?


2. Bagaima Kedudukan dan Sistematika Filsafat Ilmu?
3. Apasaja Fungsi Filsafat Ilmu dalam Ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu filsafat dan filsafat ilmu


2. Untuk memahami kedudukan dan sistematika filsafat ilmu
3. Untuk mengetahui fungsi filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu

Filsafat adalah salah satu ilmu pengetahuan yang menarik untuk disimak.
Filsafat adalah ilmu yang melahirkan pemikiran-pemikiran soal berbagai macam
hal. Dengan menggunakan pendekatan yang lebih dalam dan bermakna, hal itu
bisa dilihat dari pemikiran-pemikiran bijak para ahli mereka seperti Socrates,
Plato, Immanuel Kant dan lain sebagainya. Filsafat sejatinya merupakan studi
mengenai hakikat realitas dan keberadaan, mengenai apa yang mungkin
diketahui hingga perilaku benar atau salah. Anggapan umum mengenai filsafat
bahwa yang dibahas sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak dan tidak berkaitan
dengan masalah kehidupan sehari-hari, tak jarang filsuf kerap digambarkan
sebagai orang jenius.

Filsafat berasal dari kata Yunani philosophia yang berarti cinta


kebijaksanaan, filsafat merupakan bidang pemikiran manusia yang paling
penting karena bercita-cita untuk mencapai makna hidup paling hakiki.
Meskipun bagi sebagian orang cara berpikir dalam ilmu filsafat dipandang
sebagai suatu hal yang berbelit-belit dan membosankan. Cara berpikir dalam
ilmu filsafat terbilang sangat membuka wawasan, pemikiran-pemikiran dasar
yang dikemukakan para filsuf dahulu juga masih menjadi rujukan dalam melihat
berbagai masalah yang muncul di dunia modern. Tak salah jika ilmu filsafat
dikatakan sebagai ilmu tentang bagaimana pencarian makna dalam berbagai
macam hal.

Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan mempunyai keunikan tersendiri


yang saling membedakan, selain itu juga memberi manfaat dan memiliki
kegunaan dalam kehidupan. Bisa dibilang filsafat merupakan bidang pemikiran

3
manusia yang paling penting karena memiliki tujuan yang sangat krusial bagi
kehidupan manusia.

Menurut Bertrand Russel Filsafat bisa dikatakan sebagai suatu usaha


seseorang untuk menjawab pertanyaan tidak secara dogmatis atau dangkal
seperti ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Namun memberi jawaban secara
kritis, yakni dengan menyelidiki permasalahan yang ditimbulkan dari pertanyaan
yang muncul, jawaban tersebut nantinya menjadi dasar menjalani kehidupan.
Menurut Nasroen. Filsafat adalah hasil dari tinjauan manusia mengenai dirinya,
makna alam dan tujuan hidup dengan menggunakan pikiran serta dibantu rasa
dan keyakinan di dalam diri tersebut. Sebagai suatu kesatuan, baik dalam
memengaruhi atau membantu orang lain, filsafat digunakan sebagai pedoman
dalam memberi makna hidup.

Tulisan Aristoteles yang terkenal hingga sekarang ialah mengenai logika


yang disebut analitika. Analitika ini bertujuan mengajukan syarat-syarat yang
harus dipenuhi pemikiran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini,
inti logika Aristoteles disebut silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari
dua dalil atau proposisi yang kemudian menghasilkan proposisi ketiga yang
ditarik dari dua proposisi semula. Pentingnya logika dalam perkembangan ilmu,
akan dapat Anda pelajari dalam bahasan tersendiri. Pandangan trio filsuf besar
ini kemudian dikembangkan oleh para ahli filsafat pada abad-abad selanjutnya.
Mereka mengembangkan filsafat dengan jalan berpikir terus-menerus secara
mendasar atau radikal dengan tujuan menemukan akar permasalahan atau suatu
realitas yang pada akhirnya dapat memperjelas realitas itu sendiri. Selain itu,
senantiasa mempertanyakan hakikat berbagai realitas sebagai upaya untuk
menemukan realitas yang tujuannya adalah untuk mengetahui realitas dengan
pasti dan jelas.

Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas


berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat,

4
Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan seba- gai
obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan
mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang
ilmu pengeta- huan secara jeas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat
menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri
khas dari ilmu pengeta- huan yang sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan
identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentu- kan mana yang
termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu
pengetahuan.

Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta


kebijaksanaan, tentu saja tidak puas ter- hadap kebiasaan-kebiasaan serta
pendapat-pendapat yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan
pemikiran rasional dan obyektif yang dapat dipertanggungjawabkan. Filsafatlah
merupakan pelopor yang pertama-tama berani mendobrak dan membongkar
pandangan-pandangan tradi- sional dan mitis yang sejak lama hanya diterima
begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional. Filsafat dengan pertanyaan-
pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis), obyektif, menyeluruh dan
radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang dikemukan begitu
saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta mem- bongkar kebiasaan-kebiasaan
yang tidak memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pemikiran rasional lah yang mampu melepaskan diri manusia dari


belenggu-belenggu tradisional dan mitis, serta membebaskan manusia dari
kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya. Dengan pemikiran
kritisnya, manusia tidak puas terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap
ketidakjelasan segala macam informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis
adalah pemi- kiran yang menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu
mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang yang berpikir kritis tidak
puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja. Informasi yang
merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan hal

5
yang dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Demgan demikian orang yang berpikir
kritis perlu dapat membedakan serta memilih penjelasan yang relevan dan benar,
daripada penjelasan yang tidak relevan dan salah. Untuk memperoleh penjelasan
yang relevan dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, selain mela-
kukan pengamatan dan penelitian secara cermat dan teliti, orang juga perlu
berpikir logis. Berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan pada kaidah-
kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputus- an,
serta kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertang- gungjawabkan. Dengan
pemikiran yang kritis dan disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan
tubuh pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-kesatuan pemahaman yang
saling terkait satu sama lain secara organis, yang masing-masing bagian
memiliki kedudukan dan peranan yang memang tak tergantikan.

Dengan dibongkarnya belenggu-belenggu tradisional dan mitis, manusia


dibebaskan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan
manusia dari pema- haman yang picik , dangkal dan tidak jelas. Filsafat akan
membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih.
Ringkasnya filsafat akan mem- bebaskan manusia dari segala jenis “penjara”
yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia, serta memberi
keleluasaan pada manusia untuk berpikir. Untuk membebaskan manusia dari
cara pemahaman yang picik dan dangkal, filsafat akan membimbing manusia
untuk berpikir secara luas (komprehensif) dan mendalam (radi- kal). Dan filsafat
akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih
dengan membimbing manusia melakukan pemikiran secara rasional (kritis, logis
dan sistematis), memilahkan mana yang relevan untuk memberikan
penjelasannya dan mana yang tidak relevan, serta dapat memberikan jalan penje-
lasan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

6
B. Kedudukan dan Sistematika Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu lebih mengedepankan penggalian ontologis


dalam melakukan rasionalisasi terhadap pengetahuan dicirikan oleh
logika. Oleh karena itu, problematika pertama dalam filsafat ilmu
terletak pada penerapan logika. Yang paling penting bukan mengerti atau
tidak mengerti melainkan logis atau tidak logis. Dalam ilmupengetahuan,
kebenaran sebuah pengetahuan itu sangat bergantung pada
keberadaan suatu objek pengetahuan. Keberadaan itu sendiri dapat
berada di alam pikiran manusia, yang sesungguhnya tidak berada di
alam realitas empirik. Bagi Plato, yang paling “ada” itu adalah ide,
sedangkan yang lain hanyalah bayangan dari ide itu sendiri. Yang
paling utama adalah bagaiman menjadikan filsafat sebagai metode
berfikir, sebagai alat utama alam menggali hakikat dan seluk beluk
kebenaran suatu pengetahuan. menambah ketajaman berfikir
logis, sistematis, kontemplatif dan radikal. Dengan demikian, problem
dalam filsafat ilmu dlam kaitannya dengan ketajaman logika dengan mudah
dapat diketahui. Melalui berbagai pernyataan dan ilustrasi yang
merangsang otak untuk memahami dengan cepat. Kebingungan
memahami pernyataan atau ilustrasi, paling tidak, dapat dikatakan
sebagai indikator “lemahnya logika.”

Dalam pembahasan tentang ilmu seringkali kita dihadapkan dengan


paradigma bebas nilai dalam ilmu. Dalam bahasa Inggris paradigma bebas
nilai disebut dengan value free, mengatakan bahwa ilmu dan juga
teknologi bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki
keterkaitan sama sekali denga nilai. Pembatasan-pembatasan etis hanya
akan menghalangi eksplorasi pengembangan ilmu. Bebas nilai berarti semua
kegiatan yang terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada
hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu dikatakan bernilai karena menghasilkan

7
pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya, yang obyektif, yang
terkaji secara kritik.

Problem Rasionalisasi Ilmu Pengetahuan Secara umum pada abad


Pertengahan memiliki pemahaman yang menarik tentang logika.
Berdasarkan penelitian Ashworth (1964), logika dianggap memiliki tujuan
yang jelas. Logika berfungsi untuk membentuk dan menyatakan kebenaran,
sehingga orang bisa bergerak maju dalam membentuk pengetahuan
baru. Ashworth juga menjelaskan beragam arti kata ogika (logica). Kata itu
berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti kata-kata (word)atau akal
budi (reason). Dalam arti ini logika bisa juga disebut sebagai ilmu
pengetahuan rasional (rational science). Seorang filsuf abad pertengahan
bernama Boethius berpendapat, bahwa filsafat dapat dibagi menjadi tiga,
yakni filsafat natural (natural philosophy),filsafat moral (moral
philosophy),dan filsafat rasional (rational philosophy). Logika terletak di
dalam ranah filsafat rasional. Logika juga dapat dianggap sebagai alat
untuk berfilsafat. Di sisi lain para filsuf Romawi berpendapat, bahwa logika
dapat dikategorikan sebagai bagian dari seni liberal(liberal art).Logika juga
dapat dikategorikan sebagai trivium bersama dengan retorika dan grammar.
Dari sini dapatlah disimpulkan, bahwa logika sekaligus bagian dari ilmu
bahasa (dalam tradisi Romawi) dan filsafat rasional (dalam tradisi
Boethius). Berdasarkan penelitian Ashworth, logika mulai melulu dipahami
sebagai filsafat rasional. Artinya logika haruslah dibedakan dengan
filsafat natural, yang sibuk untuk memahami gejala alamiah (natural
phenomena). Logika lebih berurusan dengan penarikan kesimpulan
(inference) serta metode berpikir, dan bukan soal gejala alamiah.

Rasionalitas merupakan pohon pilar pengetahuan, hari demi


hari akan semakin tumbuh dengan bertambahnya kesuburan akal manusia
hingga menuju pada puncak dan pada akhirnya berbuah, hari demi hari
pun buah akan jatuh dan membusuk, kebusukan buah pengetahuan justru

8
menjadi pupuk kesuburan bagi tanah pengetahuan sendiri, suatu saat
biji buah akan mencipta pohon-pohon dan dahan pengetahuan baru
dengan jenis yang sama akan tetapi berbeda. Maka kajian rasionalisasi
merupakan kajian interdisipliner ilmu pengetahuan seiring dengan
perkembangan zaman.

Ilmu dalam literatur terdapat pendapat berbagai ahli yang


menyatakan misalnya bahwa ilmuya adalah suatu pranata
kemasyarakatan (sosial institution),suatu kekuatan kebudayaan (cultural
force),atau sebuah permainan (game).Pernyataan pernyataan semacam ini
bukanlah pengertian atau definisi ilmu, melainkan lebih tepat
menunjukkan dimensi ilmu.

Objek formal logika adalah berpikir lurus dan tepat. Sistematika


filsafat ilmu bermula dari logika yang menghubungkan pengetahuan
rasio dengan pengetahuan indrawi. Peranan logika ini sangat penting,
terutama dalam menghubungkan pengalaman seseorang kepada orang lain
yang “tidak memiliki” pengalaman atau berbagi pengalaman. Apabila
logika tidak disertai rasio, tentu penerjemahan pengalaman tidak akan
sempurna. Bisa jadi, pengalaman yang dimaksudkan justru menjadi tidak
logis dan orang akan menolaknya sebagai sebuah pengalaman. Oleh
karena itu, di samping logika, sistematika filsafat ilmu adalah berpikir
sistematis dan logis itu sendiri. Hukum untuk berpikir demikian diatur
secara normatif oleh logika. Urutan-urutan cara berpikir logis dapat dilakukan
secara deduktif, induktif, atau dialektis.

Menurut Habermas, rasionalitas-yakni, kemampuan berpikir logis


dan analitis-lebih dari sekedar kalkulasi strategis bagaimana mencapai
beberapa tujuan yang telah dipilih. Alih-alih, rasionalitas merupakan
sebentuk “tindakan komunikatif” yang diorientasikan untuk mencapai
kesepakatan atau konsensus dengan orang lain. Jadi menurutnya, adalah

9
suatu hal yang sangat penting bahwa dalam menggunakan bahasa
berarti kita berpartisipasi di dalam apa yang menurut Habermas
disebut “Situasi pembicaraan yang ideal” atau “komunikasi dialogis-
emansipatoris bebas kekuasaan”. Dalam situasi seperti ini masyarakat
akan mampu menghindari penggunaan klaim-klaim politik dan moral dan
mendasarkan diri semata pada rasionalitas.

Habermas mengukur rasionalitas itu dengan mengajukan


kriteria tentang pandangan dunia terhadap dinamika sebuah masyarakat
dan menjelaskan proses-proses belajar mana yang mengembangkannya.
Jika Karl Marx menemukan adanya hubungan lurus antara
perkembangan alat-alat produksi, terhadap masyarakat, namun bagi
Habermas tak ada garis lurus antara perkembangan teknologi dengan
pemahaman diri masyarakat, melainkan sebaliknya, yaitu perkembangan
alat-alat produksi itu datang belakangan. Magnis-Suseno
mencontohkan dengan keberadaan agama Islam, bahwa agama Islam itu
tidak lahir karena adanya cara produksi masyarakat Arab waktu itu,
melainkan karena terjadi perubahan politik dan ekonomi masayarakat
Arab dalam abad ke-7 masehi. Dalam kaca mata Habermas, rasionalisasi
yang terjadi di dalam dunia kehidupan sosial budaya tidak dapat begitu
saja disamakan dengan perluasan rasionalitas instrumental. Weber
merumuskan proses rasionalisasi sebagai perluasan rasionalitas strategis,
karena ia sendiri sangat terpengaruh oleh tradisi filsafat sejarah abad ke-
18 yang spekulatif, dan tradisi evolusionisme abad ke-19 yang
mendasarkan diri melulu terhadap penelitian empiris. Walaupun
terpengaruh, Weber tetap bersikap kritis sekaligus meminati persoalan
filosofis sosiologis yang dibahas di dalam dua tradisi pemikiran tersebut.

Dengan penjelasan di atas, dapat diambil pemahaman bahwa


sistematika ilmupengetahuan hanya terbatas pada sesuatu yang dapat
diselidiki lagi, ilmu pengetahuan akan berhenti sampai di situ. Berbeda

10
dengan penyelidikan filsafat, filsafat akan terus bekerja hingga masalah yang
dikajinya ditemukan hingga ke akar-akarnya. Bahkan, filsafat baru
menampakkan hasil kerjanya manakala ilmu pengetahuan telah berhenti
penyelidikannya, yakni ketika ilmu tidak mampu memberi jawaban atas
masalah. Oleh karena itu, ciri khas filsafat tidak dimiliki oleh
ilmu pengetahuan dan sebaliknya ilmu pengetahuan memiliki khas yang tidak
dimiliki oleh filsafat. Dalam tubuh filsafat terdapat sistem kerja yang
menyeluruh, mendasar, dan dugaan-dugaan logis, rasional, dan spekulatif.

C. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Ilmu Pengetahuan

Pada dasarnya, ilmu atau ilmu pengetahuan memiliki beberapa fungsi


dalamkehidupan manusia. Menurut Fudyartanta, ilmu pengetahuan berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di beberapa aspek. Fungsi ilmu
pengetahuantersebut dibagi menjadi empat, yaitu fungsi deskriptif, fungsi
pengembangan, fungsi prediksi, dan fungsi kontrol. Secara deskriptif, ilmu
pengetahuan berfungsimenggambarkan suatu hal sehingga mudah untuk
dipahami. Secara pengembangan,ilmu pengetahuan berfungsi untuk
mengembangkan hasil penemuan yang sudah adadan juga dapat menciptakan
penemuan atau ilmu pengetahuan yang baru. Secara prediksi, ilmu pengetahuan
berfungsi untuk memprediksi atau mendugafenomena-fenomena yang paling
mungkin terjadi sebagai bentuk persiapan manusiauntuk menghadapinya di
kemudian hari. Secara kontrol, ilmu pengetahuan berfungsiuntuk mengendalikan
fenomena-fenomena yang tidak diharapkan. Berikut fungsi dariilmu dalam
beberapa aspek kehidupan manusia :

a. Aspek pendidikan

Pendidikan dan ilmu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Manusiamemperoleh ilmu salah satunya melalui pendidikan. Dalam dunia
pendidikan, ilmuterus berkembang seiring berjalannya waktu dan
dilahirkannya ilmuwan-ilmuwan baru dengan karya-karyanya. Karya-karya

11
tersebut dapat berupa teori-teori danrumus-rumus yang digunakan dalam
pendidikan, seperti teori gravitasi dan rumus pyhtagoras.

b. Aspek kesehatan

Ilmu merupakan batasan pengkajian berdasarkan pengalaman


manusia dengan dasar metode agar dapat menemukan kebenaran secara
empiris. Hal yang dapatmempengaruhi metode yang digunakan adalah objek.
Kemudian, objek dibagi berdasarkan deskripsinya menjadi objek formal dan
objek materiil. Objek formaldapat mempengaruhi pola pikir bahwa adanya
perbedaan taraf pada setiap ilmu.Sedangkan, objek materiil dapat
mempengaruhi metode ilmiah yang akan digunakanuntuk menemukan suatu
kebenaran.

c. Aspek ekonomi

Keberadaan ilmu dalam aspek ekonomi selalu mengalami perubahan


dari waktu kewaktu menyesuaikan dengan permasalahan ekonomi itu sendiri
sehingga bersifatdinamis. Menurut (Samuelson dalam Nasrullah, 2007), ilmu
ekonomi berfokus pada what yang berarti mempertanyakan barang apa yang
akan diproduksi, how yang berarti mencari tahu bagaimana barang tersebut
dapat diproduksi, dan for who untuk menentukan siapa target dari barang
yang diproduksi tersebut. Ilmu ekonomi dapatdikatakan sebagai ilmu sosial
dengan cakupan yang luas karena juga mempelajarihubungan antar manusia.
Hubungan antar manusia ini digunakan untuk mengupayakan pemenuhan
material yang tidak terbatas dengan mempertimbangkansumber daya
ekonomi yang terbatas kapasitasnya.

Seperti yang terjadi sekarang, pandemi Covid-19 juga berdampak pada


perekonomian.Dari aspek ontologi, filsafat ilmu mengajarkan agar para ahli
ekonomi tidak salahmenentukan hakikat yang dikaji. Dalam hal ini, manusia
dalam hubungannya

12
dengan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya, utamanya pada masa p
andemi.Ditinjau dari aspek epistemologi, pemerintah telah menyusun kebijakan
pemulihanekonomi nasional (PEN) untuk memperbaiki dampak tersebut. Di anta
ranya, penyediaan fasilitas penjaminan sehingga dalam segala sesuatu tersebut
perbankan dapat menambah exposure kreditmodal kerja kepada pelaku
usaha, pemberian insentif listrik yang ditujukan untuk meringankan beban listrik
bagi pelanggan industri, bisnis dan sosial, dan lain-lainnya.Kebijakan dan
dimulainya aktivitas ekonomi pada era New Normal berdampak positif terhadap
perekonomian nasional.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang berfokus pada


pembahasanmengenai ilmu. Filsafat ilmu bertujuan untuk memahami suatu
permasalahan yangterjadi dalam kehidupan sehari-hari. Persoalan-persoalan tersebut
dianalisismenggunakan proses pemikiran ilmiah secara metodis, sistematis, kritis, dan
rasional.Peran filsafat ilmu adalah menjadi jembatan bagi manusia untuk dapat
memahami pengetahuan lebih dalam dan terstruktur. Dari pembahasan di atas, filsafat
dapatdimaknai sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dapat menelaah masalah-
masalahyang ada dan berhubungan dengan segala sesuatu di kehidupan manusia
dengantujuan untuk menemukan suatu kebenaran sehingga terciptalah teori ilmiah
untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu,
sebagaiseorang manusia yang memiliki kodrat untuk berpikir maka hendaknya
seseorangmenjadi manusia yang berfilsafat.

Berhubungan dengan proses rasionalisasi terhadap pengetahuan yang


bersumber dari pengalaman indrawi, baik yang telah dinyatakan ilmiah
maupun yang tidak ilmiah, dengan memanfaatkan logika, segala sesuatu yang telah
diketahui secara empirik maupun karena atas dasar keyakinan lebih mudah
diterima oleh akal sehat. Filsafat memiliki kemampuan menambah keimanan
seseorang dalam beragama, tetapi “jika salah menerapkannya” akan membuat
manusia meragukan keyakinannya terhadap ajaran agama yang sakral. Apa
yang menurut ajaran agama cukup untuk dirasakan, bagifilsafat perlu dipikirkan,
sehingga perasaan terhadap agama merupakan perbuatan yang rasional dan logis.

14
DAFTAR PUSTAKA
Achadah, A. dan Fadil, M. 2020. Jurnal Pendidikan Islam: Filsafat Ilmu: Pertautan
Aktivitas Ilmiah, Metode Ilmiah dan Pengetahuan Sistematis. Vol. 4 No. 1. [Online]
Tersediadari: http://journal.unipdu.ac.id:8080/index.php/jpi/article/view/2123/1130
[Diakses 18 Mei 2021]

Adib, Mohammad. (2011) Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan


Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Adib, Mohammad. (2018) Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan


Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ilmu. (Def. 1). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Tersedia dari: https://kbbi.web.id/ilmu [Diakses18
Mei 2021]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d) Seputar Pelaksanaan


VaksinasiCOVID-19[Online]Tersedia
dari:https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/FAQ_VAKSINASI_C
OVID__call_center.pdf [Diakses 18 Mei 202]

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.


2020.Kebijakan Pemulihan Ekonomi dan New Normal Telah Berhasil
MeningkatkanGeliat Ekonomi pada Masa Pandemi Covid-19. [Online] Tersedia
dari:https://www.ekon.go.id/info-sektoral/17/87/berita-kebijakan-pemulihan-ekonomi-
dan-new-normal-telah-berhasil-meningkatkan-geliat-ekonomi-pada-masa-pandemi-
covid-19 [Diakses 18 Mei 2021]

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2020. Kebijakan Terbaru


Pemerintahdalam Program PEN untuk Dukung Korporasi. [Online] Tersedia
dari:https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-kebijakan-terbaru-
pemerintah-dalam-program-pen-untuk-dukung-korporasi/ [Diakses 18 Mei 2021]

15
Mansur, R., 2017. Filsafat Ilmu Filsafat Idola Masa Depan.Al-GHAZWAH, 1 (1),
pp.39-56.

Sormin, D., n.d. Peran dan Fungsi Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Berlandaskan Nilai Keislaman. [[Online] Tersedia
dari:https://www.academia.edu/download/51768288/Filsafat_Ilmu__Prof_Sunarto_.pdf
[Diakses 18 Mei 2021].

Suriasumantri, J.S., 2007. Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

World Health Organization. (n.d) Pertanyaan dan Jawaban terkait Corona Virus
.[Online] Tersedia dari:https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-
for-public [Diakses 18Mei 2021].

16

Anda mungkin juga menyukai