Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU

Dosen pengampuh : Dr. Ishak Bagea, S.Pd.,M.A.

DI SUSUN OLEH:

FADILA SUFARI : { 22211024 }

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
tepat pada waktunya. saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ishak Bagea,
S.Pd.,M.A Selaku dosen Mata kuliah filsafat ilmu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni ini. saya menyadari, tugas yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, jika ada kekeliruan dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini, saya memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaannya kedepan. Dan untuk itu, saya ucapkan banyak Terima kasih.

Kendari ,12 Desember 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1

DAFTAR ISI ........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................

PENDAHULUAN ................................................................................................3

A. Latar Belakang ............................................................................................3


B. Rumusan Masalah .......................................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................................3

BAB II .....................................................................................................................

PEMBAHASAN ...................................................................................................4

A. Pengertian Filsafat Ilmu .............................................................................4


B. Ruang Lingkup Dan Kedudukan Filsafat Ilmu........................................4

BAB III....................................................................................................................

PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan ...............................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam sejarah ternyata umat Islam pada zaman pertengahan berjasa dalam
pembangunan ilmu pengetahuan, antara lain ; bidang Sains, Eksakta, Aqidah, Sosial,
dan filsafat. Dalam sejarah, tercatat pula ulama yang mendalami agama dapat menjadi
filusuf dan dokter, seperti Ibnu Sina (980-1037M). Akan tetapi yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang ini ialah umat lain, sehingga umat Islam
tertinggal karena kurang memanfaatkan hasil dari para pemikir dan filusuf Islam
sebagai arahan atau gambaran untuk memajukan Islam di dunia. Dan kenyataan yang
terjadi saat ini ialah bahwa umat Islam terbawa oleh pengaruh budaya non Islam
sehingga tidak memperdulikan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
benar dan mana yang salah. Dan berawal dari permasalahan di atas makalah ini
dibuat, dengan harapan muncul dari umat Islam filusuf-filusuf serta ilmuan yang
dapat menunjukan eksistensinya di dunia terutama masalah pendidikan dengan
berupaya menjadi pencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga umat Islam
hidup sejajar dengan umat lain bahkan lebih unggul, juga lebih sejahtera.

B. Rumusan Masalah
Pada dasarnya yang menjadi pokok perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana ruanglingkup dan kedudukan filsafat ilmu?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat
2. Memahami ruanglingkup dan kedudukan filsafat ilmu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan "induk" dari semua ilmu pengetahuan yang terbagi dalam
beberapa cabang. Salah satu cabang filsafat adalah filsafat ilmu. Secara sederhana,
filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang hadir untuk memberikan jawaban dari
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Peranan filsafat ilmu bisa dilihat dari majunya
peradaban manusia. Filsafat ilmu sangat berikaitan erat dengan dasar, metode, asumsi
dan implikasi ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu
social.
Filsafat ialah refleksi rasional, kritis, dan radikal tentang hal-hal pokok dalam
hidup. Pertama kali kata filsafat diperkenalkan oleh Pythagoras yang berasal dari
bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Philos dan Sopos yang berarti cinta
dan bijaksana. Oleh Karena itu kata filsafat sering diartikan sebagai suatu kecintaan
kepada kebijaksanaan.
Menurut Plato dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu karya Suaedi filsafat adalah
pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli
karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan. Berbeda dengan filsafat, kata ilmu
berasal dari bahasa Arab, yakni "alima” dan berarti pengetahuan. Ilmu sendiri dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut, filsafat ilmu adalah ikhtiar
manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu
keabsahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah.

B. Ruanglingkup dan Kedudukan Filsafat Ilmu


Ruang lingkup filsafat ilmu adalah suatu ruang yang membatasi lingkup
pembahasan dari filsafat ilmu yang digunakan untuk memberikan batasan pada
pengalaman manusia. Hal tersebut diperlukan sebab metode yang dipergunakan dalam
menyusun kebenaran secara empiris filsafat ilmu, penting untuk mengetahui ruang
lingkup dari kajian filsafat tersebut.
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu . Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan
ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemology dan
ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti:
apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-
macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan itu sendiri .
1. Epistemologi
Epistemology (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,
karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan
kebenaran dan keyakinan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan
dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode
deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. Metode-
metode untuk memperoleh pengetahuan di antaranya yaitu:
a) Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak
empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya
merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan
itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa
pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan
ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan
sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua
pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada
pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan
sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat
atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau
setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.
b) Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal.
Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman
paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut
rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan
bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna
mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan
akal budi saja.
c) Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri
merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita
tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya
sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita,
artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua
pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian.
Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-
bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
d) Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan
pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari
pengetahuan intuitif. Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam
intusionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk
pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian
data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di
samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.
Kan masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan
pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik
pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif. Hendaknya diingat,
intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan
pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak tidaknya dalam
beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh
melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian
saja-yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang
diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa
yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.
e) Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan
serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung
dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk
melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran
yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan,
bertolak paling kurang dua kutub.
2. Ontologi
Ontology merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti
Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf
yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah
pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi
belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang:
1) kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
2) Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa
dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret
secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme,
naturalisme, empirisme.
3. Aksiologi
Aksilogi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai)
dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai. Filsafat ilmu dikenal sebagai
disiplin tersendiri pada abad ke-20 sebagai akibat profesionalisasi dan spesialisasi
ilmu-ilmu alam . Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang
sangat mendalam sampai pada hakikat, atau berpikir secara global (menyeluruh),
atau berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang
ilmu pengetahuan. Berfikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berfikir
secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Bahasan yang di cerna
oleh ilmu filsafat sangat luas cakupannya. Poin yang utama ditujunya adalah
mencari hakikat kebenaran segala sesuatu. Baik dalam kebenaran berfikir
( Logika ), kebenaran tingkah laku (Etika) Maupun dalam mencari hakikat sesuatu
yang ada dibalik alam nyata (metafisika), sehingga persoalannya adalah apakah
sesuatu itu hakiki (benar) atau maya (palsu).
Jadi Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan yang mengkaji
tentang hakikat ilmu. Dimana ilmu merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai cirri-ciri tertentu yaitu yang bersifat konkrit yang artinya masalah
tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman manusia.Selain bersifat konkrit,
ilmu juga mempunyai ciri sifat lain, yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu
ada pada dunia nyata dan ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta, dan
dari ciri – ciri tersebut terdapat dalam ilmu, kita bisa mengetahui fungsi dari filsafat
ilmu dan arah dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah dalam ilmu, bagaimana
proses mendapatkan ilmu dan apakah kegunaan ilmu tersebut. Objek atau hakekat
sesuatu dipelajari dalam ontologi, cara mendapatkannya dipelajari dalan
epistemologi, dan kegunaannya dipelajari dalam aksiologi. Dari kajian – kajian
yang terdapat dalam ilmu filsafat ilmu kita bisa mengetahui kembali fungsi dari
arah filsafat ilmu. Oleh karena itu fungsi filsafat ilmu adalah :
a) Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
b) untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
c) untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
d) untuk mengetahui ciri – ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang
termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.

Sedangkan arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk


mengkaji filsafat lebih dalam tentang hakikat sesuatu itu benar atau salah , baik
atau buruk, indah atau jelek. yang masing – masing sifat tersebut dapat
mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang filsafat ilmu.
Filsafat yang mengkaji tentang salah – benar disebut loga, filsafat yang mengkaji
tentang baik – buruk disebut etika dan filsafat yang mengkaji tentang indah – jelek
disebut estetika.

Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu –satunya cara
dalam mendapatkan pengetahuan. Demikian juga ilmu bukan satu –satunya produk
dari kegiatan berfikir menurut langkah – langkah tertentu yang secara umum dapat
disebut sebagai berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang
memenuhi persyaratan – persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada
hakikatnya mencakup dua kriteria utama yakni; pertama berpikir ilmiah harus
mempunyai alur jalan fikiran yang logis, yang kedua pernyataan yang bersifat
logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris
Persyaratan pertama mengharuskan alur jalan pikiran kita untuk konsisten
dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada sedangkan persyaratan kedua
mengharuskan kita untuk menerima pernyataan yang didukung oleh fakta sebagai
pernyataan yang benar secara ilmiah.

Pernyataan yang telah diuji kebenarannya ini kemudian diperkaya khasanah


pengetahuan - pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan komulatif.
Kebenaran ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja pernyataan yang
sekarang logis kemudian akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru
atau pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di tentang oleh
penemuan baru, kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan filsafat Ilmu maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari
ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional inipun
harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat di
andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik, yang kedua yakni alur jalan
pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian
maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara
empiris. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni
pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif. Pernyataan yang
dijabarkan secara logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara
ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada
jaminan bahwa pernyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi kita semua. Diharapkan kepada pembaca agar dapat dapat
memahami isi dan maksud dari makalah ini dan diharapkan kepada setiap manusia
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan penuh keikhlasan serta dapat
mencari harta secara halal dan baik dengan berharap atas keridhoan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

http://munawarmadina.blogspot.com/2014/02/ruang-lingkup-dan-
kedudukan-filsafat.html

https://kumparan.com/kabar-harian/filsafat-ilmu-pengertian-ruang-
lingkup-dan-cabangnya-1yJsXMvap8P

https://kumparan.com/kabar-harian/filsafat-ilmu-pengertian-ruang-
lingkup-dan-cabangnya-1yJsXMvap8P/3/gallery/2

Anda mungkin juga menyukai