Anda di halaman 1dari 17

Perbedaan dan Hubungan antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama

Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dr. Saifullah Isri, S.Pd.I., M.A.

Makalah ini disusun oleh:


Kelompok 1
SHOFYA AQILLAH (220201013)
MASRIJAL (220201161)

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TP 2023-2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadhirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
ilmu-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perbedaan dan Hubungan antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan agama” ini dengan
baik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari tuntutan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuanyang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Banda Aceh, 14 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Filsafat................................................................................................................................ 5
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan ............................................................................................................... 7
C. Pengertian Agama ................................................................................................................................ 9
D. Hubungan dan Perbedaan Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan..................................................... 9
BAB III....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 16
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia diciptakan dengan memiliki anugerah berupa akal dan juga pikiran yang
membedakannya dengan makhluk lain. Hal inilah yang menjadikan manusia mampu menciptakan
serta mengembangkan hasil pemikiran. Lewat akal dan pikiran manusia, maka lahirlah teori, kajian
dan ilmu pengetahuan. Dan melalui akal dan pikiranlah, manusia dapat menemukan dan
menentukan kebenaran.

Berbicara mengenai hal yang tidak bisa dijauhkan dari manusia, yaitu agama, filsafat, dan
ilmu pengetahuan, tidaklah lepas dari pada kebenaran, penalaran, dan akal pikiran. Agama adalah
wahyu yang Allah turunkan kepada manusia. Kehadiran agama membawa risalah, ilmu
pengetahuan dan tuntunan bagi manusia dalam menjalani hidup. Sementara filsafat, merupakan
induk dari segala ilmu. Yakni mencari tahu asal mula segala sesuatu, serta etika dan estetika dari
sesuatu tersebut. Dan ilmu pengetahuan merupakan hasil nalar atau pemikiran, yang bisa diakui
kebenarannya. Di dalam makalah ini akan mengupas beberapa hal mengenai filsafat, agama, dan
ilmu pengetahuan serta hubungan dan perbedaan diantaranya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

Segi semantik: pekataan filsafat berasal dari bahasa Arab “falsafah”, yang berasal dari bahasa
Yunani, Philosophia, yang berarti philos = cinta, suka (loving), dan sophia = pengetahuan, hikmah
(wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan
disebut philosopher, dalam bahasa arabnya failasuf. Segi praktis: dilihat dari pengertian
praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun,
tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filsuf. Semboyan ini benar
juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab
tidak semua manusia yang berpikir adal filsuf. 1

Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan mendalam. Disimpulkan, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan uatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. 2

Filsafat merupakan teori tentang kebenaran, ilmu yang berintikan logika, etika, dan
estetika. Filosof merupakan ahli filsafat, filosofi adalah filsafat, sementara filosofis merupakan
cara berpikir secara filsafat. Dalam kehidupan, tidak mungkin manusia bisa lepas dari aktivitas
berfilsafat.

Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya dan
sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata filsafat dipakai Pythagoras

1
H. A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hal. 9
2
Poerwantana, Seluk-seluk Filsafat Islam, Bandung: PT. Rosda, 1988, hal. 1

5
sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya sebagai ahli
pengetahuan, Pythagoras menyatakan pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. 3

Plato (427-347 SM) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang hakikat.
Sementara Aristoteles (384-322 SM), menjelaskan filsafat merupakan ilmu pengetahuan tentang
kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.

Ada beberapa definisi filsafat yang lebih mudah dipahami. Pertama, filsafat merupakan
sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima tidak
formal dan tidak kritis. Kedua, filsafat merupakan suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan atau sikap yang kita junjung tinggi secara formal. Ketiga, filsafat merupakan usaha
mendapatkan gambaran keseluruhan. Dalam arti, filsafat berusaha mengombinasikan hasil sains
yang beraneka ragam, dan juga pengalaman kemanusiaan, sehingga menjadi sebuah pandangan
yang konsisten tentang alam dalam arti spekulatif. Keempat, filsafat merupakan analisis logis dari
bahasa, serta penjelasan tentang kata dan konsep. Corak ini disebut logosentrisme. Kelima, filsafat
merupakan sekumpulan masalah yang lansgung mendapatkan perhatian dari manusia yang
dicarikan solusi atau jawabannya oleh para filsuf. 4

Filsafat merupakan hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal. Kata radikal
berasal dari Bahasa Latin, radix yang artinya akar. Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan
yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam
sampai ke akar-akarnya yang bagi orang awam mungkin dianggap hal biasa yang tidak perlu
dibahas lagi, tetapi filsafat ingin mencari kejelasan makna dan hakikatnya. 5

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, filsafat merupakan kajian masalah umum dan
mendasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Filsafat menjadi cara pandang dalam mengkaji hal- hal substansial yang erat kaitannya dengan
Tuhan, alam, dan manusia.

3
Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, Medan: Perdana Publishing, 2015, hal. 6
4
Ibid., hal. 7
5
Rizal Muntasyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hal.3

6
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu dalam Bahasa Inggris disebut science (sains) yang berasal dari Bahasa Latin, scire,
yang artinya to know (untuk tahu). Sains dalam arti sempit, merupakan ilmu pengetahuan alam
yang sifatnya kualitatif objektif. Akan tetapi, sains dalam pengertian ini hanya pada ilmu
pengetahuan alam, matematika, fisika, dan lainnya. Sementara ilmu dalam kajian filsafat jelas
lebih luas, bisa dari ilmu sosial humaniora, politik, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. 6 Ilmu atau
sains merupakan pengetahuan tentang fakta baik yang bersifat natural maupun sosial yang berlaku
umum dan sistematis atau pengetahuan yang sudah diatur menurut urutan dan arti serta
menyeluruh dan sistematis.

Titus (13-107 M) mendefinisikan ilmu sebagai common sense (akal sehat) yang diatur dan
diorganisasi, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda, atau peristiwa-peristiwa, dengan
menggunakan metode observasi yang teliti dan kritis.7

Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di dalam bidang pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang
rasional, sistematis, konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan
yang telah dilakukan.

Ilmu juga disebut dengan ilmu pengetahuan. Namun secara ringkas sering disebut dengan
ilmu saja. Padahal sesungguhnya ada perbedaan yang sangat prinsipil antara ilmu dan
pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan mencakup
kebenaran umum mengenai objek studi. 8 Sedangkan pengetahuan adalah sesuatu yang
menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui
pengalaman (empiris), kesadaran (intuisi), informasi, dan sebagainya. Jadi, pengetahuan
mempunyai cakupan lebih luas dan umum daripada ilmu. Namun, dalam tulisan ini sengaja disebut
dengan menggabungkan keduanya, yaitu ilmu pengetahuan. Karena keberadaan ilmu dan
pengetahuan sama-sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan, tidak boleh dipisahkan. Ilmu
membentuk daya intelegensi yang melahirkan keterampilan (skill). Sedangkan pengetahuan

6
Hamidulloh Ibad, Filsafat Umum Zaman Now, Buku Elektronik: CV. Kataba Group, 2018, hal. 5
7
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Ilmu, Bandung: Alfabeta, 2003, hal. 43
8
A. Susanto, Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Bumi Aksara, 2011, hal. 122

7
membentuk daya moralitas keilmuan yang melahirkan tingkah laku kehidupan manusiaDalam
penggunaan sehari-hari orang cukup hanya menyebut ilmu saja untuk maksud ilmu pengetahuan.
Ilmu artinya pengetahuan yang ilmiah. Oleh karena itu, Mohammad Hatta menyebut ilmu dan
pengetahuan menggunakan dengan sebutan pengetahuan, karena bagi Hatta (1954: 5) antara ilmu
dan pengetahuan adalah sama-sama sebagai pengetahuan. Menurutnya "pengetahuan adalah
pengetahuan yang didapat daripada pengalaman, Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang
didapat dengan jalan keterangan".

Menurut Endang Saifuddin Anshari (1987: 49-50), ilmu pengetahuan atau ilmu adalah
usaha pemahaman manusia mengenai kegiatan, struktur, pembagian, hukum tentang hal ikhwal
yang diselidiki melalui penginderaan dan dibuktikan kebenarannya melalui riset. 9

Setelah mengetahui definisi ilmu pengetahuan, maka selanjutnya yang perlu juga dipahami
adalah tentang ciri suatu ilmu tersebut. Sebagaimana sudah disinggung pada bagian sebelumnya,
bahwa ciri dari sesuatu yang dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan adalah karena ada objeknya.
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh objeknya. Ada dua macam objek ilmu pengetahuan, yaitu
objek materi dan objek forma. Objek materi ialah sasaran atau bahan yang dijadikan objek
penyelidikan suatu ilmu. Sedangkan objek forma ialah sudut pandang atau cara pandang mengenai
objek materi tersebut, sehingga dengan objek forma ini dapat dibedakan menjadi ilmu tertentu.
Jadi, yang membedakan suatu ilmu dari yang lainnya ialah objeknya. Sekalipun objek materinya
sama, tetapi sudut pandangnya atau objek formanya berbeda.

Ilmu pengetahuan ada yang diperoleh melalui pengalaman atau empirik, dan ada yang
diperoleh melalui penelitian serta eksperimen. Cara memperoleh ilmu tersebut juga menunjukkan
kadar kualitas dari cara atau metode yang dipergunakan. Tujuan orang memperoleh ilmu filsafat
adalah:10

a. Untuk mencari hakikat dari sesuatu yang ada.


b. Untuk menemukan bagaimana hakikat itu ada.
c. Untuk memperoleh nilai-nilai etis psikologis.
d. Untuk kepuasan batin dan jiwa, agar mendapatkan ketenangan batin dan kedamaian atau
ketenteraman batin.

9
Ibid., hal. 123
10
Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Media Pressindo, 2021, hal. 12

8
Tujuan ini mempunyai kemiripan dengan tujuan agama, hanya berbeda dalam cara
pandang atau visi, serta metodenya.

C. Pengertian Agama
Menurut Fachruddin al-Kahin (1936: 6), agama secara etimologi berasal dari a dan gama,
artinya tidak kocar-kacir, atau berasal dari aa dan gam (Rangkuti: 2013) yang berarti cara-cara
sampai kepada keridhaan Allah, cara-cara berjalan. Jalaluddin Rakhmat (2005: 50-51) mengutip
berbagai definisi agama menurut beberapa tokoh, di antaranya menurut James Martineau dalam
The Encyclopedia of Philosophy, agama didefinisikan sebagai keyakinan penuh pada Tuhan, yaitu
pada jiwa dan kehendak Tuhan yang mengelola semesta dan memiliki korelasi
moral pada manusia.11

Agama adalah sistem kepercayaan, keyakinan, nilai, dan praktik spiritual yang mengatur
hubungan manusia dengan kekuatan atau entitas supranatural atau transenden. Agama seringkali
melibatkan keyakinan terhadap keberadaan Tuhan atau kekuatan rohaniah yang mengatur alam
semesta dan memberikan makna serta tujuan hidup manusia. Selain itu, agama juga mencakup
norma-norma moral, ritual, dan praktik ibadah yang mengarahkan perilaku individu dan
komunitas. Agama juga dapat memberikan panduan etika, moralitas, dan pandangan tentang
kehidupan setelah kematian. Penting untuk diingat bahwa ada berbagai agama dengan keyakinan
dan praktik yang berbeda-beda di seluruh dunia.

D. Hubungan dan Perbedaan Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan


1. Filsafat dan Agama
Dalam buku Filsafat Agama karangan Dr. H. Rosjidi diuraikan tentang perbedaan
filsafatdengan agama, sebab kedua kata tersebut sering dipahami secara keliru.
Filsafat
 Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
 Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami.
 C.S. Lewis membedakan enjoyment dan contemplation misalnya laki-laki mencintai
perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut
contemplation, yaitu pikiran si pencinta tentang rasa cintanya itu.

11
Kurnia Muhajarah, dkk., Religion, Science and Philosophy, Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3 No. 1, 2021,
hal.3

9
 Filsafat banyak berhubungan dengan pkikran yang dingin dan tenang.
 Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tentang dan jernih dan dapat dilihat
dasarnya.
 Seorang ahli filsafat, jika berhdapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya
bersikap lunak.
 Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran
pemeluknya.
 Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun
argumennya sendiri.

Agama
 Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai
dengan aturan-aturan agama itu.
 Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merpakan hubungan
manusia dengan Tuhan.
 Agama dapat dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian
(dedication) atau contenment.
 Agama banyak berhubungan dengan hati.
 Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan
gemuruhnya.
 Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahnkan dengan habis-habisan, sebab
mereka telah terikat dan mengabdikan diri.
 Agam, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri,
juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
 Filsafat penting dalam mempelajari agama

Demikianlah antara lain perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan agama menurut
Dr. H. Rosjidi.

Nilai-nilai yang terkait dengan sistem kepercayaan yang di peroleh dari hasil
renungan yang mendalam, terutama nilai moral, meskipun nilai yang bersumber dari
filsafat itu bersifat nisbi atau relatif (hubungan). Agama juga merupakan sumber nilai,

10
terutama nilai moral yang dijadikan acuan sesuatu yang diperbolehkan atau dihalalkan dan
sesuatu yang dilarang atau diharamkan. Perbedaan antara nilai yang bersumber dari filsafat
dengan yang bersumber dari agama ialah nilai yang bersumber dari agama itu bersifat
mutlak dan tetap, karena nilai-nilai etika yang bersumber dari agama khususnya agama
langit itu merupakan wahyu Tuhan lewat para nabi atau rasul-Nya.

Perbedaan kebenaran antara kebenaran yang bersumber dari filsafat dan kebenaran
yang dari agama, yaitu kebenaran dalam filsafat itu terletak di ujung atau pada akhir,
sedangkan kebenaran yang bersumber dari agama itu terletak di pangkal atau permulaan-
nya. Maksudnya, berfilfasat dimulai dari kesangsian dan barulah berpikir selangkah demi
selangkah dengan ukuran logika yang konsisten untuk sampai kepada kebenaran,
sedangkan dalam beragama dimulai dengan iman lebih dahulu, sesudah itu baru berpikir
dan belajar sehingga sampai kepada kemantapan untuk membenarkan keyakinan itu. 12

2. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


Filsafat sesungguhnya bukan ilmu yang mandiri, melainkan banyak terkait dengan
interdisipliner keilmuan. Hubungan filsafat dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan,
akan melengkapi seluruh upaya penemuan kebenaran ilmiah. Interdisipliner termaksud
juga sering mengundang masalah, terutama terkait dengan persoalan tumpang tindih
masing-masing jalur keilmuan.13
Dapat disebutkan bahwa orang bijak adalah orang yang berilmu. Ada perbedaaan
yang mendasar antara ilmu pengetahuan atau "knowledge" dengan ilmu filsafat.
Perbedaaan itu ada pada tujuan dan perolehannya. 14
Tujuan orang memperoleh ilmu pengetahuan atau "knowledge" adalah untuk
memperoleh ilmu yang bersifat teoretis, dan yang bersifat praktis. Ilmu yang teoretis itu
diperoleh dari kesimpulan data yang hasilnya dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian
lebih lanjut. Sebaliknya, ilmu yang bersifat praktis adalah ilmu yang me miliki nilai-nilai
ekonomi praktis, yaitu ilmu yang langsung dapat dipergunakan untuk mendukung suatu
usaha untuk meningkatkan produksi. Dapat juga dikatakan bahwa orang mencari ilmu

12
Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Media Pressindo, 2021, hal. 13
13
Ibid., hal. 11
14
Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Media Pressindo, 2021, hal. 11-12

11
pengetahuan itu untuk dapat menguasai dan menaklukkan dunia sebagai bekal kehidupan
duniawi.
Ilmu filsafat diperoleh dari hasil pemikiran dan perenungan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang hakikat atau esensi sesuatu yang ada, dengan mengunakan metode
analisis abstraksi yang andal. Dengan bekal ilmu pengetahuan, orang mudah menemukan
jalan kebenaran lewat berpikir filsafat. Yang menjadi masalah, aneka ragam interdisipliner
ilmu memang sudah semakin kompleks, hingga sering mempersulit orang yang belajar
filsafat ilmu. Hadiarmaja(2011:23-25) menyatakan bahwa filsafat adalah pandangan hidup.
Dengan demikian, filsafat merupakan sumber nilai untuk mengukur baik dan buruk, indah
dan jelek, yang patut dan yang tidak patut, yang kesemuanya itu lalu menjadi norma-
norma, hukum, dan aturan-aturan yang dijadikan ukuran baik dan buruk, pantas dan tidak
pantas mengenai sikap, perilaku dan ucapan agar dalam kehidupan itu menjadi selaras,
teratur, aman, tenteram, dan damai.
Filsafat hadir tidak dapat dilepaskan dari problem atau persoalan-persoalan
manusia yang dihadapinya. Usaha untuk merespon dan menemukan jawaban atas problem
terlebih yang bersifat asasi dan mendasar pada gilirannya akan menghasilkan konsep yang
disebut filsafat. Karena itulah, menurut Sumaryono (1999: 13), filsafat muncul dan
memulai dari rasa ingin tahu, bertanya-tanya tentang banyak hal dengan “hipotesis”
jawaban yang dihasilkan. Selama manusia ingin tahu, dengan mengajukan pertanyaan
seperti apa? - di mana? - bilamana? - mengapa? - bagaimana?, dan seterusnya maka
hipotesis menjadi sangat penting. Filsafat menjadi alat seseorang dalam mengungkap dan
menemukan ilmu pengetahuan.15
Pada mulanya filsafat dan ilmu pengetahuan adalah satu dan sinonim (identik).
Menurut Gie (1997: 1-2) bahwa segala macam pengetahuan merupakan bagian dalam
bidang filsafat, pembatasannya bergantung dengan sistem filsafat yang dianutnya. Ilmu
pengetahuan dalam perkembangannya mampu membuat domain keilmuannya masing-
masing. Filsafat telah mengantarkan lahirnya konfigurasi yang menggambarkan
bagaimana tumbuhnya cabang-cabang ilmu pengetahuan dalam dinamika keilmuan.
Bakker dan Zubair (1990: 35) mengungkapkan bahwa filsafat mempunyai kedudukan dan

15
Kurnia Muhajarah, dkk., Religion, Science and Philosophy, Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3 No. 1, 2021,
hal. 7

12
tempat istimewa. Filsafat tak terbatas melingkupi semua bidang dan dimensi yang diteliti
oleh ilmu-ilmu lain, tak hanya satu bidang saja, dan filsafat membuat semua bidang itu
tanpa pengecualian untuk menjadi objek penelitian.

3. Agama dan Sains (ilmu pengetahuan)


Secara teoritis, sebagaimana telah dirumuskan oleh John F. Haught (1995),
hubungan agama-sains dapat dipetakan menjadi empat (4) pendekatan: konflik, kontras,
kontak, dan terakhir konfirmasi Pembagian hubungan agama-sains di sini bukan dalam arti
wujud dari pengintegrasian agama-sains, namun lebih pada rumusan relasi agama-sains,
sehingga dari sini dapat ditemukan pola ideal bagaimana mengintegrasikan agama-sains. 16
Pada pendekatan konflik, agama dan sains dipandang satu entitas berlawanan,
karena sifatnya yang demikian, antara agama dan sains senantiasa saing menegasikan satu
sama lain. Antara agama dan ilmu pengetahuan memiliki ruang yang cukup berbeda.
Agama identik dengan hal yang mistik, sedangkan bahasa sains identik dengan angka dan
rumus, Agama senantiasa dibangun atas dasar asumsi-asumsi abstrak, sebaliknya sains
dibangun atas dasar hipotesa dan teori yang logis dan ilmiah.
Bagi kalangan ilmuan, agama cenderung mendasarkan dirinya pada pembacaan
penuh mistik, ghaib dan spekulatif, sedangkan ilmu pengetahuan senantiasa melandaskan
dirinya pada rasionalisme dan logika empirisme, terukur, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam perspektif konflik, agama dan ilmu
pengetahuan adalah entitas berbeda, bahkan bertentangan. Baik itu secara metodologis,
filosofis, maupun secara epistimologi. Karenanya mendudukkan keduanya bisa satu
perspektif berbeda, apalagi dalam konteks keilmuan, itu mustahil dilakukan. Sains
senantiasa menyikapi persoalan alam semesta dengan jawaban yang luas dan besar, bahkan
merincinya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan eksplisit. Sebaliknya, agama cenderung
mensederhanakan pertanyaan dan persoalan alam semesta. Jawaban agama terhadap segala
bentuk pertanyaan sering kali kaku dan bersifat umum.
Hampir sama dengan pendekatan konflik, yaitu pendekatan kontras. Pada
pendekatan ini, agama dan sains dilihat sebagai satu entitas yang berbeda. Agam dan sains

16
Zainuddin Syarif, dan Abdul Mukti Thabrani, Paradigma Moderasi Keilmuan Perspektif Epistimologi Ma’had
Internasional, Surabaya; CV. Jakad Media Publishing, 2020, hal. 73

13
mempunyai ruang masing- masing yang kemudian berujung pada cara pandang dan pikir
yang berlainan. Hanya, bedanya dengan konflik, perbedaan di sini tidak berakibat pada
hubungan saing menegasikan, sebagaimana yang terjadi pada pendekatan konflik. 17 Dilihat
dari kacamata filsafat dan logika ilmu pengetahuan, salah satu aspek perbedaan paling
mendasar yang ada dalam hubungan agama dan ilmu pengetahuan, itu terletak pada
bangunan konsep keduanya tentang hakikat atau makna konsep kebenaran, baik konsep
kebenaran dalam kerangka filosofis maupun aspek metodenya.
Ilmu pengetahuan dan agama memiliki keterkaitan dan koneksitas yang erat. 18 Para
Filsuf Muslim berpendapat bahwa dasar dari semua ilmu pengetahuan adalah Allah Swt.
Wahyu pertama Nabi Muhammad Saw menjadi petunjuk pertama. ”Bacalah dengan nama
Allah,” mengandung maksud bahwa Allah mengharuskan umat manusia untuk membaca,
yakni mewajibkan pengetahuan dicari, diusahakan dan diikhtiarkan sepanjang tidak keluar
dari rel Illahiyah. Wawasan tentang Yang Kudus, memberi sumber dasar tentang
pengetahuan yang disertai dan diperoleh melalui proses pendidikan pada setiap tahapnya.
Hal ini senada dengan sifat Allah yaitu al-Alim yang artinya Dzat Pemilik Ilmu.Oleh
karenanya, mempunyai ilmu adalah sifat Illahiyah, dan menggali ilmu adalah keharusan
bagi setiap mukmin (Qadir, 1989: 5-7).
Pemahaman tersebut menjadi latar belakang bahwa baik ilmu pengetahuan maupun
filsafat memiliki ruh atau semangat yang sama dalam mencari kebenaran. Menurut al-
Kindi, falsafah merupakan ilmu mengenai esensi sesuatu terhadap batasan inderawi.
Tujuan para filosof dengan falsafahnya merupakan pencapaian sebuah kebenaran. Ibnu
Sina menghubungkan filsafat dengan kesempatan dan aktualisasi diri. Al-Quran sebagai
wahyu Allah memberi petunjuk dan larangan guna kehidupan yang terarah. Di lain sisi,
ada sunnah Nabi selain Al-Qur’an sebagai sumber hukum bagi umat Islam. Kehidupan
Nabi merupakan realitas hidup Al-Qur’an dalam prototype Kenabian. Realitas tersebut
menunjukkan bahwa Islam sebagai agama yang membawa risalah dan jalan menuju
kebenaran juga bersifat historis, karena di dalamnya memuat aspek histori perkembangan
peradaban, termasuk perkembangan pengetahuan yang bersumber dari Islam.

17
Ibid., hal. 74
18
Kurnia Muhajarah, dkk., Religion, Science and Philosophy, Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3 No. 1, 2021,
hal. 5

14
Perbedaan antara filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama adalah sebagai berikut:

1) Filsafat:
 Filsafat adalah studi tentang pertanyaan-pertanyaan dasar tentang eksistensi,
pengetahuan, etika, dan nilai-nilai.
 Filsafat berfokus pada pertanyaan-pertanyaan abstrak dan konsep-konsep dasar,
seperti "Apa arti hidup?" atau "Apa itu kebenaran?"
 Filsafat menggunakan argumen logis dan penalaran untuk mencapai pemahaman
dan tidak selalu tergantung pada metode ilmiah.

2) Ilmu Pengetahuan:
 Ilmu pengetahuan adalah metode berbasis bukti untuk memahami alam semesta
melalui pengamatan, pengukuran, eksperimen, dan pengujian hipotesis.
 Ilmu pengetahuan berusaha menjelaskan fenomena alam dengan cara yang dapat
diukur, diulang, dan diverifikasi.
 Ilmu pengetahuan berusaha untuk mengembangkan pemahaman yang objektif
tentang dunia fisik dan alam.

3) Agama:
 Agama adalah sistem kepercayaan yang berkaitan dengan keyakinan spiritual,
moral, dan kehidupan setelah kematian.
 Agama biasanya melibatkan kepercayaan pada entitas ilahi atau kuasa yang
mengatur alam semesta dan kehidupan manusia.
 Agama sering melibatkan praktik ibadah, ritual, dan panduan moral.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat merupakan kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Filsafat menjadi cara pandang
dalam mengkaji hal-hal substansial yang erat kaitannya dengan Tuhan, alam, dan manusia.

Ilmu juga disebut dengan ilmu pengetahuan. Namun secara ringkas sering disebut
dengan ilmu saja. Padahal sesungguhnya ada perbedaan yang sangat prinsipil antara ilmu
dan pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan
mencakup kebenaran umum mengenai objek studi.

Agama adalah sistem kepercayaan, keyakinan, nilai, dan praktik spiritual yang
mengatur hubungan manusia dengan kekuatan atau entitas supranatural atau transenden.
Agama seringkali melibatkan keyakinan terhadap keberadaan Tuhan atau kekuatan
rohaniah yang mengatur alam semesta dan memberikan makna serta tujuan hidup manusia.
Selain itu, agama juga mencakup norma-norma moral, ritual, dan praktik ibadah yang
mengarahkan perilaku individu dan komunitas. Agama juga dapat memberikan panduan
etika, moralitas, dan pandangan tentang kehidupan setelah kematian. Penting untuk diingat
bahwa ada berbagai agama dengan keyakinan dan praktik yang berbeda-beda
di seluruh dunia.

Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan agama memang memiliki jalinan hubungan yang
kuat satu sama lainnya. Akal pikiran sebagai penggerak dalam perkembangan ilmu dan
filsafat, sementara yang menjadi penggerak agama adalah keyakinan. Ilmu diperoleh
melalui akal dan pikiran, diasah melalui pengalaman dan dibuktikan dengan kebenaran.
Jika ilmu pengetahuan dan filsafat berasal dari rasio dan logika, maka agama berasal dari
Allah. Kemudian apabila proses pencarian kebenaran ilmu pengetahuan dilakukan melalui
penyelidikan, pengalaman dan percobaan, dan filsafat berasal dari hasil rasio makhluk,
maka agama memperoleh kebenaran langsung dari Al-Quran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, H. A., Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997

Poerwantana, Seluk-seluk Filsafat Islam, Bandung: PT. Rosda, 1988

Fadhil Lubis, Nur A., Pengantar Filsafat Umum, Medan: Perdana Publishing, 2015

Muntasyir Rizal, dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Ibad Hamidulloh, Filsafat Umum Zaman Now, Buku Elektronik: CV. Kataba Group, 2018

Sadulloh Uyoh, Pengantar Filsafat Ilmu, Bandung: Alfabeta, 2003

Susanto A., Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Bumi Aksara, 2011

Endraswara Suwardi, Filsafat Ilmu, Buku Elektronik: Media Pressindo, 2021

Muhajarah Kurnia, dkk., Religion, Science and Philosophy, Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam
Vol. 3 No. 1, 2021

Syarif Zainuddin, dkk., Paradigma Moderasi Keilmuan Perspektif Epistimologi Ma’had


Internasional, Surabaya; CV. Jakad Media Publishing, 2020

17

Anda mungkin juga menyukai