Disusun Oleh :
Nur Laely
Dosen Pengampu :
2022
1
KATA PENGANTAR
sehingga saya selaku mahasiswa bisa menyelesaikan tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam Semester Lima di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Bakti Negara
Slawi Tegal. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa Risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam.
Terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada Bapak H. Ahmad Syaeful Bahri,
M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam .Terima kasih juga
kepada rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.
Adapun Makalah yang saya susun diberi judul “Titik Temu Antara Ilmu, Filsafat,
dan Agama”, Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui, mempelajari, dan
juga menambah pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................................ 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi akal dan hati. Manusia dalam kehidupanya
melalui berbagai proses kehidupan yang mesti di hadapi, dilihat, serta dilalui dalam mencari
kehidupan serta kedudukan sebagai manusia yang berdaya. Dengan demikian manusia
berusaha berpikir, belajar, mencari jalan, mencari tahu tentang proses kehidupanya itu dengan
berbagai cara atau metode yang ia mampu hingga mendapatkan sesuatu hal atau pengetahuan
akan proses kehidupanya tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Suwardi, (2012:1-2)
menyatakan:
“Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin
Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi
4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk
didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya
pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan
akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke
(4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.
Kemudian manusia dengan pengetahuan yang ia peroleh atau yang ia ketahui dan alami
tersebut, manusia akan mulai berpikir dan akan mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang
disaksikannya dan dialaminya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin
terwujud atau terjadi dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Sebagai makhluk
yang berakal, manusia selalu diliputi oleh hasrat ingin tahu (Sabarti Akhadiah dkk, 2011:102).
4
Manusia dengan pengetahuan tentang akan diri dan kehidupanya, maka ia akan berjalan dan
berpikir lebih luas lagi tentang diluar dirinya. Dengan hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang
bersifat instinktif maka manusia akan menyelidiki, mencari tahu bagaimana benda-benda di
alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Manusia akan dipaksa
untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan
yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya,
ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” hingga ia menemukan suatu
kebenaran lewat indrawinya. Namun, suatu kebenaran tersebut ia yang peroleh kadang
berseberangan dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain hingga pada akhirnya
menimbulkan suatu pertentangan asumsi suatu hal tentang suatu sitem kebenaran.
Dengan berbagai fenomena yang terjadi tersebut maka dalam makalah ini penulis
berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai agama dan filsafat ilmu. Dimana
dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan berbagai permasalah tentang manusia, ilmu
dan teologi, bagaimana relasi antara filsafat, agama dan ilmu, agama dan pemikiran, serta ilmu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatasmaka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah
ini yakni:
5
C. Tujuan
Bertitik tolak pada latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu.
5. Untuk mengetahui bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari dua suku
kata yaitu “philos” yang artinya cinta, dan “shopia” yang artinya kebijaksanaan. Dari dua suku
kata tersebut dapat disimpulkan bahawa filsafat adalah orang yangt cinta akan kebijaksanaan.
Dengan demikian filsafat dapat dikatakan berpikir yang sangat mendalam, sampai pada
hakikat, atau berpikir secara universal, hingga pada akar-akarnya, yang murni sampai
Menurut Plato dalam Suhar, (2010:9), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli. Selanjutnya filsafat adalah pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika atau menyelidiki sebab dan asal segala benda (Aristoeles dalam Suhar,
2010:9).
Dari beberpa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berpikir
secara universal hingga mencapai suatu kebenaran yang hakiki, logika, estetika, etika, retorika,
ekonomi, dan politik dengan jalan menyelidiki segala sesuatu yang ada dan dengan metode
2. Penegertian agama
Secara etimologi kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tradisi”.
Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah system yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya. Menurut
7
Emile Durkheim dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-
ahli.html, agama adalah suatub system yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik
yang berhubungan dengan hal yang suci. Selanjutnya dikemukakan oleh Sutan Takdir
ahli.html bahwa agama adalah suatu system kelakukan dan perhubungan manusia yang pokok
pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan keajaiban yang tiada terhingga
luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang
mengelilinya.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa agama adalah siatu system keyakinan,
ibadah dan kepercayaan atau keimanan manusia terhadap kehidupanya, hubunganya dengan
Tuhanya, manusia dengan sesamanya, dan hubunganya dengan lingkungan sekitarnya atau
alamnya.
3. Pengertian ilmu
Ilmu adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia yang berarti ilmu.
Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ’ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau
fakta dan ditinjau yang disusun secara sistematis dan terbentukmenjadihukum-hukum umum.
Ilmu akan melahirkan kaidah-kaidah umum, yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui pembuktian-pembuktian empiris. Ilmu
merupakan sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski
dalam perwujudan istilah yang sangat sederhana (Athur Thomson dalam Suwardi, 2012:132).
8
Dari beberapa pengertian tentang ilmu diatas maka dapat dikatakan bahwasanya ilmu
itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berbagai fakta-fakta yang
empiris, sistematis dalam menerangkan segala sesuatu gejala tertentu dibidang pengetahuan itu
sendiri.
Dari beberapa pengertian filsafat, agama, dan ilmu diatas pemahamanya sangat saling
berkaitan satu dengan yang lain dimana tujuanya untuk memperoleh suatu yang benar sampai
sesuatu yang dialaminya, dilihatnya serta merasa penasaran terhadap alam semesta yang
memberikan pencerahan akan kehidupanya. Namun manusia yang telah menguasai ilmu
pengetahuan sering berseberangan dengan teologi. Sebagian orang berpretensi, ilmu itu akan
memberikan pencerahan, sedangkan teologi memberikan jalan hidup. Manusia menguasai ilmu
adalah konsumsi pikiran. Manusia menguasai teologi, yaitu ilmu ketuhan, adalah konsumsi
keyakinan. Keyakinan, melibatkan pemikiran, rasa, dan angan-angan. Dalam konteks ini,
manusia menguasai ilmu dan agama sering berbenturan dalam nalar pikiranya. Oleh karena itu
ilmu dan agama memang memilikipilar yang tidak selalu sama. Ilmun itu selalu mendasarkan
ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama
berdasarkan pada kitab suci. Kemudian menurut Suwardi. (2012:146) teologi adalah
pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman.
Bahkan ada yang berpendapat, menganut agama tanpa ilmu di anggapkurang bagus. Agama
9
yang hanya dilandasi iman, tanpa ilmu, di anggap belum lengkap. Realitas yang di hadapi
manusia, iman itu ada dalamdiri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang
tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya
di hadapan Sang pemberi hidup itu. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah
Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan
perbuatanya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai ilmu, teologi
merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami
imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkanya: “aku tahu kepada
siapa aku percaya” (Suward, 2012:265). Dengan demikian teologi tiu sebuah ilmu, yang
berbeda tipis dengan filsafat ilmu Ketuhanan. Baik teologi maupun filsafat jelas sebuah ilmu
pengetahuan tentang hakikat hidup. Hakikat ilmu pengetahuan itu ada sumber asal usulnya.
Dengan demikian maka ilmu pengetahuan dan teologi memilki makna bagi kehidupan
manusia, Ilmu pengetahuan membangun pola pemikiran yang harus logis. Dengan ilmu,
seharusnya agama tidak hanya dilandasi keyakinan namun berdasarkan akal sehat. Karena
dengan berpikir manusia kan mudah memahami hakikat Ketuhan. Manusia sebagaimakhluk
berpikir, memilki kebebasan untuykmelakukan berbagai aktivitas apa saja dengannalar. Nalar
manusia akan membangun agama rasional. Teologi yang rasional, tentu akan memudahkan
Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran yang hakiki tentunya akan menggunakan
akal pikirnya, rasa, dan keyakinan atas apa yang ingin ia cari hingga memperolehnya atau
(2012:267) bahwa filsafat itu kuncinya pada upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang
10
yang tahu filsafat, sekaligus menguasai agama, dan ilmu seharusnya hidupnya semakin
lengkap. Fokus filsafat juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama,
tentu pencari kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya
Dalam mencari, menghampiri suatu kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu:
ilmu, filsafat, dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran serta mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan
1. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam
hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh
yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang
kebenaranya diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari dalam Suwardi,
2012:268).
2. Filsafat
tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
a. Hakikat Tuhan,
c. Hakikat manusia
11
Serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi daripada faham
(pemahamannya) tersebut. (Rapar dalam Suwardi, 2012:268) menyatakan bahwa hal yang
a. Sifat menyeluruh, artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari
segi pandang ilmu sendiri tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstalasi pengetahuan
yang lainya.
b. Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat
c. Sifat spekulatif, artinya bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu
spekulatif. Dari serangkaian spekulatif ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat
3. Agama
a. Suatu system credo (tat keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang
b. Suatu sitem ritus (tata peribadatan) mannusia kepada yang dianggapnya mutlak itu
(Suhar, 2010:37)
c. Suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan
termasuk diatas.
12
Selanjutnya, (Titus dalam Suwardi, 2012:269) mengatakan bahwa agama
harus dirasakan dan di pikirkan. Dalam hal ini dirasakan artinya ia harus di yakini dan
ilmu penegtahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat ilmu yang menuntun
Jadi, dari ketiga jalan dalam mencari, mengahampiri dan menemukan suatu
kebenaran dapat di temukan titik persamaan, titik perbedaan, dan titik singgunya,
yakni:
a. Titik persamaan
dengan hal yang sama yaitu kebenaran (Suwardi, 2012:270). Ilmu pengetahuan dengan
manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran baik tentang
alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, kerena diluar
memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik
b. Titik perbedaan
ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi,, rasio, reason, nous, vede, vertand, dan
vernunft manusia. Ilmu pengetahuan mencar kebenaran dengan jalan menyelidiki (riset,
research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan eksplorasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak
meras terikata oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tanganya sendiri bernama logika. Dan
13
manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan jalan mempertanyakan berbagai
masalah asasi dari kepada kita kitab suci. Dan kitab sici adalah keyakinan.
dengansaat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun
Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sangsi dan tidak percaya.
Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Anshari dalam Suwardi,
2012:272).
c. Titik singgung
Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif
oleh ilmu pengetahuan. Karena ilmu itu terbatas: Allah; terbatas oleh subyeknya (sang
penyelidik), oleh objeknya (baik material maupun formanya, dan oleh metodologinya.
Tidak semua masalah yang belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat
dijawab oleh filsafat sedangkan filsafat dengan sifatnya yang spekulatif dan alternatif;
tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para filsuf)
sesuai dengan sejalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agama member jawaban
tentang berbagai soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan
oleh filsafat.. dan juga tidak semua persoalan manusia terdapat jawaban dalam agama
(Suhar, 2010:39-40).
14
menyatakan bahwa manusia ada karna penciptanya, manusia hidup karena Tuhanya. Namun
dengan pengetahuan yang manusia yang diperolehnya itu, ia mulai berfikir akan keberadaanya
yang kerkadang ia berpikir bahwasanya dia ada karena akalnya, ia merasa ada karena
dibicarakan oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Socrates dalam
Namun lagi-lagi hal itu tidak cukup untuk menjawab dan menyelesaikan problematika
kehidupan karnab kerapkali di jumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai denganrealita, pun
sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena itu manusia terus
Agama lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Agama lahir
dengan tidak dengan rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir dari proses penciptaan zat
yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek tertentu. Agama
menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang
Filsafat lahir dari ketakjuban. Ketakjuban disi bukanlah hanya diam belaka melainkan
timbulnya rasa penasarana yang sangat kuat yang mendorong untuk mencari kepuasan dari
ketakjuban tersebut, namun usaha ini tidak pernah berakhir selama akal manusia masih ada.
Begitu juga ilmu yang lahir dari ketakjubann para filsuf yang berusaha mencari kepuasan atas
Einstein dalam Suwardi, (2012:274) menyatakan bahwa ilmu tanpa bimbingan moral
(agama) adalah buta. Kebutaan moral yang disebabkan oleh ilmu dapat menjadikan manusia
Dengan beberapa kekurangan serta kelamahan filsafat dan ilmu, kita bisa
15
menyempurnakan kedua konsep tersebut untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan duniawi
yang praktis. Oleh karena itu nilai-nilai kebenaran yang memang menjadi ending dari filsafat
dan ilmu dapat direalisasikan dengan konsep kebenaran hakiki yang dimiliki agama.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh manusia terutama
para ilmuwan yang mempunyai pemahaman tentang ilmu yang ia peroleh sebagai senjata
bagaia kaum ateis untuk menentang agama. Hingga sampai menyebut agama tidak bermakna,
padahal agama dan ilmu sama-sama menawarkan kepastian dengan metode yang berbeda-
beda.
Ilmu seringkali berpura-pura jadi agama dan itulah yang disebut scientism. Ilmu
menyamar menjadi agama danmenawarkann kepastian suatu pemahaman yang diluar bidang
ilmu itu sendiri dengan menggunakan logika-logika mereka. Sebuah paham bersembunyi
dibalik teori-teori ilmiah. Paham-paham dibalik pemikiran ilmuann bersembunyi dibalik teori-
teori ilmiah. Sebaliknya agama yang menggunakan ilmu juga berbahaya. Agama tidak
dipahami begitu saja, karena kitab suci dan ajaran agama memerlukan penafsiran. Disana
terdapat berbagai penafsiran, buktinya adanya berbagai aliran-aliran dalam agama tersebut.
Ilmu bisa saja menjadi senjata yang dikuasai aliran tertentu untuk menekankan pemahaman
lain.
Perselingkuhan antara ilmu dan agama yaitu ketika ilmu berubah menjadi semacam
agama. Ilmu tidak menyadari sifatnya yang tidak abadi dan faliable. Berusaha memaksakan
diri untuk menjadi pasti akan membentur tembok-tembok yang digambarkan oleh para filsuf
ilmu. Suwardi, (2012:276) menyatakan bahwa perselingkuhan ilmu dan agama akan selalu
terjadi, ketika idealism pikiran sulit diterima oleh agama sebagai wahyu.
16
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari
sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada suatu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya
pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikan tentang hakikat sesuatu yang
menjadi objek dan materi bahasanya. Sedangkan agama merupakan wujud kebenaran dan
keselamatan manusia untuk hidup d dunia dan akhir. Dengan demikian Suwardi, (2012:277)
dapat dikatakan bahwa perbedaan antara filsafat, agama dan ilmu yaitu:
b. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun sistematis
dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan, dan percobaan.
c. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang
ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran.
Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi
4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk
didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya
pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan
akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke
(4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau
diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dan ilmu anaknya filsafat dimana lahirnya ilmu
sebagai hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai
kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang hal ikhwal yang
diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran
manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan
eksperimental. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari
kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu yang akan memberikan
pemahaman moral terhadap ilmu penegtahuan yang dilahirkann dari filsafat untuk menjadi
18
B. Saran
suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan yang kita peroleh itu tentunya
sangat bermanfaat bagi kehidupan kita jika kita memanfaatkan ilmu itu sesuai dengan
kebenarann yang pasti oleh agama yang merupakan pengetahuan yang mutlak atau wahyu dari
Tuhan. Untuk itu kita sebagai seorang yang berpendidikan yang telah memperoleh berbagai
ilmu pengetahuan perlu juga mengetahuai penegtahuan akan agama sehingga suatu kebenaran
yang kita cara dapt kita temukan dengan baik. Dan pemahaman akan filsafat, ilmu dan agama
19
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S. dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
AM, Suhar. 2010. Filsafat Umum: Konsepsi, sejarah, dan aliran. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Endrawara, S. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, sejarah, dan pengembangan metode ilmiah.
Yogyakarta: CAPS.
http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html. Diakses
8/12/2016
http://kbbi.web.id. online
20