Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

Nur Laely

Dosen Pengampu :

H. Ahmad Syaeful Bahri, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA (IBN) TEGAL

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya

sehingga saya selaku mahasiswa bisa menyelesaikan tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Islam Semester Lima di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Bakti Negara

Slawi Tegal. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

pembawa Risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam.

Terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada Bapak H. Ahmad Syaeful Bahri,

M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam .Terima kasih juga

kepada rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.

Adapun Makalah yang saya susun diberi judul “Titik Temu Antara Ilmu, Filsafat,

dan Agama”, Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui, mempelajari, dan

juga menambah pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dari Bapak dan teman – teman sekalian .

Tegal, Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7

A. Pengertian Ilmu, Filsafat dan agama ...................................................................... 7

B. Manusia, ilmu dan teologi ....................................................................................... 9

C. Relasi Filsafat, agama dan Ilmu .............................................................................. 10

D. Agama dan pemikiran ............................................................................................. 14

E. Ilmu dan agama dalam perselingkuhan ................................................................. 16

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18

B. Saran........................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi akal dan hati. Manusia dalam kehidupanya

melalui berbagai proses kehidupan yang mesti di hadapi, dilihat, serta dilalui dalam mencari

kehidupan serta kedudukan sebagai manusia yang berdaya. Dengan demikian manusia

berusaha berpikir, belajar, mencari jalan, mencari tahu tentang proses kehidupanya itu dengan

berbagai cara atau metode yang ia mampu hingga mendapatkan sesuatu hal atau pengetahuan

akan proses kehidupanya tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Suwardi, (2012:1-2)

menyatakan:

“Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin

diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran.

Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi

4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk

didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya

pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan

akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke

(4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.

Kemudian manusia dengan pengetahuan yang ia peroleh atau yang ia ketahui dan alami

tersebut, manusia akan mulai berpikir dan akan mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang

disaksikannya dan dialaminya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin

terwujud atau terjadi dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Sebagai makhluk

yang berakal, manusia selalu diliputi oleh hasrat ingin tahu (Sabarti Akhadiah dkk, 2011:102).

4
Manusia dengan pengetahuan tentang akan diri dan kehidupanya, maka ia akan berjalan dan

berpikir lebih luas lagi tentang diluar dirinya. Dengan hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang

bersifat instinktif maka manusia akan menyelidiki, mencari tahu bagaimana benda-benda di

alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Manusia akan dipaksa

untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan

yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya,

ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” hingga ia menemukan suatu

kebenaran lewat indrawinya. Namun, suatu kebenaran tersebut ia yang peroleh kadang

berseberangan dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain hingga pada akhirnya

menimbulkan suatu pertentangan asumsi suatu hal tentang suatu sitem kebenaran.

Dengan berbagai fenomena yang terjadi tersebut maka dalam makalah ini penulis

berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai agama dan filsafat ilmu. Dimana

dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan berbagai permasalah tentang manusia, ilmu

dan teologi, bagaimana relasi antara filsafat, agama dan ilmu, agama dan pemikiran, serta ilmu

dan agama dalam perselingkuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatasmaka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah

ini yakni:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu?

2. Bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi?

3. Bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu?

4. Bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia?

5. Bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan?

5
C. Tujuan

Bertitik tolak pada latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi

tujuan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu.

2. Untuk mengetahui bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi.

3. Untuk mengetahui bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu.

4. Untuk mengetahui bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia.

5. Untuk mengetahui bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat, Agama, Dan Ilmu

1. Pengertian filsafat

Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari dua suku

kata yaitu “philos” yang artinya cinta, dan “shopia” yang artinya kebijaksanaan. Dari dua suku

kata tersebut dapat disimpulkan bahawa filsafat adalah orang yangt cinta akan kebijaksanaan.

Dengan demikian filsafat dapat dikatakan berpikir yang sangat mendalam, sampai pada

hakikat, atau berpikir secara universal, hingga pada akar-akarnya, yang murni sampai

menemukan kebenaran yang hakiki.

Menurut Plato dalam Suhar, (2010:9), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat

mencapai kebenaran yang asli. Selanjutnya filsafat adalah pengetahuan yang meliputi

kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,

politik dan estetika atau menyelidiki sebab dan asal segala benda (Aristoeles dalam Suhar,

2010:9).

Dari beberpa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berpikir

secara universal hingga mencapai suatu kebenaran yang hakiki, logika, estetika, etika, retorika,

ekonomi, dan politik dengan jalan menyelidiki segala sesuatu yang ada dan dengan metode

yang ilmiah dan empiris.

2. Penegertian agama

Secara etimologi kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tradisi”.

Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah system yang mengatur tata

keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah

yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya. Menurut

7
Emile Durkheim dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-

ahli.html, agama adalah suatub system yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik

yang berhubungan dengan hal yang suci. Selanjutnya dikemukakan oleh Sutan Takdir

Alisyahbana dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-

ahli.html bahwa agama adalah suatu system kelakukan dan perhubungan manusia yang pokok

pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan keajaiban yang tiada terhingga

luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang

mengelilinya.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa agama adalah siatu system keyakinan,

ibadah dan kepercayaan atau keimanan manusia terhadap kehidupanya, hubunganya dengan

Tuhanya, manusia dengan sesamanya, dan hubunganya dengan lingkungan sekitarnya atau

alamnya.

3. Pengertian ilmu

Ilmu adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia yang berarti ilmu.

Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ’ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau

pengetahuan adalah pengkajian sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terbukti dengan fakta-

fakta dan ditinjau yang disusun secara sistematis dan terbentukmenjadihukum-hukum umum.

Ilmu akan melahirkan kaidah-kaidah umum, yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang

disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan

gejala tertentu dibidang pengetahuan .itu.

Selanjutnya menurut Suwardi, (2012:157) ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan

secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui pembuktian-pembuktian empiris. Ilmu

merupakan sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski

dalam perwujudan istilah yang sangat sederhana (Athur Thomson dalam Suwardi, 2012:132).

8
Dari beberapa pengertian tentang ilmu diatas maka dapat dikatakan bahwasanya ilmu

itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berbagai fakta-fakta yang

empiris, sistematis dalam menerangkan segala sesuatu gejala tertentu dibidang pengetahuan itu

sendiri.

Dari beberapa pengertian filsafat, agama, dan ilmu diatas pemahamanya sangat saling

berkaitan satu dengan yang lain dimana tujuanya untuk memperoleh suatu yang benar sampai

mencapai hakikatnya meskipun pelaksanaanya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.

B. Manusia, Ilmu, dan Teologi

Manusia dalam kehidupanya yang mencari tahu, menyelidiki, menanyakan segala

sesuatu yang dialaminya, dilihatnya serta merasa penasaran terhadap alam semesta yang

mengelilinginya hingga memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang dianggap dapat

memberikan pencerahan akan kehidupanya. Namun manusia yang telah menguasai ilmu

pengetahuan sering berseberangan dengan teologi. Sebagian orang berpretensi, ilmu itu akan

memberikan pencerahan, sedangkan teologi memberikan jalan hidup. Manusia menguasai ilmu

adalah konsumsi pikiran. Manusia menguasai teologi, yaitu ilmu ketuhan, adalah konsumsi

keyakinan. Keyakinan, melibatkan pemikiran, rasa, dan angan-angan. Dalam konteks ini,

manusia menguasai ilmu dan agama sering berbenturan dalam nalar pikiranya. Oleh karena itu

ilmu dan agama memang memilikipilar yang tidak selalu sama. Ilmun itu selalu mendasarkan

akal, sedangkan agama berdasarkan keyakinan (Suwardi, 2012:264).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “teologi” merupakan pengetahuan

ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama

berdasarkan pada kitab suci. Kemudian menurut Suwardi. (2012:146) teologi adalah

pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman.

Bahkan ada yang berpendapat, menganut agama tanpa ilmu di anggapkurang bagus. Agama

9
yang hanya dilandasi iman, tanpa ilmu, di anggap belum lengkap. Realitas yang di hadapi

manusia, iman itu ada dalamdiri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang

tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya

di hadapan Sang pemberi hidup itu. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah

berfilsafat juga. Rasa berdebar-debar memahami Tuhan, melahirkan pemikiran filsafat.

Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan

perbuatanya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai ilmu, teologi

merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami

imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkanya: “aku tahu kepada

siapa aku percaya” (Suward, 2012:265). Dengan demikian teologi tiu sebuah ilmu, yang

berbeda tipis dengan filsafat ilmu Ketuhanan. Baik teologi maupun filsafat jelas sebuah ilmu

pengetahuan tentang hakikat hidup. Hakikat ilmu pengetahuan itu ada sumber asal usulnya.

Dengan demikian maka ilmu pengetahuan dan teologi memilki makna bagi kehidupan

manusia, Ilmu pengetahuan membangun pola pemikiran yang harus logis. Dengan ilmu,

seharusnya agama tidak hanya dilandasi keyakinan namun berdasarkan akal sehat. Karena

dengan berpikir manusia kan mudah memahami hakikat Ketuhan. Manusia sebagaimakhluk

berpikir, memilki kebebasan untuykmelakukan berbagai aktivitas apa saja dengannalar. Nalar

manusia akan membangun agama rasional. Teologi yang rasional, tentu akan memudahkan

manusia memahami hidup ini secara komprehensif dan proposional.

C. Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu

Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran yang hakiki tentunya akan menggunakan

akal pikirnya, rasa, dan keyakinan atas apa yang ingin ia cari hingga memperolehnya atau

mengetahuinya sampai mencapai suatu kebahagiaan dirinya.sejalan dengan menurut Suwardi,

(2012:267) bahwa filsafat itu kuncinya pada upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang

10
yang tahu filsafat, sekaligus menguasai agama, dan ilmu seharusnya hidupnya semakin

lengkap. Fokus filsafat juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama,

tentu pencari kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya

abstrak ini, akan diraih melalui penguasaan ilmu yang mantap.

Dalam mencari, menghampiri suatu kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu:

ilmu, filsafat, dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari,

menghampiri dan menemukan kebenaran serta mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan

titik singgung yang satu terhadap yang lainya.

1. Ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam

suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-

hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh

yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang

kebenaranya diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari dalam Suwardi,

2012:268).

2. Filsafat

Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang

tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut

diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa (Suhar, 2010:36)

Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami

(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:

a. Hakikat Tuhan,

b. Hakikat alam semesta, dan

c. Hakikat manusia

11
Serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi daripada faham

(pemahamannya) tersebut. (Rapar dalam Suwardi, 2012:268) menyatakan bahwa hal yang

menyebabkan manusia berfilsafat karena dirangsang oleh: ketakjuban, ketidakpuasan,

hasrat bertanya, dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami

manusia dalam kehidupanya.

Suwardi, (2012:169) mengemukakan bahwasanya untuk itulah dalam berfikir

filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya yaitu:

a. Sifat menyeluruh, artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari

segi pandang ilmu sendiri tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstalasi pengetahuan

yang lainya.

b. Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat

keatas, tetapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental.

c. Sifat spekulatif, artinya bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu

spekulatif. Dari serangkaian spekulatif ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat

diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan (Suriasumantri

dalam Suwardi, 20012:269)

3. Agama

Agama pada umunya dipahami sebagai:

a. Suatu system credo (tat keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang

mutlak diluar manusia (Suwardi, 2012:269)

b. Suatu sitem ritus (tata peribadatan) mannusia kepada yang dianggapnya mutlak itu

(Suhar, 2010:37)

c. Suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia

dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan

termasuk diatas.

12
Selanjutnya, (Titus dalam Suwardi, 2012:269) mengatakan bahwa agama

harus dirasakan dan di pikirkan. Dalam hal ini dirasakan artinya ia harus di yakini dan

dijelasakan dalam tindakan. Dipikirkan artinya menghendaki pemahaman tentang

ilmu penegtahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat ilmu yang menuntun

kearah pencapaian kebenaran.

Jadi, dari ketiga jalan dalam mencari, mengahampiri dan menemukan suatu

kebenaran dapat di temukan titik persamaan, titik perbedaan, dan titik singgunya,

yakni:

a. Titik persamaan

Baik ilmu, filsafat, maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan

dengan hal yang sama yaitu kebenaran (Suwardi, 2012:270). Ilmu pengetahuan dengan

metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnyba

manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran baik tentang

alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, kerena diluar

jangkauanya) ataupun tentang Tuhan. Dan agama dengan karakteristiknya sendiri,

memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik

tentang alam, manusia ataupun tentang Tuhan.

b. Titik perbedaan

Suwardi, (2012:270) menyatakan titik perbedaannya terletak pada sumbernya,

ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi,, rasio, reason, nous, vede, vertand, dan

vernunft manusia. Ilmu pengetahuan mencar kebenaran dengan jalan menyelidiki (riset,

research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat

menghampiri kebenaran dengan eksplorasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak

meras terikata oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tanganya sendiri bernama logika. Dan

13
manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan jalan mempertanyakan berbagai

masalah asasi dari kepada kita kitab suci. Dan kitab sici adalah keyakinan.

Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai

dengansaat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat

dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun

kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat

mutlak (absolut) karena agama adalah Wahyu yang diturunkan Allah.

Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sangsi dan tidak percaya.

Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Anshari dalam Suwardi,

2012:272).

c. Titik singgung

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif

oleh ilmu pengetahuan. Karena ilmu itu terbatas: Allah; terbatas oleh subyeknya (sang

penyelidik), oleh objeknya (baik material maupun formanya, dan oleh metodologinya.

Tidak semua masalah yang belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat

dijawab oleh filsafat sedangkan filsafat dengan sifatnya yang spekulatif dan alternatif;

tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para filsuf)

sesuai dengan sejalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agama member jawaban

tentang berbagai soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan

oleh filsafat.. dan juga tidak semua persoalan manusia terdapat jawaban dalam agama

(Suhar, 2010:39-40).

D. Agama Dan Pemikiran

Manusia dalam kehidupanya dan ilmu pengetahuan yang ia peroleh, terkadang

melahirkan pemikiran-pemikiran yang kadang berseberangan dengan agama. Dimana agama

14
menyatakan bahwa manusia ada karna penciptanya, manusia hidup karena Tuhanya. Namun

dengan pengetahuan yang manusia yang diperolehnya itu, ia mulai berfikir akan keberadaanya

yang kerkadang ia berpikir bahwasanya dia ada karena akalnya, ia merasa ada karena

dibicarakan oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Socrates dalam

Suwardi, 2012:272) ia menggambarkan keberadaan manusia itu bahwasanya manusia berfikir

dengan “aku berfikir maka aku ada”.

Namun lagi-lagi hal itu tidak cukup untuk menjawab dan menyelesaikan problematika

kehidupan karnab kerapkali di jumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai denganrealita, pun

sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena itu manusia terus

mencari solusi guna menjawab tantanga-tantangan tersebut, yaitu dengan agama.

Agama lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Agama lahir

dengan tidak dengan rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir dari proses penciptaan zat

yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek tertentu. Agama

menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang

tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu.

Filsafat lahir dari ketakjuban. Ketakjuban disi bukanlah hanya diam belaka melainkan

timbulnya rasa penasarana yang sangat kuat yang mendorong untuk mencari kepuasan dari

ketakjuban tersebut, namun usaha ini tidak pernah berakhir selama akal manusia masih ada.

Begitu juga ilmu yang lahir dari ketakjubann para filsuf yang berusaha mencari kepuasan atas

jawaban rasa penasaranya dengan berbagai cara yang cukup sistematis.

Einstein dalam Suwardi, (2012:274) menyatakan bahwa ilmu tanpa bimbingan moral

(agama) adalah buta. Kebutaan moral yang disebabkan oleh ilmu dapat menjadikan manusia

dalam malapetaka yang cukup besar.

Dengan beberapa kekurangan serta kelamahan filsafat dan ilmu, kita bisa

menyempurnakanya dengan moral (agama) yangb bisa menjadi mediator gunan

15
menyempurnakan kedua konsep tersebut untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan duniawi

yang praktis. Oleh karena itu nilai-nilai kebenaran yang memang menjadi ending dari filsafat

dan ilmu dapat direalisasikan dengan konsep kebenaran hakiki yang dimiliki agama.

E. Ilmu Dan Agama Dalam Perselingkuhan

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh manusia terutama

para ilmuwan yang mempunyai pemahaman tentang ilmu yang ia peroleh sebagai senjata

bagaia kaum ateis untuk menentang agama. Hingga sampai menyebut agama tidak bermakna,

padahal agama dan ilmu sama-sama menawarkan kepastian dengan metode yang berbeda-

beda.

Ilmu seringkali berpura-pura jadi agama dan itulah yang disebut scientism. Ilmu

menyamar menjadi agama danmenawarkann kepastian suatu pemahaman yang diluar bidang

ilmu itu sendiri dengan menggunakan logika-logika mereka. Sebuah paham bersembunyi

dibalik teori-teori ilmiah. Paham-paham dibalik pemikiran ilmuann bersembunyi dibalik teori-

teori ilmiah. Sebaliknya agama yang menggunakan ilmu juga berbahaya. Agama tidak

dipahami begitu saja, karena kitab suci dan ajaran agama memerlukan penafsiran. Disana

terdapat berbagai penafsiran, buktinya adanya berbagai aliran-aliran dalam agama tersebut.

Ilmu bisa saja menjadi senjata yang dikuasai aliran tertentu untuk menekankan pemahaman

lain.

Perselingkuhan antara ilmu dan agama yaitu ketika ilmu berubah menjadi semacam

agama. Ilmu tidak menyadari sifatnya yang tidak abadi dan faliable. Berusaha memaksakan

diri untuk menjadi pasti akan membentur tembok-tembok yang digambarkan oleh para filsuf

ilmu. Suwardi, (2012:276) menyatakan bahwa perselingkuhan ilmu dan agama akan selalu

terjadi, ketika idealism pikiran sulit diterima oleh agama sebagai wahyu.

16
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari

sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada suatu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya

pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikan tentang hakikat sesuatu yang

menjadi objek dan materi bahasanya. Sedangkan agama merupakan wujud kebenaran dan

keselamatan manusia untuk hidup d dunia dan akhir. Dengan demikian Suwardi, (2012:277)

dapat dikatakan bahwa perbedaan antara filsafat, agama dan ilmu yaitu:

a. Filsafat adalah pengetahuan tentang non-empirik dan non-eksperimental diperoleh

manusia melalui usaha.

b. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun sistematis

dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan, dan percobaan.

c. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal

kehidupan manusia dengan lingkunganya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang

ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran.

Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi

4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk

didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya

pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan

akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke

(4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.

Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak

dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau

diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dan ilmu anaknya filsafat dimana lahirnya ilmu

sebagai hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai

kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang hal ikhwal yang

diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran

manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan

eksperimental. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari

kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu yang akan memberikan

pemahaman moral terhadap ilmu penegtahuan yang dilahirkann dari filsafat untuk menjadi

ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan mannusia.

18
B. Saran

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan tentunya memerlukan usaha hingga menemukan

suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan yang kita peroleh itu tentunya

sangat bermanfaat bagi kehidupan kita jika kita memanfaatkan ilmu itu sesuai dengan

kebenarann yang pasti oleh agama yang merupakan pengetahuan yang mutlak atau wahyu dari

Tuhan. Untuk itu kita sebagai seorang yang berpendidikan yang telah memperoleh berbagai

ilmu pengetahuan perlu juga mengetahuai penegtahuan akan agama sehingga suatu kebenaran

yang kita cara dapt kita temukan dengan baik. Dan pemahaman akan filsafat, ilmu dan agama

bahwasanya sama-sama memilki tujuan yang sama yaitu mencari kebenaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

AM, Suhar. 2010. Filsafat Umum: Konsepsi, sejarah, dan aliran. Jakarta: Gaung Persada

Press.

Endrawara, S. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, sejarah, dan pengembangan metode ilmiah.

Yogyakarta: CAPS.

http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html. Diakses

8/12/2016

http://kbbi.web.id. online

20

Anda mungkin juga menyukai