Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

HAKIKAT FILSAFAT, TUJUAN DAN CIRI-CIRI FIKIRAN KE-


FILSAFATAN, ALASAN BERFILSAFAT DAN PERANANNYA

Dosen Pembimbing : Ibu Dra. Rosdiana, M. Pd.

Disusun oleh :
Elsya Mawaddah Sitio 5233142037
Naila Natasya Meidina 5233142007
Nazwa Rizka Effendi Tarigan 7231402199

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hakikat filsafat, tujuan, dan
ciri-ciri ke-filsafatan, alasan berfilsafat dan peranannya” ini dapat diselesaikan dengan
cukup baik.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas rutin mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen Dra. Rosdiana, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini pada tugas selanjutnya.

Medan,04 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II Pembahasan..................................................................................................................2

2.1 Pengertian Hakikat Filsafat…....…….………………....…..................................................2

2.2 Tujuan Filsafat.......................................................................................................................3

2.3 Ciri-ciri Fikiran Ke-filsafatan, Alasan Berfilsafat, serta Peranannya....................................3

BAB III Penutup..........................................................................................................................9

5.1 Kesimpulan............................................................................................................................9

5.2 Saran......................................................................................................................................9

Daftar Pustaka............................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berfikir dan selalu berusaha uuntuk
mengetahui segala sesuatu, memiliki rasa ingin tahu akan segala hal yang menurutnya belum
memiliki jawaban yang pasti. Untuk memenuhi jawaban atas rasa ingin tahu itu banyak
manusia yang mempertanyakan, menganalisis, dan mengkaji hal yang dilihat dan
dialaminya. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan,
kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan.
Dengan berfilsafat, manusia kerap kali didorong untuk mengetahui hal yang belum
diketahuinya secara objektif tentang apa yang terjadi di semesta yang seakan tak terbatas.
Manusia yang berfilsafat tidak bisa memikirkan masalah hanya dari satu sudut pandang
saja, ia harus berfikir secara universal atau menyeluruh baik dari segi keberhasilan ataupun
kegagalannya.
Filsafat tidak bisa dihilangkan dari kehidupan manusia, karena filsafat salah satu hal
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketiadaan filsafat membuat kehidupan
manusia dilanda dekadensi dan kebosanan. Filsafat dapat mendorong manusia untuk
berfikir apa yang dapat di harapkan dari sebuah bukti, dan filsafat juga dapat membimbing
cara berfikir manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat filsafat?
2. Apa tujuan filsafat?
3. Bagaimana ciri-ciri fikiran ke-filsafatan, beserta alasan dan peranan filsafat?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari hakikat filsafat
2. Untuk mengetahui tujuan filsafat
3. Untuk mengetahui ciri-ciri fikiran ke-filsafatan, beserta alasan dan peranan
filsafat.

ARTI FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang dapat diamati
oleh manusia saja. Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai
semua aktivitas warga negara dari suatu bangsa.Pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan.
Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika
formal yang dibangun atas prinsip koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip
menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dan
pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan yang
disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat
pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan
dengan filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakikat Filsafat


Asal usul kata hakikat adalah dari bahasa arab “Al-Haqq” yang artinya hak. Makna
hak yang mendasari kata hakikat disini merujuk pada arti kepunyaan, benar, adat kebiasaan,
atau benar-benar ada. Menurut KBBI, kata hakikat artinya inti sari atau dasar; kenyataan
yang sebenarnya atau sesungguhnya. Hakikat adalah hal yang berhubungan dengan makna
dari suatu kejadian, bukan fakta yang sedang terjadi. Manusia memiliki kebiasaan heran atau
ingin tahu yang cukup besar akan suatu objek yang dilihat atau dialaminya, dengan
timbulnya rasa ingin tahu tersebut, manusia mulai berfilsafat dengan menganalisis atau
mengkaji objek tersebut.
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” diartikan dengan mencintai
kebijaksanaan. Secara etimologis filsafat artinya cinta atau mencintai akan kebijaksanaan.
Cinta memiliki arti hasrat yang besar atau yang bersungguh-sungguh, dan kebijaksanaan
memiliki arti kebenaran yang sesungguhnya. Socrates (469-399 SM), ia memahami bahwa
filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-
asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life). Berdasarkan
uraian di atas dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang
yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau
filosof. Sumber dari dari sebuah filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu
manusia yang sehat akan berusaha keras untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh
kebenaran. Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap. Tahap pertama, manusia
berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal. Tahap kedua, dari berbagai spekulasi
disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran
tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran.
Hakikat filsafat adalah ilmu tentang realita dan kebenaran, soal apa yang mungkin
diketahui tentang suatu objek baik objek materiil ataupun objek formal yang dicari
kebenarannya dengan akal dan kalbu manusia.

2
2.2 Tujuan Filsafat

Menurut Harold H. Titus, tujuan filsafat adalah upaya untuk memahami alam semesta,
makna dan nilainya. Menurutnya, apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah
kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi, dan ekspresi, maka tujuan filsafat
adalah pengertian dan kebijaksanaan. Berdasarkan uraian tersebut, tujuan filsafat yaitu agar
manusia menjadi lebih terdidik dan memiliki pengetahuan, serta mampu menilai hal-hal di
sekitarnya secara objektif

Berikut tujuan filsafat:

1. agar manusia menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupannya


2. agar manusia memiliki pandangan yang luas dan terhindar dari sifat egosentrisme.
3. Supaya manusia memiliki pandangan yang luas dan terhindar dari sifat egosentrisme.
4. Agar manusia dapat berpikir sendiri, memiliki pendapat sendiri, mandiri secara rohani,
dan dapat bersikap kritis.
5. Agar manusia dapat mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga dapat memahami
sumber, hakikat, dan tujuan ilmu.
6. Agar manusia memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang.
7. Agar tenaga pengajar dan siswa memiliki pedoman dalam mendalami suatu ilmu
pengetahuan, khususnya untuk membedakan persoalan ilmiah dan non-ilmiah.
8. Agar para ilmuwan terdorong untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.

2.3 Ciri-Ciri Fikiran Ke-Filsafatan, Alasan Berfilsafat, Serta Peranannya

2.3.1 Ciri-Ciri Fikiran Ke-filsafatan

karakteristik berpikir filsafat harus sistematis, bersifat universal, radikal (mendasar),

rasional, menyeluruh, koheren, konseptual, bebas dan bertanggung jawab. Berdasarkan uraian

tersebut, ciri-ciri berpikir filsafat harus universal atau menyeluruh. Artinya, pemikiran harus luas

dan tanpa membatasi diri serta tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang saja. Contohnya,

ketika mengambil suatu keputusan, kita memikirkan semua konsekuensinya, baik itu dari segi

keberhasilan maupun kegagalannya.

berikut ini karakteristik cara berfikir filsafat (Latif, 2014:4) yaitu :

1. Bersifat menyeluruh maksudnya seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya

mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin mengetahui hakikat ilmu dari sudut

pandang yang lain, kaitanya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini membawa
kebahagiaan dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak akan merasa sombong dan

mengangguk paling hebat atau diatas langit masih ada langit, sebagaimana Socrates yang

meyatakan tidak tau apa-apa.

2. Bersifat mendasar, maksudnya sifat yang tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu benar,

mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria dilakukan? Apakah

kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti suatu pertanyaan yang melingkar

yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.

3. Bersifat spekulatif, maksudnya menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah

lingkaran yang sekaligus menjadi titik, akhirnya dibutuhkan suatu sifat spekulatif baik dari segi

proses, analisis maupun pembuktiannya, sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.

2.3.2 Alasan Berfilsafat

Manusia sebagai makhluk berfikir selalu berusaha untuk mengetahui segala sesuatu tidak
mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu. Selalu ingin tahu apa yang ada yang dilihat
dan diamati. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum
diketahui. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Segala sesuatu yang dilihatnya,
dialaminya, dan segala yang terjadi di lingkungan selalu dipertanyakan dan dianalisi atau dikaji.
Kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan
merupakan faktor yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu mempertanyakan,
memikirkan, dan menyelidiki segala sesuatu.

a. Keheranan

Berfikir filsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan atau dipertanyakan
terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena adanya keheran terhadap objek di
sekeliling kita. Dari hal-hal tersebut maka seseorang akan mencari jawaban dari pertanyaan atau
rasa keheran secara mendalam sampai hal tersebut terjawab sesuai dengan kepuasan yang
diinginkan, didalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu pola berpikir agar
pertanyaan tersebut terjawab dan hasil jawaban itu dapat dipertanggungjawabkan, seperti halnya
di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terjawab jikalau tidak ada pemikiran/berpikir
serta pengetahuan yang ilmiah dalam menjawab sehingga dibutuhkan suatu ilmu dalam
menjawab sehingga dapat dikatakan bahwasannya produk dari pemikiran filsafat adalah ilmu
serta ilmu tersebut akan muncul cabang-cabang ilmu yang lain yang mebidangi dari setiap
permasalahan yang dikaji.

b. Kesangsian

Berbeda dengan Plato; Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain. Menurut mereka,
berfilsafat itu bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan, tetapi sumber utama mereka

berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu dan
mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang keheranan?
Apakah yang kita lihat itu benar sebagaimana adanya? Kesangsian dan meragukan ini
mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh
kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti
ini disebut dengan berfilsafat.

Descartes mengatakan bahwa jiwa tidak pernah tampak secara langsung dalam kesadaran kita,
seperti halnya pengalaman indrawi. Descartes yakin bahwa jiwa itu ada, ia tidak pernah
mengalami totalitasnya sama sekali. Akan tetapi keyakinan ini mendorongnya untuk menyelidiki
ide-ide lain yang meskipun nyata, tetapi tidak dapat dihadirkan hanya oleh satu pengalaman
indrawi semata-mata. Ide-ide tersebut diantaranya adalah kesempurnaan, kesatuan, ketidak-
berhinggaan, dan aksioma-aksioma geometris yang terdapat di dalam jiwa. Descartes
berkesimpulan bahwa ide-ide seperti itu tidak bergantung dari pengalaman indrawi yang spesifik
tetapi dapat disentuh dan ditimbulkan oleh pengalaman pastilah diperoleh dari hakikat jiwa yang
berfikir. Maka ia menamakan mereka ide-ide bawaan (innate ideas) dari jiwa. Keyakinan
Descartes akan ide-ide bawaan merupakan tongkat dimulainya pemikiran filsafatnya.
c. Kesadaran akan keterbatasan

Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan
keterbatasan pada dirinya. Menurut Husserl kesadaran tidak lain adalah intensional mengarah
pada sesuatu yang disadari yang disebut sebagai aktivitas intensional atau noetimatic, sedangkan
aktivitas menyadari sesuatu disebut sebagai aktivitas noetic. Oleh sebab itu pengertian kesadaran
oleh Husserl selalu dihubungkan dengan kutub objektifnya, yakni objek yang disadari.
Kesadaran merupakan adanya suatu pemikiran perubahan tentang sesuatu. Dalam keterbatasan,
sangatlah berguna mengejar peradaban atau kebudayaan karena kebahagiaan-kebahagiaan kita
tergantung pada apa yang ada di dalam pikiran kita.

Apabila seseorang sadar bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami
penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia

berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang
tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dan yang ada pasti ada penyebabnya, dan
dengan demikian mulailah ia berfikir abstrak, dan akhirnya akan menemukan bahwa ada
penyebab yang tidak disebabkan apa-apa. Itulah yang disebut dengan Causa Prima, Pencipta
yang menjadikan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.

2.3.3 Peranan Filsafat


Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Whitehead, salah
seorang pemikir terbesar dan disegani pada zaman modern menggambarkan peranan filsafat
yang pertama sebagai pengetahuan dan tinjauan ke masa depan. Beliau berkata ketika peradaban
manusia mencapai puncak, ketiadaan filsafat hidup yang harmonis yang melanda seluruh
komunitas memunculkan dekadensi dan kebosanan. Baginya karakter sebuah peradaban memang
sangat dipengaruhi oleh pandangan umumnya tentang kehidupan dan realitas. Peranan filsafat
yang kedua sebagai pemberi penilaian imparsial dari seluruh sisi dan pengetahuan yang
diberikan tentang bukti dan apakah yang harus dicari dan diharapkan dari sebuah bukti. Hal ini
akan menjadi pengecek penting atas bias emosional dan konklusi yang gegabah dan terutama
dibutuhkan dan seringkali tidak dimiliki dalam berbagai kontroversi politik. Filsafat menciptakan
ideal pemikiran yang baik dan melatih seseorang untuk menghilangkan kebingungan.
Rapar dalam Surajoyo mengatakan bahwa Filsafat telah memerankan tiga peran utama dalam
sejarah pemikiran manusia. Ketiga peran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektual manusia terkurung dalam tradisi dan kebiasaan.
Manusia terlena dalam alam mistik. Orang Yunani yang dikatakan memiliki rasionalitas yang
luar biasa, pernah percaya kepada dongeng dan takhayul. Keadaan ini berlangsung cukup lama,
lalu kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral dan selama
itu tidak boleh tidak diterima. Pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup lama namun
telah membuahkan hasil yang mencengangkan, yakni terjadi perubahan dalam pandangan dan
sikap manusia tentang sesuatu.
b. Pembebas
Kehadiran filsafat bukan hanya sebagai pendobrak pintu palang yang mempertahankan
tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos itu, melainkan juga merenggut manusia
keluar dari dalam kurungan tersebut. Filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berfikir
yang mistik dan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat telah, sedang, dan akan terus
berupaya membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang
menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat membebaskan manusia dari cara
berfikir yang tidak teratur dan tidak jernih, cara berfikir tidak kritis yang membuat manusia
7
mudah menerima berbagai kebenaran semu yang menyesatkan. Jelasnya dapat dikatakan
bahwa,filsafat membebaskan manusia dari segala jenis penjara yang hendak mempersempit
ruang gerak akan budi manusia.
c. Pembimbing
Filsafat berperan sebagai pembimbing terhadap keluarnya manusia dari kungkungan yang
membelenggu manusia yang hendak mempersempit ruang gerak akal budinya. Filsafat
membimbing manusia dari cara berfikir yang:
 Mistik dan mite dengan membimbing manusia untuk berfikir secara rasional
 Picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berfikir secara luas dan
mendalam yakni berfikir secara universal sambil berupaya mencapai radix dan
menemukan esensi suatu permasalahan.
 Tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berfikir secara
sistematis dan logis
 Utuh dan begitu pragmentaris dengan membimbing manusia untuk berfikir secara
integral dan koheren.

Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada empat peranan filafat, yaitu sebagai
berikut:

 Bangsa Indonesia berada di tengah – tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi
banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan.
Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai dan
norma itu filsafat membantu mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
 Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan,
tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang
paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara verbalistik,
melainkan secara evaluatif, kritis, dan reflektif sehingga kekayaan rohani bangsa dapat
menjadi modal dalam pembentukan terus – menerus identitas modern Indonesia.
 Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan
membuka kedok ideologis pelbagi bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran
terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
 Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan
lingkungan akademis khususnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian hakikat filsafat adalah ilmu tentang realita dan kebenaran, soal apa yang
mungkin diketahui tentang suatu objek baik objek materiil ataupun objek formal yang dicari
kebenarannya dengan akal dan kalbu manusia. Filsafat bertujuan untuk menjadikan manusia
lebih terdidik dan memiliki pengetahuan, serta mampu menilai hal-hal di sekitarnya secara
objektif. Karakteristik berpikir filsafat harus sistematis, bersifat universal, radikal (mendasar),
rasional, menyeluruh, koheren, konseptual, bebas dan bertanggung jawab. Dengan filsafat
seorang tidak akan menganggap sesuatu masalah sebagai hal yang sepele namun akan
mempertanyakan mengenai isi kebenaran sesuatu perbuatan tertentu dan pada akhirnya akan
menemukan kebenaran.

Alasan manusia untuk berfilsafat atau Faktor yang mendorong manusia untuk
mempertanyakan, memikirkan, dan menyelidiki segala sesuatu yaitu karena keheranan,
kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. Misalnya Augustinus dan Rene Descartes
berpendapat bahwa ketika manusia melihat sesuatu hal yang baru, maka akan timbul rasa heran
yang diikuti dengan keragu-raguan atau rasa sangsi. Rapar dalam Surajiyo mengatakan bahwa
filsafat memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan
pembimbing. Sehingga manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dan yang pasti ada
penyebabnya, dan dengan demikian mulailah manusia berfikir abstrak, dan akhirnya menemukan
bahwa ada penyebab yang tidak disebabkan oleh apapun.

3.2 Saran

Dengan mempelajari dan mengkaji tentang hakikat filsafat, tujuan filsafat, ciri-ciri fikiran
ke-filsafatan, serta alasan dan peranannya. Diharapkan kita dapat memahami pengertian hakikat
filsafat,tujuan filsafat, ciri-ciri kefilsafatan, serta alasan dan perananan filsafat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiansah, T. Heru. 2020. Filsafat Pendidikan.Jawa Tengah: Pena Persada.


Sutisna, Icam. 2021. Relasional Ilmu Filsafat Dengan Pendidikan.Gorontalo:
Karya ilmiah Universitas Negeri Gorontalo.

Yulianto, Hanif Sri. 2023. Arti Filsafat beserta Tujuan dan Cabang-cabangnya.

Diakses dari https://www.bola.com/ragam/read/5197459/arti-


filsafat-beserta-tujuan-dan-cabang-cabangnya pada 03 September
2023.
10

Anda mungkin juga menyukai