Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI ISI DAN ARTI FILSAFAT

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Bone

Dosen Pembimbing :
Dr.SURIANI NUR ST. M.SI

Oleh:
Kelompok 5
Farahilda nur lestari HA
862322022045
Dita Wardani
862322022049
Husnul khatimah
862322022057

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BONE FAKULTAS


TARBIYAH PROGRAM STUDI PGMI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan
hidayah Nya. kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Memahami Isi
dan Arti Filsafat ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna terutama dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Memahami Isi dan Arti
Filsafat. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini serta makalah-makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami serta dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya. Akhir kata, apabila terdapat kesalahan kata-kata
ataupun isi makalah yang kurang berkenan kami mohon maaf karena pada
dasarnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. semata.

Watampone,18 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Arti Etimologis Filsafat ................................................................. 3

B. Hubungan Manusia dengan Filsafat .............................................. 4

C. Pembidangan Filsafat .................................................................... 6

D. Hubungan Filsafat Hidup dan Filsafat Akademik ....................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................. 13

A. Kesimpulan .................................................................................. 13

B. Saran ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang
mencari hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas
pengalaman-pengalaman manusia dan merupakan suatu upaya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang
kehidupan manusia. Pada prinsipnya, konsep filsafat menempatkan
sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang
merupakan tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudahnya.
Sosok manusia sebagai makhluk yang paripurna juga memiliki
berbagai kelemahan dan kecenderungan negatif dalam menata hidupnya.
Dalam membantu manusia menjaga eksistensi dan aktualisasi dalam
kehidupan profame, maka dibutuhkan pemikiran filosofis dan kegiatan
pendidikan, sebagai suatu kegiatan yang dapat mengarahkan manusia
untuk memanusiakan dirinya secara benar dan tepat.
Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara
mendalam, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan
sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan
kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat,
maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat
merupakan induk dari sebuah ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti etimologis filsafat ?
2. Bagaimana hubungan manusia dengan filsafat ?
3. Apa pembidangan filsafat ?
4. Apa perbedaan filsafat hidup dan filsafat akademik ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa arti etimologis filsafat
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan filsafat
3. Untuk mengetahui apa pembidangan filsafat
4. Untuk mengetahui apa perbedaan filsafat hidup dengan filsafat
akademik

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Arti Etimologis Filsafat
Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang merupakan kata
majemuk Philosophia atau Philosophos.Kata tersebut terdiri dari dua kata
yakni philos (philein) dan Sophia. Kata Philos berarti cinta (love),
sedangkan Sophia atau sophos berarti pengetahuan, kebenaran, hikmat
atau kebijaksanaan (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat berarti cinta
akan pengetahuan, kebenaran ayau kebijaksanaan. Makna cinta yang
seluas-luasnya menganduk arti keinginan secara mendalam, atau bahkan
kehausan luar biasa untuk mendapatkan pengetahuan atau kebijaksanaan
sampai keakar-akarnya atau pada taraf yang radikal. Suhartono (2005:50-
51) kata cinta (Philos) dan kebijaksanaan (sophia) bisa bermakna secara
terus-menerus menyatu dengan pengetahuan yang mengandung nilai-nilai
kebenaran, kebaikan, dan keindahan guna mewujudkan kebijaksanaan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Gagasan ini terkait dengan
sasaran orang berfilsafat yakni mencari pengetahuan, aneka gagasan/ide,
atau konsep yang mendasar kesemuanya berfungsi teoritis praktis bagi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Budianto, 2005).
Kata filsafat juga terdapat pada bahasa Arab yakni falsafah atau
falsafat. Selain itu ada juga dari negara India yang memakai kata dharsana
yang bermakna memandang, memperhatikan, merenungkan, memahami
diteruskan dengan kontemplasi, kemudian membentuk persepsi untuk
memberi kesimpulan, visi dan keyakinan (Pendit, 2005:2). Berfilsafat akan
terkait dengan kegiatan merenung atau kontemplatif guna mendapatkan
kesimpulan yang benar, maka secara etimologi kata filsafat dalam bahasa
Yunani, maupun Arab begitu juga dari India (dharsana) pada intinya
memiliki makna yang sama yakni aktifitas berfikir kontemplatif guna
mendapatkan kebenaran yang hakiki dalam konteks menjadikan manusia
sebagai makhluk yang bijaksana.

3
B. Hubungan Manusia dengan Filsafat
Manusia dalam hidup dan kehidupan selalu ingin mengetahui segala
sesuatu, rasa ingin tersebut terefleksi kepada keinginan untuk bertanya,
sikap bertanya tentu ingin mendapatkan jawaban, dan jawaban yang
diharapkan adalah jawaban yang benar dan penuh kepastian. Untuk
menjawab berbagai pertanyaan dari manusia maka filsafat dapat berperan
penting sebagai bentuk kegiatan berpikir rasional, radikal, universal, tanpa
terikat oleh tradisi (budaya, norma atau agama) dalam mencari kebenaran.
Filsafat dapat menunjukkan manusia kerangka pikir yang logis, dan
prosedur berpikir yang sistematis. Kemudian, untuk mempermudah proses
pencarian kebenaran dan penalaran, maka pendidikan dapat mengarahkan
proses bekerja nalar yang sistematis, terarah, teratur, efektif, efisien dalam
pencapaian tujuan yang diharapkan.
Filsafat mengkaji segala esensi yang ada dan mungkin ada, dengan
landasan berpikir yang rasional, sistematis, universal, radikal dan bebas
dari ikatan tradisi, norma, agama, dansebagainya, dalam
mencari kebenaran. Objek dan subjek filsafat adalah manusia
sehingga saling terkait mutual simbiosis. Manusia membutuhkan
pandangan hidup, pegangan hidup yang rasional, bebas, universal,
dan memahami persoalan secara radikal, sehingga dibutuhkan filsafat.
Filsafat merupakan konsep tentang hidup dan kehidupan yang
perlu diketahui oleh manusia sebagai bangunan paradigma pikir
dan sikap, maka diperlukan pendidikan untuk merancang dan
melaksanakan visi filsafat dan manusia. Pendidikan menawarkan jalan
keluar bagi problem kehidupan. Dengan demikian, filsafat, manusia dan
pendidikan menjadi bagian yang saling membutuhkan dalam menata
dan membenahi kehidupan yang lebih baik dan raisonal.
Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak
dan berfikir,dan kerena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu
berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan
dasyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menenteng dan

4
menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, temenung, memikirkan
segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia
berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang,
berbuah, dan melimpah ruah.
Didalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan
kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampillah manusia-manusia
unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas
berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial
masyarakat, alam semesta, dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama
kalinya filsafat dalam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode
dua, lalu sophisme, kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih
enam abad sebelum Masehi.
Memang filsafat alam, baik periode pertama maupun periode kedua,
begitu pula pemikiran Sophisme, belumlah mempunyai pengaruh yang
mendalam, dalam bidang pendidikan. Barulah setelah lahir filsafat klasik
yang dipelopori oleh Sokrates (470 SM - 399 SM),dan murid-muridnya
plato dan aristoteles, filsafat mulai berpengaruh positif dalam bidang
pendidikan.
Proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya
perubahan-perubahan yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mendorong proses kehidupan umat manusia diatas
permukaan planet bumi ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad
sebelumnya. Dua kali perang dunia telah merubah status permukaan bumi
secara drastis. Kemauan teknologi telah mendekatkan jarak bumi yang
jauh menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja. Apa yang terjadi
di sutau negara pada detik ini dan saat ini juga telah diketahui oleh negara-
negara lain di dunia ini.
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan dan
filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia
sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan

5
peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab
tantangan zaman yang sekarang kita hadapi.
C. Pembidangan Filsafat
Terdapat kecenderungan bahwa bidang-bidang filsafat itu semakin
bertambah, sekalipun bidang-bidang telaah yang dimaksud belum
memiliki kerangka analisis yang lengkap, sehingga belum dalam disebut
sebagai cabang. Dalam demikian bidang-bidang demikian lebih tepat
disebut sebagai masalah-masalah filsafat. Pembidangan tersebut sering
sekali menunjukan betapa luasnya objek pembicaraan filsafat, yang juga
memerlukan uraian yang panjang lebar untuk membahasnya. Adapun
gambaran tentang masing-masing bidang itu menurut pembagian yang
dilakukan Kattsoff adalah sebagai berikut:
1. Logika,
Logika adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk
memper oleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Logika
terbagi ke dalam dua cabang utama, yakni logika deduktif dan logika
induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang
dapar di pergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih. Memperoleh
kesimpulan yang bersifat keharusan itu yang paling mudah ialah bila
didasarkan atas susunan proposisi-proposisi tersebut. Logika yang
membicarakan susunan proposisi-proposisi dan penyimpulan yang
sifatnya keharusan berdasarkan susunannya, dikenal sebagai logika
deduktif atau logika formal.
Adapun logika induktif, mencoba untuk menarik kesimpulan dari
susunan proposisi-proposisi yang spesifik dengan memperhatikan
sifat-sifat dari bahan yang diamati. Logika induktif mencoba untuk
bergerak dari: 1) suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus
menuju kepada pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta
yang bercorak demikian, atau 2) suatu perangkat akibat tertentu
kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut. Bila logika

6
deduktif atau suatu perangkat aturan yang dapat diterapkan hampir
secara otomatis, bagi logika induktif tidak ada aturan-aturan yang
demikian, kecuali hukum-hukum probabilitas.
2. Metodologi
Metodologi, ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan,
yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan
khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi dapat membahas metode
metode yang lain, misalnya menode-metode yang dipakai dalam
sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi,
hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.
3. Metafisika
Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang
terdapat di balik yang tampak. Metafisika oleh Aristoteles disebut
sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada, yang
dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada
sebagai yang dijumlahkan. Kita dapat mendefinisikan metafisika
sebagai bagian pengetahuan manusia yang berkaitan dengan
pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam. Secara singkat,
dapat dinyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini menyangkut
persoalan kenyataan sebagai kenyataan, dan berasal dari perbedaan
yang cepat disadari oleh setiap orang, yakni perbedaan antara yang
nampak (apperence) dengan yang nyata (reality).
4. Ontologi dan kosmologi
Ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada,
sedangkan kosmologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada
yang teratur. Ontologi berusaha mengetahui esensi yang terdalam dari
yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertiban
serta susunannya.
5. Epistemologi
Epistemologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula,
susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Terdapat dua

7
macam pertanyaan berkaitan dengan epistemologi. Pertama, perangkat
yang mengacu kepada sumber pengetahuan kita; pertanyaan-
pertanyaan ini dapat dinamakan pertanyaan-pertanyaan epistemologi
kefilsafatan, dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa. Kedua, pertanyaan-
pertanyaan yang lain merupakan masalah-masalah semantik, yakni
menyangkut hubungan antara pengetahuan kita dengan objek
pengetahuan tersebut. Secara singkat, epistemologi dapat diartikan
dengan bagaimana cara kita untuk mengetahui sesuatu.
6. Biologi kefilsafatan
Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai
biologi. Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisis pengertian-
pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai pengertian-pengertian hidup, adaptasi, teologi,
evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga
membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka sesuatu, dan arti
pentingnya hidup bagi penafsiran kira tentang alam semesta tempat
kita hidup. Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan
hanya terhadap istilah-istilah biologi, melainkan juga terhadap
metode-metode serta teori-teorinya. Gambaran yang kita buat
mengenai kenyataan tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta
biologi yang sudah ditetapkan dengan baik.
7. Psikologi kefilsafatan
Psikologi kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan
psikologi yang meliputi apakah yang dimaksud dengan jiwa, nyawa,
ego, akal, perasaan, dan kehendak. Pertanyaan tersebut dapat
dijelaskan oleh psikologi sebagai ilmu, namun psikologi kefilsafatan
membantu tingkat kehakikian dari penjelasan tersebut.
8. Antropologi kefilsafatan
Antropologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
tentang manusia. Apa hakikat terdalam dari manusia itu? Ada pilihan
penafsiran apa sajakah mengenai hakikat manusia itu? Yang manakah

8
yang lebih mendekati kebenaran? Antropologi kefilsafatan juga
membicarakan tentang makna sejarah manusia. Apakah sejarah
manusia itu dan ke manakah arah kecenderungannya? Apakah sejarah
manusia tergantung pada apakah manusia itu, dan apakah manusia itu
dapat dipahami berdasaran sejarahnya?.
9. Sosilogi kefilsafatan
Sosiologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat masyarakat serta hakikat negara. Kita ingin
mengetahui lembaga lembaga yang terdapat di dalam masyarakat, dan
kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia dengan negaranya.
Apakah makna serta bagaimanakah cara penggunaan istilah-istilah
seperti proletariat, kebebasan, massa, individu, dan sebagainya. Pada
saat ini pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang sangat mendesak, karena keputusan kita serta hari
depan kita menanti pilihan kita mengenai ideologi politik serta
ideologi sosial.
10. Etika
Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan
buruk. Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan
tentang istilah-istilah seperti haik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan
sebagainya. Istilah-istilah ini merupakan predikat-predikat kesusilaan
(etik), dan merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan
tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang
mempergunakan sebutan-sebutan tersebut. Di dalam etika kita
berusaha untuk menemukan fakta-fakta mengenai situasi kesusilaan
agar dapat menerapkan norma-norma terhadap fakta-fakta tersebut.
Tetapi yang paling benar ialah tujuan kita yang pokok di dalam etika
agaknya ialah menemukan norma-norma untuk hidup dengan baik.
11. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi,
susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Estetika

9
menggali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan: Apakah keindahan itu?
Apakah hubungan antara yang indah dengan yang benar dan yang
baik? Apakah ada ukuran yang dapat dipakai untuk menanggapi suatu
karya seni dalam arti yang objektif? Apakah fungsi keindahan dalam
hidup kita? Apa seni itu sendiri? Apakah seni itu hanya sekedar
reproduksi alam kodrat belaka, ataukah suatu ungkapan perasaan
seseorang, ataukah suatu penglihatan ke dalam kenyataan yang
terdalam?.
12. Filsafat Agama
Filsafat agama adalah cahang filsafat yang membicarakan jenis-
jenis pertanyaan berbeda mengenai agama. Pertama ia mungkin
bertanya, Apakah agama ini? Apa yang Anda maksud dengan istilah
"Tuhan"? Apa bukti-bukti tentang adanya Tuhan? Bagaimana cara
kita mengetahui adanya Tuhan? Apa makna "eksistensi" bila istilah ini
dipergunakan dalam hubungannya dengan Tuhan? Filsafat agama
tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau
tidak mau harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang
dipergunakan, ketentuan di antara kepercayaan-kepercayaan, bahan-
bahan bukti kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama
dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain.
D. Hubungan Filsafat Hidup dan Filsafat Akademik
Filsafat hidup atau pandangan hidup menyiratkan kandungan tujuan
hidup manusia yang ditentukan oleh pandangan tentang asal mula manusia
dan alam semesta ini. Jika asal mula itu dipandang sebagai sesuatu yang
spiritual, maka tujuan hidup tentu juga akan bersifat spiritual, dan oleh
sebab itu sikap, cara, dan seluruh tingkah laku hidup sehari-hari tentulah
bersifat material juga. Untuk apakah kita hidup? Sebuah eksistensialisme
yang mendasar yang terus dicari manusia dalam perjalanan hidupnya.
Dalam kehidupan ini barangkali dapat dikatakan tidak ada orang yang
hidup tanpa tujuan hidup, sehingga tidak ada orang yang tidak mempunyai
filsafat hidup (way of life). Jenis dan kualitas filsafat hidup mereka itu

10
berbeda-beda. Ini tergantung pada tingkat pengetahuan manusia mengenai
manusia, alam, hidup, dan kehidupannya sendiri. Umumnya, filsafat hidup
berasal atau terbentuk dari kehidupan keagamaan dan adat istiadat serta
kebudayaannya. Sementara itu, ada yang filsafat hidupnya dibangun atas
olah cipta, rasa dan karsanya sendiri (bagi orang-orang minoritas tertentu).
Oleh karena itu, filsafat hidup ini bersifat tertutup, artinya filsafat itu
ada karena telah ditentukan oleh dan menurut norma-norma keagamaan,
adat istiadat dan budaya sosial yang sedang berlaku. Secara diam-diam
(implisit), filsafat hidup berkembang begitu saja pada diri manusia sejak
kecil. Kebiasaan meniru pada pribadi anak-anak berkembang menjadi sifat
reseptif yang menerima begitu saja apa yang diiwariskan orangtuanya
sebagai suatu keyakinan yang mengandung kebenaran yang selanjutnya
langsung diamalkan secara taat dan patuh demi tujuan hidupnya. Maka
lahirlah filsafat hidup orang Bugis, orang Makasar, Orang Jawa, orang
Samin, orang Tengger, orang Badui, orang Batak, orang Minangkabau,
dan sebagainya.
Dengan kata lain, filsafat hidup berkembang dari adat istiadat,
kebudayaan, dan keagamaan yang ada, maka filsafat itu bersifat emosional
tertutup. Sebaliknya, filsafat akademik tidaklah demikian. Filsafat
akademik itu bersifat rasional, terbuka, dan dipelajari secara metodik dan
sistematik menurut pendekatan-pendekatan tertentu, teori tertentu, sudut
pandang tertentu untuk mencapai kebenaran hakiki mengenai obyek yang
dipelajari.
Tujuan filsafat akademik adalah dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana penyelenggaraan hidup sehari-
hari. Karena filsafat memperolehkan nilai hakiki dari suatu hal, maka
produk-produk teknologi haruslah sesuai dengan nilai tersebut. Filsafat
memang tidak mampu membangun gedunggedung megah. Tetapi filsafat
mampu mempersiapkan konsep dasarnya sehingga mengandung nilai bagi
manusia. Demikianlah, filsafat perlu dipelajari secara akademik menurut
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terarah kepada

11
kebaikan umum. Sementara filsafat akademik akan mendorong kita runtut
dalam bergerak normatif-etik dan menciptakan perubahan dalam
kehidupan manusia.
Nilai filosofis harapannya akan menjiwai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di sinilah maka dapat dipastikan melahirkan
manfaat bagi perkembangan kehidupan manusia. Filsafat hidup dan
filsafat akademik itu dengan sendiri erat kaitannya. Hubungan antara
keduanya ini bagaikan sebab dan akibat. Keduanya terkandung hubungan
yang kausalas.
Hakikat filsafat hidup adalah tujuan hidup manusia, kebahagiaan
abadi. Tujuan ini pun tidak berbeda dengan tujuan filsafat yang dipelajari
secara akademik. Bedanya, terletak pada hal sikap, cara dan tingkah laku
hidup. Filsafat hidup melahirkkan sikap, cara dan tingkah laku hidup yang
terbuka dan rasional. Keterbukaan dan kerasionalan sikap, cara dan
tingkah laku hidup ini mengandung potensi-potensi fleksibilitas, kritik dan
dinamika yang radikal serta obyektif yang sangat berpeluang atas
terkembangkannya filsafat akademik. Dengan filsafat akademik,
selanjutnya, orang tidak bersikap pasrah kepada nasib (takdir?).
Filsafat akademik selalu mendorong kita untuk berubah, berbenah, dan
menyingkap tabir kehidupan secara ilmiah dalam menorehkan kehidupan
manusia yang lebih baik. Filsafat hidup menuntun dalam kesejatian hidup
dan kehidupan manusia. Perjalanan ke lembah dan ngarai hidup untuk
menemukan makna dan nilai kehidupan yang hakikit. Dua ril perjalanan
untuk mencapai puncak pendakian yang tunggal.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis filsafat berarti cinta akan pengetahuan, kebenaran
atau kebijaksanaan. Kata filsafat juga terdapat pada bahasa Arab yakni
falsafah atau falsafat. Selain itu ada juga dari negara India yang memakai
kata dharsana yang bermakna memandang, memperhatikan, merenungkan,
memahami diteruskan dengan kontemplasi, kemudian membentuk
persepsi untuk memberi kesimpulan, visi dan keyakinan.Filsafat mengkaji
segala esensi yang ada dan mungkin ada, dengan landasan berpikir yang
rasional, sistematis, universal, radikal dan bebas dari ikatan tradisi,
norma, agama, dansebagainya, dalam mencari kebenaran. Filsafat
merupakan konsep tentang hidup dan kehidupan yang perlu
diketahui oleh manusia sebagai bangunan paradigma pikir dan
sikap, maka diperlukan pendidikan untuk merancang dan
melaksanakan visi filsafat dan manusia.
Filsafat hidup berkembang dari adat istiadat, kebudayaan, dan
keagamaan yang ada, maka filsafat itu bersifat emosional tertutup. Filsafat
hidup ini bersifat tertutup, artinya filsafat itu ada karena telah ditentukan
oleh dan menurut norma-norma keagamaan, adat istiadat dan budaya
sosial yang sedang berlaku
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon kepada
pembaca untuk dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah, khilaf dan lupa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Das, W. H. (2013, September). Hunungan Filsafat, Manusia Dan Pendidikan.


Istiqra', 1(1).
Samuji. (2022, April). Pengertian, Dasar-Dasar Dan Ciri-Ciri Filsafat. Jurnal
Paradigma, 13(1).
Susanto, S. &. (2017). Filsafat Ilmu (Telaah Kritis Atas Hakikat dan Cara Kerja
Ilmu Pengetahuan). Ponorogo: P2MP Spectrum Press .
Syahir, S. I. (2018). Filsafat Pendidikan Vokasi. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai