Anda di halaman 1dari 33

Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karuniaNya sehingga saya dapat membuat makalah ini dengan baik dan
tepat waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai “Filsat Pebdidikan’.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen, dimana
dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan makalah ini. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mengundang bagi pembaca untuk memberikan
saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan masyarakat lainnya.

Tomohon , Selasa 6 Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I :  PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang .....................................................................................................................3
B.    Tujuan ..................................................................................................................................3

BAB II : ISI
A. Pengertian ................................................................................................................................4
1.      Filsafat ................................................................................................................................4
2.    Pendidikan ..........................................................................................................................4-5
B.    Filsafat Pendidikan & Kristen ...........................................................................................6-11
C.    Perbedaan Filsafat Umum dengan Filsafat Kristen ..........................................................11-12
D.    Hubungan Filsafat dan Teologi ........................................................................................12-14
E. Hubungan Filsafat dan Pendidikan ..................................................................................13-15
F. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan ..................16-17
G.  Konsep Filosofis Mengenai Pendidikan ................................................................17-18
H.   Kebutuhan Filsafat Pendidikan ........................................................................................18-20
I. Peranan Filsafat Pendidikan ..............................................................................................20-27
J. Kegunaan Filsafat dan Pendidikan .....................................................................................27-29
K.  Manfaat Filsafat Pendidikan Bagi Mahasiswa Tologi .....................................................29-30

BAB III  : PENUTUP


A.    Kesimpulan ............................................................................................................................31
B.   Saran .......................................................................................................................................32

DAFTAR P USTAKA ...........................................................................................................33

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat sering dituduh sebagai ilmu yang membingungkan, dan banyak
kalangan yang mempelajari filsafat berakhir dengan rasa pusing dan
ketidakmengertian. Padahal, sebagai ilmu pengetahuan yang usianya sudah sangat tua,
filsafat banyak diminati para pemikir atau tidak sedikit penggemar dan
pecintanya. Apakah manfaat filsafat Ilmu bagi seseorang yang belajar Teologia?
Apakah Filsafat itu ? Apakah manfaat Filasafat? Pertanyaan itu sering muncul ketika
seorang belajar teologia dan belajar tentang filsafat. Ketika  mendengar kata Filsafat,
sebagian besar orang langsung mengasosiasikannya sebagai sesuatu yang sangat
abstrak dan merupakan kegiatan teoritis yang hanya dilakukan seseorang yang kurang
kerjaan, sia-sia belaka.  
Anggapan itu ternyata sangat keliru, karena dengan mempelajari filsafat,
para pembaca diajak untuk berpikir secara kritis, dipacu untuk berpikir dalam
menanggapi berbagai hal sampai menemukan jaln keluarnya atau suatu simpulan.

B. Tujuan

Mahasiswa teologia sangat membutuhkan ilmu filsafat, khususnya dalam


pendidikan. Hal ini disebabkan karena filsafat akan membatu mahasiswa menggali
dan mencari fakta fakta mengenai teologia, mampu menemukan hubungan yang ada
antara suatu ilmu dan pemikiran filsafat. Dalam perkembangan zaman yang semakin
canggih, akan membantu mahasiswa untuk memaksimalkan potensi dan kemampuan
yang dimiliki untuk hormat dan kemuliaan bagi Tuhan.

C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui arti Filsafat
2. Filsafat Pendidikan dan Kristen
3. Perbedaan Filsafat Umum dan Filsafat Kristen
4. Hubungan Filsafat dan Teologi
5. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
6. Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
7. Mengetahui Konsep Filosofi Mengenai Pendidikan
8. Mengetahui Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan
9. Peranan Filsafat Pendidikan
10. Mengetahui Kegunaan Filsafat Pendidikan
11. Mengetahui Manfaat Pendidikan Bagi Mahasiswa Teologi

3
BAB II
ISI

A.    Pengertian
1.      Filsafat
Secara etimilogis kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani: “philosophia”,
yang berasal dari kata “philosophien” yang berarti mencintai kebijaksanaan.jadi secara
singkat dapat dikataka bahwa filsafat berarti cinta akan hikmat atau kebijaksanaan.
Berdasarkan etimologinya, kata “filsafat” dalam bahasa indonesia berasal dari
bahasaYunani philosopia yang terdiri dua suku kata, yaitu philein, philos (mencintai)
dan sophia (kebijaksanaan, kearifan). Maka, filsafat dapat diartikan sebagai “cinta
kebijaksanaan”. Secara terminologis menurut concise oxford english dictionary dapat
juga diartikan sebagai studi tentang hakikat dasar dari pengetahuan, kenyataan, dan
keberadaan (eksistensi).
Sedangkan arti kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani padegogik yaitu
ilmu menuntun anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
berasal dari kata dasar didik (mendidik) yaitu memelihara dan memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan memiliki pengertian
sebagai proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses perbuatan
dan cara mendidik.
Maka kesimpulannya adalah Filsafat Pendidikan merupakan aktifitas pikiran
yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara untuk menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Artinya bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan
nilai-nilai yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan
pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integal atau suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.

2.      Pendidikan

Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikanm


mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan
oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan
pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan juga merupakan usaha dan upaya para pendidik yang bekerja secara
interaktif dengan para peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta
memajukan kecerdasan dan keterampilan semua orang yang terlibat dalam
pendidikan.
Pendidikan merupakan proses memberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik
melalui usaha-usaha nyata dengan menggunakan teori dan metode-metode. Pada
hakikatnya pendidikan itu adalah untuk mencerdaskan kehidupan manusia secara

4
teratur sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kehidupan bersama
sebagai manusia dengan lingkungannya. Pendidikan itu juga berjalan dan berlangsung
secara terus-menerus selama manusia itu hidup dan berhenti ketika manusia itu sudah
mati. Dari dalam kandungan ibu manusia sudah mulai dididik melalui hubungan yang
erat dengan ibu. Maka peran seorang ibu ketika mengandung sangatlah penting
terlebih setelah melahirkan. Namun sebagai manusia pasti memiliki kekurangan dan
perbedaan kemampuan. Untuk itu Tuhan sang pencipta memiliki tujuan kepada setiap
manusia yang hidup untuk dapat menerima pengetahuan melalui kekurangannya
tersebut. Karena Tuhanlah yang sumbernya segala pengetahuan sekalipun yang tidak
dapat digapai atau dinalar oleh manusia itu sendi
Yang perlu diperhatikan dalam hakikat pendidikan adalah apa itu pendidikan?
Siapa-siapa yang terkait di dalamnya? Bagaimana pendidikan itu? Siapa dan apa objek
pendidikan? Materi apa yang ada? Sasarannya apa atau siapa? Tujuan pendidikan?
Manfaat pendidikan? Dan evaluasi dalam pendidikan. Di dalam dunia pendidikan
tentu tidak lepas dari apa yang disebut pengetahuan, yakni segala sesuatu yang
diketahui oleh manusia melalui panca indera. Kemudian manusia mengelolah
pengetahuan-pengetahuan yang didapatnya menurut objenya sehingga lahirlah apa
yang disebut ilmu pengetahuan. Selanjutnya muncullah teori-teori dalam menciptakan
suatu penemuan atau teknologi dalam usaha membantu pekerjaan manusia yang
berwujud benda-benda atau mesin-mesin.
Kembali pada filsafat pendidikan yang meliputi beberapa obyek dalam dunia
pendidikan yang dibagi secara umum dan khusus.

Secara Khusus

 Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan .


 Merumuskan sifat dan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan .
 Merumuskan secara tegas hubungan filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaan.
 Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan.
 Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan.

Secara Umum

Apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah
obyek pemikiran filsafat pendidikan.

5
B.      Filsafat Pendidikan dan Kristen

Filsafat pendidikan adalah penegetahuan yang menyelidiki substansi


pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan , latar belakang, cara, hasil, dan
hakikat ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur
dan kegunaannya, pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara
komprehensif dan komplentatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan
tujuan pendidikan. 
Filsafat Kristen pada dasarnya merupakan bagian dari filsfat umum tetapi
dengan ruang lingkupnya sendiri, yaitu menyoroti filsfat umum itu dari segi iman
Kristen. Jadi, flsafat Kristen dimaksudkan untuk mengarahkan filsafat umum guna
memuliakan Allah. Filsafat Kristen merupakan daya upaya manusia supaya kemajuan
ilmu pengetahuan direkayasa oleh ilmu filsafat, sehingga akhirnya semua ilmu
pengetahuan mengakui keberadaan Allah dan memuliakan Allah. Inilah yang
merupakan tujuan utama dari dari filsafat Kristen.
Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang berpusatkan pada Firman Tuhan.
Dengan demikian yang menjadi sumber pelita dalam hal konteks ini adalah Firman
Tuhan sendiri.
Pernyataan di atas juga didukung oleh 2 Timotius 3:16, Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakukan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Jadi,
melalui pendidikan yang berdasarkan Firman Tuhanlah yang mampu menuntun
manusia menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Allah dengan meneladani pribadi
Yesus Kristus. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari pendidikan Kristen bukan hanya
untuk mengembangkan intelektual manusia tetapi juga karakter yang seturut dengan
kehendak Allah. Dengan kata lain, melalui Firman Tuhan inilah, kita dipimpin dan
dididik di dalam kebenaran itu sendiri yaitu Yesus Kristus.
Berdasarkan dasar pemikiran di atas, alasan-alasan filosofis yang mendasari
filsafat pendidikan kami adalah berangkat dari penciptaan, Awalnya manusia
diciptakan seturut dengan rupa dan gambar Allah (Imago Dei). Selaku Imago Dei,
manusia juga memiliki atribut-atribut Allah seperti kasih, kebenaran, kekudusan dan
masih banyak atribut yang lainnya. Jadi, awalnya manusia benar-benar
merepresentasikan siapa Sang Pencipta.
Namun, terjadinya peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa telah
mengakibatkan rupa dan gambar Allah yang ada dalam diri manusia menjadi
tercemar. Tidak hanya itu, standar dan pengertian manusia pun tidak sama lagi dengan
standar yang dimiliki oleh Allah. Jadi sejak peristiwa kejatuhan itulah status manusia
bukan lagi sebagai imago dei melainkan ciptaan yang bernatur dosa.

Dengan keberadaannya yang berdosa, manusia tidak akan pernah dapat


menyelesaikan persoalan dosa, karena dia hanyalah ciptaan dan bukan pencipta.
6
Inisiasi dari Allah itulah jawaban yang dapat menyelesaikan persoalan dosa ini.
Bentuk inisiasi yang ditunjukkan Allah kepada manusia adalah melalui inkarnasi
Kristus. Inkarnasi atau penjelmaan Kristus sebagai manusia memungkinkan terjadinya
pemulihan hubungan antara Allah dan manusia yang terlukiskan pada karya Kristus
diatas kayu salib. Karya salib Kristus merupakan penggenapan sekaligus pemenuhan
akan kasih dan keadilan Allah yang dapat berjalan beriringan. Karya salib Kristus
bukan hanya memulihkan hubungan antara Allah dan manusia saja, melainkan
menjadikan manusia mengalami yang hidup baru. Selaku pihak yang mengalami
hidup baru, maka manusia memperoleh status dan keberadaan yang baru yaitu ciptaan
baru.
Melalui status dan keberadaan sebagai ciptaan baru telah memungkinkan manusia
untuk menghidupi suatu perjalanan menuju ke arah kesempurnaan yang kekal. Itulah
masa bagi manusia untuk menghidupi suatu hidup dalam pengudusan setiap hari dan
yang berlangsung secara kontinu yang dikerjakan oleh Allah melalui Roh Kudus.
Dengan memerhatikan alasan-alasan filosofis diatas, maka peranan dari pendidikan
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk menuntun manusia menjadi seperti rencana
semula Allah yakni menjadi seperti Kristus, sehingga dapat mengikuti standar-standar
Allah yang semula. Hal ini tentu saja dikarenakan secara natur, manusia sudah
diciptakan didalam Kristus.

- Christ Centered; Tuhanlah yang merupakan pusat dari pembelajaran. Elemen


apapun dalam pendidikan haruslah berpusat kepada Tuhan. Pendidikan
diberikan kepada siswa agar siswa semakin mengenal siapa Allah dan karya-
karya-Nya dalam dunia.

- Student Oriented; siswa adalah pusat dalam pengajaran. Dalam hal ini
pendidikan diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih mengenal
siapa itu Tuhan mereka dan karya ciptaan-Nya. Dapat mengetahui eksistensi
mereka di dunia dan mnegetahui kebanaran yang absolute dalam Tuhan Allah.

- Teacher Directed; agar seorang siswa mengalami pendidikan yang baik,


mereka tidak hanya dapat mengandalkan diri mereka sendiri. Untuk itu,
dibutuhkan seorang guru yang berperan sebagai pembimbing yang membantu
siswa tetap di dalam kebenaran yang sejati. Sehingga kebenaran yang mereka
dapatkan dapat sesuai dengan Firman Allah dan tidak melenceng.

- Pendidikan Holistik; dalam hal ini, pendidikan holistic yang dimaksudkan


adalah pendidikan bukan hanya sekedar ilmu saja. Akan tetapi, pendidikan
mencakup segala aspek dalam diri siswa, misalnya perkembangan karakter

7
siswa dan mencakup keseharian siswa. Siswa tidak boleh hanya berkembang
dalam ilmu pengetahuan tetapi lemah dalam karakter. Perkembangan karakter
dan ilmu pengetahuan dalam diri siswa haruslah seimbang.
Penetapan aturan Tuhan atas semua aspek kehidupan seseorang dan dunia
adalah inti dari penciptaan dan mandate budaya yang dicatat dalam kejadian
1:28, sedangkan mandat lain akan menyusul. Semua ini memberikan tugas
kepada umat mansuia penyingkapan dan kemajuan kerajaan Allah di bumi
sebagi wakil Tuhan atau pembawa gambar Tuhan.

Adapun, aspek-aspek yang mendasari filsafat pendidikan Kristen ini adalah


sebagai berikut:

- Epistemologi
- Yesus adalah terang dan jalan kebenaran. Sesuai dengan iman yang kita
miliki, satu hal yang paling sesuai untuk epistemology adalah bahwa Yesus
merupakan terang dan jalan kebenaran. Kehidupan kekal hanya bisa kita
dapatkan dari Dia. Dengan kata lain, tidak ada jalan menuju kekekalan bila
tidak melalui Dia. Bagaimna kita membuktikan hal ini? Ada dua buah cara
untuk menentukan epistemology, yaitu dengan menggunakan panca indera dan
kesakasian. Dan, untuk membuktikan hal ini sudah banyak kesaksian yang
diberikan mengenai hal ini secara turun temurun.
- Tidak ada kebenaran di luar kerangka metafisika Allah. Semua kebenaran
yang ada di dunia ini tidak ada yang di luar Alkitab, tetapi semuanya juga
tertulis dalam Alkitab. Akan tetapi, semua kebenaran tersebut tercakup dalam
Alkitab. Alkitab hanya memberikan kebenaran secara garis besar, tidak
menjelaskan suatu hal secar keseluruhan. Contohnya saja air, Allah yang
menciptakan air tapi tidak dijelaskan bahwa air mengandung H2O.
- Without God we can’t, without us God will not. Satu epistemology yang
kami percayai adalah bahwa tanpa Allah kita tidak akan mampu, dan tanpa
kita, manusia Allah tidak akan. Tanpa Tuhan menyertai kehidupan kita dan saat
kita hanya menggunakan atau mengandalkan kekuatan kita sendiri, kita tidak
akan sanggup untuk melakukan apa-apa. Sedangkan, tanpa manusia kemuliaan
Tuhan tidak akan dinyatakan.

- Aspek Aksiologi

8
Aspek aksiologi merupakan aspek filsafat yang berkaitan dengan nilai tertinggi, dan
bermakna. Aspek ini terbagi dalam nilai etika dan estetika. Pada awalnya manusia
dicipta segambar dan serupa dengan Allah, dan dalam eksistensinya manusia dicipta
sebagai mahluk yang memuliakan Allah. Akan tetapi semua itu berubah sejak
kejatuhan manusia dalam dosa. Manusia tidak dapat menjalankan fungsi dan tugasnya
seperti sedia kala. Hubungan manusia dengan Tuhanpun terputus. Sebagai makhluk
yang religius, manusia terus mencari keberadaan Tuhan itu sendiri.
Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan dan kebudayaan manusia, khususnya di
Asia yang masih banyak melakukan pemujaan kepada berhala. Sayangnya, usaha
manusia ini tidak akan pernah berhasil dalam menemukan Tuhan. Pertemuan itu
hanya akan terjadi apabila Tuhan sendiri yang berinisiatif. Kedatangan Kristus ke
dunialah yang menjadi titik balik hubungan manusia dengan Allah. Melalui kematian
Kristus di kayu salib, Allah menunjukkan kasih dan keadilan yang sesungguhnya.
Hubungan manusia didamaikan dengan Allah, dan dilayakkan kembali untuk
datang kepada Allah, bahkan disebut anak-anak Allah. Ia menegaskan bahwa Dialah
Allah yang penuh kasih dan adil sehingga Dia harus mendisplinkan umat-Nya.
Berdasarkan hal ini, adapun maksud pendidikan dilihat dari segi moral ialah
membawa siswa untuk menyadari keberadaan dan keterbatasan dirinya yang berdosa
di hadapan Tuhan. Pendidikan mengarahkan siswa pada kesadaran akan keberdosaan
dirinya dan hanya melalui Kristulah mereka bisa kembali berdamai dengan Allah.
Di samping itu, melalui salib Kristus siswa diajak untuk melihat nilai moral yang
paling tinggi, yaitu Kristus sendiri. Dalam salib Kristus nilai-nilai moral yang
sesungguhnya terpresentasikan. Bahkan melalui salib Kristus, manusia diperdamaikan
dengan Allah dan status manusia pun menjadi baru. Manusia menjadi anak-anak Allah
yang menjadi terang dan membawa energi dari terang itu sendiri yaitu cahaya, dimana
cahaya itu yaitu siapakah sebenarnya kita ini? Kita adalah anak-anak Allah yang telah,
sehingga kita harus menjadi surat yang terbuka yang dapat dibaca setiap orang .

Nilai estetika sendiri menekankan pada keindahan. Pada saat Allah menciptakan
dunia ini, Allah selalu mengatakan bahwa segala sesuatunya baik. Nilai estetika disini
bukan menekankan pada keindahan alam namun keindahan manusia itu sendiri,
karena dicipta segambar dan serupa dengan Kristus. Setiap manusia memiliki
keindahan tersendiri, antara yang satu dengan yang lain pasti memiliki perbedaan,
baik wajah maupun karakter. Dengan begitu banyaknya populasi manusiadi dunia ini,
kita tentu bisa membayangkan betapa menakjubkan ciptaan Allah yang benama
manusia ini. Akan tetapi, karena keberdosaan kita keindahan yang terpancar bukan
lagi dari dalam jiwa kita. Kejatuhan manusia membuat manusia tidak lagi
mencerminkakan dan mempresentasikan Allah yang semula. Seperti halnya dengan
pelita, pelita tidak akan menunjukkan cahayanya apabila tidak memiliki sumber
cahaya itu sendiri. Dan dia hanya akan menjadi pelita yang pasif dan tak lagi disebut
pelita apabila tidak menjalankan fungsinya.

9
Pendidikan merupakan pelita yang harus terus menyala untuk menerangi dan
menuntun manusia-manusia berharga yang Allah ciptakan kembali kepada-Nya.
Namun, sebagai pelaku pendidikan kita harus terus diperbaharui oleh Roh Kudus,
yaitu dengan membaca firman-nya dan terus membangun hubungan pribadi dengan
Tuhan.
- Aspek Ontologis
Aspek Ontologis merupakan aspek yang mempelajari tentang sifat dasar
eksistensi (keberadaan). Apabila kita lihat dari aspek ontologisnya, eksistensi
atau keberadaan pelita tanpa cahaya tidaklah berarti. Hal ini dikarenakan, pada
esensinya pelita merupakan alat penerang, sehingga apabila pelita tanpa
cahaya, maka ia tidak lagi menghidupi esensitasnya. Ia mati dan tak berguna
tanpa cahaya. Begitu pula dengan pendidikan yang tanpa Firman Allah sebagai
sumber cahayanya adalah sia-sia.
Pendidikan akan percuma apabila di dalam pendidikan itu sendiri, ia tidak
mengajarkan ajaran Tuhan yang adalah cahayanya, seperti yang tertulis dalam
Mazmur 119:105, Firmanmu terang bagi jalanku..... Melalui hal ini, terlihat bahwa
yang menjadi fokus dari pelita atau pendidikan itu ialah cahaya itu sendiri, yaitu
Firman Allah. Adanya cahaya yang terpancar dari pelita menyala menghidupkan
fungsi pelita.
Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa pada realitasnya, cahaya dari pelita
yang menyala itu akan berguna apabila ia ditempatkan di tempat gelap. Adapun
kegelapan yang dimaksud ialah mengenai keberadaan manusia. Keberadaan manusia
yang walaupun secara religius dalam esensinya mempunyai kapasitas untuk
menyembah dan secara relasional dalam posisinya berhubungan dengan Tuhan, orang
lain, dan ciptaan, tidaklah lagi mencerminkan Tuhan dalam arah atau mewakili Dia
dalam tugas serta fungsinya.
Melalui hal ini, kita dapat melihat bahwa ciptaan Allah yang semenjak semula
adalah sungguh amat baik (Kejadian 1:31a) karena menggambarkan Dia dalam
struktur, sebagai makhluk religius dan relasional, dan secara moral, sebagai cerminan
dan wakil-Nya telah rusak oleh dosa. Posisi manusia yang tadinya menghadap Tuhan
sebagai bentuk perwujudan ketaatan dan responnya pada Allah, sekarang tidak ada
lagi. Manusia menjauh dari Tuhan dan berbeda arah sehingga ia tidak dapat
mencerminkan Dia. Selanjutnya, sebagai gambaran Allah dalam tugasnya, manusia
pun telah gagal.
Dosa membuat manusia tidak bisa mewakili Allah dalam tugas kerajaan, yaitu
mengasihi Tuhan secara responsif, mengasihi orang lain secara bertanggung jawab,
dan berkuasa atas ciptaan sebagai pengurus yang bertanggung jawab. Tidak hanya itu,
dosa juga telah membuat manusia tidak bisa mewakili Allah dalam fungsinya yang
melalui jabatan nabi (mengatakan kebenaran Tuhan), imam (melayani Tuhan), dan
raja (memerintah dalam nama Tuhan). 
Di sinilah peran serta tujuan dari pendidikan sebagai pelita yang menyala itu. Allah

10
yang adalah Kasih dan Adil tidak membiarkan manusia terus terpuruk dalam
keadaannya. Allah menganugerahkan Yesus untuk menjadi tebusan atas dosa-dosa
manusia sehingga manusia bebas dan hidup dalam ciptaan baru dan terus bertumbuh
untuk serupa dengan Yesus. Melalui pendidikan Kristen, Allah membukakan satu per
satu rahasia-Nya. Pendidikan Kristen Allah gunakan untuk menunjukkan kemuliaan-
Nya melalui setiap komponen yang ada dalam pendidikan itu sendiri dengan
menuntun dan membawa siswa pada jalan kebenaran menuju rencana Allah yang
semula. Hal ini dikarenakan pendidikan Kristen itu sendiri bersumber pada kebenaran
firman Tuhan.

Oleh karena itu, adalah menjadi hal yang penting bahwa pelaku-pelaku pendidikan
Kristen haruslah manusia-manusia yang telah diubahkan dan telah menjadi pengikut
Kristus. Pelaku pendidikan
harus mampu menjadi Kristus kecil sehingga terang cahaya dari pelita itu semakin
terang dan menyebar. Dan sebagai pelita, pelaku pendidikan pun harus terus
diperbaharui oleh Roh Kudus dengan selalu membaca firman-Nya dan selalu berdoa
menjalin hubungan pribadi dengan-Nya. Dengan demikian, pelita itu terus menyala.
C.       Perbedaan Filsafat Umum dengan Filsafat Kristen

Filsafat adalah suatu pengetahuan yang tidak memiliki batas-batas


sehinggafilsafat mampu berada dimanapun di dalam penegembangan pemikiran
manusia yaitu pendapat yang berbeda- beda yang dilator belakangi oleh sifat dan
bangsanya sendiri. Misalnya, Filsafat Barat dipengaruhi oleh pemikiran orang-orang
Barat.
Filsafat Kristen akan menghasilkan hakikat dan nilai komprehensif; maksudnya
mampu menimbang atau menilai dalam berbagai hal menurut kebenaran Firman Allah
(Alkitab). Hakikat Filsafat Kristen meliputi keseluruhan; sebab kekristenan adalah
universal, mampu menyorot berbagai hal dengan tolok ukur (standar) Alkitab, sebagai
nilai kebenaran. Pembentukan hakikat atau nilai adalah suatu yang esensi, sebab dari
sanalah tolok ukur dari kebahagiaan dan kesejahteraan.
Filsafat umum masih bertanya tentang apa dibalik Tuhan. Mereka belum
menemukan suatu rahasia yang terselubung tentang keberadaan Tuhan. Filsafat
Kristenlah yamg membawa filsafat umum mengerti tentang kebenaran. Sebab
kebenaran yang dimiliki oleh dunia ataupun filsafat, sifatnya adalah relatif. Kebenaran
duniawibersifat rasional. Sedangkan kebenaran dari Allah melampaui rasio manusia
“apa yang tidak bisa kita pikirkan itulah yang Tuhan sediakan”. Ini adalah kebenaran
tetapi bukan kebenaran duniawi. 
Filsafat Kristen menjadikan filsafat umum menjadi sarana atau media
pengajaran Injil. Cara dan metodenya adalah sama, yaitu analisa rasional untuk
mencapai sasaran. Yang berbeda adalah dasar dan tujuannya. Dasar filsafat Kristen

11
adalah pikiran yang sudah dibahrui Roh Kudus melalui Firman Allah sehingga dasar
Alkitab telah dimiliki oleh seorang filsuf Kristen yaitu“Lahir Baru”. Sedangka tujuan
filsafat Kristen adalah memperkenalkan Yesus melalui pendekata filosofis (Filipi 1:9-
10).
Filsafat umum memiliki dasar dan tujuan yang berbeda-beda. Semua
tergantung dari aliran- aliran filsafat itu sendiri. Filsafat Kristen lebih berkualitas
daripada filsafat umum, sebab filsafat Kristen menguasai filsafat umum. Sedangkan
filsafat umum tidak memahami tujuan dari iman Kristen. Filsafat umum tergantung
kepada akal budi. Sedangkan filsafat Kristen memiliki kemampuan adikodrati, yaitu
Roh Kudus (1 Kor 2:10-11). 

D.  Hubungan Filsafat dan Teologia

Filsafat Kristen bertugas memberi nilai yang terakhir melalui Alkitab, karena Alkitab
adalah kebenaran yang universal yang berasal dari Allah. Filsafat umum adalah
kebenaran universal yang diperoleh atas usaha manusia dengan memahami berbagai
kenyataan lewat kegiatan berpikir secara sistematis, kritis dan radikal. Jadi, filsafat
merupakan usaha manusia. Manusia terbatas adanya untuk kebenaran itu. Ada banyak
kebenaran yang dikemukakan oleh manusia untuk mengatur hidup manusia supaya
manusia hidup benar. Tetapi kebenaran itu adalah relative. Hanya ada satu kebenaran
yang am, yaitu ALKITAB.
Filsafat menjadi alat mengungkapkan misteri yang ada pada manusia (Kej 1:26-27)
sebagai puncak ciptaan Allah. Kepada manusia diberikan kuasa atau otoritas untuk
menguasai segala sesuatu dibumi ini.

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa filsafat tidak pernah dapat 


membawa manusia kepada kebenaran, dalam artikata kebenaran "mutlak".
Kebenaran relatip dan subjektip mungkin ada, tetapi kebenaran objektip 
dan mutlak? Tidak ada filsuf yang berani claim bahwa ia telah mendapat 
kebenaran mutlak dan objektip.

2. Teologi seseorang sesungguhnya adalah tafsiran orang itu akan 


Alkitab. Teologi atau tafsiran Alkitab manusia manapun tidak pernah 
dapat dibuktikan benar. Teologi manusia manapun dibiaskan oleh 
asumsi-asumsi mulanya, oleh prasangka-prasangkanya, intuisi, perasaan 
dan pengalaman-pengalamannya, oleh teori-teori, filsafat-filsafat yang 
dibacanya. Yang mutlak benar hanyalah Allah. Kebenaran Allah adalah 
mutlak dan tak terbatas. Alkitab adalah Firman Allah, tetapi ditulis, 
diteruskan, dikutip, diterjemahkan, dicetak dan dibaca oleh manusia 
yang serba terbatas. Manusia yang terbatas berusaha mengerti Allah 

12
yang tak terbatas. Allah tidak dapat salah, tetapi manusia dapat 
salah. 

3. Seorang pemikir Kristen (filsuf, ilmuwan teolog) tidak dapat 


menghindarkan diri dari pengaruh para filsuf lain dari zaman Yunani 
sampai sekarang. Tetapi terutama bagi seorang teolog hendaknyalah ia 
menaruh Alkitab jauh diatas filsafat-filsafat, teori-teori serta 
spekulasi-spekulasi manusia. 

4. Ketika filsafat dinaikkan menjadi "Queen of Science" harus tetap 


diingat bahwa teologi tetap sebagai "King" yang harus dilayani juga 
sebagai tuan. Dan ketika filsafat fungsinya tidak pada tempatnya maka 
akan membingungkan, karena filsafat hanya bisa bertanya dan teologi 
menjawabnya. Teologi berfungsi sebagai pembuat keputusan dan 
kesimpulan yang didasarkan pada Firman Allah

E. Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Pendidikan dan filsafat tak terpisahkan sebab tujuan pendidikan adalah juga tujuan
filsafat-kebijaksanaan; dan jalan yang ditempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui
pendidikan-bertanya dan menyelidiki yang dapat membimbing ke arah kebijaksanaan.
Berfilsafat dan mendidik adalah dua phase dalam satu usaha, berfilsafat ialah
memikirkan dan mempertimbangkan nila-nilai dan cita-cita yang lebih baik,
sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam
kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang
dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing
rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini demi
menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya di dalam
kehidupan mereka.
Menurut Brauner dan Burns peranan filsafat pendidikan suatu komponen sebagai
aktivitas berfilsafat ialah untuk membantu tujuan-tujuan pedagogis yang dapat kita
tetapkan meliputi empat aspek yang saling berhubungan yaitu: fungsi analisa,
evaluasi, spekulatif dan integrative
Bahkan sesungguhnya tak ada satu konsepsi dan ide pendidikan tanpa ide dan
latarbelakang filsafat. Apakah yang hendak diamati oleh pendidikan, bagaimana
konsepsi pelaksanaan pendidikan amat tergantung kepada latarbelakang nilai-nilai
filsafat. Tetapi konsepsi pendidikan sebagai suatu fungsi dan proses sosial tak akan
mempunyai arti secara definitif tanpa lebih dahulu adanya suatu gambaran jenis
masyarakat ideal.
Bagaimana wujud masyarakat ideal yang hendak kita ciptakan melalui proses
pendidikan, bukan sekedar gambaran dari satu pemikiran seorang tokoh atau pikiran

13
seorang filosof. Gambaran masyarakat ideal sudah mempunyai dasar-dasar filosofis di
dalam sosio kultural suatu masyarakat, suatu bangsa. Gambaran masyarakat ideal
adalah produk ide-ide filsafat yang melembaga dalam tata hidup masyarakat, telah
tumbuh sebagai bagian daripada sosio kultural yang sesuai dengan sosio-psikologis,
atau kepribadian suatu bangsa inilah yang akan tumbuh sebagai realita, sebagai filsafat
hidup.
Misalnya, apa yang kita ketahui tentang ajaran filsafat Pancasila sudah ada jauh
sebelum Indonesia merdeka. Sebelum Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, nilai-nilai
filsafat Pancasila pada dasarnya telah menjadi sosio-kultural, bahkan merupakan
kepribadian Indonesia. Oleh sebab itu ketika Indonesia merdeka, ajaran filsafat
tersebut didudukkan secara formal sebagai filsafat negara, hanyalah merupakan proses
restorasi (penempatan pada kedudukannya yang wajar).
Mengapa masalah-masalah pendidikan merupakan bagian  daripada kehidupan
obyektif manusia, sebagai persolan-persoalan praktis, harus dibahas secara filosofis.
Apakah dengan demikian malahan menyebabkan pemecahan persoalan bersifat
teoritis, mengambang dari kehidupan yang realitis.
Jika ada pertanyaan-pertanyaan demikian, ini disebabkan karena pemikiran filosofis
dipandang sebagai pikiran–pikiran teoritis, perenungan-perenungan yang tidak
bertolak atas kenyataan sosio-kultural dan kebutuhan manusia.
Padahal, pikiran filosofis ialah pikiran murni yang berusaha mengerti segala sesuatu
secara hakiki, ingin mengerti sedalam-dalamnya untuk menemukan kebenaran.
Caranya dapat melalui induksi, deduksi, analisa rasional atas faktor-faktor,
perenungan atas konsepsi-konsepsi, pemahaman atas observasi, atau juga melalui
intuisi. Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan
nyata di bawah ini, bahwa analisa persoalan tidak mungkin semata-mata melalui
analisa ilmiah.

Sebab masalahnya memang masalah filosofis, misalnya meliputi :


1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian
manusia, atau tidak. Apakah potensi-hereditas yang menentukan kepribadian ataukah
faktor-faktor luar (alam sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi
hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai
perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya, mengapa seorang
anak yang abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun didik dengan
positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.

2. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu
sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan bagi
pembinaan manusia pribadi, ataukah untuk masyarakatnya. Apakah pembinaan
pribadi manusia itu demi hidup yang riil dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi
kehidupan akherat yang kekal.

14
3. Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana  kedudukan individu di dalam
masyarakat; apakah pribadi itu independen ataukah dependent di dalam masyarakat.
Apakah hakekat pribadi manusia, manakah yang utama yang sesungguhnya baik
untuk pendidikan bagi manusia, ataukah perasaan (akal, intelek atau akalnya, ataukah
kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa, rasa); apakah pendidikan jasmani atakukah
rohani dan moral yang lebih utama. Ataukah pendidikan kecakapan-kecakapan praktis
(skill), jasmani yang sehat, ataukah semunya.

4. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah isi pendidikan yang
diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sekaligus kecakapan
memangku suatu jabatan di dalam masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan
konsekuensi kurang intensif ataukah dengan curriculum yang terbatas tetapi intensif
penguasaannya sehingga praktis.

5. Bagaimana atas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi


dan otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership yang
instruktif ataukah secara demokratis. Bagaimana metode pendidikan yang efektif
membina kepribadian baik teoritis-ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-
aspek sosial dan skill yang praktis. Sementara itu, filsafat juga didefinisikan sebagai
pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan, falsafah
tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana falsafah umum dan
menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan
secara praktis .
F.     Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
            Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaiman mengorganisasikan
proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran
tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat
pendidikan. Praktek pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian
kegiatan berupa implemintasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta
didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-
teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yang menyatakan
tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidikan. Seorang guru perlu
menguasai  konsep-konsep yang akan dikaji serta pendagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada
diri peserta didik.
            Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya
penentuan suatu falsafat bagi pendidikan sebagai berikut:

15
1. Filsafat pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-
orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu Negara untuk membentuk
pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu dapat menolong
terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian
masalah pendidikan;
2. Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum,
metode, alat-alat pengajaran dan lain-lain.
3. Filsafat pendidikan menjadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan
dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah dan institusi-institusi pendidikan.
4. Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik untuk
membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga
sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan filsafat
umum yang menguasai dunia pendidikan.
5. Banyak ahli filsafat yang termasyhur, telah memberikan sumbangannya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
            Adapun dasar alasan mengapa filsafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap
pendidik atau guru. Argumentasi-argumentasi dalam bentuk pokok-pokok pikiran di
bawah ini akan memerikan kepada kita pengertian tentang apa yang dimaksud di atas
terdiri atas:
1. Bahwa setiap manusia atau individu harus bertindak, termasuk bertindak dalam
pendidikan, secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta atas keputusan batinnya
sendiri.
2. Bahwa demikian pula setiap individu harus bertanggungjawab, termasuk
tanggungjawab dalam pendidikan, yang tinggi rendahnya nilai mutu tanggungjawab
tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem nilai dasar norma yang melandasinya.
3. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia yang hidup tentu
memiliki filsafat hidup, demikian pula setiap manusia yang hidup dalam bidang dan
dunia pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan yang merupakan “guidepost,”
tonggak papan penunjuk jalan sumber dasar dan tujuan tindakan dan
tanggungjawabnya dalam kegiatan pendidikannya.
4. Suatu kenyataan pula bahwa terdapat keragaman aliran-aliran pendidikan, terhadap
mana individu pendidik harus menentukan pilihannya secara bebas dan
bertanggungjawab , terbuka, kritis dengan meninjaunya dari segala segi, baik positif
dan negatifnya.
5. Pada suatu ketika individu pendidik telah menentukan pilihannya maka ia tidak
netral lagi dan meyakininya dan mengamalkannya aliran filsafat pendidikannya secara
penuh rasa tanggungjawab.

16
G.    Konsep Filosofis Mengenai Pendidikan
            Perkembangan dan perubahan dalam lapangan pendidikan menimbulkan
tantangan agar para pendidik mempunyai sikap tertentu yang telah bersendikan atas
pendirian tertentu pula. Untuk ini, yang ladzim dianut, menurut Theodor Brameld,
adalah kemungkinan-kemungkinan sikap seperti konservatif, bebas dan modifikatif,
regresif atau radikal rekonstruktif.
            Beberapa sikap di atas dalam penjabarannya mengenai pendidikan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a)      Menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
            Pendidikan adalah bukan hanya meyampaikan pengetahuan kepada anak didik
untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih
kemampuan berpikir dengan memberikan stimulasi-stimulasi. Yang dimaksud dengan
berpikir adalah penerapan cara-cara ilmiah seperti mengadakan analisa, mengadakan
pertimbangan, dan memilih diantara alternatif yang tersedia.
 Semuanya ini diperlukan oleh pendidikan agar orang yang melaksanakan dapat maju
atau mengalami suatu progress. Dengan demikian orang akan dapat berbuat sesuatu
dengan inteligen dan mampu melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai
dengan tuntutan dari lingkungan.
b).  Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang
hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai
kepada manusia melalui sivilasidan yang telah teruji oleh waktu.
Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada di
dalam “gudang” di luar ke jiwa anak didik. Ini berarti bahwa anak didik perlu dilatih
agar memiliki kemampuan absorbs yang tinggi.
c). Yang menghendaki agar pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai abad
pertengahan, karena jiwa abad pertengahan merupakan jiwa yang menuntun manusia
hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.
Abad pertengahan dengan jiwanya itu telah dapat menemukan adanya prinsip-prinsip
pertama yang mempunyai peranan sebagai dasar pegangan intelektual manusia dan
yang dapat menjadi sarana untuk menemukan evidens-evidensi diri sendiri.
d). Yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk
secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan
masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan penyesuaian seperti ini anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan
bebas.

17
H.    Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan proses


perkembangan itu secara almiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang
paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewanaan, kematangan. Potensi
ini akan dapat terwujud apabila prakondisi almiah dan sosial manusia bersangkutan
memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim, makanan, kesehatan,
dan keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
 Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah
hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan agama Kristen merupakan salah
satu dari aspek kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat
melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh karena itu pendidikan agama Kristen
memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan
agama Kristen akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih
kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalmaan maupun fakta faktual, dan tidak
memungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu. Seorang guru Pendidikan Agama Kristen,
baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat
dan filsafat pendidikan agama kristen.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar Pendidikan adalah cita-
cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan bukanlah filsafat umum (murni), tetapi filsafat khusus
(terapan).

 Filsafat umum mempunyai objek, antara lain:


1) Hakikat kenyataan segala sesuatu (metafisika)
2) Hakikat mengetahui kenyataan (epistemologi)
3) Hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (logika)
4) Hakikat menilai kenyataan (aksiologi).

Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakancara kerja filsafat dan akan


menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang
realitas, pengetahuan, dan nilai.Tujuan filsafat pendidikan memberikan
inspirasibagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori
pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses

18
pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan
pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan
mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi
subyek terkait, agar tidakterjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta
didik.Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan.
Tujuan proses perkembangan itu secara almiah adalah kedewasaan, sebab potensi
manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan,
kematangan. Potensi ini akan dapat terwujud apabila prakondisi almiah dan sosial
manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim,
makanan, kesehatan, dan keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Kedewasaan yang bagaimanakah yang diinginkan dicapai oleh manusia, apakah
kedewasaan biologis-jasmaniah,atau rohaniah (pikir, rasa, dan karsa), atau moral
(tanggung jawab dan kesadaran normatif), atau kesemuanya. Persoalan ini adalah
persoalan yang amat mendasar, yang berkaitan langsung dengan sisitem nilai dan
standar normatis sebuah masyarakat .
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek
kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah
pendidikan tidak hanyamenyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada
pengalaman.
Dalam pendidikan akan uncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan
lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalamaan maupun fakta faktual, dan
tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.Tujuan pendidikan selalu berbungan
langsung dengan tujuan kehidupan individu dan masyarakat penyelenggara
pendidikan.
Hubungan antar filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas
denganluas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristikfilsafat yang radikal,
sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang
merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusuntujuan
pendidikan. Nantinya membangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan
dilaksanakan berorientasi kepada tujuan pendidikan ini. Brubacher .
Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi filsafat
pendidikan harus sampai pada penyelasaian tuntas tentang baik dan buruk, tentang
persyaratan hidup sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan
sosial yang baik dan sempurna. Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide

19
filsafat. Dengan kata lain filsafat memberikan asas kepastian bagi nilai peranan
pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelengaraan pendidikan.

I. Peranan Filsafat Pendidikan

            Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk


memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu,
akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan
yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu.
      
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-
data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun
teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu
pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan
menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek
kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat.
      Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup
dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan
mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan
tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari
masyarakat.
     
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern
ini diakuisebagai sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas
seseorang. Tidak ada suatu fungsidan jabatan di dalam mesyarakat tanpa melalui
proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam
arti demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan
formal (sekolah, universitas). Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya
pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses
pendidikan kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di

20
dalam kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung
sepanjang kehidupan manusia.
    Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan
pribadi, tapi tetapdiakui adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah
mengalami pendidikan formal, merekayang buta huruf, namun mereka tetap dapat
hidup dan melaksanakan fungsi-fungi sosial yang sederhana.Alam dan lingkungan
sosial serta kondisi dan kebutuhan hidup telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang
paling diharapkan ialah pendidikan formal yang relatif baik, dilengkapi dengan
suasana pendidikaninformal yang relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha pemerintah,
pendidik dan para orang tua untuk membina masyarakat keseluruhan sebagai satu
kehidupan yang sehat lahir dan batin.
Sebab, krisisapapun yang terjadi di dalam masyarakt akan berpengaruh negatif bagi
manusia, terutama anak-anak,genarasi muda.
     Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan
proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran
tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.
Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada
diri peserta didik.
      Scope dan peranan pendidikan dalam arti luas seperti dimaksud diatas, dilukiskan
oleh Prof.Richey dalam buku “Planning for Teaching, an Intriduction to Educatiomn”,
antara lain sebagai berikut :Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas
dari pemeliharaan dan perbaikankehidupan suatu masyarakat yang baru (generasi
muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi
pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di
dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktifitas sosial yang efensial
yangmemungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
     
  Di dalam masyarakat yang kompleks/modern,fungsi pendidikan ini mengalamai
proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yangtetap berhubungan
dengan proses pendidikan informal di luar sekolahFilsafat pendidikan harus mampu
memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang
bekerja didalamnya. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan
bijaksana, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum,
falsafah bangsa dan negara. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan

21
mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
    Prof Brubacher dalam buku “Modren Philosphies of education” menulis tentang
fungsi filsafat pendidikan secara terinci, dan pokok pemikirannya tentang fungsi
filsafat pendidikan, yang akan dibahas berikut ini :

1. Fungsi Spekulatif
    Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan
mencobamerumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-
data yang telah ada dari segiilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti
keseluruhan persoalan pendidikan dan antar hubungannyadengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pendidikan.

2. Fungsi Normatif
     Sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam
tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya
norma moral yang bagaimanasebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat
pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif
dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnyamembentuk kebudayaan.

3. Fungsi Kritik
     Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan
danmenafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi baik
kepribadian maupunachievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu, untuk mendapatkesimpulan. Bagaimana menetapkan
klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik).
Juga untuk menetapkan asmsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat
haruskompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah,
melengkapinya dengan datadan argumentasi yang tak didapatkna dari data ilmiah.

4.  Fungsi Teori dan Praktek


      Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan
adalah berfungsiteori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan.
Filsafat memberikan prinsip- prinsip umum bagi suatu praktek.

5. Fungsi Integratif
     Mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau ronya
pendidikan, maka fungiintegratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai
pemadu fungsional semua nilai dan asasnormatif dalam ilmu pendidikan (ingat, ilmu
kependidikan sebagai ilmu normatif). Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan,
dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu metafisika, epistimologi, dan aksiologi .

22
    Jika kita ingin menkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan
filsafat yaitu, metafisika, epistimologi, dan aksiologi.

- Metafisika dan Pendidikan


      Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat
dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara
praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan
dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang
segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk
mengetahui tujuan pendidikan. Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang
hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya
hakekat anak.
Hakekat manusia :
•         Manusia adalah makhluk jasmani rohani
•         Manusia adalah makhluk individual sosialü
•         Manusia adalah makhluk yang bebas
•         Manusia adalah makhluk menyeluruh.

    Metafisika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari masalah hakikat ;


hakikat dunia,hakikat manusia,termasuk di dsalam nya hakikat anak.Mempelajari
metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan
pendidikan,untuk mengetahui bagaimana dunia anak,apakah ia merupakan mahkluk
rohani atau jasmani saja,atau keduanya
     Metafisika memiliki implikasi-implikasi pentinguntuk pendidikan karena
kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.Dan apa
yang kita ketahui mengenai realitas itu di kendalikan/didorong oleh jenis-jenis
pertanyaan yang di ajukan mengenai dunia.Pada kenyataan nya,setiap posisi yang
berkenaan dengan apa yang harus di ajarkan sekolah di belakangnya memiliki suatu
pandangan realitas tertentu,sejumlah respons tertentu pada pertanyaan-pertanyaan
metafisika .
Metafisika terbagi dua , yaitu :
1. Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan
sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada
kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam
keharmonisan..
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak

23
digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek formal dari ontologi adalah hakikat
seluruh realitas. Hal senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri, bahwa ontologi
membahas apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu
pengkajian mengenai teori .

2. Metafisika Khusus
      Di dalam persoalan metafisika khusus ada beberapa permasalahan yang dibahas di
dalamnya, antara lain :
•   Teology
Teologi memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Adapun yang dimaksud dengan
teologi dalam ruang lingkup metafisika adalah filsafat ketuhanan yang bertitik tolak
semata-mata kepada kejadian alam (teologi naturalis). Dalam bukunya yang berjudul
philosophie, karl Jaspers memberikan pembahasan mengenai berbagai cara yang dapat
menyebabkan manusia mempunyai keinsafan tentang adanya tuhan, berdasarkan atas
sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
    Pertama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap
pengertian hakiki dimiliki oleh manusia pada adanya sesuatu yang tidak terbatas, yang
menyebabkan manusia menginsafi bahwa tuhan terdapat jauh di dalam lubuk hatinya.
Juga terdapat cara simbolik yang terdapat di dalam mitos serta tulisan tangan tentang
adanya tuhan. Ada beberapa pembahasn dalam hal ini, antara lain :

a. Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang


Tuhan.Mengajukan Pertanyaan-Pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana
hubungannya dengan realitas,bagaimana hubungan Tuhan dengan manusia dan
dengan kosmos.

b.  Kosmologi
 Kosmologi membicarakan realitas jagat raya,yakni keseluruhan sistem alam
semesta.Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata,yaitu alam fisik ,tidak
mungkin pengamatan dan penghayatan indra mampu mencakupnya.Oleh karena
itu,kosmologi menghayati realitas kosmos secara intelektual

c. Manusia
     Seperti Yang Telah diuraikan,bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas,
termasuk hakikat manusia dan hakikat anak.Pendidikan merupakan kegiatan khas
manusiawi.

•  Manusia sebagai makhluk individu


24
    Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik,berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya.Tidak ada manusia yang persis sama diciptakan Tuhan di
jagat raya ini,walaupun pada anak  (manusia) kembar sekalipun.Secara fisik mungkin
manusia akan memiliki banyak persamaan,namun secara psikologis rohaniah akan
banyak menunjukkan perbedaan.
•  Manusia sebagai makhluk sosial
    Manusia Lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-
apa,ia lahir dalam keadaan tidak berdaya.Namun,bersamaan dengan itu,ia lahir
memiliki potensi kemanusiaan berupa kekuatan pendengaran,kekuatan
penglihatan ,dan budi nurani.Potensi kemanusiaan tersebut merupakan modal dasar
bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya sendiri.
•   Manusia sebagai makhluk susila
     Manusia yang lahir dilengkapi denagan kata hati atau hati nurani,yang
memungkinkan ia memiliki potensi untuk dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk ,sehingga ia dapat memiliki pengetahuan  yang berkaitan dengan itu.Manusia
sebagai makhluk susila mampu memikirkan dan menciptakan norma-norma.
•  Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan
    Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi dan mampu mengadakan
komunikasi dengan Tuhan sebagai maha pencipta alam semesta.

1.  Epistemologi dan pendidikan


            Kumpulan pertanyaan berikutnya yang berhubungan dengan para guru adalah
epistimologi.Pertanyaan-pertanyaan ini semuanya terfokus pada pengetahuan:
Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung?. Bagaimana
kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua
pandangan pengetahuan yang berlawanan?

Apakah kebenaran itu konstan, ataukah Kebenaran itu berubah dari situasi satu ke
situasi lainnya? Dan pada akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?

2.  Akisologi dan Pendidikan


            Akisologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan , karena dunia nilai
akan selalui dipertimbangkan,atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan perbuatan pendidikan. Brubacher mengemukakan tentang hubungan antar
asikologi dengan pendidikan.
            Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan
nyata dibawah ini, mengertilah kita bahwa analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang
masalah filosofis, misalnya meliputi :

1) Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin berguna membina kepribadian


manusia atau tidak. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian

25
ataukah faktor-faktor luar (alam sekitar dan kpribadian).

2) Mengapa anak yang potensinya hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan
lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana
yang diharapkan. Sebaliknya, mengapa seoraang anak abnormal, potensi-
hereditasnya relatif rendah, meskipun di didik dengan positif dan lingkungan yang
baik, tak akan berkembang normal.

3) Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu berguna


untuk individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu
dipusatkan untuk pembinaan manusia pribadi, apakah untuk masyarakat.

4)  Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam


masyarakat, apakah pribadi itu independent ataukah dependent di dalam
masyarakat.

5) Apakah hakikat pribadi itu, manakah yang utama untuk dididik, apakah ilmu,
intelek atau akalnya, ataukah kemauannya.

6) Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau


desentralisasi dan otomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan
kepemimpinan yang instruktif ataukah secara demokratis.

 
  Tiap-tiap pendidik seogianya mengerti bagaimana jawaban-jawaban yang tepat
atas problema di atas, sehingga dalam melaksanakan fungsinya akan lebih mantap.
Mereka yang memilih propesi keguruan sepantasnya mengerti latar belakang
kebijaksanaan strategi dan politik pendidikan pada umumnya, khususnya
pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang menjadi tanggung jawabnya. Asas
kesadaran kebenaran-kebenaran dari jawaban tersebut merupakan prinsip-prinsip
yang pudamental untuk keberhasilan tugas pendidikan.
    Dengan mengerti asas-asas dan nilai filosofis itu dan mendasarkan segenap
pelaksanaan pendidikan menjadi norma-norma pendidikan. Filsafat pendidikan
dengan demikian merupakan asas normatif di dalam pendidikan, yaitu norma-
norma yang berlaku di dalam dunia pendidikan.

J. Kegunaan Filsafat Pendidikan


 Secara umum kegunaan filsafat :

1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa
adanya.
26
2.  Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat
mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.

3. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang
mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya
merupakan sebagian dari kebenaran.

4. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:

-  Menalar secara jelas

- Membedakan argumen yang baik dan yang buruk

- Menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas

-  Melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas

- Melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.

5. Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan
tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan
karya seni.

6.  Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan
kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa
mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi
filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam
mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara
lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan
menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan
prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri
dari hasil latihan dalam ilmu filsafat

 Secara khusus kegunaan filsafat :

Filsafat merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni:

a. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.


27
b. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
c. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia.
d. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
e. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. 
f. Filsafat bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik.
g. Filsafat bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari
keberadaan kita.
h. Filsafat memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
i. Filsafat memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme
dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
j. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri
(terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya,
seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
k. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya
sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan
berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara
itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis
dan dogma.
l. Filsafat membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah
dengan yang tidak ilmiah.
m. Filsafat memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu
yang ditekuni.
n. Filsafat memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
o. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman,

28
dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai
hidup yang sejahtera.
p. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat adalah untuk


memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai
confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis
dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai
fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

K.     Manfaat Filsafat Pendidikan Bagi Mahasiswa Teologi

1. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan


seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik  (Amsal 1:7)
2. Mengeuatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajara-
ajaran yang menjadi sumber kehidupan manusiadan sumber ilmu pengetahuan
3. Memeperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang
menyangkut ilmu pengetahuan
4. Meyakinkan anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk
pembentukan karakter dan kerohanian
5. Memberikan keterampilan hidup yang fungsional
6. Mencerdaskan anak didik
7. Membentuk akhalak yang mulia
8. Membentuk kepedulian social
9. Mengembangkan lembaga pendidikan
10. Membangun citra lembaga pendidikan yang kharismatik
11. Menyiapkan generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan
12. Untuk mengarahkan filsafat ilmu  guna memuliakan Allah, karena  Filsafat
Kristen merupakan daya upaya manusia supaya kemajuan ilmu pengetahuan
direkayasa oleh ilmu filsafat, sehingga akhirnya semua ilmu pengetahuan
mengakui keberadaan Allah dan memuliakan Allah.
13. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau
mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan
konprehensif berkaitan dengan teologia.

29
14. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
masalah.
15. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa di
manapun berada.
16. Menjadikan manusia lebih taat pada Tuhan.

Pentingnya Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa


Belajar filsafat bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat
yang  dapat dirasakan, antara lain :
1. Dengan mempelajari filsafat diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
2. Mempelajari filsafat mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
3. Mempelajari filsafat memiliki manfaat praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manfaat filsafat ilmu bagi seseorang yang belajar teologia yaitu menambah
wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi tuhan dan seluruh ciptaan-nya

30
kepada anak didik  (amsal 1:7), mengeuatkan iman dan memperkaya pandangan anak
didik tentang ajara-ajaran yang menjadi sumber kehidupan manusiadan sumber ilmu
pengetahuan,memeperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal
yang menyangkut ilmu pengetahuan, meyakinkan anak didik bahwa norma-norma
kependidikan ditujukan untuk pembentukan karakter dan kerohanian, memberikan
keterampilan hidup yang fungsional, mencerdaskan anak didik, membentuk akhalak
yang mulia, membentuk kepedulian social, mengembangkan lembaga
pendidikan, membangun citra lembaga pendidikan yang kharismatik, menyiapkan
generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan, filsafat pendidikan menentukan
arah kemana anak-anak harus dibawah. sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan
oleh masyarakat untuk mendidik anak-anak ke arah yang di cita-citakan oleh
masyarakat itu., untuk mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus kita
capai, individu yang bagaimanakah yang harus kita hasilkan dengan usaha pendidikan
kita.

Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau


pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertical, naik ke atas atau
turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar
pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan
puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara disiplin ilmu tertentu adalah
hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu
pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu
terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada
penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidupdan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang
berprdikat pendidik atau guru pada khususnya.

B.     Saran
Mahasiswa harusnya memahami teologia denagn baik. Filsafat memiliki peran
yang cukup banyak dan berpengaruh dalam perkembangan teologia oleh pakar pakar
teologia dunia. Jadi marilah kita sebagai mahasiswa yang baik untuk tidak
menganggap filsafat itu hanya dari segi negatifnya tetapi kita harus memandang

31
filsafat dari segi positifnya. Jadilah mahasiswa yang memiliki kognitif yang tinggi dan
takut akan Tuhan memandang ilmu filsafat sebagai alat untuk meningkatkan
kompetensi dan kemampuan dibidang teologia. Ilmu filsafat bukan ilmu yang harus
dihindari tetapi filsafat juga membantu mahasiswa .

DAFTAR PUSTAKA
Salahuddin, Anas, Drs.  Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2011
http://khofif.wordpress.com/2009/01/15/kegunaan-pelajaran-filsafat.html. (15 April
2011)

32
Situmorang, Jonar.  Filsafat dalam Terang Iman Kristen. Yogyakarta: ANDI
Offset. 2009

Prasetya. 1997. Filsafat Pendidikan. Bandung.: Pustaka Setia


Juhaya. 2005. Aliran-aliran Filsafat &Etika. Jakarta: Prenada Media
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

33

Anda mungkin juga menyukai