MATERIALISME
Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat,dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini, dan kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Ibu Laurensia
M Perangin-Angin, S.pd ,M.pd
Kami sangat berharap tugas kami yang berjudul Aliran Aliran Filsafat
Idealisme, Realisme, Materialisme dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini ke waktu yang akan
datang.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pembaca. Terima Kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Aliran Idealisme........................................................................................3
B. Aliran Realisme.........................................................................................6
C. Aliran Materialisme...................................................................................8
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A. KESIMPULAN.......................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata “Philos” dan “Sophia”.
Philos artinya kegembiraan, cinta, penuh kasih sayang. Dan Sophia artinya
kebijaksanaan atau kebenaran, kebijaksanaan. Philosophia artinya cinta atau kasih
sayang, kegembiraan dalam kebenaran, atau kebijaksanaan Secara harfiah, filsafat
mengacu pada pencarian kebenaran yang tak kenal lelah dan penerapannya yang tepat
dalam kehidupan kita. Pencarian ini harus dipicu oleh semangat Alice in Wonderland
yang “fantastis”, semangat belajar menemukan kebenaran (Plamquist, 2007).
Keterkaitan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting untuk dikaji,
Sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan filsafat pendidikan
merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk
menyusun proses berjalannya pendidikan, menyelaraskan dan mengharmonisasikan serta
menerangkan nilai-nilai dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Hubungan fungsional
antara filsafat dengan teori pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. filsafat merupakan pendekatan yang dipakai untuk memecahkan problematika
pendidikan dalam menyusun teori pendidikan.
2. Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki relevansi
dengan kehidupan yang nyata.
3. filsafat dalam hal ini, filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberi petunjuk
dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang
hidupnya di lingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari pendidikan, seperti pedesaan
maupun perkotaan. Padahal tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka dekat dengan
filsafat dan mereka juga pernah berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering
mengandalkan filsafat, tetapi terkadang kita menyadari bahwa yang kita lakukan itu
merupakan sebuah filsafat.
Filsafat pendidikan adalah ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
pendidikan, bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan yaitu dengan analisis secara kritis struktur dan
manfaat pendidikan.
1
Filsafat memiliki beragam aneka aliran, maka dalam filsafat pendidikan kita akan
menemukan berbagai aliran.
Menurut Edward J Power, aliran filsafat pendidikan terbagi menjadi aliran Idealisme,
Realisme, Humanisme, Religious, Rasionalisme, Pragmatisme, berpengaruh dalam
pengembangan pendidikan. Dalam makalah ini hanya membahas penjabaran mengenai
aliran idealisme, aliran realisme, dan aliran materialisme.
Terdapat hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara filsafat pendidikan
dan pendidikan. Filsafat pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem
pendidikan karena filsafat pendidikan memberikan arahan dan pedoman dasar bagi upaya
pendidikan, memperbaiki sistem pendidikan, meningkatkan citra pelayanan, memperkokoh
operasional dasar sistem pendidikan yang ideal.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Idealisme
1. Pengertian Aliran Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang paling tua, yang di mana idealisme
berpendirian bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan atau ide-ide atau spirit.Segala
benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktivitas
kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme tetapi dipandang pemikiran
murni yang keadaannya sangat sederhana yaitu pengamatan di luar benda yang nyata
sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya
adalah untuk mengenal alam raya.
Idealisme juga berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa
kita hanya saja yang dibutuhkan usaha seperti mengintropeksi diri untuk dibawa pada tingkat
kesadaran agar kita lebih peka terhadap ide-ide terpendam yang ada dalam jiwa kita.
Menurut Plato kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran, tugas ide
adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang
telah mengetahui ide maka manusia akan mengetahui jalan yang pasti dan menggunakan ide
tersebut sebagai alat untuk mengukur mengklarifikasi kan dan menilai sesuatu yang di alami
di kehidupan sehari-hari.
Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
4
a. Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas aktivitas
pikiran.
b. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh,
ide-ide, pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
c. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak
ada.
d. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal tidak
bersifat fisik.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-
pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya daya
material. Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi
dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi
adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind).
Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah
nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
• J. G. Fichte (1762-1914 M.) Ia adalah seorang filsuf Jerman. Ia belajar teologi di Jena
(1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya
5
disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte:
6
manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek
tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti
yang dipikirkannya.
• G. W. F. Hegel (1770-1031 M.) Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun
1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit),
suatu istilah yang di ilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak
dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan
demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
Contohnya : hukum moral dan kewajiban manusia manusia untuk berlaku jujur, adil,
ikhlas, pemaaf, kasih sayang sesama manusia dimanapun berada. Adapun prinsip-prinsip
aliran idealisme :
• Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
• Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai
suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari
roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
7
• Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada
jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung
kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan
kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari
kejadian alam semesta ini.
B. Aliran Realisme
1. Pengertian Aliran Realisme
Realisme dalam berbagai bentuk menurut kattsoft menarik garis pemisah yang tajam
antara yang mengetahui dan diketahui dan pada umum cenderung ke arah dualisme atau
munisme materialistik. Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi
sepenuhnya sama. Jika demikian halnya sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan “jiwa
adalah materi” seperti halnya mengatakan “materi adalah jiwa”.
Sistem kefilsafatan realism percaya bahwa dengan suatu atau lain cara adahal hal yang
adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri dan hakikatnya tidak terpengaruh oleh
seseorang. Kebanyakan orang akan tegas-tegas mengadakan pemilihan yang tajam antara
tindakan akal yang menyadari suatu objek dan objeknya yaitu sendiri .
Salah satu tokoh atau penganut realisme yang sangat terkenal adalah Johan Amos
Comenius merupakan pemikir pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa manusia selalu
berusaha untuk mencapai tujuan hidup berupa, pertama keselamatan dan kebahagiaan hidup
yang abadi dan ,kedua adalah kehidupan dunia yang sejahtera dan damai.
8
pemikiran Plato dalam mendefinisikan Soul (jiwa), dia merasa perlu untuk
• Johan Amos Comenius “ Menurut John Amos Comenius (28 Maret 1592 -15 November
1670) seorang guru Ceko, ilmuwan, pendidik, dan penulis. Dia adalah seorang Moravia
(uskup) Protestan, pengungsi religius, dan salah satu pencetus paling awal pendidikan
universal, sebuah konsep yang akhirnya ditetapkan dalam bukunya Didactica Magna. Ia
sering dianggap sebagai FATHER OF MODERN EDUCATION. Konsepsi menarik dari
pemikiran Comenius adalah realistis yang jelas, meski keyakinan religiusnya tidak
menyelaraskan dengan hal tersebut. Manusia bagaikan sebuah cermin yang terpenjara dalam
sebuah ruangan, yang merefleksikan gambaran-gambaran dari semua yang ada disekitarnya,
dan menjadi suatu figure hidup untuk menggambarkan karakter dari pikiran. Kamar adalah
dunia yang eksternal.
• Santo Thomas Aquinas “Menurut Santo Thomas Aquinas Aliran Realiseme Berkaitan
dengan indra. Dimana, Indra adalah sumber pengetahuan. Bentuk Manusia universal, atau
kategori, dari berbagai persepsi tentang seperti benda.
d. Pengetahuan dapat tumbuh di luar indra ketika alasan dunia diterapkan pada
pengalaman indrawi.
9
e. Percaya dalam menggunakan penalaran induktif untuk sampai pada generalisasi atau
universal.
10
Dia berpikir penyelidikan ilmiah yang didukung Thomas berjuang keras untuk menjawab
hubungan antara Tuhan dan substansi material darimana dunia itu dibuat. Jika Tuhan adalah
roh, maka sesuatu akan terpisah dari-Nya. Jawaban Saint Thomas pada masalah ini bahwa
Tuhan adalah sesuatu yang tanpa batas dan abadi, tidak ada awal atau akhirnya. Oleh karena
itu, benda ini tidak hidup pada waktu sama dengan Tuhan di dalam kekekalan sebelum alam
semesta ini dibuat.
Tuhan menciptakan sesuatu benda, dan pada materi utama, Tuhan menciptakan benda
tersebut yang merupakan unsure pokok yang membedakan dengan benda yang lainnya dan
berbeda dengan objek individu dimana dunia itu dibuat. Materi bukanlah satu hal yang
otomatis atau keberadaan yang tanpa sebab.”
• Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
• Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
• Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan.
Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan
materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
C. Aliran Materialisme
1. Pengertian Aliran Materialisme
Materialisme adalah aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan dimana benda
merupakan sumber segalanya. Materialisme memiliki pandangan bahwa hakikat realisme
adalah materi bukan rohani spiritual ataupun supranatural yang berisikan tentang ajaran
kebendaan di mana benda merupakan sumber segalanya. Sedangkan yang dikatakan
materialistis mementingkan kebendaan menurut materialisme.
Pada fokusnya aliran materialisme ditegaskan lebih mengutamakan benda dan segalanya
11
yang berawal dari benda. Demikian juga yang nyata hanya dunia materi segala kenyataan
yang ada berdasarkan unsur jiwa, roh atau Sukma oleh aliran, materialisme dianggap pula
sejenis materi, tetapi mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan dengan sifat materi karena
jiwa itu mempunyai naluri untuk bergerak sendiri.
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran
yang baik dan tepat dari kebenaran. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan
harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu
kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena
itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam.
Aliran ini berpandangan bahwa pandangan hidup mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia dalam alam kebendaan. Filsafat materialsime adalah aliran
filsafat yang berpandangan bahwa segala sesuatu itu asalnya dari benda. Segala sesuatu itu
benar apabila secara materi dapat dilihat dengan nyata.
b. Anaximandros (610-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah apeiron, yaitu unsur
yang tak terbatas.
e. Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom yang amat
banyak dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam semesta.
a. Apa yang dikatakan jiwa (mind) dan segala kegiatannya (berfikir, memahami) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ-organ
jasmani yang lainnya.
b. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa kita
hanya saja yang dibutuhkan usaha seperti mengintropeksi diri untuk dibawa pada tingkat
kesadaran agar kita lebih peka terhadap ide-ide terpendam yang ada dalam jiwa kita.
Sistem kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan suatu atau lain cara ada hal-hal yang
adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri dan hakikatnya tidak terpengaruh oleh
seseorang. Kebanyakan orang akan tegas-tegas mengadakan pemilihan yang tajam antara
tindakan akal yang menyadari suatu objek dan objeknya yaitu sendiri .
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani spiritual
ataupun supranatural yang berisikan tentang ajaran kebendaan di mana benda merupakan
sumber segalanya. Sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan
menurut materialisme.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa penulisan dalam makalah
ini masih jauh dari kata sempurna begitupun materi yang disampaikan. Kami berharap saran
dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://khasanahilmubinongko.blogspot.com/2015/12/aliran-aliran-filsafat-
pendidikan.html?m=1
https://matakuliyah.blogspot.com/2016/11/filsafat-pendidikan-materialisme.html?m=1
https://www.kompasiana.com/hilmimanbaulhikam/5e970df4097f367944454cf3/aliran-
filsafat-pendidikan-materialisme
Munir, Muhammad. “Aliran Pendidikan Realisme”.
http://anekailmuilmu.blogspot.co.id/2013/01/aliran-pendidikan-
realisme.html
Purba, Edward danYusnadi.2014.FilsafatPendididkan. Medan: UNIMED PRESS
Purba,EdwarddanYuanadi. 2015. FilsafatPendididkan. Medan: UNIMED PRESS
Saragi Hisarma, H.dkk (2021). Filsafat Pendidikan. Yayasan Kita Menulis. Tersedia dari Z-
Library.
Zen Zelhendri (2021) Filsafat Pendidikan. Jakarta: KENCANA
14
15