Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Farihah, M.pd

DISUSUN OLEH:

ATIKA PUTRI (5232142003)


WULAN SAFITRI (5232142004)
SRI BAYU PERTIWI (5233142034)

KELAS A
PENDIDIKAN TATA BOGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STAMBUK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kita dapat terus berkarya dan beraktivitas sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dapat berhasil sesuai dengan rencana.
Rasa syukur dan bahagia yang tak terhingga karena kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kririk dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dari
awal penyusunan makalah ini hingga selesai. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang luas kepada pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan terima
kasih.

Medan, 05 September 2023

Penulis
( Atika, Wulan, Sri Bayu)

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
A. Aliran Filsafat Idealisme ................................................................................ 2
B. Aliran Filsafat Realisme .................................................................................. 5
C. Aliran Filsafat Materialisme ............................................................................ 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10
PERTANYAAN DISKUSI KELOMPOK .............................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan bagian dari filsafat umum. Ditinjau dari sisi kajiannya, menurut
Barnadib (1982) filsafat pendidikan sebagai ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Karena bersifat filosofis, dengan sendirinya
filsafat pendidikan pada dasarnya dalah penerapansuatu analisis filosofis terhadap lapangan
pendidikan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos dan Sopia yang berarti cinta
kebijaksanaan atau belajar. Dari sudut berharga keberadaan manusia akan menimbulkan aliran
filsafat perenialisme, realisme, esensialisme, perennialisme, rekonstruksionalisme, materialisme.
Berbagai aliran filsafat pendidikan di atas, memebrikan dampak terciptanya konsep-konsep
serta teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung masing
masing pendapat nya. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga
mengingatkan agar teori tersebut diwujudkan dengan kebenaran berdasarkan hasil penelitian
ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme?
2. Bagaimana konsep pendidikan aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme?
3. Bagaimana berlaku aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme di dalam
pendidikan Indonesia?
4. Apakah ciri-ciri dari aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme?

C. Tujuan

1. Dapat menjelaskan pengertian dari aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme
2. Dapat menerangkan/menjelaskan konsep pendidikan aliran filsafat idealisme, realisme dan
materialisme
3. Dapat menjabarkan penerapan aliran filsafat idealisme, realisme, dan materialisme
4. Dapat mengetahui ciri ciri dari masing-masing aliran filsafat idealisme, realisme, dan
materialisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Idealisme

1. Pengertian aliran idealisme


Idealisme merupakan salah satu aliran yang dianggap memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan, meski demikian diakui kurang memiliki pengaruh langsung pada abad XX
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Akan tetapi, gagasan-gagasan idealisme masih merembes
ke dalam pemikiran pendidikan barat. Idealisme ini dipopulerkan oleh plato ( 427-347 SM). Plato
berpendapat bahwasanya kebenaran-kebenaran universal itu pada setiap aspek kehidupan,
termasuk politik, agama, etika dan pendidikan (Amirudin, 2018).
Idealisme ini merupakan sebuah aliran yang memiliki pandangan bahwa hakikat segala sesuatu
ada pada tataran ide. Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan
pikiran bukan pada hal yang bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari
adanya materi. Materi merupakan hal luar apa yang disebut hakikat terdalam, yakni akal atau ruh,
sehingga materi menjadi bungkus luar pada hakikat, pikiran, akal, budi, ruh dan nilai. Dengan
demikian idealisme sering menggunakan term-term yang meliputi hal yang abstrak seperti ruh,
akal, nilai dan kepribadian. Idealisme dipercaya bahwa watak suatu objek adalah spiritual, non
material dan idealistik.
Pemikiran idealisme selalu identik dengan plato. Platolah yang sering dihubungkan dengan
aliran filsafat idealisme. Hal demikian, karena mengingat bahwasanya plato merupakan bapak
aliran idealisme atau pencetus filsafat idealisme. Menurut plato hakikat segala sesuatu yang ada
dibalik materi atau bendawi, tetapi suatu yang ada dibalik materi itu yakni ide. Ide bersifat kekal,
immaterial dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Dalam mencari
kebenaran, plato berpandangan bahwasanya kebenaran tidak dapat ditemukan dalam dunia nyata,
sebab dunia nyata ternyata tidak permanen dan selalu mengalami perubahan. Artinya bahwa dunia
materi bukanlah dunia yang sebenarnya, tetapi merupakan analogi atau ilusi semata yang
dihasilkan oleh panca indra (Rusdi, 2013).

2. Konsep pendidikan Idealisme


Tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi menjadi 3 hal, yakni tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat dan tujuan yang berkaitan dengan Tuhan. Pendidikan untuk
individualisme disini antara lain agar peserta didik mampu menjadi kaya dan memiliki kehidupan
yang bermanfaat, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup yang bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
2
individu lainnya untuk lebih baik. Tujuan untuk kehidupan masyarakat ialah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang
kepada yang lain. Seseorang tidak sekedar menuntut hak pribadinya, namun hubungan manusia
yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh
pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai
gabungan antara tujuan individu dengan sosial sehingga terekspresikan dalam kehidupan yang
berkaitan dengan Tuhan (Yanuarti, 2016).
Kedudukan peserta didik menurut aliran idealisme merupakan individu yang bebas akan
mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar yang sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.Sehingga peserta didik merupakan orang pribadi,
sebagai makhluk spiritual. Peserta didik menganut aliran idealisme senantiasa memperlihatkan
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya sebagai pusat utama
pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Materi pembelajaran dalam aliran idealisme ini dapat dilihat dari sudut pandang
epistemologinya. Apabila kebenaran merupakan ide gagasan, maka kurikulum yang harus disusun
seputar materi kajian yang mengantar peserta didik untuk langsung terjun dengan ide dan gagasan.
Oleh sebab itulah kurikulum bagi aliran idealisme menekankan pandangan humanitis. Bagi
idealisme, kurikulum merupakan organ yang vital intelektual atau disiplin keilmuan yang bersifat
ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada
manifestasi khusus dari yang absolut (Rusdi, 2013).

3. Penerapan aliran filsafat idealisme dalam pendidikan Indonesia


Menurut tujuan pendidikan menurut pahan idealisme lebih mengarah kepada pengembangan
pemikiran dan diri pribadi siswa, yang berkesinambungan dengan tujuan untuk pribadi,
masyarakat, dan kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan. Kedudukan peserta adalah individu
yang bebas dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan masingmasing sesuai jenjang usianya. Materi yang digunakan guna
mengembangkan pendidikan intelektual adalah ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi,
matematika, dan pendidikan bahasa. Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan
yaitu sikap berusaha mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap
mengetahui kesamaan antar sesama manusia. Metode pembelajaran menurut paham idealisme
diantaranya metode dialektika, dialog, diskusi serta metode yang lainnya yang dapat digunakan
guna mengembangkan pikiran siswa. Implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
(1) Tujuan Pendidikan. Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial; (2) Kedudukan
Siswa. Siswa bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
dasarnya/bakatnya; (3) Peranan Guru. Guru bekerjasama dengan alam dalam proses
pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan siswa; (4) Kurikulum. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan

3
rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan; (5) Metode. Diutamakan
metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

4. Ciri-ciri aliran filsafat idealisme

 Jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya, sumber kehidupan


 Bangga dnegan diri sendiri
 Penuh inspirasi
 Memiliki hati yang tulus
 Teguh pada pendirian

4
B. Aliran Filsafat Realisme

1. Pengertian Aliran realisme


Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat
dualistis yaitu fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui tentang manusia
dan alam.
Realisme berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu real, atau yang nyata, dapatdiartikan
juga yang ada secara fakta, tidak dibayangkan atau diperkirakan. Adapun kata fakta dalam bahasa
Indonesia berarti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan sesuatu yg benar-benar ada
atau terjadi. Realisme juga berasal dari kata Latin realis yang berarti nyata. Dalam bidang
metafisika, realisme berarti konsep-konsep umum yang disusun oleh budi manusia yang sungguh
juga terdapat dalam kenyataan, lepas dari pikiran manusia. Aliran Realisme adalah aliran filsafat
yang memandang bahwa realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini
mempunyai hakikat realitas terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat
aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual
semata. Hal ini berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah
kenyatan yang bersifat fisik semata.
Menurut Kattsof (1996:126) realisme dalam berbagai bentuk menarik garis pemisahyang tajam
antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya cenderung kearah dualisme atau
monisme materialistik. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia luar itu adalah nyata pada
sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui
objek atau dunia luar tersebut. Maka dari itu pengamatan, penelitian dan penarikan kesimpulan
mengenai hasil-hasilnya perlu agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau
tidak langsung mengenai sesuatu.

2. Konsep Aliran realisme

a. Realis Metafisika
Berdasarkan asal usul prinsip Aristotelian, filosofi Realis menekankan kepercayaan pada realitas
dunia material yang nyata dan ada, yang independen dan terlepas dari pikiran para pengamat.
Pemahaman tentang apa yang benar-benar nyata didasarkan pada realita dari benda-benda itu.
Semua benda itu terdiri dari beberapa materi yang merupakan dasar dari semua eksistens
b. Realis Epistemologi
Metafisika realis didasarkan pada asumsi bahwa ada tatanan realitas objektif yang terdiri dari
benda-benda yang independen terhadap pengetahuan manusia tentangnya. Benda-benda tersebut
termasuk benda independen dan didahului oleh pengetahuan atau pengalaman manusia. Namun,
manusia mampu mengetahuinya dengan teliti melalui indera dan akal sehatnya. Saat manusia

5
berusaha mengetahui urutan realitas, mereka mencari tahu sifat dasar seperti struktur kehidupan
manusia, dan masyarakat.
c. Aksiologi Realis
Teori nilai realis adalah tujuan yang menegaskan bahwa manusia mampu memperkirakan nilai
sifat dasar objek melalui pengetahuan. Nilai sebuah tindakan terletak pada benda atau dalam
hubungan antar benda sehingga bisa diketahui, dinilai, atau diperkirakan. Berbeda dengan teori
emotif yang hanya mengandalkan perasaan subjektif, Realis menegaskan bahwa setiap tindakan
atau objek secara intrinsik baik atau jahat, benar atau salah atau indah atau buruk.

3. Penerapan aliran filsafat realisme dalam pendidikan Indonesia

1.) Menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyesuaikan diri di lingkungan alam
maupun lingkungan sosial
2.) Di kelas realime, tanggungjawab utama seorang guru adalah membawa ide-ide siswa
tentang dunia menjadi korespondensi dengan realitas dengan keterampilan mengajar
seperti membaca, menulis, atau perhitungan dan mata pelajaran-seperti sejarah,
matematika, atau sains yang didasarkan pada pengetahuan otoritatif dan ahli. Meskipun
mereka menghargai bahwa siswa mereka adalah orang yang emosional dan rasional, para
realis tetap focus pembelajaran kognitif dan penguasaan materi pelajaran. Guru realis
menentang intrusi kegiatan nonakademik ke sekolah yang mengganggu tujuan utama
mereka sebagai pusat penyelidikan akademik yang disiplin.

4. Ciri-ciri aliran filsafat realisme

 Dapat membedakan anatara objek pikiran dan tindakan pikiran itu sendiri.
 Tidak menjauhkan diri dari fakta yang nyata
 Menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat

6
C. Aliran Filsafat Materialisme

1. Pengertian Aliran Materialisme


Filsafat pendidikan materialisme ialah cara atau metode yang digunakan untuk
mendapatkan pendidikan secara material. Secara material disini diartikan dapat di tangkap oleh
panca indera kita.
Aliran matrealisme mengabaikan adanya spiritual. Tidak ada kamus kitab suci, rasul, hari
kiamat, malaikat, surga, neraka. Maka tak kenal ibadah, doa, dosa, taubat, takwa, tawakal, sabar.
Konsep-konsep dosa dan taubat, neraka dan surga datang dari agama. Jadi kalau tidak mau
dipusingkan hidup ini oleh urusan dosa dan neraka, tinggalkan saja agama. Karena itu muncul
berbagai kritik pada filsafat ini. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut: 1)
Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau
balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya; 2)
Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal, pada
hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga; 3) Materialisme mendasarkan segala
kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal, dalil itu menunjukkan adanya
sumber dari luar alam itu sendiri, yaitu Tuhan; dan 4) Materialisme tidak sanggup menerangkan
suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

2. Konsep Aliran Materialisme


Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural.
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide atau oikiran
timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi, menentukan
ide, bukan ide menentukan materi.

3. Penerapan aliran filsafat dalam pendidikan di Indonesia


Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme Materialisme maupun positivisme,
pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson
(1956). Materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.
Menurut Waini Rasyidin (1992), filsafat positivisme sebagai cabang dari materialism lebih
cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan
secara faktual.

7
4. Ciri-ciri aliran filsafat materialisme

 Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
 Tidak meyakini adanya alam gaib
 Menjadikan panca indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
 Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum
 Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran filsafat pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu,Aliran idealisme yang merupakan
sebuah aliran yang memiliki pandangan bahwa hakikat segala sesuatu ada pada tataran ide;
Aliran realisme yang berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang
bersifat dualistis yaitu fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang mengetahui
tentang manusia dan alam.;dan yang terakhir aliran Materialisme yang berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau supranatural.
Aliran filsafat pendidikan yang digunakan dalam poses pembelajaran sangat
mempengaruhi karakter peserta didik di masa kedepannya.

B. SARAN
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah di paparkan dalam makalah
ini,diharapkan para pembaca dan bagi para calon pendidik semoga dapat memahami,
mengkritis, dan mendalami aliran filsafat pendidikan agar membangun masa depan yang
bagus dan bermutu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kristiawan Muhammad. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Valia Pustaka Jogjakarta, 2016


Yusnadi,. dkk. Filsafat Pendidikan.Banjarmasin: halamanmoeka, 2019
Dhia Amira. (2022). Arti Idealis: Pengertian Secara Umum Hingga Menurut Ahli, Beserta
Sejarah dan Ciri-cirinya. Diakses pada 6 September 2023, dari https://plus.kapanlagi.com/arti-
idealis-pengertian-secara-umum-dan-menurut-ahli-
beserta-sejarah-ciri-cirinya-c12130.html

10
Pertanyaan Diskusi Kelompok

Pertanyaan 1 oleh Bintang Maha Putra:


Apakah perbedaan idealisme, realisme, dan materialisme?
Jawaban:
 Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa (mind)
kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran kita melalui suatu
proses yang disebut intropoeksi
 Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran
ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan
intelegensi.
 Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural.

Pertanyaan 2 oleh William Januario Manik:

Apa penyebab utama terbentuknya filsafata pendidikan?

Jawaban:
Filsafat muncul karena para pemikir tidak puas dengan jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat
dibuktikan dengan akal manusia. Para ahli pikir tersebut kemudian mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut melalui akal pikir mereka sehingga mendapatkan
jawaban yang dapat diterima oleh akal.

Pertanyaan 3 oleh Maria Vinci Lumbantoruan:

Contoh penerapan 3 aliran filsafat pendidikan (idealisme, realisme, dan materialisme) dalam
boga?

Jawaban:
 Aliran idealisme:
Misalnya, pada saat kita memasak bubur ayam, kita merasa yakin bahwa kuah yang sudah kita
masak untuk membuat bubur ayam tersebut tidak terasa asin, namun kawan-kawan mencicipinya
terasa asin.
 Aliran Realisme:
Ketika kita sedang melihat ibu kita yang sedang memasak, dan kita melihat apa dan bagaimana
tata cara memasak masakan tersebut. Lalu kita mengikuti bagaimana cara memasak masakan
yang sudah ibu lakukan tadi dan mulai terbiasa dengan kebiasaan tersebut.

11
 Aliran Materialisme:
Sebelum kita memasak kita biasanya membaca buku resep untuk mengetahui bahan-
bahan dan tata cara untuk membuat suatu makanan/minuman yang akan kita olah.

12

Anda mungkin juga menyukai