Dosen Pengampu
Rani Setiawaty S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................1
BAB II..............................................................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................................
A. pragmatisme menurut para tokoh.........................................................2
B. pandangan aliran pragmatisme..............................................................7
C. hubungan pragmatisme tentang pendidikan..........................................8
D.implikasi aliran pragmatisme bagi pendidikan......................................10
E.implikasi aliran pragmatisme bagi kebudayaan.....................................13
BAB III ............................................................................................................
PENUTUP ........................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
ii
iii
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran pragmatisme merupakan aliran yang mementingkan asas
kebermanfaatan suatu teori. Dalam hal ini, teori itu teruji kebenerannya
jika sudah nyata kebermanfaatannya. Sehingga kebenaran bersifat relative
atau tidak mutlak.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pragmatisme menurut para tokoh?
2. Apa saja pandangan aliran pragmatisme?
3. Bagaimana hubungan pragmatisme tentang pendidikan?
4. Bagaimana implikasi aliran pragmatisme bagi pendidikan?
5. Bagaimana implikasi aliran pragmatisme bagi kebudayaan?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui apa arti pragmatisme menurut para tokoh
2. Untuk memahami pandangan aliran pragmatisme
1
3. Untuk memahami hubungan pragmatisme tentang pendidikan
4. Untuk memahami implikasi aliran pragmatisme bagi pendidikan
5. Untuk memahami implikasi aliran pragmatisme bagi kebudayaan
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
A.Pengertian pragmatisme
Pragmatisme mempunyai akar kata dari bahasa yunani yaitu pragmatikos,
yang dalam bahasa latin menjadi pragmaticus. Arti harfiah pragmatikos adalah
cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara negara, dan dagang. Kata
tersebut dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic, yang berarti berkaitan
dengan hal-hal praktis sekedar pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya
dan secara praktis. Pragmatisme bukanlah sekedar wacana teoritis atau ideal tetapi
ia menekankan hasil yang dapat dimanfaatkan karena berhubungan langsung
dengan tindakan, bukan spekulasi atau abstraksi.
2
Pragmatisme John Dewey
Pragmatisme sangat berpengaruh di Amerika. Salah satu tokohnya yang
terkenal ialah John Dewey (1859-1952). Tentang Dewey, Charles Patterson
berpendapat bahwa ia adalah seorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
filsafat Amerika dan menjadi seorang pejuang dalam “pendidikan progresif”
secara luas. John Dewey adalah seorang filsuf asal Amerika, yang lahir di
Burlington, Vermont, pada tahun 1859. John Dewey bukan hanya aktif sebagai
seorang penulis atau filsuf, tetapi aktif juga sebagai seorang pendidik dan kritikus.
Ia pada mulanya banyak mempelajari filsafat Hegel. Namun kemudian ia bersifat
kritis terhadap filsafat Hegel karena melihat bahwa aliran idealisme ini terlalu
menutup lingkungan hidup manusia pada dimensi kognitif intelektual semata-
mata. John Dewey sangat prihatin dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan
pemerintahan. Ia begitu tertarik untuk melakukan pemecahan terhadap masalah-
masalah pertumbuhan sosial melalui eksperimentasi ilmiah.
3
adalah proses atau tata, di mana manusia hidup di dalamnya. Istilah dunia di sini
dapat dianggap sebagai hal yang sinonim dengan kosmos dan realitas.
4
demikian, jika ada gagasan yang tidak memberikan nilai manfaat bagi manusia,
maka ia dianggap tidak sejalan dengan tujuan filsafat itu sendiri.
5
yang memuaskan. Ide-ide akan bermanfaat dalam penyelesaian masalah yang
dihadapi manusia. Kecerdasan manusia merupakan sesuatu yang bersifat kreatif
dan berupa pengalaman yang terus diwujudkan dalam tindakan praktis. Semua
kecerdasan ini merupakan unsur pokok dalam segala pengetahuan manusia. John
Dewey menjelaskan bahwa dengan eksperimen, manusia kemudian diarahkan
pada pengambilan keputusan sehingga secara demikian manusia menentukan hari
depannya. Kecerdasan manusia menciptakan hari depannya dapat
diimplementasikan dengan jalan melakukan tindakan-tindakan.
6
berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata
“futurisme”, mendorong manusia untuk melihat hari esok dan tidak pada hari
kemarin. Ketiga, “milionarisme”, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik
dengan tenaga manusia. Pandangan ini kemudian dianut oleh William James.
7
4. Akomodasi terhadap perubahan: Pragmatisme mendorong fleksibilitas dalam
berpikir dan tindakan. Mereka percaya bahwa ide dan teori harus bisa beradaptasi
dengan perubahan lingkungan dan tuntutan praktis yang berubah.
6. Penekanan pada demokrasi dan pendidikan: Salah satu kontribusi penting aliran
pragmatisme adalah penekanannya pada pendidikan dan demokrasi. John Dewey,
seorang tokoh pragmatis terkenal, memandang pendidikan sebagai sarana untuk
menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih demokratis.
8
1. Pengalaman sebagai Guru: Pragmatisme menekankan pentingnya pengalaman
sebagai sarana utama pembelajaran. Siswa belajar melalui pengalaman praktis,
eksperimen, dan aktivitas yang mereka lakukan. Guru dianggap sebagai fasilitator
yang membantu siswa menghubungkan pengalaman mereka dengan pengetahuan.
9
Dalam praktiknya, pendekatan pragmatis dalam pendidikan dapat
menciptakan lingkungan belajar yang lebih terlibat, relevan, dan berorientasi pada
hasil praktis. Namun, kritik terhadap pendekatan ini mencakup kekhawatiran
bahwa fokus yang terlalu kuat pada manfaat praktis dapat mengorbankan
pemahaman teoritis yang mendalam dan nilai-nilai yang lebih luas dalam
pendidikan.
10
depan, yaitu tuntutan masyarakat di masa depan, karena perubahan yang
dilakukan saat ini akan diperoleh hasilnya di masa depan. Akumulasi pengetahuan
baru bagi peserta didik menentukan kemampuan peserta didik. Kemampuan ini
sering disebut dengan kompetensi, yaitu kemampuan yang dapat dilakukan oleh
peserta didik. Kompetensi ini sangat penting dalam era globalisasi, karena
persaingan yang terjadi terletak pada kompetensi lulusan lembaga pendidikan atau
pelatihan. Kompetensi lulusan ini ditentukan oleh pengalaman belajar peserta
didik, sedang pengalaman belajar ini merupakan bagian dari kurikulum sekolah.
b. Pandangan tentang Peran Guru
Guru menurut pragmatisme bukanlah guru dalam pengertian tradisionil.
Yakni, ia bukan seseorang yang tahu apa yang dibutuhkan siswa di masa
depan dan oleh karenanya mempunyai fungsi memberi/menanamkan seperangkat
pengetahuan esensial kepada siswa. Untuk satu hal, kaum pragmatis mengaku, tak
seorangpun tahu apa yang siswa butuhkan sejak ia hidup di dunia yang berubah
secara terus-menerus.
Pendidik atau guru berperan mengaktifkan peserta didiknya agar memiliki
kemampuan berkomunikasi, berdialog dengan orang lain, utamanya di kelas, baik
dengan pendidiknya, maupun dengan sesama peserta didik tentang berbagai hal
sebagai suatu cara mengekspresikan ide-idenya yang diharapkan bermanfaat
untuk mengatasi persoalan keseharian. Sudah barang tentu, titik tolak
pembicaraan dalam pembelajaran adalah materi pelajaran/bahan ajar yang
dibicarakan pada saat itu, yang kemudian dikembangkan menjadi persoalan-
persoalan keseharian yang terjadi di sekitarnya yang merupakan realitas yang
terjadi di masyarakat. c. Pandangan tentang Peserta Didik
Dalam pengamatan Dewey, ia menemukan bahwa cara anak-anak belajar
banyak hal adalah sama dengan orang dewasa, yang berbeda hanyalah informasi
yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka
mengerti dalam sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidikan
menurutnya bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan bermakna dalam
rangka pemecahan masalah-masalah. Siswa yang paling muda ‘bermain’ rumah-
rumahan, belajar berbagai tugas seperti memasak, menjahit, menggergaji dan
memaku kayu dan membuat perabotan. Tetapi sementara bermain, mereka juga
11
belajar matematika dengan mengukur, menambah dan mengurangi. Mereka juga
belajar membaca dengan melihat resep masakan, juga belajar pola dan rencana
dalam proses menjahit. d. Pandangan tentang Kurikulum
Pragmatisme berkeyakinan mengenai perlunya menempatkan siswa,
kebutuhan dan minatnya sebagai sesuatu yang sentral. Mata pelajaran, mereka
claim, seharusnya dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Selain itu,
kurikulum seharusnya tidak dibagi ke dalam bidang mata pelajaran yang bersifat
membatasi dan tak wajar. Kurikulum mestinya lebih dibangun di unit-unit yang
wajar yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang mendesak dan pengalaman-
pengalaman siswa. Unit-unit studi yang spesifik mungkin bervariasi dari kelas 4
dan berikutnya, tapi ideanya adalah bahwa mata pelajaran sekolah yang tradisionil
(seni, sejarah, matematika, membaca, dan lain-lain) dapat disusun ke dalam teknik
problem solving yang berguna untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa untuk
belajar materi-materi tradisionil sebagaimana mereka bekerja pada
problemproblem atau isu-isu yang telah menarik mereka di dalam pengalaman
sehari-hari. e. Pandangan tentang Metode
Metode pendidikan seharusnya berpusat pada memberi siswa banyak
kebebasan memilih dalam mencari-cari situasi-situasi belajar berpengalaman yang
akan menjadi paling bermakna baginya. Kelas (yang dipandang tidak hanya
sebagai setting sekolah, tetapi tempat dimana pengalaman diperoleh) dilihat di
dalam hubungannya dengan sebuah laboratorium keilmuan dimana gagasan
diletakkan untuk diuji dan dikritisi. Studi lapangan, dalam catatan kaum
pragmatis, jelas memberi keuntungan-keuntungan lebih, karena memberi
kesempatan berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Yaitu benar bahwa studi lapangan dan pengalaman aktual lainnya banyak
menyita waktu. Namun, dengan metode itu mereka tampak lebih termotivasi.
Sebagai contoh, seseorang belajar lebih tentang perusahaan susu dan sapi dengan
langsung ke gudang dan pemerahan, membau dan mendengar suara seekor sapi
daripada dengan seminggu membaca dan memandang proses pada layar film.
Dengan demikian, metodologi pragmatisme adalah langsung dengan pengalaman
mereka.
12
Dengan kata lain, anak-anak, menurut Dewey, seharusnya secara bertahap
berubah dari belajar berdasarkan pengalaman langsung ke metode belajar yang
seolah mengalami sendiri/dialami oleh orang lain.
13
5. Pluralisme Nilai: Pragmatisme mendorong pengakuan terhadap beragam
pandangan dan nilai-nilai yang mungkin berbeda. Ini dapat berkontribusi pada
masyarakat yang lebih inklusif dan beragam, di mana berbagai kelompok budaya
dan etnis memiliki suara dan pengaruh yang setara.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dapat disimpulan bahwah pragmatisme adalah suatu aliran yang menitik
beratkan nilai kebenaran pada sebuah kegunaan atau manfaat secara
praktis. Jadi, jika hanya sebatas ide yang tidak memberikan nilai guna,
dianggap tidak benar.
2. Jadi kesimpulan menurut para ahli
a. john dewey, menurutnya aliran pragmatisme bertujuan memperbaiki
kehidupan manusia dan lingkungannya dan juga mengatur kehidupan
manusia serta aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhannya.
b. wiliam james dalam bukunya yang berjudul “arti kebenaran”
berpendapat bahwa tidak ada kebenaran mutlak yang berdiri sendiri
tanpa ada akal yang mengenal yang ada hanya kebenaran-kebenaran.
Karena kebenaran bisa kita koreksi bersamaan dengan pengalaman-
pengalaman yang kita lalui
3. Jadi Pandangan pragmatisme adalah kebenaran adalah praktis,penolakan
terhadap kebenaran absolut, fokus pada pengalaman dan
eksperimen,akomodasi terhadap perubahan,konsekuensialisme,penekanan
pada demokrasi dan pendidikan
4. Implikasi pragmatisme pada bidang pendidikan
a)Pengalaman sebagai guru
b)Pembelajaran Kontekstual
c)Tujuan praktis
d)Problem solving
e)Metode sosial
f)Pengukuran hasil
5. implikasi aliran pragmatisme pada kebudayaan
Penekanan pada Konsekuensi Praktis,Fleksibilitas dan Evolusi,Pentingnya
Eksperimen dan Inovasi,Peran Individu,Pluralisme Nilai,Penekanan pada
Praktik dan Penilaian Berdasarkan Hasil
15
DAFTAR PUSTAKA
- Peirce, C. S. (1877). "The Fixation of Belief." Popular Science Monthly, Vol. 12,
pp. 1-15.
- James, W. (1907). Pragmatism: A New Name for Some Old Ways of Thinking.
New York: Longmans, Green, and Co.
- Dewey, J. (1938). Logic: The Theory of Inquiry. New York: Henry Holt and
Company.
- Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
- Muhammad, Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
- Praja, Juhaya S., Aliran- Aliran Filsafat & Etika, Jakarta: Prenada Media, 2003.
- Wasitohadi. (2012). Pragmatisme, Humanisme dan Implikasinya bagi Dunia
Pendidikan di Indonesia. Satya Widya, 28(2), 175-189.
- Anamofa, J.N. (2018). Pragmatisme Pendidikan: Belajar dari John Dewey. INA-
Rxiv
Papers, 1-5. https://doi.org/10.31227/osf.io/7hs34
- Dardiri, A. (2007). Implikasi Implikasi Pandangan Filsafat Pragmatisme Richard
Rorty tentang Epistemologi dalam Bidang Pendidikan. Cakrawala
Pendidikan, 2(2), 213-234.
16