Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

‘’FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME’’

Dosen Pengampu:

Yulia Agustina, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:

Hidayatul Harfani(230202040)

Rini setiawati(230202045)

Siti Hidayati(230202107)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA SENI DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS HAMZANWADI

(2023)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mahasiswa dari
mata kuliah FILSAFAT ILMU pada semester pertama program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Hamzanwadi.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Mata
Kuliah FILSAFAT ILMU yaitu Ibu Yulia Agustina, M.Pd. yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah yang berjudul “FILSAFAT
PENDIDIKAN PROGRESIVISME’’ ini.

Kami menyadari ada banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan makalah
ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Ibu
dosen demi menambah pengetahuan agar kedepannnya kami bisa menyusun makalah dengan
lebih baik dan berkualitas.

Harapan penyusun semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pemahaman
teman-teman mahasiswa mengenai materi yang terkait.

Pancor, 9 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar belakang............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................

C. Tujuan.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Pengertian dan sejarah munculnya filsafat progresivisme

B. Tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme...........................................

C. Pandangan filsafat progresivisme tentang pendidikan..........................................

D. Pandangan umum filsafat pendidikan progresivisme............................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................................

B. Kritik dan saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai
macam pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu
ada kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka
kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut
juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran
filsafat pendidikan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan.[1] Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, dan yang akan
Penulis uraikan di sini adalah filsafat pendidikan progresivisme. Dalam pandangannya
progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang
paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah
disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan
sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian filsafat pendidikan progresivisme
2. Latar belakang munculnya filsafat progresivisme
3. Tokoh-tokoh aliran filsafat progresivisme
4. Pandangan filsafat progresivisme tentang pendidikan
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengenal apa itu filsafat pendidikan
progresivisme.
2. Mahasiswa mengetahui apa saja yang melatar belakangi timbul dan munculnya
aliran filsafat pendidikan progresivisme.
3. Agar mahasiswa mengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan
progresivisme.
4. Masiswa mampu mengetahui apa saja pandangan-pandangan progresivisme
tentang pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah munculnya Filsafat Progresivisme


1.pengertian filsafat progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progravisme mempunyai
konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan
mengatasi maslah- masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia
itu sendiri.
Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme,
maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang
merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat,
antropologi, psikologi dan ilmu alam. Progresivisme berpendapat bahwa tidak ada
teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan
temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-
pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan.
Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar
“dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya. Aliran progesivisme telah
memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik
diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan
bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan
yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui
pendidikan yang otoriter.
Kita telah ketahui bahwa menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang
terus menurus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang
belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik
bukanlah dipersiapkan untuk menghidupi masa kini, melainkan mereka harus
dipersiapkan menghadapi kehidupan masa yang akan datang. Permasalahan hidup
masa kini tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk
itu, peserta didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi untuk menghidupi masa
yang akan datang dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka akan
mengatasi permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan.
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat
yang berdiri sendiri, malainkan merupakan aliran suatu gerakan dan perkumpulan
yang didirikan tahun 1918. Selama 20 tahun menjadi gerakan yang sangat kuat di
Amerika Serikat banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini. Gerakan
progeresik terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional
yang membosankan, yang menekankan disiplin keras belajar pisik dan banyak hal-hal
kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.Pengaruh progresivisme terasa di
seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan di dalam
lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi
Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-
kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah
antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup
di sekolah saja. Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian
dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah
itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program
pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang
menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme
menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau
learning by doing.
Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif.
Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-
menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu
mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari
lingkungan. Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup
liberal (the liberal road to), dan culture. Maksudnya adalah pandangan hidup yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut; fleksibel (tidak kaku, tidak menolak
perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curios (ingin mengetahui, ingin
menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
2. Sejarah munculnya filsafat progresivisme
Pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di
Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada
Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori
tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia
apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi
berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan gerak jasmaniah
adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan berfikir.
Sejarah mengatakan perkembangan aliran Progresivisme dianggap sebagai
aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan
tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman
Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544 ), Socrates (469), Protagoras (480) dan
Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai
unsur-unsur yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-
Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah
perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali
asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan
aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang
baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi
pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia
sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau
nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat.
Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan
jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan
Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya
memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke
dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa
kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang baik dari para manusia. Kant
memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi
martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan
masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses
perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.
B. Tokoh-tokoh aliran Filsafat Progresivisme
Ada beberapa tokoh progresivisme yang berperan penting dalam
mengembangkan aliran ini, antara lain :
1. William James (1842 –1910)
William James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang
sangat terkenal. Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya
sangat berpengaruh diberbagai negara Eropa dan Amerika. Meskipun
demikian dia sangat pandai berceramah dibidang filsafat, juga terkenal
sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau
pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar
fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran
pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya
di atas dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of
Psychology yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan
ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal
inilah yang mengantar William James terkenal sebagai ahli filsafat
Pragmatisme dan Empirisme radikal.
Demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai negara
Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat terkenal dikalangan
umum Amerika sebagai penulis yang sangat brilian, dosen serta
penceramah dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri Pragmatisme.
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari
eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan
hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari
sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi
James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis,
dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 - 1952)
John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
"Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya
daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan
anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang
diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang
akan datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang
orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan
terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut instrumentalisme.
Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan
problema pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik. reputasi
(nama baik) internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya
terhadap filsafat pendidikan Progressivisme Amerika.
Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat
profesional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya yang
fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik dan
ilmu jiwa. Dia adalah juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat
dari cara-cara kehidupan demokratis. Diantara karya-karya Dewey yang
dianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art and Experience, The
Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), Experience and
Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah Democracy and
Education(1916).
3. Hans Vaihinger (1852-1933)
Hans Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-
satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna.
untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Pandangan Filsafat Progresivisme tentang Pendidikan.
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan
Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan
Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme baru
menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai
individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
Ada beberapa pandanagan filsafat progresivisme, antara lain :
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah pendidikan
harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berintraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara
terus menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan
pemecahan masalah yang dapat digunakkan individu untuk menentukan,
menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar
peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses
perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik
untuk menjadi warga negara yang demokratis.
Proses belajar mengajar terpusatkan pada prilaku dan disiplin
diri.Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap
anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat
dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu
sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan
kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik
tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa
kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat
direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada
pengalaman.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam
kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak
untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung
anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya. Akhirnya, ini akan
membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-
keterampilan pemecahan masalah dan membangun informasi yang
dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial.Kurikulum disusun dengan
pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial,
selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa dan dalam pemecahan masalah serta dalam
kegiatan proyek.
Sekolah yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan
para siswanya selama belajar, maksudnya yaitu sekolah harus mampu
membantu dan menolong siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta
memberi keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam mengembangkan
bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan tanggung jawab kepala
sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan
eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan untuk
diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin
dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang
teratur. Menurut Progresivisme, Kurikulum hendaknya :
a. Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
yang ada
b. Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan
kebutuhan setiap peserta didik) atau chil centered.
c. Berbasis pada masyarakat.
d. Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.

3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran
progresivisme diantaranya adalah :
a. Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa
penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan
anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila
diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan
belajar tersebut.
c. Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis
digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada
penyusunan konsep.
d. Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan
pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka
demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif
mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga
dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah
tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai
laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pendidikan
Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus
terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
[22] Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses
perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus-
menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan
dan belajar, yaitu :
a. Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan
untuk kehidupan.
b. Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak.
c. Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan
daripada pemberian bahan pelajaran.
d. Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan.
e. Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.
f. Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan
menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara
bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
5. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan
pasif, sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas
ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer
sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Mereka
menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda
dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6. Pengajar (guru)
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
a. Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan
kelancaran proses belajar sendiri siswa.
b. Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk
terus giat belajar sendiri.
c. Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi
sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan
demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan
siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan
peranannya dengan baik.
D. Pandangan Umum Filsafat Progresivisme
Terdapat beberapa pandangan umum terkait filsafat progresivisme
diantaranya:
1. Pandangan secara Ontologi
Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang
amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan
dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia
atas segala sesuatu, pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai
mati, Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang berarti
perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah
menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang lama).
Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia
mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak. Ontology
progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang
kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah
perjuangan tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
a. Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan
yang terjadi terus menerus.
b. Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan
pengalaman dari waktu kewaktu.
c. Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam
lingkungan manusia.
d. Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas
adanya interaksi sedalam individu terlibat.
2. Pandangan secara Epistemologi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan
yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi
pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik seeara langsung melalui
pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkun hidupnya,
ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan (buku-buku,
kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Epistimologi
mengkaji tentang teori-teori pengetahuan, menangani persoalan tentang
sifat dasar pengetahuan manusi.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak
pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi
tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi dengan
realita baru di dalam lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide
memecahkan masalah, kebenaran adalah (sekuen dan pada sesuatu ide,
realita pengetahuan dan daya gu
Ada tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu :
a. Objek filsafat (yang dipikirkan)
b. Cara memperoleh pengetahuan filsafat
c. Ukuran kebenaran (pengetahuan ) filsafat.
1) Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang
sebenarnya, yang terdalam. Susunan hasil pemikiran disebut
Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang terdiri atas
ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap cabang filsafat
ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan). Jika
memikirkan pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan
seterusnya. Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek
penelitian sain sebab filsafat meneliti objek yang Ada dan
mungkin ada.
2) Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan
akal. Dari sini timbul masalah apa itu“akal“. Akal ini
diperdebatkan oleh ahli akal (Locke,Voltaire, Will Durant,
David Hume,dan sebagainya dan orang –orang yang secara
intesif mengunakan akalnya.Untuk itu mereka menerima bahwa
“bahwa akal itu ada”, dan ia bekerja berdasarkan suatu cara
yang tidak begitu kita kenal. Aturan kerjanyadisebut “ logika “.
Sejauh akal itu bekerja menurut aturan logika, agaknya kita
dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir
mendalam, menghasilkan filsafat.
3) Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang
logis. Ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya
pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah.
Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen yang
menghasilkan kesimpulan (teori). Argumen menjadi kesatuan
dengan konklusi, dan konklusi ini disebut teori filsafat. Bobot
teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen, maka diterima
pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen.
Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
3. Pandangan secara Aksiologi
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian
adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.
Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak,
perasaan, kecerdasan dari individu-individu. Nilai itu benar atau salah,
baik atau buruk dapat dikatakan adalah menunjukkan kecocokan dengan
hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan manusia.
4. Pandangan dari Sudut Budaya
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan
manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang
tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Filsafat
progresivisme menganggap bahwa pendidikan telah mampu merubah dan
membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi
transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern
(progresif).
Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya
untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif
dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang
semakin terus maju. Kenyataan menunjukkan bahwa pada zaman
purbakala manusia hidup di pohon-pohon atau gua-gua. Hidupnya hanya
bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan manusia. Dengan
sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keingintahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat
mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna. Alamlah yang
dikendalikan oleh manusia. Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau
gua-gua, akan tetapi dengan potensi akalnya manusia telah membangun
gedung-gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah mewah.
Filsafat progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki
kemampuan-kemampuan yang dapat memecahkan problematika hidupnya,
telah mempengaruhi pendidikan, di mana dengan pembaharuan-
pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju
(progress). Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka
semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Akibatnya
anak-anak tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan
terbelakang menjadi masyarakat yang komplek dan maju.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru
(teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme
menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus,
agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu
mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan
dari lingkungan.
2. Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul
dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya
dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui
pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles.
Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan
Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh
Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas
Paine, Thomas Jefferson, Charles S. Peirce.
3. Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah
melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai
kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan
kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang biasa mereka
pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan Aktif, Metode Memonitor
Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar, Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan.
Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered).
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai Motivator,
Fasilitator, dan Konselor.
B. Kritik dan Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan
kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya..
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Usiono, M.A, pengantar filsafat pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006.
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode, Yogyakarta : Andi
Offset, 1988.
Ali, Mudhofir, 1988, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat, Yogyakarta : Liberty,
1990.
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2006.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2003.
http://sataaswelputra.blogspot.com/2011/02/aliran-filsafat-progresivisme.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/04/Bentara/824931.htm
http://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/13/aliran-filsafat-pendidikan-
progresivisme.
Drs. Usiono, M.A, pengantar filsafat pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 44
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode, Yogyakarta : Andi
Offset, 1988. Hal 28
Ali, Mudhofir, 1988, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat, Yogyakarta : Liberty,
1990. Hal 146
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011, hal 32
Drs. Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 142
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994. Hal 20.
Ibid, hal 24
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2004, hal 41
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994. Hal 20
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2008. Hal 22
Ibid. Hal 22-23
http://sataaswelputra.blogspot.com/2011/02/aliran-filsafat-progresivisme.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/04/Bentara/824931.htm
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2006. Hal 144
http://sataaswelputra.blogspot.com/2011/02/aliran-filsafat-progresivisme.html
Drs. Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 145
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2006. Hal 145
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : Andi Offset, 1997. Hal 36
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2003. Hal 148
Drs. Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 146
]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2006. Hal 146
Drs. Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 144
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2006. Hal 146-147
Ibid. Hal 147
http://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/13/aliran-filsafat-pendidikan-
progresivisme/
Drs. Usiono, M.A, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2006. Hal 58
http://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/13/aliran-filsafat-pendidikan-
progresivisme

Anda mungkin juga menyukai