Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME

Disusun untuk memnuhi Mata Kuliah Pengantar Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Drs. L. Hendrowibowo, M.Pd & Dr. Shely Cathrin, M.Phil

Disusun oleh :

Iga Dwi Atmini (17108241023)


Asiah Ario Rinka (17108241035)
Peni Mulyati (17108241116)
Siska Arni (17108244016)
Panji Ageng Leksono (17108244030)

PGSD 3E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai hasil dari pemikiran para filsuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filsuf itu ada kalanya
saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan
masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang
didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam
pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.[1] Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis,harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, dan yang akan Penulis
uraikan di sini adalah filsafat pendidikan progresivisme. Dalam pandangannya
progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang
paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena
adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan
dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang
sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu
kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian filsafat pendidikan progresivisme ?

2. Latar belakang munculnya filsafat progresivisme

3. Tokoh-tokoh aliran filsafat progresivisme


4. Pandangan filsafat progresivisme tentang pendidikan

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan progresivisme.

2. Untuk mengetahui latar belakang timbul dan munculnya aliran filsafat pendidikan
progresivisme.

3. Untukmengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan


progresivisme.

4. Untuk mengetahui apa saja pandangan-pandangan progresivisme tentang


pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah munculnya Filsafat Progresivisme

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progravisme mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-
kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah- masalah yang
bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.

Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan
bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan
ilmu alam. Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman
menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah
disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan
sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental,
yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi


penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar
“dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya Aliran progesivisme telah memberikan
sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-
dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan,
baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan
yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain.[3] Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.

Kita telah ketahui bahwa menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang terus
menurus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu
benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukanlah dipersiapkan
untuk menghidupi masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi
kehidupan masa yang akan datang. Permasalahan hidup masa kini tidak akan sama
dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk itu, peserta didik harus
diperlengkapi dengan strategi-strategi untuk menghidupi masa yang akan datang dan
pemecahan masalah yang memungkinkan mereka akan mengatasi permasalahan-
permasalahan baru dalam kehidupan.
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang
berdiri sendiri, malainkan merupakan aliran suatu gerakan dan perkumpulan yang
didirikan tahun 1918. Selama 20 tahun menjadi gerakan yang sangat kuat di Amerika
Serikat banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini. Gerakan progeresik terkenal
luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan,
yang menekankan disiplin keras belajar pisik dan banyak hal-hal kecil yang tidak
bermanfaat dalam pendidikan.[5] Pengaruh progresivisme terasa di seluruh dunia,
terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan
pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.

John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi


Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian
dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah
dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi
dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu,
sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan
sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha
ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan
kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu.
Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar
“sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.

Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan


pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus,
agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan
penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.[8]
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal (the
liberal road to), dan culture. Maksudnya adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut; fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh
suatu doktrin tertentu), curios (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-
minded (mempunyai hati terbuka).

Sejarah mengatakan perkembangan aliran Progresivisme dianggap sebagai aliran


pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis
perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba.
Misalnya Hiraclitus (544 ), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles. Mereka
pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut
menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.

Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak
ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu
sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan
bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan
kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk
melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras
mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan
relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan
moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.

Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel
dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan
memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang
kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam
manusia karena kodrat yang baik dari para manusia. Kant memuliakan manusia,
menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu
kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis,
selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian
yang tak ada hentinya.

Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika
Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada
Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap
yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang
pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran
itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berfikir adalah
membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi
dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.

B. Tokoh-tokoh aliran Filsafat Progresivisme

Ada beberapa tokoh progresivisme yang berperan penting dalam mengembangkan


aliran ini, antara lain :

1. William James (1842 –1910)

William James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat
terkenal. Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh
diberbagai negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat pandai
berceramah dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri Pragmatisme. James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik,
harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan
agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok
dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku. Buku
karangannya yang berjudul Principles of Psychology yang terbit tahun 1890 yang
membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik
dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William James terkenal sebagai ahli
filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal.

Demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai negara Eropa dan


Amerika. Meskipun demikian dia sangat terkenal dikalangan umum Amerika sebagai
penulis yang sangat brilian, dosen serta penceramah dibidang filsafat, juga terkenal
sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti
juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari
sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James
menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.

2. John Dewey (1859 - 1952)

John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia


(Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka
muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang
diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan
adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Dewey
mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi meskipun
demikian, namanya sering pula dihubungkan terutama sekali dengan versi pemikiran
yang disebut instrumentalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam
hubungan dengan problema pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik.
reputasi (nama baik) internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap
filsafat pendidikan Progressivisme Amerika.

Dewey tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat profesional, akan
tetapi juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi,
hukum, antropologi, teori politik dan ilmu jiwa. Dia adalah juru bicara yang sangat
terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan demokratis. Diantara karya-
karya Dewey yang dianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art and
Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), Experience
and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah Democracy and
Education(1916).

3. Hans Vaihinger (1852-1933)

Hans Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis.
Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi
berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-
kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika
pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang
tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Pandangan Umum Filsafat Progresivisme

1. Pandangan secara Ontologi

Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas
tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan
lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati, Pengalaman adalah suatu sumber
evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang
mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang lama).

Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-


perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi
perjuangan, perubahan dan berani bertindak. Ontology progresivisme mengandung
pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri
dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat
pengalaman :

 Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan yang terjadi
terus menerus.

 Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari
waktu kewaktu.

 Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan manusia.

 Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi
sedalam individu terlibat.

2. Pandangan secara Epistemologi

Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang


terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan
diperoleh manusia baik seeara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan
segala realita dalam lingkun hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung
melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Epistimologi mengkaji tentang teori-teori pengetahuan, menangani persoalan tentang
sifat dasar pengetahuan manusi. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan
dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan
menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi
dengan realita baru di dalam lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide
memecahkan masalah, kebenaran adalah sekuen dan pada sesuatu ide, realita
pengetahuan dan daya guna.
3. Pandangan secara Aksiologi

Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya


pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana
ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-
individu. Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan adalah
menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan manusia.

D. Pandangan Filsafat Progresivisme tentang Pendidikan

Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan


Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan
Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme baru
menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu.
Dengan demikian orientasinya individualistik.

Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara lain :

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah pendidikan harus


memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan
lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Yang
dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat
digunakkan individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai
masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain
itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara
yang demokratis.

Proses belajar mengajar terpusatkan pada prilaku dan disiplin diri.Tujuan


keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja
secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat
dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan,
alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.

2. Kurikulum Pendidikan

Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-
centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran
yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi,
ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib
menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan
dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada
pengalaman.

Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-
pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini
guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai
keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan
terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan
keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun informasi yang
dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial. Kurikulum disusun dengan pengalaman
siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial, selain sosial sering
dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa dan
dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek.

Sekolah yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para siswanya
selama belajar, maksudnya yaitu sekolah harus mampu membantu dan menolong
siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk
para siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru
dan tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat
fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan
untuk diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin dalam
pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat
eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Menurut Progresivisme,
Kurikulum hendaknya :

 Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada

 Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap
peserta didik) atau chil centered.

 Berbasis pada masyarakat.

 Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.

3. Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme


diantaranya adalah :

 Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan


lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar
secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
 Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar
sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya
memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.

 Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode


penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.

 Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan


pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan
sekolah.

 Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan


adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah
semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak.

 Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya


tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan
pengembangan gagasan baru pendidikan.

4. Pendidikan

Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada


anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan.[22] Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam
prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu :

 Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan.

 Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak.

 Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian


bahan pelajaran.

 Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan.

 Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.

 Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-


pribadi saling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk
pertumbuhan sesungguhnya.

5. Peserta Didik

Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif,


sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada
situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah
anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran
sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan
sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.

6. Pengajar (guru)

Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :

 Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran


proses belajar sendiri siswa.

 Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat
belajar sendiri.

 Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri


masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu
mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik
memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat
menjalankan peranannya dengan baik.

E. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Progresivisme

1. Kelebihan:

a. Nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan

b. Toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara
konstruktif, inovatif, reformatif, aktif serta dinamis

c. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna
mengembangkan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain

d. Menjadikan anak didik memiliki kulalitas dan terus maju sebagai generasi yang
akan menjawab tantangan zaman peradaba baru.

2. Kelemahan:

a. Progresivisme tterlampau menekankan pada pendidikan individu

b. Kelas sekolah progresif artifisial atau dibuat-buat dan tidak wajar

c. Progersivusme bergantung pada minat dan spontan

d. Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab


terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Gerakan Progresivisme ini sangat
berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.

Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan


membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme
menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras,
menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan
yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda,
dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.

Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan


pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered). Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada
hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi
pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang
inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali sesuai
dengan tuntutan dari lingkungan.

2. Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan
jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik
jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui pemikiran-pemikiran
Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian sejak abad ke-16, Francis
Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang
pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-
20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah
Thomas Paine, Thomas Jefferson, Charles S. Peirce.

3. Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih


anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan metode
pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik.
Metode pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode
Pendidikan Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah,
Pemerintahan Pelajar, Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai
Laboratorium Pembaharuan. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak
(child-centered). Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai
Motivator, Fasilitator, dan Konselor.

B. Kritik dan Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang
bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://liemkocak.blogspot.com/2016/02/aliran-filsafat-pendidikan.html?m=1

http://makalahmeza.blogspot.com/2012/04/aliran-filsafat-pendidikan.html?m=1

https://googleweblight.com/i?u=https://tyas7as.wordpress.com/2010/09/28/makalah-filsafat-
pendidikan-progressivisme/&hl=id-ID

https://www.academia.edu/27185382/Aliran_Filsafat_dan_Pendidikan_Progresivisme.docx

https://googleweblight.com/i?
u=https://www.researchgate.net/publication/317739858_PROGRESIVISME_DAN_IMPLIK
ASINYA_DALAM_PENGEMBANGAN_KBK&grqid=uyTVz4i7&s=1&hl=id-ID

https://googleweblight.com/i?u=https://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-
progresivisme/&grqid=YKkCKPUJ&s=1&hl=id-ID

http://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/download/322/326

https://googleweblight.com/i?
u=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Progresivisme&grqid=mySE1kDL&s=1&hl=id-ID

Anda mungkin juga menyukai