Anda di halaman 1dari 7

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME,

ESENSIALISME DAN KONSTRUKTIVISME


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh : Kelompok 5


Nama Anggota : Ardino Farancisko Simamora
Christian Rivaldo Sihaloho
Enita catrine br sembiring
Fania Afrillia
Lisdawati Siregar
Nurilmi Salsabila
Dosen Pengampu : Anifah, S.Sos.,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
1. ALIRAN PROGRESIVISME
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya bergerak
maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata progresif diartikan
sebagai ke arah kemajuan; berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkat
naik. Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu gerakan
perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme dikaitkan dengan kata
progres, yaitu kemajuan. Artinya progesivisme merupakan salah satu aliran yang
menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat (Muhmidayeli, 2011:151).Menurut Gutek (1974:138).
Progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan modern yang menghendaki adanya
perubahan pelaksanaan pendidikan menjadi lebih maju. Aliran progresivisme ini
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak dan menjadikan
pendidik hanya sebatas sebagai fasilitaor, pembimbing, dan pengarah bagi peserta didik.
Adapun tujuan dari aliran progresivisme dalam pendidikan ialah ingin merubah praktik
pendidikan yang selama ini terkesan otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai
potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan peserta didik. Dengan menerapkan aliran progresivisme dalam
pendidikan, harapannya dapat membahwa perubahan dan kemajuan pendidikan di Indonesia
menjadi lebih berkualitas, sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional
Indonesia.

2. CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN PROGREVISME


Ciri-ciri utama aliran progresivisme ialah didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan
bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam manusia itu sendiri
dengan skill dan kekuatannya sendiri. Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai
the liberal road to culture.Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani,
toleran dan bersikap terbuka.Liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi
penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu
bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman. Liberal dalam
arti menghormati martabat manusia sebagai subjek di dalam hidupnya dan dalam arti
demokrasi, yang memberi kemungkinan dan prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi
manusia sebagaimana potensi yang ada padanya. Sebagai konsekwensi dari pendapatnya
aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter
IMPLIKASI PROGRESIVISME DI PENDIDIKAN
1. Proses belajar

mengan di kelas ditandai dengan beberapa hal. Pendidik mempunyai rencan untuk
membangkitkan rasa minat dan penasar pada murid Hal lain dari baca buku, murid
harus saling terhubung dengan alam Pendidik membangkitkan minat murid dengan
permainan untuk menantang murid agar berfikir Murid diharuskan interaktsi dengan
sesamanya agar membangun sosial Guru Otoriter Edukasi Pasif dengan mengingat
fakta

2. Sekolah

Sekolah yang bagus adalah pendidikan yang dapat menjamin para muridnya selama
beredukasi, Maksudnya Pendidikan diharuskan membantu juga menolong murid agar
tumbuh dan berkembang juga memberi keleluasaan tempat untuk murid saat
meningkatkan bakat dan keinginanya dengan arah penidik dan tanggungan kepalah
sekolah

3. Kuirkulum

Progresivisme menghendaki jenis kuikulum yang bersifat luwes dan eksperimental jadi
kurikulum bisa diubah dan dibentuk sesuai zamannya. W.H Kilpatrick berkata, suatu
kurikulum yang dianggap baik didasarkan 3 prinsip :1. Mengembangkan kualitas hidup
murid disetiap tingkat2. Menjadikan kehidupan katual pada anak mengarah meninkatkan
suatu kehidupan yang menyeluruh3. Menumbuhkan segi kreatif kehidupan agar suatu
trial and eror atas kesuksesan edukasi hingga murid bisa tumbuh dalam kemampuannya
yang actual

4. Prinsip Pendidikan

Beberapa Prinsip Perspektif Progresivisme :

1. Peran pendidik secara tidak spntan, tapi mengarahkan siswa, kekurangan dan hasrat
murid pasti memastikan yang sudah dipelajari, anak diperlukan mengembangkan dirinya
dan pendidik harus mengarahkannya

2. Pendidikan perlu mendorong kerja sama, tidak membangun rival, pada dasarnya
manusa itu sosial, Progresivisme berprespektif bahwa kasih sayang dan persaudaraan
lebih berguna untuk edukasi dari pada rivalitas dan upaya sendiri.Edukasi ialah
penyusunan pengalaman, mengarah pada penyusunan seseorang dalam bermasyarakat
3.Kehidupan demokratis melahirkan kondisi yang dibuthkan untuk
perkembangandemokrasi, perkembangan dan edukasi saling terhubung.
1.2 Aliran Filsafat Konstruktivisme
a) Pengertian Aliran Filsafat Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia
berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld
dalam Pannen dkk, 2001:3). Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan
bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar
secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi (Slavin dalam Yusuf, 2003). Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme
adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya
tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Sedangkan menurut Martin. Et. Al (dalam
Gerson Ratumanan, 2002) mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan pentingnya
setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi
dari belajar sebelumnya dengan belajar baru. Selanjutnya, Wikipedia (2008:1) menurunkan
definisi ialah: “constructivism may be considered an epistemology ( a philosophical
framework or theory of learning ) which argues humans construct meaning from current
knowledge structures” artinya, konstruktivisme dapat dipandang sebagai suatu
epistimologi(kerangka filosofis atau teori belajar) yang mengkaji manusia dalam membangun
makna dari struktur pengetahuan terkini. Jadi bisa disimpulkan bahwa konstruktivisme
adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan itu
merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah
kumpulan fakta tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman,
maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah “sesuatu yang sudah ada di sana” dan kita
tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus dari orang yang
belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya pemahaman yang baru
(Piaget, 1971)Konsep Dasar Aliran Filsafat Konstruktivisme tentang Pendidikan.

1. Hakikat Pendidikan menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme


Teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan
baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalamannya
sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Teori ini mencerminkan siswa memiliki
kebebasan berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.
2. Tujuan Umum Pendidikan menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutakhir
yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat
melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Aliran konstruktivisme ini,
dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif
yang secara teoritik menekankan peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam menemukan
ilmu baru. Kontruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik mulai dari usia kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang
lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan
atau pengetahuan ini sering kali masih naif, atau juga miskonsepsi. Konstruktivisme
senantiasa mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh. Gagasan atau
pengetahuan tersebut terkait dengan gagasanatau pengetahuan awal lainnya yang sudah
dibangun dalam wujud schemata (struktur kognitif atau pengetahuan).

Konsep – Konsep Kunci Aliran Pendidikan Progresivisme Asosiasi Pendidikan Progresif


menentang

a. guru otoriter
b. pengajaran berbasis buku secara eksklusif
c. menghafal secara pasif informasi faktual
d. isolasi sekolah dari masyarakat
e. menggunakan kekerasan fisik atau psikologis untuk mengelola ruang kelas

Para pendidik progresif ini secara positif menegaskan hal itu :

a. anak harus bebas untuk berkembang secara alami


b. minat, dimotivasi oleh pengalaman langsung, adalah stimulus
c. terbaik untuk belajar
d. guru harus memfasilitasi pembelajaran
e. kerja sama erat sangat penting antara sekolah dan rumah
f. sekolah progresif harus menjadi laboratorium untuk eksperimen

Menentang kurikulum mata pelajaran konvensional, progresif berpengalaman dengan


kurikulum alternatif, menggunakan kegiatan, pengalaman, pemecahan masalah, dan proyek.
Guru progresif yang berpusat pada anak berusaha membebaskan anak-anak dari pengekangan
dan penindasan konvensional. Progresif yang lebih berorientasi sosial, yang disebut rekonstruksi
sosial, berusaha menjadikan sekolah sebagai pusat reformasi sosial yang lebih besar. Dipimpin
oleh George Counts dan Harold Rugg, para ahli rekonstruksi sosial percaya bahwa guru dan
sekolah perlu menyelidiki dan dengan sengaja bekerja untuk menyelesaikan masalah sosial,
politik, dan ekonomi masalah.
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME

Aliran filsafat Essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan manusia
kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang telah terbukti kebaikan-kebaikannya
dalam kehidupan manusia. Menurut essensialisme nilai-nilai tertanam dalam warisan budaya
atau sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan
melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan telah teruji dalam gagasan dan
cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.Aliran filsafat pendidikan Essensialisme ini
menganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang baik itu terletak pada warisan-warisan budaya,
yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Aliran esensialisme
merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak
awal peradaban umat manusia. Aliran filsafat ini menginginkan agar manusia kembali
kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak membawa kebaikan untuk
manusia. Filsafat pendidikan esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat
idealisme dan realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide,
apabila hanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran
tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak ada yang
melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan ciri masing- masing (Anwar,
2015).

Jenis Esensialisme
1. Esensialisme Mereologis
Esensialisme Mereologis adalah pandangan bahwa benda memiliki bagian dasarnya. Oleh
karena itu, jika sebuah benda kehilangan atau memperoleh bagian, ia akan lenyap secara
efektif karena ia tidak akan menjadi benda yang sama lagi.
2. Esensialisme Etis
Esensialisme Etis ialah pandangan bahwa beberapa hal yang salah dalam esensial atau
mutlak akal, melanggar universal, objektif dan alami hukum moral dan bukan hanya sebuah
adventif.
3. Esensialisme Epistemologis
Esensialisme Epistemologis adalah pandangan bahwa semua entitas memiliki sifat intrinsik
yang dapat dilihat dengan nalar.
4. Esensialisme Sosiologis
Esensialisme Sosiologis adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa posisi tentang
gender, seksualitas, ras, etnis atau karakteristik kelompok lainnya adalah ciri- ciri tetap ,
tidak memungkinkan adanya variasi antar individu atau seiring waktu.
5. Esensialisme Pendidikan
Esensialisme Pendidikan adalah teori pendidikan yang menyatakan bahwa anak-anak harus
mempelajari mata pelajaran dasar tradisional dan bahwa ini harus dipelajari secara
menyeluruh dan ketat.
Esensialisme dalam dunia pendidikan biasanya akan mengajarkan anak-anak untuk dapat
berpikir secara progresif , dari keterampilan yang tidak terlalu rumit hingga yang lebih
kompleks.Aliran filsafat Essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
manusia kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang telah terbukti kebaikan-
kebaikannya dalam kehidupan manusia. Menurut essensialisme nilai-nilai tertanam dalam
warisan budaya atau sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-
angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan telah teruji
dalam gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.Aliran filsafat
pendidikan Essensialisme ini menganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang baik itu terletak
pada warisan-warisan budaya, yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi
kehidupan manusia. Aliran esensialisme merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia. Aliran filsafat ini
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama
telah banyak membawa kebaikan untuk manusia. Filsafat pendidikan esensialisme
merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat idealisme dan realisme. Aliran tersebut akan
tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila hanya mengambil salah satu dari aliran
atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi
sebagai pendukung, tidak ada yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan
ciri masing- masing (Anwar, 2015).

Anda mungkin juga menyukai