Anda di halaman 1dari 13

RELEVANSI PEMIKIRAN HUMANISME TERHADAP KONSEP

MERDEKA BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN

Yepi Herpanda1), Prof. Dr. Neviyarni S,MS., Kons 2)


Program Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
E-mail : yepiherpandaIn2016@gmail.com1), neviyarni.suhaili911@gmail.com 2),

Abstrak

Pemikiran pendidikan humanism adalah konsep pendidikan yang menjunjung tinggi nilai dan
martabat manusia yang menempati posisi sangat penting, baik dalam perenungan teoritis filsafat
maupun dalam praktek hidup sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan konsep merdeka belajar
dimana merdeka belajar akan berjalan dengan baik apabila pelaku pendidikan dapat melihat jauh
aspek filosofis sebagai landasan terbentuknya, karena sebuah konsep pendidikan dapat dikatakan
sebagai aplikasi pemikiran filosofis. relevansi pemikiran humanism dan konsep merdeka belajar
dalam pembelajaran yaitu pembelajaran akan terlaksana baik jika pelaku pendidikan dapat
melihat jauh aspek filosofis sebagai landasan terbentuknya, karena sebuah konsep pendidikan
dapat dikatakan sebagai aplikasi pemikiran filosofis dalam hal ini pemikiran humanism.
Implikasi relevansi pemikiran humanism dan konsep merdeka belajar dalam pembelajaran
melibatkan beberapa komponen yaitu: tujuan pendidikan, materi, guru, siswa, metode, media dan
evaluasi

Kata kunci : Pemikiran Humanisme, Konsep Merdeka Belajar


PENDAHULUAN tanggung jawab memberikan layanan
A. Latar belakang masalah pendidikan yang layak kepada peserta
Pendidikan merupakan proses didik harus memikirkan berbagai cara
vital yang dilalui oleh manusia dalam yang dapat membantu peserta didik
kehidupannya. Pendidikan membangun mengembangkan potensinya agar
seorang anak menjadi lebih dewasa menjadi manusia seutuhnya. Salah satu
karena pendidikan merupakan usaha usaha yang dilakukan adalah penerapan
atau ikhtiar untuk merubah manusia konsep pemikiran humanistic dalam
menjadi lebih baik dimana inti dari pendidikan di Indonesia.
perubahan itu sendiri adalah perubahan Konsep pemikiran humanism
nilai. Hal ini sesuai dengan ungkapan memiliki dasar pemikiran bahwa
Soelaieman (2001:162) bahwa pendidikan seyogyanya mengantarkan
“pendidikan adalah suatu perbuatan atau manusia menjadi manusia seutuhnya
tindakan yang dilakukan dengan dengan menggerakkan roda humanisasi.
maksud agar anak atau orang yang Proses humanisasi dapat tercipta jika
dihadapi itu akan menigkatkan manusia dalam kondisi apapun
pengetahuannya, kemampuannya, ditempatkan sebagai subjek. Artinya
akhlaknya, bahkan seluruh pribadinya”. setiap manusia memiliki otonomisasi
Konsep perubahan yang diperoleh diri dan memiliki kebebasan dalam
melalui proses pendidikan itu sendiri menentukan jalan hidup dan pilihan
tergambar dalam tujuan pendidikan tanpa tekanan dari luar. Agar tidak
nasional sebagaimana dijelaskan dalam terjadi penundukan kreatifitas maka
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 upaya dialogis merupakan keniscayaan.
tentang Sistem Pendidikan Nasional Setiap manusia harus diajak untuk
(UU Sisdiknas) pasal 3 yang berdialog dengan menciptakan posisi
menyebutkan bahwa pendidikan yang seimbang yaitu subjek dengan
nasional bertujuan untuk subjek bukan subjek dengan objek.
mengembangkan potensi peserta didik Manuasia diharapkan belajar langsung
agar menjadi manusia yang beriman dan kepada realitas (learning to the reality).
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Setiap manusia (peserta didik)
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, diarahkan untuk mengenali lingkungan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi mereka (refleksi) sebelum melakukan
warga negara yang demokratis dan aksi dan begitu pula sebaliknya. Konsep
bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan yang diciptakan diharapkan
pendidikan nasional tersebut dapat dapat merangsang peserta didik untuk
disimpulkan bahwa tujuan dari bersikap kreatif karena mereka
perubahan manusia itu adalah dihadapkan langsung pada realitas
pengembangan potensi peserta didik kehidupan yang mereka jalani serta
agar menjadi manusia seutuhnya yaitu menumbuhkan daya kritis dengan
manusia yang berketuhanan, berakhlak mempertanyakan segala hal mengenai
mulia dan berilmu. diri dan masyarakatnya. Humanisasi
Pengembangan potensi peserta dapat tercipta jika setiap manusia
didik menjadi manusia seutuhnya sesuai memiliki kebebasan untuk berekspresi
dengana amanat tujuan pendidikan namun kebebasan tersebut bukan
nasional merupakan proses yang tidak kebebasan tanpa nilai.
mudah. Hal tersebut membutuhkan Dalam pemikiran humanism
usaha pendidikan yang sistematis dan tentang pendidikan seorang pendidik
terencana dengan baik. Pemerintah sebagai orang dewasa yang menuntun
dalam hal ini sebagai pihak yang anak didik dituntut untuk
diberikan amanah untuk mengemban menyelenggarakan praktik pendidikan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai "pembelajaran yang merdeka" dan
kemanusiaan (humanistik). Pendidikan sekolahnya disebut sekolah yang
berparadigma humanistik, yaitu praktik merdeka atau sekolah yang
pendidikan yang memandang manusia membebaskan”.
sebagai suatu kesatuan yang Pembelajaran yang merdeka yang
integralistik, harus ditegakkan, dan diungkapkan diatas merupakan sebuah
pandangan dasar demikian diharapkan gagasan yang memberikan kebebasan
dapat mewarnai segenap komponen pada pendidik dan pebelajar dalam
sistematik pendidikan di mana pun serta menentukan sistem pembelajaran.
apa pun jenisnya. Tujuan dari dicanangkannya konsep
Bentuk penerapan pemikiran tersebut adalah untuk menciptakan
humanism dalam pendidikan di pendidikan yang bermaknsa dan
Indonesia adalah dengan menekankan pada aspek keterampilan
diluncurkannya konsep pendidikan dan pengalaman dalam belajar.
baru- baru ini yaitu penerapan konsep Semangat yang dibawa oleh konsep
merdeka belajar. Pemikiran pendidikan merdeka belajar adalah keleluasaan dan
humanism dan konsep merdeka belajar kebebasan dalam merancang dan
sama-sama menekankan adanya mengelola pembelajaran bagi pelaku
kemerdekaan dan keleluasaan lembaga pendidikan, mulai dari lembaga
pendidikan dalam mengekplorasi secara pendidikan, pendidik, sampai dengan
maksimal kemampuan dan potensi yang siswa
dimiliki oleh peserta didik yang secara Secara teori pemikiran humanism
alamiah memiliki kemampuan dan dengan konsep merdeka belajar adalah
potensi yang beragam. Jika dirumuskan kerangka ideal pelaksanaan pendidikan
kedua konsep tersebut sama-sama dalam usaha pengembangan potensi
mengandung makna yang senada yaitu, peserta didik, Namun ditemukan
peserta didik harus bebas dan permasalahan-permasalahan yang
berkembang secara natural; Pengalaman menghambat pengembangan konsep
langsung adalah rangsangan terbaik merdeka belajar ini dimana sistem
dalam pembelajaran; Guru harus bisa pendidikan saat ini masih dikelola
memandu dan menjadi fasilitator yang dengan system yang kurang menghargai
baik. Lembaga pendidikan harus nilai-nilai demokrasi, keadilan, potensi
menjadi laboratorium pendidikan untuk siswa, kemanusiaan (humanisasi) dan
perubahan peserta didik. masih adanya unsur diskriminasi,
Konsep merdeka belajar seperti adanya dominasi guru dalam
memberikan kesempatan belajar secara pembelajaran dan lain sebagainya.
bebas dan nyaman kepada siswa untuk Selanjutnya pemahaman tentang
belajar dengan tenang, santai dan merdeka belajar bagi guru belum jelas,
gembira tanpa stres dan tekanan dengan sehingga pemahaman gurunya tentang
memperhatikan bakat alami yang merdeka belajar tersebut bervariasi.
mereka punyai, tanpa memaksa mereka Perlu disadari bahwa pendidikan
mempelajari atau menguasai suatu merupakan bentuk investasi jangka
bidang pengetahuan di luar hobi dan panjang (long-term investasion) dengan
kemampuan mereka. Dengan demikian mempersiapkan sumber daya manusia
masing-masing mereka tumbuh dan yang berkualitas untuk menghadapi
berkembang sesuai potensi dan tantangan zaman. Tentunya untuk
kemampuannya. Hal tersebut sesuai mencetak SDM yang berkualitas
dengan pernyataan Herbert (2019) tersebut perlu perbaikan sistem
bahwa “bila kemerdekaan belajar pendidikan dan membentuk dunia
terpenuhi maka akan tercipta pendidikan sebagai tempat untuk
mempersiapkan generasi bangsa yang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
proaktif, bermoral dan memiliki psikoterapi, dari pada bidang kajian
kepribadian yang unggul dalam psikologi belajar.
menyikapi perkembangan zaman juga Teori humanistic lebih
pandidikan islam di tuntuk untuk selalu banyak berbicara tentang konsep-
mengikuti perkembangan zaman. konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-
B. Perumusan Masalah citakan, serta tentang proses belajar
Berdasarkan latar belakang masalah dalam bentuknya yang paling ideal.
yang dijabarkan diatas, penulis akan Dengan kata lain, teori ini lebih
membahas permasalahan terkait : tertarik pada pengertian belajar
1. Bagaimana hakikat pembelajaran dalam bentuknya yang paling ideal
menurut pemikiran humanism dari pada pemahaman tentang
2. Bagaimana konsep merdeka belajar proses belajar sebagaimana apa
3. Bagaimana relevasi pemikiran adanya, seperti yang selama ini
humanism terhadap konsep merdeka dikaji oleh teori-teori belajar
belajar dan implikasinya dalam lainnya. Teori humanistik
pembelajaran berpendapat bahwa teori belajar
apapun dapat dimanfaatkan, asal
C. Tujuan Penulisan tujuannya untuk memanusiakan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan manusia yaitu mencapai aktualisasi
artikel ini adalah untuk mengetahui : diri, pemahaman diri, serta realisasi
1. Bagiaman hakikat pembelajaran diri orang yang belajar, secara
menurut pemikiran humanism optimal.
2. Bagiaman konsep merdeka belajar Konsep belajar humanism
3. Bagiaman relevansi pemikiran termasuk teori belajar yang adaptif
humanism terhadap konsep merdeka karena dapat memanfaatkan teori
belajar dan implikasinya dalam belajar apapun asal tujuannya untuk
pembelajaran. memanusiakan manusia. Hal ini
menjadikan teori humanistik bersifat
PEMBAHASAN sangat eklektik. Tidak dapat
A. Hakikat Belajar menurut Pemikiran disangkal lagi bahwa setiap
Humanisme pendirian atau pendekatan belajar
1. Pengertian Belajar Menurut Teori tertentu, akan ada kebaikan dan ada
Belajar Humanistik pula kelemahannya. Dalam arti ini
Konsep belajar pemikiran eklektisisme bukanlah suatu sistem
humanism merupakan salah satu dengan membiarkan unsur-unsur
kajian yang jadi pembicaraan hangat tersebut dalam keadaan
belakangan ini karena belajar sebagaimana adanya atau aslinya.
dengan konsep humanism dianggab Teori humanistik akan
lebih ideal karena menganggap memanfaatkan teori-teori apapun,
manusia manusia sebagai subjek dan asal tujuannya tercapai, yaitu
objek yang perlu dikembangkan memanusiakan manusia (Siregar &
potensinya. Menurut teori Nara, 2010).
humanistik, proses belajar harus Pengertian teori humanistik
dimulai dan ditujukan untuk sebasgai pandangannya yang
kepentingan memanusiakan manusia eklektik dengan cara memanfaatkan
itu sendiri. Oleh sebab itu, teori atau merangkumkan berbagai teori
belajar humanistik sifatnya lebih belajar dengan tujuan untuk
abstrak dan lebih mendekati bidang memanusiakan manusia. Banyak
tokoh penganut aliran humanistik, di perhatiannya. Pada tahap ini,
antaranya adalah Kolb yang terkenal mereka mampu membuat
dengan “Belajar Empat Tahap”, peraturan-peraturan umum
Honey dan Mumford dengan (generalisasi) dari berbagai
“pembagian tentang macam-macam contoh kejadian yang
peserta didik”, Hubermas dengan meskipun berbeda-beda
“Tiga macam tipe belajar”, serta tetapi mempunyai landasan
Bloom dan Krathwohl yang terkenal yang sama.
dengan “Taksonomi Bloom”. 4) Eksperimen aktif, peristiwa
Berikut akan kita kaji tentang teori belajar dimana peserta didik
belajar menurut pandangan dari sudah mampu melakukan
beberapa tokoh tersebut pemikiran eksperimentasi secara aktif.
humanism: Peserta didik mampu
a. Pandangan David A. Kolb mengaplikasikan konsep-
terhadap Belajar konsep, teori- teori atau
Kolb membagikan tahapan aturan-aturan ke dalam
belajar menjadi empat tahap situasi nyata. Berfikir
(Siregar & Nara 2010) yaitu: deduktif banyak digunakan
1) Pengalaman konkrit, diaman untuk mempraktekkan dan
seseorang mampu atau dapat menguji teori-teori serta
mengalami suatu peristiwa konsep-konsep di lapangan..
atau suatu kejadian Dari tahapan belajar Kolb
sebagaima adanya. Tetapi yang dijabarkan diatas diketahui
hanya pada tahap mengalami bahwa tahapan belajar terjadi
kejadian tersebut, tanpa secara berkesinambungan dan
mengerti kenapa dan diluar kesadaran manusia.
bagaimana suatu kejadian Secara teoretis tahap-tahap
harus terjadi seperti itu. belajar tersebut memang dapat
2) Pengamatan aktif dan dipisahkan, namun dalam
reflektif, dimana seseorang kenyataannya proses peralihan
makin lama akan semakin dari satu tahap ke tahap belajar
mampu melakukan di atasnya sering kali terjadi
observasi secara aktif begitu saja sulit untuk
terhadap peristiwa yang ditentukan kapan terjadinya.
dialaminya dengan cara b. Pandangan Peter Honey dan
berusaha mencari jawaban Alan Mumford terhadap Belajar
dari kejadian tersebut dan Padangan Peter Honney
memahami kejadian tersebut, tentang belajar masih berkaitan
dengan mengembangkan dengan pendapat Kolb dimana
pertanyaan pertanyaan menggolongkan peserta didik
bagaimana hal itu bisa atas empat tipe (Siregar & Nara,
terjadi. 2010), yaitu sebagai berikut:
3) Konseptualisasi, merupakan 1) Peserta didik tipe aktivis.
kondisi dimana seseorang Peserta didik tipe ini
sudah mulai berupaya untuk cenderung melibatkan diri
membuat abstraksi, berpartisipasi aktif dengan
mengembangkan suatu teori, berbagai kegiatan, dengan
konsep, atau hukum dan tujuan mendapatkan
prosedur tentang sesuatu pengalaman-pengalaman
yang menjadi obyek baru. Tipe ini, cenderung
berpikiran terbuka, suka c. Pandangan Jurgen Hubermas
berdiskusi, mudah diajak terhadap Belajar
berdialog, menghargai Hubermas, berpendapat
pendapat orang lain. Mereka bahwa belajar sangat
menyukai metode-metode dipengaruihi oleh interaksi, baik
pembelajaran yang mampu lingkungan ataupun dengan
mendorong menemukan hal- sesama. Hubermas membagi tiga
hal baru, seperti problem macam tipe belajar (Siregar &
solving dan brainstorming. Nara, 2010) yaitu:
2) Peserta didik tipe reflektor 1) Technical Learning (belajar
cenderung berhati hati teknis)
mengambil langkah dan Pada tipe belajar ini peserta
penuh pertimbangan. Dalam didik berinteraksi dengan
mengambil keputusan alam sekelilingnya. Mereka
cenderung konservatif, lebih focus pada
maksudnya mereka sangat pengetahuan dan
mempertimbangkan baik- keterampilan apa yang
buruk dan untung rugi, selalu dibutuhkan dan perlu
diperhitungkan dengan dipelajari agar mereka dapat
cermat dalam memtuskan menguasai dan mengelola
sesuatu. lingkungan alam sekitarnya
3) Peserta didik tipe teoris. dengan baik.
Peserta didik tipe ini 2) Practical Larning (belajar
biasanya sangat kritis, suka praktis)
menganalisis,selalu berfikir Belajar praktis adalah belajar
rasional menggunakan bagaimana seseorang dapat
penalarannya. Segala berinteraksi dengan
pendapat pendapat harus lingkungan sosialnya dengan
berlandaskan dengan teori baik. kegiatan belajar ini
sehingga. Mereka tidak lebih mengutamakan
menyukai penilaian yang terjadinya interaksi yang
bersifat subyektif. Dalam harmonis antar sesama
melakukan atau memutuskan manusia. Oleh sebab itu,
sesuatu, kelompok teoris interaksi yang benar antara
penuh dengan pertimbangan, individu dengan lingkungan
sangat skeptis dan tidak alamnya hanya akan tampak
menyukai hal-hal yang dari kaitan atau relevansinya
bersifat spekulatif. dengan kepentingan
4) Peserta didik tipe pragmatis. manusia.
tipe ini menaruh perhatian 3) Emancpatory Learning
besar terhadap aspek- aspek (belajar emansipatori)
praktis dalam segala hal, Penekanan belajar tipe ini
mereka tidak suka bertele- adalah upaya seseorang
tele dalam membahas aspek mencapai suatu pemahaman
toeritis-filosofis dari sesuatu. dan kesadaran yang tinggi
Bagi mereka, sesuatu akan terjadinya perubahan
dikatakan ada gunanya dan atau transformasi budaya
baik hanya jika bisa dalam lingkungan sosialnya.
dipraktikkan. Mereka membutuhkan
pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap yang maupun memecahkan
benar untuk mendukung masalah
terjadinya transformasi (d) Menganalisis, memecah
kultural tersebut. Untuk itu, bahan-bahan ke dalam
ilmu-ilmu yang berhubungan unsur-unsur pokoknya
dengan budaya dan bahasa dan menetukan bagaimaa
amat diperlukan. Habermas bagian-bagian saling
menanggap tahap ini sebagai berhubungan satu sama
tahap belajar yang paling lain dan kepada seluruh
tinggi, sebab transformasi struktur
kultural adalah tujuan (e) Menilai, membuat
pendidikan yang paling pertimbangan
tinggi. berdasarkan kriteria
d. Pandangan Benjamin Samuel standar tertentu.
Bloom (1913-1999) dan David (f) Mencipta, membuat
Krathwohl (1921-2016) suatu pokok yang baru
terhadap Belajar. dengan mengatur
Bloom dan Krathwohl kembali unsur- unsur
menekankan perhatiannya pada atau bagian-bagian ke
apa yang mesti dikuasai individu dalam suatu pola atau
(sebagai tujuan belajar), setelah struktur yang belum
melalui peristiwa- peristiwa pernah ada.
belajar. Tujuan belajar yang 2) Kawasan afektif
dikemukakannya dirangkum Kawasan afektif terdiri dari
dalam tiga kawasan yang biasa 5 tingkatan, yaitu:
disebut dengan Taksonomi (a) Penerimaan (receiving),
Bloom (Siregar & Nara). Secara meliputi kesadaran
ringkas, ketiga kawasan akan adanya sesuatu,
taksonomi Bloom tersebut ingin menerima, dan
sebagai berikut: memperhatikannya.
1) Kawasan kognitif (b) Pemberian respons
Anderson dan Krathwohl (responding), meliputi
(2001) melakukan revisi sikap ingin merespons,
kawasan kognitif. Terdapat 6 puas dalam memberi
tingkatan pada kawasan respons.
kognitif, yaitu: (c) Pemberian nilai atau
(a) Mengingat, penghargaan (valuing),
meningkatkan ingatan meliputi penerimaan
atas materi yang terhadap suatu nilai,
disajikan dalam bentuk memililih sistem nilai
yang sama diajarkan. yang disukai dan
(b) Mengerti, mampu memberikan komitemen
membangun arti dari untuk menggunakan nilai
pesan pembelajaran, tertentu.
termasuk komunikasi (d) Pengorganisasian
lisan, tulisan maupun (organization), meliputi
grafis. menghubungkan nilai-
(c) Memakai, menggunakan nilai yang dipercayainya.
prosedur untuk (e) Karakterisasi
mengerjakan latihan (characterization),
meluputi menjadikan pengertian tentang dirinya sendiri
nilai-nilai sebagai bagian dan dapat membuat pilihan-pilihan
pola hidupnya. secara bebas ke arah mana ia akan
3) Kawasan psikomotor berkembang. Teori humanistik ini
(a) Peniruan, kemampuan masih sukar diterjemahkan ke dalam
mengamati gerakan. langkah-langkah pembelajaran yang
(b) Penggunaan, praktis dan operasional, namun
kemampuan mengikuti sumbangan teori ini amat besar. Ide-
pengarahan, gerakan ide, konsep- konsep, taksonomi-
pilihan dan pendukung. taksonomi tujuan yang telah
(c) Ketepatan, kemampuan dirumuskannya dapat membantu
memberikan respons atau para pendidik dan guru untuk
melakukan gerak dengan memahami hakekat kejiwaan
benar. manusia.
(d) Perangkaian, Kegiatan pembelajaran harus
kemampuan melakukan dirancang secara sistematis, tahap
beberapa gerakan demi tahap secara ketat,
sekaligus dengan benar. sebagaimana tujuan-tujuan
(e) Naturalisasi, melakukan pembelajaran yang telah dinyatakan
gerakan secara rutin secara eksplisit dan dapat diukur,
dengan menggunakan kondisi belajar yang diatur dan
energi fisik dan psikis ditentukan, serta pengalaman-
yang minimal. pengalaman belajar yang dipilih
untuk peserta didik. Menurut teori
2. Implikasi Teori Belajar Humanistik ini, agar belajar bermakna bagi
dalam Kegiatan Pembelajaran peserta didik, diperlukan inisiatif
Teori humanism lebih dekat dan keterlibatan penuh dari peserta
dengan teori kepribadian dan didik sendiri sehingga maka peserta
psikoterapi dari pada bidang didik akan mengalami belajar
pendidikan, sehingga sukar eksperiensial (experiential
menterjemahkannya kedalam learning). Pada teori humanistik,
langkah-langkah yang lebih konkrit guru diharapkan tidak hanya
dan praktis. Semua komponen melakukan kajian bagaimana dapat
pendidikan termasuk tujuan mengajar yang baik, namun kajian
pendidikan diarahkan pada mendlam justru dilakukan untuk
terbentuknya manusia yang ideal, menjawab pertanyaan bagaimana
manusia yang dicita- citakan, yaitu agar peserta didik dapat belajar
manusia yang mampu mencapai dengan baik.
aktualisasi diri. Untuk itu, sangat Pendidikan modern
perlu diperhatikan bagaimana mengalami banyak perubahan jika
perkembangan peserta didik dalam dibandingkan dengan pendidikan
mengaktualisasikan dirinya, tradisional. Pada pendidikan
pemahaman terhadap dirinya, serta modern, peserta didik menyadari
realisasi diri. hal-hal yangterjadi dalam proses
Pengalaman emosional dan pembelajaran, hal ini menunjukkan
karakteristik khusus individu dalam hubungan dua arah antara guru dan
belajar perlu diperhatikan oleh guru peserta didik. Sementara itu, dalm
dalam merencanakan pembelajaran pendidikan tradisional Proses
karena seseorang akan dapat belajar belajar terjadi secara stabil,
dengan baik jika mempunyai dimana peserta didik dituntut
untuk mengetahui informasi kurikulum sebelum diimplementasikan
melalui buku teks, memahami kepada pebelajaran dalam proses
informasi yang mereka dapatkan pembelajaran. Konsep merdeka belajar
tesebut dan menggunakan informasi ini diharapkan mampu mengembangkan
terbut dalam aktivitas keseharian kompetensi pendidik dalam
peserta didik. Sedangkan dalam pembelajaran sehingga mampu
pendidikan modern, peserta didik menciptakan pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi untuk terkesan menarik, menyenagkan dan
membuat kognisi, pemahaman dan bermakna (Noventari, 2020).
membuat konten pembelajaran Merdeka belajar merupakan
menjadi lebih menarik dan lebih sebuah konsep belajar yang berfokus
berwarna. pada pembelajaran bebas dan aktif yang
Implikasi pemikiran berpusat pada pebelajar (stundent
humanism dalam pembelajaran centered learning) untuk memperoleh
yaitu guru dapat menawarkan pengalaman langsung dari berbagai
berbagai sumber belajar kepada macam problematika sosial yang terjadi
peserta didik, seperti situs-situs web dalam masyarakat dan kehidupan
yang mendukung pembelajaran. Inti sehari-hari (Kurniawan et al., 2020).
dari pembelajaran humanistic adalah Konsep ini pada dasarnya melahirkan
bagaimana memanusiakan peserta sebuah kultur baru dalam pelaksanaan
didik dan membuat proses pembelajaran yang otonom, inovatif dan
pembelajaran yang menyenangkan berbasis kehidupan (Arifin & Muslim,
bagi peserta didik. Dalam 2020). Pemberian otonom itulah yang
prakteknya teori humanistik ini menjadi titik penting dalam konsep
cenderung mengarahkan peserta merdeka belajar, dikarenakan
didik untuk berfikir induktif, memberikan keleluasan dan kebebasan
mementingkan pengalaman, serta bagi pelaku pendidikan.
membutuhkan keterlibatan peserta Konsep merdeka belajar ini
didik secara aktif dalam proses sebenarnya sudah digaungkan sejak
belajar. lama oleh Ki Hadjar Dewantara yang
menyatakan bahwa merdeka belajar
B. Konsep merdeka belajar adalah mendidik sekaligus mengajarkan
Merdeka belajar merupakan salah kepada pebelajar untuk mencapai
satu kebijakan dari Menteri Pendidikan perubahan sehingga mampu bermanfaat
dan Kebudayaan yang menekankan bagi lingkungan masyarakatnya (D. K.
akan kemerdekaan berifikir. Menurut Ainia, 2020). Konsep merdeka belajar
Nadiem Makarim (2021) merdeka tersebut akan mampu
belajar paling tepat digunakan sebagai diimplementasikan dengan baik apabila
filosofi perubahan dari metode pelaku pendidikan dapat melihat jauh
pembelajaran yang terjadi selama ini aspek filosofis sebagai landasan
diterapkan. Esensi kemerdekaan dalam terbentuknya, karena sebuah konsep
berfikir harus dimulai terlebih dahulu pendidikan dapat dikatakan sebagai
dari para pendidik (Mustaghfiroh, aplikasi pemikiran filosofis. Hal ini
2020). Konsep ini bermaksud untuk dikarenakan bahwa filsafatlah yang
memberikan pendidik dan pebelajar memberikan kerangka konseptual yang
kemerdekaan dalam berfikir (Dela K., holistik tentang manusia dan pendidikan
2020). Dengan begitu, pendidik sebagai (Susilawati, 2021). Berbagai aliran
aktor utama dalam pembelajaran dan filsafat yang berbicara tentang manusia
pendidikan memiliki kebebasan secara pada akhirnya melahirkan teori
mandiri untuk menterjemahkan pendidikan yang dapat
diimplementasikan dalam proses humanistik dan konsep merdeka belajar
pembelajaran (Mudana, 2019). diikhtisarkan sebagai berikut :
Dari pemaparan di atas, terlihat 1. Siswa akan maju menurut iramanya
bahwa konsep merdeka belajar ini sendiri dengan suatu perangkat
merupakan suatau inovasi untuk materi yang sudah ditentukan lebih
menghasilkan pebelajar yang inovatif, dulu untuk mencapai suatu
kreatif, unggul dan mampu perangkat tujuan yang telah
mengembangkan potensi dirinya dalam ditentukan pula dan para siswa
bidang keilmuan yang sedang ditekuni. bebas menentukan cara mereka
Pengkajian konsep merdeka belajar sendiri dalam mencapai tujuan
dalam sudut pandang filsafat pendidikan mereka sendiri.
yang berbeda-beda akan mampu 2. Pendidikan aliran humanistik
memberikan keberagaman pandangan mempunyai perhatian yang murni
dalam literatur, khusunya dalam bidang dalam pengembangan anak-anak
kurikulum dan filsafat pendidikan. perbedaan-perbedaan individual,
Maka dari itu, fokus dalam tulisan ini dan
adalah mengkaji konsep merdeka 3. Ada perhatian yang kuat terhadap
belajar dalam pandangan filsafat pertumbuhan pribadi dan
pendidikan, yaitu filsafat perkembangan siswa secara
konstruktivisme, progresivisme, dan individual.
humanisme. Berdasarkan relevansi konsep
diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
C. Relevasi pemikiran humanism dan merdeka belajar akan terlaksana baik
konsep merdeka belajar terhadap jika pelaku pendidikan dapat melihat
pembelajaran jauh aspek filosofis sebagai landasan
Pemikiran pendidikan humanism terbentuknya, karena sebuah konsep
adalah konsep pendidikan yang pendidikan dapat dikatakan sebagai
menjunjung tinggi nilai dan martabat aplikasi pemikiran filosofis dalam hal
manusia menempati posisi yang sangat ini pemikiran humanism. Implikasi
sentral dan penting, baik dalam relevansi pemikiran humanism dan
perenungan teoritis filsafat maupun konsep merdeka belajar dalam
dalam praktek hidup sehari-hari. Dalam pembelajaran melibatkan beberapa
arti ini, manusia dipandang sebagai komponen yaitu: tujuan pendidikan,
ukuran bagi setiap penilaian, dan materi, guru, siswa, metode, media dan
referensi utama dari setiap kejadian di evaluasi.
alam semesta ini. Hal tersebut sejalan 1. Tujuan Pembelajaran
dengan konsep merdeka belajar dimana Tujuan pembelajaran dititikberatkan
merdeka belajar akan berjalan dengan pada proses belajar dari pada hasil
baik apabila pelaku pendidikan dapat belajar. Adapun proses yang
melihat jauh aspek filosofis sebagai umumnya dilalui adalah:
landasan terbentuknya, karena sebuah a. Merumuskan tujuan belajar yang
konsep pendidikan dapat dikatakan jelas.
sebagai aplikasi pemikiran filosofis. Hal b. Mengusahakan partisipasi aktif
ini dikarenakan bahwa filsafatlah yang siswa melalui kontrak belajar
memberikan kerangka konseptual yang yang bersifat jelas, jujur, dan
holistik tentang manusia dan pendidikan positif.
(Susilawati, 2021). Salah satu asumsi c. Mendorong siswa untuk
yang melandasi adalah bahwa manusia mengembangkan kesanggupan
pada prinsipnya merupakan pusat dari siswa untuk belajar atas inisiatif
realitas, relevansi pendekatan sendiri.
d. Memdorong siswa untuk peka 3. Guru
berfifi kir kritis, memaknai Psikologi humanistic dan konsep
proses pembelajaran secara merdeka belajar memberi perhatian
mandiri. atas guru sebagai fasilitator
e. Siswa didorong untuk bebas Menurut Combs dan kawan-kawan,
mengemukakan pendapat, yang menyebutkan ciri-ciri guru
memilih pilihannya sendiri, yang baik adalah sebagai berikut:
melakukan apa yang diinginkan a. Guru yang mempunyai
dan menaggung risiko dari anggapan bahwa orang lain itu
perilaku yang ditunjukkan. Guru mempunyai kemampuan untuk
menerima siswa apa adanya, memecahkan masalah mereka
berusaha memahami jalan sendiri dengan baik.
pikiran siswa, tidak menilai b. Guru yang melihat bahwa orang
secara normatif tetapi lain mempunyai sifat ramah dan
mendorong siswa untuk bersahabat serta bersifat ingin
bertanggung jawab atas segala berkembang.
risiko perbuatannya atau proses c. Guru yang cenderung melihat
belajarnya. orang lain sebagai orang yang
f. Memberikan kesempatan kepada sepatutnya dihargai.
siswa untuk maju sesuai dengan d. Guru yang melihat orang-orang
kecepatannya. Evaluasi dan perilaku mereka pada
diberikan secara individual. dasarnya berkembang dari
Berdasarkan perolehan prestasi dalam; jadi bukan merupakan
siswa. Unesco mennggarisbawahi produk yang dari peristiwa-
tujuan pendidikan sebagai “menuju peristiwa ekstrenal yang
humanisme ilmiah”. Artinya dibentuk dan yang digerakkan.
pendidikan bertujuan menjadikan Dia melihat orang mempunyai
orang semakin menjunjung tinggi kreativitas dan dinamika; jadi
nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran bukan orang yang pasif atau
manusia haruslah dapat lamban.
dipertanggung jawabkan secara e. Guru yang menganggap orang
ilmiah. Dan dapat dikatakan bahwa lain itu pada dasarnya dipercaya
pada akhirnya tujuan pendidikan dan dapat diandalkan dalam
harus berpuncak pada adanya pengertian dia akan berperilaku
perubahan dalam diri peserta didik. menurut aturan-aturan yang ada.
Perubahan yang dimaksud terutama f. Guru yang melihat orang lain
menyangkut sikap hidup, sikap dapat memenuhi dan
terhadap kehidupan yang meningkatkan dirinya, bukan
dialaminya. menghalangi apalagi
2. Materi Pendidikan mengancam,
Pendidikan humanis dan konsep 4. Siswa sebagai Objek
merdeka belajar menganggap materi Aliran humanistik membantu siswa
pendidikan lebih merupakan sarana, untuk mengembangkan dirinya
yakni untuk pematangan humanisasi sesuai dengan potensi-potensi yang
peserta didik, jasmani dan rohani dimiliki. Karena ia sebagai pelaku
secara gradual. Maka materi utama yang akan melaksanakan
merupakan komponen penting kegiatan dan ia juga belajar dari
sebagai alat membina kepribadian pengalaman yang dialaminya
peserta didik. sendiri. Dengan memberikan
bimbingan yang tidak mengekang
pada siswa dalam kegiatan kepercayaan untuk mengevaluasi
pembelajarannya, akan lebih mudah dalam rangka perbaikan ke depan
dalam menanamkan nilai-nilai atau apa ia lihat dan dihadapi sehari-hari.
norma yang dapat memberinya Karena guru adalah mitranya yang
informasi padanya tentang perilaku terdekat dalam proses belajar, sudah
yang positif dan perilaku negatif seharusnya siswa ikut andil dalam
yang seharusnya tidak dilakukannya proses evaluasi guru. Selain itu,
5. Metode Pembelajaran evaluasi yang dilakukan guru
Pada metode humanistik, peserta terhadap siswa harus menyentuh
atau sasaran didik dipandang tiga ranah sekaligus, yakni kognitif,
sebagai individu yang kompleks dan afektif, dan psikomotorik
unik sehingga dalam menanganinya
tidak bisa dipandang dari satu sisi
saja. Dalam metode humanistik, KESIMPULAN
kehidupan dan perilaku seorang A. Kesimpulan
yang humanis antara lain lebih Dalam pemikiran humanism tentang
merespon perasaan, lebih pendidikan seorang pendidik sebagai
menggunakan gagasan siswa dan orang dewasa yang menuntun anak
mempunyai keseimbangan antara didik dituntut untuk menyelenggarakan
teoritik dan praktek serta sedikit praktik pendidikan yang menjunjung
ritualitik dan lain-lain. tinggi nilai-nilai kemanusiaan
6. Media Pembelajaran (humanistik). Pendidikan berparadigma
Seluruh kegiatan belajar manusia humanistik, yaitu praktik pendidikan
dapat dikatakan mempunyai Seluruh yang memandang manusia sebagai
kegiatan belajar manusia dapat suatu kesatuan yang integralistik, harus
dikatakan mempunyai empat unsur: ditegakkan, dan pandangan dasar
a. Persiapan (preparation) demikian diharapkan dapat mewarnai
(Timbulnya minat) segenap komponen sistematik
b. Penyampaian (presentation) pendidikan di mana pun serta apa pun
(Perjumpaan pertama dengan jenisnya
pengetahuan atau keterampilan Konsep merdeka belajar
baru) memberikan kesempatan belajar secara
c. Pelatihan (practice) (Integrasi bebas dan nyaman kepada siswa untuk
pengetahuan atau keterampilan belajar dengan tenang, santai dan
baru) gembira tanpa stres dan tekanan dengan
b. Penampilan hasil (performance) memperhatikan bakat alami yang
(Penerapan unsur itu semuanya mereka punyai, tanpa memaksa mereka
ada dalam satu atau lain bentuk mempelajari atau menguasai suatu
pembelajaran yang sebenarnya bidang pengetahuan di luar hobi dan
akan berlangsung) kemampuan mereka. Dengan demikian
7. Evaluasi Pembelajaran masing-masing mereka tumbuh dan
Dalam Pendidikan yang berkembang sesuai potensi dan
humanis dan konsep merdeka kemampuannya
belajar siswa dipandang sebagai
individu yang memiliki otoritas B. Saran
individu pula, mampu mengambil Konsep merdeka belajar akan terlaksana
keputusan yang didasari sikap baik jika pelaku pendidikan dapat
tanggung jawab sejak dini. melihat jauh aspek filosofis sebagai
Implementasi dan sikap inilah suatu landasan terbentuknya, karena sebuah
keharusan bahwa siswa diberi konsep pendidikan dapat dikatakan
sebagai aplikasi pemikiran filosofis Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep
dalam hal ini pemikiran humanism. “Merdeka Belajar”Perspektif
Implikasi relevansi pemikiran Aliran Progresivisme John
humanism dan konsep merdeka belajar Dewey. 2020, 4(1), 141–147.
dalam pembelajaran melibatkan Noventari, W. (2020). Konsepsi
beberapa komponen yaitu: tujuan Merdeka Belajar Dalam Sistem
pendidikan, materi, guru, siswa, Among Menurut Pandangan Ki
metode, media dan evaluasi Hajar Dewantara. Jurnal PKn
Progresif, 15(1), 83–91.
DAFTAR RUJUKAN Persada Soelaeman, M.I, (2001).
Arifin, S., & Muslim, M. O. H. (2020). Pendidikan Dalam Keluarga.
Tantangan Implementasi Bandung: Alfabeta
Kebijakan “Merdeka Belajar, Siregar dan Nara. 2011.Teori Belajar
Kampus Merdeka” pada dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Perguruan Tinggi Islam Swasta Indonesia.
di Indonesia. Jurnal Pendidikan Susilawati, N. (2021). Merdeka Belajar
Islam Al-Ilmi, 3(1). dan Kampus Merdeka Dalam
Dela K., A. (2020). Merdeka Belajar Pandangan Filsafat Pendidikan
dalam Pandangan Ki Hadjar Humanisme. Jurnal Sikola:
Dewantara dan Relevansinya Jurnal Kajian Pendidikan Dan
bagi Pengembangan Pendidikan Pembelajaran, 2(3), 203–291.
Karakter. Jurnal Filsafat Undang-Undang Pendidikan No. 20
Indonesia, 3(3), 95–101. Tahun 2003 Tentang Sintem
Herbert, Frank. 2019. Merdeka Belajar. Pendidikan Nasional.
online.
Tersedia: https://www.kom-
pasiana.com/syekhmuhammad/5d
f20d25d541df6ca8471992/
merdeka-belajar-atau-belajar-
merdeka?page=all
Kurniawan, N. A., Saputra, R., Daulay,
A. A., & Zubaidah. (2020).
Implementasi Prinsip-Prinsip
Merdeka Belajar Bagi Calon
Konselor. Prosiding Seminar
Nasional Bimbingan Dan
Konseling Universitas Negeri
Malang, 69–72.
Makarim, N. (2021). Secara Konseptual
Merdeka Belajar Itu Ideal.
https://itjen.kemdikbud.go.id/pub
lic/post/detail/secara-konseptual-
merdeka-belajar-itu-ideal
Mudana, I. (2019). Membangun
Karakter dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara. Jurnal Filsafat
Indonesia, 2(1), 75–81.

Anda mungkin juga menyukai