Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 - MPDR5102 INTEGRASI TEORI DAN PRAKTEK PEMBELAJARAN

1. Cermati teks berikut!

CNN Indonesia. Siswa Bebas Pilih Materi Pembelajaran Kurikulum


Merdeka Sesuai Minat
Selasa, 09 Agustus 2022
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) menyatakan siswa dibebaskan memilih materi pembelajaran
dalam Kurikulum Merdeka sesuai dengan minatnya. Sekretaris Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wartanto menuturkan selain siswa, para tenaga
pendidik juga diberikan keleluasaan memilih metode dan perangkat ajar dalam proses
belajar mengajar. "Jadi, Kurikulum Merdeka bukan hanya memberikan kebebasan
kepada peserta didik, tetapi juga gurunya," kata Wartanto dalam keterangan resmi,
Selasa (9/8). Adapun hal ini dilakukan dalam rangka menyediakan sumber daya manusia
(SDM) yang unggul dan kompeten. Melalui Kurikulum Merdeka, kata dia, proses
pembelajaran akan lebih maksimal, sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. "Dengan demikian, lulusan yang
dihasilkan pun benar-benar menguasai apa yang mereka pelajari sehingga lulusan pun
akan lebih kompeten di bidangnya," ucapnya. Lebih lanjut, Wartanto mengatakan
pemerintah telah berupaya mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dengan
memberikan fasilitas yang memudahkan baik untuk sekolah maupun untuk guru. Ia
berujar, sekolah dan guru dapat menggunakan bahan-bahan yang tersedia dalam Platform
Merdeka Mengajar (PMM) maupun mengunduh panduan dan buku-buku teks yang
tersedia di laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id. Wartanto menyebut masih ada
sekolah atau guru yang belum begitu familier dengan penerapan Kurikulum Merdeka
yang masih baru ini. Oleh karena itu, dalam penerapannya, satuan pendidikan dapat
menyesuaikan dengan kemampuan dan sarana prasarana sesuai kondisi sekolah. "Jadi,
tidak perlu memaksakan diri dengan mengadakan sarana prasarana yang mengada-ngada.
Itu jelas tidak benar. Tahun ini dan tahun depan (2023) belum wajib sekolah menerapkan
Kurikulum Merdeka," katanya. Dia mengatakan pada 2024, sekolah harus mampu
menerapkan Kurikulum Merdeka. Namun hal ini disesuaikan dengan kondisi sekolah dan
kemampuan guru.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220809125038-20-832187/siswa-bebas-pilih-materi-
pembelajaran-kurikulum-merdeka-sesuai-minat

Berdasarkan petikan teks tersebut, jawablah pertanyaan berikut!


Bagaimana konsep belajar dan pembelajaran dikaitkan dengan kebebasan siswa
dalam memilih materi pelajaran? Berikan penjelasan secara detail dengan
menguraikan beberapa argument yang dapat mendukung jawaban Saudara.
Silahkan menggunakan beberapa teori belajar dan pembelajaran sebagai referensi
jawaban Saudara!
Jawab :
Berdasarkan petikan teks diatas menyatakan siswa dibebaskan memilih materi
pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka sesuai dengan minatnya. Hal tersebut diperkuat
dengan argument "Jadi, Kurikulum Merdeka bukan hanya memberikan kebebasan
kepada peserta didik, tetapi juga gurunya," kata Wartanto dalam keterangan resmi,
Selasa (9/8).
Berdasarkan tempat saya bertugas di Kota Sungai Penuh menyosong Visi "Pendidikan
Maju" dalam rangka aplikasi kurikulum Merdeka dimana salah satu poinnya adalah
Kemandirian Sekolah dalam mengelola semua persoalan Administrasi Pendidikan
(Sumber Visi Misi Walikota Sungai Penuh 2020-2025), dalam pelaksanaannya Dinas
Pendidikan menekankan perlunya sinergitas peran komite dan kepala sekolah dalam
pengelolaan Keuangan Sekolah dan sebagainya sesuai dengan Intruksi Kurikulum
Merdeka yaitu tentang Merdeka Pengelolaan (Momon Sudarma, 2021). Ada 3 Poin inti
dalam pelaksanaan Merdeka Pengelolaan di Kota Sungai Penuh yaitu
1) Mengembangkan Merdeka PPDB (Penerimaan Peserta Didik Berbasis Zonasi) adalah
Sistem penentuan wilayah atau zona geografis yang digunakan untuk membatasi area
pendaftaran dan penempatan siswa pada sekolah-sekolah. Ini dilakukan untuk
mempercepat pemerataan pada sektor pendidikan. dengan menerapkan sistem ini,
maka dinas pendidikan Kota Sungai Penuh mampu memetakan daya tampung
sekolah dan regulasi yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan.
misalnya menghadirkan Beasiswa Satu Rumah Satu Sarjana, Beasiswa Tahfidz, dan
sebagainya (Disdik Kota Sungai Penuh, 2021).
2) Merancang Kelas Berkarakter
berdasarkan pengalaman kami saat bertugas, setelah mengkaji dan melaksanakan
rapat sekolah yang melibatkan Guru, Orang Tua dan Komite Sekolah maka kami
sepakati bahwa perlu adanya kelas berkarakter. dimana di kelas I SD siswa yang
berjumlah 39 dibagi menjadi 2 kelas yang mana peserta didik ditempatkan dengan
kelas yang memiliki bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan yang sama. hal ini
dilakukan untuk memudahkan pelatihan, pembinaan dan layanan pendidikan.
pengalaman saya mengikuti sekolah sehat tingkat provinsi jambi pada tahun 2022,
ada salah satu sekolah di Provinsi Jambi yang mengusung Kelas dengan Kemampuan
Istimewa siswa dimana Kantin Sekolah diisi oleh pelajaran yang menekuni kelas
kuliner. intinya mereka akan menjadi pelajar-pelajar kreatif dalam mempelajari seluk
beluk kuliner sekaligus mengembangkan jiwa intrapreneurship-nya di sekolah. Hal
ini sejalan dengan argument “Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan pun benar-
benar menguasai apa yang mereka pelajari sehingga lulusan pun akan lebih kompeten
di bidangnya," ucapnya. Lebih lanjut, Wartanto mengatakan pemerintah telah
berupaya mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dengan memberikan
fasilitas yang memudahkan baik untuk sekolah maupun untuk guru
3) Merumuskan Model Evaluasi
Dalam Konteks evaluasi ini, kami sedang mengembangkan dan memberikan
penghargaan terhadap minat, bakat dan kemampuan istimewa siswa perlu
dikedepankan secara optimal, dibandingkan dengan memaksakan kompetensi yang
bukan kemampuannya. Dinas Pendidikan Kota Sungai Penuh sudah membuat
regulasi tentang menilai potensi keterampilan hidup strategis yang dimiliki peserta
didik yang mendapatkan afirmasi (Pengakuan) sebagai alat ukur penilaian atau
kompetensinya (Disdik Sungai Penuh, 2022).
2. Cermati artikel melalui tautan berikut!
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5901395/12-tren-pendidikan-2022-guru--
sekolah-perlu-semakin-canggih

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut!


Bagaimana pembelajaran masa depan berdasarkan 12 trend tersebut? Untuk
memperjelas jawaban Saudara, silahkan bandingkan trend pembelajaran masa
lalu, masa kini, dan masa depan! Tunjang jawaban Saudara dengan beberapa
rujukan!
Berdasarkan pengalaman saya di SDN 09/XI Kelurahan Pasar Sungai Penuh sedang
berupaya menyelaraskan Digitalisasi pendidikan dengan prinsip dasar pendidikan dasar
yang akan memungkinkan semua sekolah dan siswa dalam proses pembelajaran untuk
memperoleh lebih banyak pengetahuan. Tentunya didukung dengan penyediaan
kurikulum dan pelatihan yang tepat untuk membantu siswa dan guru membentuk dunia
masa depan. Pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan didasarkan pada empat
pilar yang berbeda: keterlibatan siswa, pemberdayaan guru, optimalisasi proses, dan
transformasi pembelajaran, semua didorong oleh upaya dasar lembaga pendidikan.
Dengan menyediakan program yang andal untuk dijalankan oleh sekolah. Lembaga
pendidikan sekarang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan
kinerja, meningkatkan hasil dan keberhasilan pembelajaran, dan khususnya untuk
mendorong minat dan inovasi siswa. Memanfaatkan teknologi digital mendorong
pembelajaran yang lebih efektif dengan meningkatkan akses ke pembelajaran yang
hemat biaya, hemat waktu, dan terjangkau, serta meningkatkan keterlibatan siswa-guru
(Disdik Sungai Penuh, 2022).
Saya sepakat dengan kesimpulan yang disampaikan oleh peneliti yang menyatakan
bahwa ubungan antara manusia dan teknologi akan berkembang lebih jauh dan dan siswa
yang mahir teknologi menjadi poin utama. Oleh sebab itu, ada beberapa tren yang
muncul di dunia pendidikan serta tren yang harus mulai diadaptasi oleh para guru.
Namun, perlu adanya Kesiapan dan kualitas SDM (sumber daya manusia) dalam
melaksanakan otonomi pendidikan dimaksud menjadi faktor utama berhasil tidaknya
otonomi pendidikan dimaksud untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan
mengikuti tren Pendidikan 2022. Otonomi pendidikan yang melibatkan berbagai unsur
yang ada dalam suatu daerah tidak akan ada artinya jika masyarakat tempatan kurang
mampu mengaplikasikannya dalam realitas pendidikan, sehingga semboyan pendidikan
dari, untuk dan oleh masyarakat hanya akan menjadi isapan jempol belaka. Pada Tahun
2021 kemarin, salah satu SD di dekat tempat saya bertugas menjadi contoh real
mengenai pentingnya kesiapan SDM dan integrasi unsur yang ikut andil dalam
pelaksanaan otonomi pendidikan. walaupun di SD tersebut sudah dilengkapi dengan
berbagai sarana prasarana pendukung namun tetap terjadi masalah menurunnya kualitas
pendidikan. hal itu disebabkan masalah SDM yang belum siap menghadapi tantangan.
Oleh karenanya, Perlu dilaksanakan Program melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi,
pembinaan dan pelatihan yang berkompenten.
3. Cermati artikel melalui tautan berikut!
https://pgsd.binus.ac.id/2021/07/07/implementasi-teori-belajar-behaviorisme-dalam-
pandangan-edward-thorndike/

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut!


Bagaimana implementasi teori belajar Behaviorisme dalam pandangan Edward
Thorndike jika dikaitkan dengan kebijakan Merdeka Belajar? Analisis kelebihan
dan kekurangan teori belajar tersebut, selanjutnya berikan solusi dan pendapat
Saudara terkait kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada teori behaviorisme!
Jawab :
Teori behavioristik ini jika dikaikan dengan pembelajaran yaitu bisa diimplementasikan
dengan cara Inquiri (Muhibbinsyah, 2013). Seperti seorang guru memberikan beberapa
gambar dan diperlihatkan kepada siswa, kemudian siswa akan menghubungkan gambar-
gambar tersebut secara sistematis dalam benaknya. Siswa akan menemukan sebuah cerita
baru yang dihasilkan dari menghubungkan gambar. Hal ini dapat mengasah otak siswa
untuk berpikir menemukan sesuatu hal yang baru dari sebuah gambar. Adapun Langkah-
langkah pelaksanaan teknik yaitu dengan menggunakan metode Inquiri sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
a) Persiapkan ruangan tempat belajar yang nyaman dan variatif sehingga peserta
didik tidak merasa
b) Tentukan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang akan
c) Perhatikan perbedaan individual dan kelompok 4. Persiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan yang dapat menunjang motivasi siswa untuk
melaksanakan proses belajar
2) Tahap Pelaksanaan
a) Guru memperlihatkan gambar secara individual atau kelompok, Apabila
dilakukan secara kelompok, maka buatlah menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang
b) Selama belajar itu berlangsung perhatikan minat, keseriusan, ketekunan,
keaktifan, kerja samanya dalam mengamati dan merespons gambar yang
diperlihatkan, Teliti kesukaran yang dialami siswa, serta mengadakan variasi
belajar sehingga timbul respons yang berbeda untuk peningkatan dan
penyempurnaan kecakapan atau keterampilan berbahasa, baik keterampilan
berbicara, menulis, menyimak, ataupun keterampilan
3) Tahap Penilaian
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan koreksi dan penilain
terhadap psoses pelaksanaan pembelajaran, baik dari kerjasama, keaktifan siswa
dalam melaksanakan belajar, serta hasil kerja sama siswa. Berilah reward yang berupa
hadiah atau pujian bagi siswa/kelompok yang berprestasi. Pada teori behavioristik, hal
yang penting dalam belajar adalah membuat input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang
dapat diamati hanyalah perubahan yang ditampilkan dalam bentuk Tindakan (Sumadi,
S., 2014). Dari empat hukum yang ditawarkan oleh Thorndike semuanya dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk
mengkonstrusi pikirannya sebagai respons atas stimulus yang diberikan oleh pendidik.
Para pakar pendidikan menilai bahwa saat ini kemampuan dalam high order thinking
skills (HOTS) sangat dibutuhkan oleh para siswa. Dua komponen dalam HOTS yakni berpikir
kritis dan berpikir kreatif perlu diperkuat dalam pembelajaran bertipe HOTS. Berpikir kritis,
menurut Seifer (2018) berbeda dari berpikir logis. Berpikir logis adalah berpikir secara
praktis, sementara berpikir kritis adalah berpikir secara konseptual. Berpikir kritis mampu
melihat diluar jangkauan apa yang nampak, mampu membedakan mana yang tidak penting
dan mana yang penting. Berpikir kritis tidak semata-mata mengetahui apa yang nampak atau
aktual. Sementara itu berpikir kreatif adalah berpikir dengan imajinasi. Berpikir kreatif sering
disalah-pahami sebagai kemampuan berpikir yang dibutuhkan untuk bidang tertentu saja
misal dalam bidang seni. Padahal berpikir kreatif juga dibutuhkan dalam bidang lain seperti
sains dan teknologi. Berpikir kreatif adalah berpikir out of the box. Galileo Galilei tidak akan
menemukan prinsip inertia jika ia tidak berpikir secara kreatif. Einstein tidak akan tercatat
sebagai pencetus teori relativitas jika ia tidak berpikir kreatif, dan banyak lagi contoh yang
lain. Berpikir kritis dan kreatif dapat tumbuh subur dalam lingkungan yang
mengimplementasikan pembelajaran konstruktivisme.Impelementasi Kurikulum Merdeka
tersebut disusun berlandaskan teori belajar konstruktivisme. Oleh karenanya, Implementasi
Kurikulum Merdeka berdasarkan teori belajar konstruktivisme mengharuskan pendidik untuk
memberi kesempatan pada peserta didik agar berani mengemukakan pendapatnya dengan
percaya diri tanpa adanya rasa terpaksa.
Jejak Konstruktivisme dalam Kurikulum Merdeka Belajar (KMB)
Dari uraian di atas maka cukup jelas rasional dari pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme. Pendekatan ini pula yang nampak jelas jejaknya di dalam KMB. Beberapa
fitur dari konstruktivisme diantaranya adalah : kolaborasi, belajar aktif (active learning),
pengalaman belajar, menekankan proses belajar, dan assesmen yang lebih komprehensif.
1) Assesmen
Pembelajaran dalam KMB dimulai dengan asesmen awal, tujuan asesmen awal adalah
untuk membagi siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pembagian ini juga
memudahkan guru dalam melakukan deferensiasi pembelajaran. Dengan deferensiasi
guru dapatmemberikan perlakuan yang tepat. Lorna Earl (dalam Tomlinson dan Eidosn,
2003) merefleksikan bahwa deferensiasi memastikan bahwa siswa mendapatkan
pembelajaran yang tepat di waktu yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Jika guru
mengetahui siswanya sudah memiliki pengetahuan awal sesuai dengan kemampuannya
dan apa yang dibutuhkan untuk belajar, maka deferensiasi bukan lagi suatu pilihan,
deferensiasi adalah respon yang paling nyata yang harus dimiliki guru. Bagaimana guru
mengetahui kemampuan awal dari siswa? Salah satu caranya dengan asesmen awal yang
memberikan gambaran yang jelas bagi guru untuk merancang pembelajaran melalui
deferensiasi. Selain itu guru melakukan asesmen formatif untuk melihat apakah
perkembangan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terakhir guru melakukan
asesmen summatif untuk menilai kemampuan siswa secara holistik.
2) Capaian Pembelajaran (CP) sebagai panduan untuk pembelajaran multi sudut
pandang
CP dalam KMB merupakan titik tolak dalam perencanaan pembelajaran. CP
mengindikasikan bahwa pembelajaran yang akan disampaikan harus mampu
menghasilkan siswa yang mampu berpikir multi sudut pandang, mampu
mengolah, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh.
Dengan panduan CP, guru harus yakin siswa akan mampu berpikir kognitif
tingkat tinggi. Harasim (2017) menggaris bawahi jika kita meyakini siswa hanya
mampu berpikir pasif maka prioritas pembelajaran adalah menyampaikan
pengetahuan kepada siswa. Sebaliknya jika kita meyakini siswa mampu
membentuk pengetahuan dengan upaya mereka sendiri, maka pembelajaran yang
diberikan akan menopang pembentukan pengetahuan dan makna .
3) Tantangan bagi siswa yang sudah mahir
Dalam KMB guru diharapkan membagi kelas dalam dua grup dimana grup
pertama terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan lebih dan grup kedua terdiri
dari siswa dengan kemampuan yang kurang. Pada grup kedua guru mengajarkan
seperti biasa dengan pendekatan konstruktivisme. Pada grup pertama guru
diharapkan memberi tantangan bagi siswa yang sudah mahir dengan memberi
tantangan bagi siswa sebagai tutor membantu pembelajaran di kelas. Pemberian
tantangan bagi siswa ini sering disebut sebagai peer tutoring. Mestre (2021)
menjelaskan keuntungan dari peer tutoring bagi guru adalah guru mampu
berperan sebagai anonim sehingga mampu melihat kelas secara lebih utuh
dibandingkan guru mengajar dan hanya melihat secara terbatas. Keuntungan bagi
siswa adalah mereka lebih terlibat selama pembelajaran berlangsung dan
mendapatkan umpan balik yang cepat.
4) Scaffolding
Salah satu fitur menonjol dari KMB yang selaras dengan konstruktivisme adalah
scaffolding. Metode ini merupakan pengurutan pembelajaran dengan suatu
bantuan dan saat performa membaik maka bantuan tersebut perlahan dikurangi
secara bertahap. Scaffolding adalah istilah lain dari ZPD atau zone of proximal
development yang diperkenalkan oleh Vygorsky (Harasim, 2017). Melalui ZPD,
pembelajaran berlangsung saat siswa menyelesaikan masalah di luar batas
kemampuannya, tapi masih memiliki potensi berkembang, di bawah bimbingan
atau kolaborasi dengan rekan yang lebih mampu. Scaffolding salah satunya
dilakukan melalui peer instruction dalam salah satu pembelajaran alternatif yang
ditawarkan oleh KMB.
5) Diferensiasi pembelajaran
Diferensiasi pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang mendukung
teori konstruktivisme. Tomlinson dan Eidson (2003) 5 elemen dalam diferensiasi
pembelajaran yakni : konten, proses, produk, afeksi dan lingkungan pembelajaran.
Kelima elemen ini sudah mendapatkan perlakuan yang memadai dalam KMB.
Guru merancang tujuan pembelajaran dan alur pembelajaran agar siswa
mendapatkan konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Guru memberikan beberapa alternatif pembelajaran sehingga proses dapat
disesuaikan dengan kondisi siswa. Guru melakukan asesmen awal, asesmen
formatif, dan asesmen sumatif untuk menghasilkan produk siswa dengan
kemampuan seperti yang ditetapkan dalam CP. Guru menciptakan suasana
pembelajaran yang mengedepankan kolaborasi dan bukan persaingan sehingga
afeksi terhadap lingkungan sekolah tumbuh. Melalui project-based learning guru
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran yang lebih bermakna.

a. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik


1) Guru akan terbiasa untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi belajar
mengajar.
2) Guru lebih sering membiasakan muridnya untuk belajar mandiri, tetapi ketika
murid kesulitan baru bertanya kepada guru.
3) Dapat mengganti cara mengajar (stimulus) yang satu dengan stimulus lainnya
hingga mendapatkan apa yang diterima oleh murid (respon).
4) Dengan teori belajar ini sangat cocok untuk mendapatkan kemampuan yang
mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
5) Teori ini bisa membentuk perilaku yang diinginkan. Dengan kata lain, perilaku
yang berdampak baik bagi murid diberi perhatian lebih dan perilaku yang
kurang sesuai dengan murid perhatiannya dikurangi.
b. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
3) Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata
kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
4) tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak
variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
5) tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

Sumber :
Muhibbinsyah, 2013, Psikologi Pendidikan, (Pendekatan Baru), Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Seifer, S. 2018. HOTS Skills : Developing Higher-Order Thinking In Young Learners. St.
Paul : Redleaf Press.

4. Cermati artikel melalui tautan berikut!


https://www.matrapendidikan.com/2022/06/teori-kognitif-implikasi-pembelajaran.html

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut!


Berdasarkan teks yang terdapat pada tautan tersebut, silakan Saudara analisis
beberapa kekuatan dan kelemahan teori belajar kognitif dikaitkan dengan
Kurikulum Merdeka, dan uraikan implikasi teori belajar kognitif dalam proses
pembelajaran!
Aplikasi teori kognitivisme dalam pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan,
agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Kelebihan dan kelemahan teori kognitivisme
a) Kelebihannya yaitu : (a) menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri; (b) membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
b) Kekurangannya yaitu : (a) teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan; (b) sulit di praktikkan khususnya di tingkat
lanjut; (c) beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
dan pemahamannya masih belum tuntas.
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan salah satu kebijakan baru Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud
Ristek RI) yang ditujukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang inovatif dan
mengikuti kebutuhan siswa (student-centered). Model pembelajaran abad ke-21 ini
menuntut siswa untuk mencapai keterampilan 4C yaitu critical thinking, communication,
colaboration, and creativity.
Menurut pendapat saya, Hal ini sangat relevan dengan penerapan pembelajaran teori
kognitivisme Jean Piaget yang berpendapat bahwa belajar akan lebih berhasil jika
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitive peserta didik. Sehingga peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Selain itu, teori belajar kognitivisme perspektive Jean Piaget sangat relevan karena
merdeka belajar mementingkan proses dibandingkan hasil. Hal ini terbukti dengan
penerapan merdeka belajar yang menekankan proses pembelajaran dengan pembentukan
karakter siswa. Penilaian merdeka belajar tidak hanya sebatas perankingan saja karena
lebih menekankan bahwa bakat dan kecerdasan peserta didik memiliki kemampuan yang
berbeda-beda sesuai dengan bidangnya masing-masing (Tri Wahyuni dkk, 2023).

Sumber :
Tri Wahyuni dkk. 2023. Merdeka Belajar dalam Perspektif Teori Belajar Kognitivisme
Jean Piaget. p-ISSN : 2810-0395 e-ISSN : 2810-0042 Terindeks : Garuda, Moraref,
Google Scholar, Base, dan OneSearch. Jurnal Penelitian Guru Indonesia.
https://doi.org/10.58578/tsaqofah.v3i1

Anda mungkin juga menyukai