Anda di halaman 1dari 14

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.


Jurnal Educatio
ISSN 2459-9522 (Cetak), 2548-6756
(Online)
Vol. 9, No. 1, 2023, hal. 394-401

Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kualitas


Sekolah Menengah Atas

Sinta Nur Kamila*, Abu Hasan Agus RM


Universitas Nurul Jadid, Probolinggo, Indonesia
*Penulis korespondensi: shintakamila2605@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka: upaya peningkatan
mutu di lembaga pendidikan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Jember dengan pendekatan kualitatif
melalui penelitian studi kasus. Data diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum,
guru, dan siswa. Dalam proses analisis data, peneliti mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan
data, dan menyimpulkan temuan. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan implementasi kurikulum
merdeka dalam meningkatkan mutu sekolah melalui proses pembelajaran yang dilakukan yaitu
Riwayat Artikel: dengan persiapan diantaranya adalah perlunya mendapatkan informasi tentang kurikulum merdeka
Diterima 2023-02-08 dengan mempersiapkan guru bagaimana mereka memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum
Revisi 2023-03-20 merdeka; guru mengikuti workshop secara online maupun offline yang diadakan oleh pemerintah
Diterima 2023-03-31 dan dinas pendidikan selain itu sekolah juga melakukan workshop secara merdekaly dengan
mendatangkan narasumber yang berkaitan dengan kurikulum merdeka sehingga menjadi
DOI: kontribusi yang sangat baik untuk keberlangsungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan
10.31949/educatio.v9i1.4591 mencapai tujuan pendidikan yang mengharuskan siswa memperkaya literasi untuk menuju
era globalisasi kedepannya.
Kata kunci: kurikulum merdeka; pendidikan menengah atas; kualitas pendidikan

PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan "Ruh" pembelajaran yang harus dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan
periodik sesuai dengan perkembangan jaman dan IPTEKS, kompetensi yang dibutuhkan masyarakat dan
pengguna lulusan. Dengan demikian, perubahan kurikulum merupakan suatu keniscayaan. Apalagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
dunia pendidikan di Indonesia (Dewi, 2021; Jamun, 2018; Lusiman et al., 2017), sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan tantangan dan mengharuskan dunia
pendidikan untuk tidak lagi berlama-lama berada dalam ruang lingkup "zona nyaman" pada kurikulum
yang digunakan (Suryana & Ismi, 2019; Suryaman, 2020).
Kurikulum dipandang sebagai tujuan, konteks, dan strategi pembelajaran melalui pengembangan
materi pembelajaran, hubungan sosial, dan teknik pembelajaran yang terstruktur di lingkungan sekolah
(Wahyudin, 2016; Jauhari et al., 2017). Dengan kata lain, kurikulum sangat penting bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan secara sistematis dan berkesinambungan. Lebih lanjut, manajemen
kurikulum diperlukan bagi lembaga pendidikan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan dengan baik, efektif, dan efisien, serta adanya umpan
balik dan saling keterkaitan (Ningsih, 2018; Rofiki, Diana, dkk., 2022).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, sebagai lembaga yang memiliki
otoritas dalam pendidikan, memberlakukan kebijakan terkait pengembangan kurikulum, yaitu kurikulum
merdeka, yang diimplementasikan di lembaga pendidikan sebagai salah satu pilihan atau opsi tambahan
pemulihan pembelajaran pada tahun 2022 hingga 2024. Beberapa program mendukung implementasi
kurikulum merdeka yang diberlakukan oleh pemerintah, diantaranya adalah program sekolah penggerak
dan pusat unggulan SMK (Kemendikbud, 2022; Nugraha, 2022).
Dari program ini dapat mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan yang baik dengan
mengimplementasikan kurikulum merdeka sehingga menjadi praktik yang baik dan konten pembelajaran
kurikulum merdeka di
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 395

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA.


Hak Cipta © 2023 oleh Penulis
Jurnal Educatio
ISSN 2459-9522 (Cetak), 2548-6756
(Online)mengemudi atau pusat keunggulan sekolah menengah kejuruan teridentifikasi dengan baik. Hal ini
sekolah
dapat menjadi pembelajaran bagi satuan pendidikan lainnya. Beberapa strategi kurikulum merdeka untuk
jalur merdeka akan digunakan sebagai tindak lanjut dari kebijakan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud, 2022; Restu dkk., 2022), yaitu: Strategi pertama, jalur adopsi kurikulum
merdeka secara bertahap. Strategi kedua, menyediakan perangkat penilaian dan pengajaran (High Tech),
yaitu pendekatan strategis yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam
menyediakan berbagai pilihan ulasan dan perangkat pengajaran (buku pelajaran, modul pengajaran,
contoh proyek, contoh kurikulum) dalam bentuk digital yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan
dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan kurikulum merdeka. Strategi ketiga adalah menyediakan
pelatihan merdeka dan sumber belajar guru (High Tech). Strategi keempat adalah menyediakan nara
sumber kurikulum merdeka (High Touch). Pendekatan strategi yang digunakan dalam menyediakan
narasumber kurikulum merdeka dari pusat keunggulan SMA/SMK yang telah menerapkan kurikulum
merdeka (Nugraha, 2022; Afida et al., 2021).
Upaya untuk mengembangkan potensi siswa atau peserta didik, maka dalam dunia pendidikan
diperlukan kurikulum. Dalam dunia pendidikan, beberapa komponen saling bekerja sama untuk
mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri. Semua memiliki peran penting, tak terkecuali kurikulum yang
merupakan penyangga utama dalam sebuah proses belajar mengajar. Beberapa ahli bahkan mengatakan
bahwa kurikulum merupakan jantungnya pendidikan, baik buruknya hasil pendidikan serta dapat
membangun kesadaran kritis peserta didik atau tidak (Asri, 2017) (Insani, 2019). Seiring dengan
perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan rasionalisasi, kurikulum Indonesia terus mengalami
perubahan dari periode ke periode. Keberadaan kurikulum memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kualitas pendidikan di Indonesia (Rofiki et al., 2021).
Pembahasan mengenai kurikulum di Indonesia sangat menarik. Hal ini dikarenakan dinamisnya
perubahan yang terjadi dalam perkembangan kurikulum di Indonesia. Bahkan Insani menjelaskan bahwa
sebuah ungkapan menggelitik sering muncul seiring dengan pergantian penguasa negeri ini, yaitu 'ganti
menteri ganti kurikulum'. Faktanya, dalam perjalanan sejarah sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional memang telah berulang kali berganti, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terbaru adalah kurikulum 2013 (Insani, 2019; Asri, 2017).
Selain itu, saat ini muncul pandangan baru terkait kurikulum pembelajaran merdeka. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek masyarakat
bangsa dan negara. Oleh karena itu, sistem kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan memang
perlu dikembangkan secara dinamis oleh tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat (Restu dkk,
2022).
Kurikulum memang merupakan hal yang vital dalam dunia pendidikan. Karena krusialnya
kurikulum ini, maka para pendidik di lapangan harus memahami isi dari kurikulum tersebut karena sudah
jelas tujuan pendidikan tertuang di dalam kurikulum agar proses pendidikan dapat berlangsung secara
kondusif, interaktif, efektif, dan lancar (Dewi, 2021). Dalam berbagai hal permasalahan tersebut, aspek
penting yang harus dijawab adalah bagaimana mewujudkan Sumber Daya Manusia (baik guru maupun
siswa/lulusan SMA) yang berkualitas dan berkarakter dalam lingkup global (Istiarsono, 2016; Sulthon,
2019). Atas dasar itulah, pemerintah meluncurkan kebijakan kurikulum merdeka (Dirjen Dikti
Kemendikbud, 2020) yang memberikan ruang otonom bagi penyelenggara pendidikan untuk berkreasi
dan menciptakan inovasi secara fleksibel di lembaganya masing-masing, untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, baik di kalangan guru maupun peserta didik (lulusan) (Assingkily, 2020).
Kualitas pendidikan tidak akan memuaskan jika komponen-komponen pendidikan yang meliputi
landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan siswa-guru,
metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan, dan unsur-unsur lainnya dikelola apa
adanya tanpa perencanaan yang matang. Sementara itu, untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas
perlu adanya pengelolaan yang baik terutama pada kurikulum yang akan diajarkan kepada peserta didik
terkait tujuan, isi atau bahan ajar, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum (Yuhasnil, 2020; Wahyudin,

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 397

2016). Berbagai permasalahan seperti rendahnya manajemen sekolah menjadi ciri dari banyaknya
fenomena rendahnya kualitas beberapa lembaga pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan
membutuhkan pengendalian yang memiliki jenis perencanaan yang tidak hanya sekedar untuk merespon
perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang, tetapi lebih dari itu. Pendidikan

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


396 Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401

Institusi pendidikan membutuhkan manajemen yang efektif untuk menciptakan institusi masa depan
melalui perubahan yang dilakukan saat ini. Dalam hal ini, kurikulum menjadi puncak yang secara
signifikan mempengaruhi kualitas lembaga pendidikan (Rofiki et al., 2021).
Oleh karena itu, sekolah harus adaptif dan futuristik karena sekolah merupakan wadah bagi suatu
bangsa yang ruang geraknya selalu menjadi sorotan dalam membangun dan meningkatkan sumber daya
manusia yang unggul dan memiliki daya saing yang tinggi, yang tidak pernah berakhir sepanjang zaman
sehingga dalam pengelolaan sekolah diperlukan strategi pengembangan kurikulum yang sesuai dengan
tujuan pendidikan dan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan (Rahmansyah, 2021; Afida dkk,
2021).
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
mendalam substansi kebijakan kurikulum merdeka sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan
analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang realistis. Dengan pendekatan ini, peneliti akan
menggambarkan realitas yang sebenarnya berdasarkan analisis data yang diperoleh. Dengan penelitian
kualitatif deskriptif ini, peneliti berusaha mengungkapkan upaya peningkatan mutu di lembaga
pendidikan sebagaimana yang terjadi di lapangan dan berusaha menghindari pandangan subyektif
peneliti.
Data penelitian kualitatif dikumpulkan dengan data primer dan sekunder. Data primer diambil
melalui wawancara yang dilakukan dengan informan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara mendalam untuk mengumpulkan data atau informasi untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap mengenai topik yang diteliti. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan melalui observasi,
dokumen penilaian, dan perangkat pembelajaran.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal dan
melakukan pengumpulan data di lapangan hingga peneliti mendapatkan seluruh data. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Pandangan Miles dan Huberman
yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Pengembangan kurikulum merupakan suatu dinamika yang dapat merespon tuntutan perubahan
struktur pemerintahan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi. Pengembangan
kurikulum sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendukung, sumber daya manusia memiliki peran yang
dominan dalam keberhasilan pengembangan kurikulum, untuk itu pengembangan dan pembinaan sumber
daya manusia harus dilakukan secara berkesinambungan, baik melalui jalur formal maupun non formal
(Luturmas et al., 2022) (Suryana & Ismi, 2019).
Perencanaan pembelajaran merupakan pengembangan pembelajaran dalam suatu sistem terpadu yang
terdiri dari beberapa elemen yang saling berinteraksi. Perencanaan kurikulum merdeka di SMAN 2 Jember
dimulai pada tahun 2020 oleh kepala sekolah dalam mengatasi situasi covid-19, masih menggunakan KTSP
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (Diana & Rofiki, 2020). Sehingga dalam, sekolah
SMAN 2 Jember menggunakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan yaitu kurikulum
merdeka yang dapat memudahkan lembaga pendidikan.
Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa sekolah telah menjadi motor penggerak
sejak tahun ajaran 2021/2022. Meskipun terhalang oleh pandemi, semua warga sekolah bekerja sama dan
berbagi tugas sesuai peran masing-masing sebagai bagian dari sekolah penggerak untuk menjalankan

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 397

kurikulum merdeka yang kini sudah diformalkan menjadi kurikulum merdeka. Di sekolah mengemudi,
pelatihan diberikan di awal. Setelah terpilih menjadi sekolah penggerak, ada pelatihan yang melibatkan
komite pembelajaran (diwakili oleh 1 guru kelas X, 1 guru pendidikan agama Islam, 1 guru olahraga, 1
kepala sekolah, dan 1 pengawas). Setelah menjadi sekolah penggerak, kurikulum operasional sekolah
(sebelumnya kurikulum tingkat satuan pendidikan) disebut kurikulum operasional sekolah (Hariyono, 2022).

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


398 Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum (Nuraini, 2022), terungkap
beberapa pernyataan terkait kurikulum merdeka dan peningkatan mutu di lembaga pendidikan, yaitu;
a) Kurikulum merdeka dilaksanakan pada tahun 2022-2023 dan hanya di kelas X; selebihnya menggunakan
kurikulum 13;
b) Tidak ada kendala tetapi hanya melaksanakan kebijakan dari pemerintah karena terkait kondisi
pandemi maka diadakan (loss learning) karena kesulitan dalam Kegiatan Belajar Mengajar, kurikulum
merdeka adalah harapan dari pemerintah maka dari itu sekolah tersebut juga menggunakan kurikulum
merdeka untuk mengatasi (loss learning) akibat pandemi.
c) kalau kurikulum 13 itu dari pemerintah, pemerintah yang menentukan aturan untuk semester 1 dan 2.
Namun di kurikulum 13, ada keleluasaan guru untuk mengatur materi yang akan disampaikan, apakah
di semester 1 atau 2, karena di kurikulum merdeka ada pembelajaran proyek, untuk pembelajaran proyek
dibutuhkan waktu 30% dan 70% pembelajaran intrakulikuler. Dalam 70%, guru memiliki keleluasaan
untuk mengatur pembelajaran di kelas.
d) Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan persiapan, karena masih baru, maka perlu
adanya informasi mengenai kurikulum merdeka, yang dilakukan dengan mempersiapkan guru-guru
untuk memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum merdeka. Oleh karena itu, para guru mengikuti
workshop baik secara online maupun offline yang diadakan oleh pemerintah maupun dinas
pendidikan; sekolah juga mengadakan workshop sendiri dengan mendatangkan narasumber yang
berkaitan dengan kurikulum merdeka.
e) Strategi implementasi untuk siswa adalah mereka diberikan pemahaman tentang kurikulum merdeka
dan diberikan gambaran bahwa dalam kurikulum merdeka akan ada tiga pelajaran, yaitu
ekstrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Siswa telah diadakan sosialisasi untuk memahami
dan melaksanakan kurikulum baru dengan baik.
f) Strategi implementasi yang dilakukan guru adalah mengikuti workshop dan melakukan persiapan,
misalnya membuat capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah mereka uraikan menjadi
tujuan pembelajaran, dari tujuan pembelajaran dan dijabarkan menjadi indikator-indikator dari target
tersebut. Oleh karena itu, guru terus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
kurikulum merdeka.
g) Strategi guru untuk siswa dalam kurikulum merdeka adalah guru diharapkan melakukan koordinasi,
artinya ketika di kelas tidak menyamaratakan perlakuan yang sama, jadi di kelas dibagi menjadi
kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Jadi guru harus mempersiapkan hal itu, terutama dengan
memperhatikan kontennya, dan prosesnya harus berbeda, kemudian penilaian evaluasinya juga harus
berbeda, tidak bisa menyamaratakan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas X serta studi dokumentasi
menunjukkan bahwa mereka telah membuat perencanaan pembelajaran kurikulum mandiri berupa
perangkat pembelajaran dengan pedoman pembuatan perangkat pembelajaran kurikulum protopin yaitu
menganalisis hasil belajar untuk mengembangkan tujuan dan alur pembelajaran, merencanakan penilaian
diagnostik, mengembangkan modul pembelajaran yang menyesuaikan pembelajaran dengan tahap
pencapaian dan karakteristik peserta didik dan merencanakan penilaian formatif dan sumatif (Hariyono,
2022; Anshori, 2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi kurikulum merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan kurikulum dari sebuah
rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci. Berikut ini adalah implementasi kurikulum
mandiri di SMAN 2 Jember berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah (Hariyono, 2022):
a) Hingga tahun 2023 masih ada pilihan untuk menjalankan kurikulum 13, kurikulum darurat, atau
kurikulum merdeka, namun pada tahun 2024 harus menjalankan kurikulum merdeka tanpa seleksi lagi.
b) Untuk saat ini, kurikulum merdeka hanya diterapkan pada kelas X.
c) Peserta didik menjadi pusat pembelajaran.
d) Pembelajaran lebih banyak dilakukan secara berkelompok, sehingga terbangun sikap gotong royong

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 399

dalam diri mahasiswa sesuai dengan profil mahasiswa Pancasila.


e) Keragaman siswa sangat dihargai.

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


400 Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401

f) Kurikulum merdeka dimulai dengan pelaksanaan penilaian diagnostik.


g) Pembelajaran berbasis proyek. Tidak selalu berupa produk, tetapi lebih kepada pembiasaan dan
perubahan sikap/karakter (gotong royong). dan perubahan sikap/karakter (gotong royong, nalar kritis,
mandiri, kreatif, dan lain-lain sesuai dengan Profil Peserta Didik Pancasila) pada target. lain-lain
sesuai dengan Profil Peserta Didik Pancasila) dalam target waktu tertentu;
h) Memunculkan kewirausahaan;
i) Pada awal penerapannya, respon siswa bingung dan diam, tidak mau berbicara;
j) Seluruh warga sekolah didorong untuk selalu berbahagia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas X, mengungkapkan bahwa kurikulum merdeka
adalah sebagai berikut. Kurikulum merdeka yang diterapkan di kelas X menjadi sekolah penggerak dan
mau tidak mau kita harus semangat, mengikuti karena itu adalah tanggung jawab. Kurikulum merdeka
merupakan kurikulum pemulihan dari kurikulum 13 ke kurikulum merdeka yang sudah diresmikan oleh
Menteri Pendidikan (Andriyani, 2022). Sebelum belajar, siswa dirangsang terlebih dahulu dengan
memberikan video atau tugas membawa buku. Ketika diberikan video pembelajaran, siswa tidak
membuka tetapi tidak mengerti. Ketika ditanya tentang pembelajaran apa keesokan harinya, peserta didik
terdiam karena bingung. Ketika siswa diajak berbicara, mereka tetap diam, tetapi ketika diajak
bereksplorasi, mereka mau berbicara untuk menunjukkan hal-hal yang ditanyakan. Jadi pusat
pembelajaran adalah peserta didik, guru hanya sebagai mediator antara peserta didik dengan materi
pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk mencari sendiri pemahamannya terhadap materi (Andriyani,
2022).
Dalam kurikulum merdeka, ada proyek yang dibagi menjadi dua: jangka pendek dan jangka
panjang. Jangka pendek adalah satu bulan atau sampai materi bisa satu bab. Proyek jangka panjang sesuai
dengan profil mahasiswa pancasila (6 profil mahasiswa pancasila). Proyek jangka panjang, bukan berupa
produk melainkan untuk meningkatkan dan mengasah keenam profil mahasiswa Pancasila. Lebih
diutamakan untuk menilai peningkatan/perubahan sikap siswa, jangka waktunya bisa dua atau tiga bulan.
Contoh proyek kelas X adalah membuat kerajinan tangan dari barang bekas. Para siswa membuat bentuk
kerajinan tersebut. Proyek jangka panjang antara lain menanam tanaman obat mulai dari proses awal
penanaman hingga menjadi obat yang siap pakai. Pelaksanaan proyek bisa sampai dua bulan, namun
setiap dua minggu sekali dilaporkan kepada wali kelas bagaimana perkembangan tanaman obat yang
ditanam. Setelah tanaman tumbuh dan dapat dipanen, siswa membuat produk dari tanaman tersebut dan
memasarkannya pada market day yang diadakan di sekolah. Proyek jangka panjang lebih berfokus pada
keterampilan hidup. Dalam proyek jangka panjang, siswa berkolaborasi dengan siswa lain atau orang tua
siswa sehingga muncul profil siswa Pancasila dalam bentuk gotong royong. Kesulitan kelas X terletak pada
kemampuan karakter dan pengetahuan awal siswa yang berasal dari SMP dengan siswa yang tidak melalui
pendidikan SMP. Banyak yang masih membutuhkan klarifikasi tentang bersosialisasi. Namun, ketika
ditanya, kelas X lebih banyak diam untuk menjawab.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas X serta studi dokumentasi
menunjukkan bahwa mereka telah mengimplementasikan kurikulum mandiri mulai dari pelaksanaan
asesmen diagnostik, pelaksanaan pembelajaran sesuai modul pengajaran berbasis proyek, baik proyek
jangka pendek maupun proyek jangka panjang, pembelajaran di kelas sesuai dengan karakteristik peserta
didik, dan pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif (Hariyono, 2022; Anshori, 2022).
Menurut salah satu guru, pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan baik, bahkan proyek-
proyek yang dilakukan luar biasa dari ekspektasi guru sebelumnya, contohnya seperti mengadakan
pameran yang diperkirakan hanya seperti bazar biasa ternyata hasil dari bazar tersebut sangat ramai
sehingga ada inisiatif siswa ketika mereka memamerkan apa yang mereka buat ada Master Ceremony.
Ada sisi hiburan dari mereka sehingga acara pameran bisa hidup. Ketika siswa dipercaya untuk mengelola
bagaimana pameran itu bisa berjalan dengan baik ketika membahas dari segi proyek, sedangkan dari segi
pembelajaran, kurikulum merdeka juga terlaksana dengan baik karena kurikulum merdeka identik dengan
pembelajaran berbasis masalah dan proyek, jika masalahnya adalah masalah, guru mengerjakannya

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 401

seperti studi kasus dan siswa bisa mengikutinya dengan baik meskipun beberapa anak sulit untuk
diketahui dengan latar belakang di suatu sekolah dalam satu kelas, tentu tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama. Ada yang pintar semua namun memiliki kemampuan literasi yang berbeda, dan ada
juga yang sama-sama kompeten. Namun, ketika diberikan tugas yang sama, hasilnya tetap berbeda

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


402 Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401

karena kemampuan membaca dan literasi siswa dalam memahami internet berbeda-beda. Sebaliknya, dalam
proyek tersebut, guru telah melakukan kontekstualisasi dengan langsung menggunakan studi file, yaitu belajar
langsung di lapangan.
Kurikulum merdeka adalah pembelajaran yang berdiferensiasi, jadi guru melakukan strategi dengan
membagi siswa di kelas menjadi dua kelompok sesuai dengan kemampuannya. Yakni ada kelompok
bawah dan kelompok atas, sehingga perkembangan dari awal penerapan kurikulum merdeka di SMAN 2
Jember hingga saat ini berjalan lebih baik dari sebelumnya, sedangkan jika berbicara hasil dari kurikulum
merdeka dari peserta didik masih membutuhkan pembiasaan karena peserta didik terbiasa dengan era
Covid-19 (Rofiki, Zubaidi, et al, 2022) yaitu terbiasa dengan pembelajaran seperti sering mendengarkan
ceramah, penjelasan, teori, dan open book sehingga ketika diberikan tugas dengan close book siswa
kebingungan karena belum terbiasa, sehingga masih perlu pembiasaan untuk menjadi lebih baik.
Hambatan dalam menjalankan kurikulum merdeka bagi guru masih meraba-raba, maksudnya
meraba-raba bagaimana cara menggunakan modul yang benar, menyusun penilaian yang tepat, dan lain-
lain. Sedangkan dari segi siswa, kendala kurikulum merdeka ini ada pada pembelajaran diferensiasi ini
karena sekarang masih di era zonasi, jadi ada siswa di dalam kelas yang kemampuannya berbeda-beda.
Kurikulum merdeka ini baru diterapkan di kelas X di SMAN 2 Jember.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan di SMAN 2 Jember setelah menerapkan kurikulum merdeka
yaitu dengan mengadakan In House Training (Diana, 2021) terkadang Guru Mata Pelajaran Musyawah
(Rofiki, 2019) mengadakan pelatihan untuk kurikulum merdeka, jadi upaya sekolah untuk meningkatkan
kualitas guru agar mencapai target sesuai standar pemerintah tentang kurikulum merdeka, dan yang kedua
cara kontrol sekolah sangat baik, Cara menghadapi siswa di dalam kelas adalah sekolah sangat
menerapkan bimbingan konseling, jadi jika ada siswa yang bermasalah atau tidak ada masalah tetapi
membutuhkan bimbingan mental maka guru selalu berkolaborasi dengan Bimbingan Konseling, dan ada
juga bimbingan guru mata pelajaran secara personal yang dilakukan pada siswa yang bermasalah. Cara
menangani siswa di dalam kelas dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan memberikan perhatian
lebih pada siswa yang berada pada kelompok kategori rendah, cara membagi kelompok tersebut yaitu
dengan memberikan tes berdiferensiasi secara serentak dan dibagi sesuai dengan kategori siswa tersebut, dan
kategori yang digunakan ada beberapa, salah satunya yaitu kategori berdasarkan kemampuan belajar dan
kategori diferensiasi gaya belajar, langkah pertama yang dilakukan yaitu tes berdiferensiasi, dengan
menggunakan nilai harian sebelumnya, dengan menggunakan kebiasaan siswa.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan menurut salah satu guru karena masih belum ada
evaluasi selama satu tahun, kita masih perlu menilai hasil dari kurikulum merdeka, jadi belum bisa
mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Hambatan dalam melaksanakan kurikulum merdeka yaitu dalam
pembagian waktu mengajar SMAN 2 Jember masih perlu mencari waktu yang lebih banyak karena belum
terbiasa melaksanakan kurikulum merdeka, Jadi guru hanya mengikuti instruksi dari pusat mengenai
pembelajaran.
Adapun penjelasan dari salah satu siswa kelas X di SMAN 2 Jember, siswa merasa kaget dengan
penerapan kurikulum merdeka karena tidak ada penjurusan tetapi diganti dengan proyek, yaitu proyek
Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, dan Kewirausahaan. Cara pembelajaran di kelas adalah 30%
untuk kegiatan proyek dan 70% untuk pembelajaran biasa, jadi dalam 1 tahun ada 3 proyek yaitu pada
semester ganjil melakukan proyek Ilmu Pengetahuan Alam yaitu membuat tepung dari buah-buahan atau
sayuran dan membuat olahan makanan dan mengolah barang bekas di sekolah dan ditampilkan dalam
sebuah pertunjukkan di pameran sekolah, yang kedua proyek Bahasa Indonesia yaitu membuat sebuah
pertunjukkan yaitu tentang budaya dengan tema kearifan lokal dan modernisasi, dan pada semester genap
ada proyek kewirausahaan, sedangkan dengan adanya kurikulum merdeka untuk siswa kelas X yang
masih labil sangat membantu sekali karena dalam kurikulum merdeka ini tidak ada penjurusan khusus
jadi mereka mempelajari semuanya dengan 3 proyek tersebut, dan adanya kendala dalam membuat produk
pemecahan masalah dalam pembelajaran 3 dalam proyek dan pembelajaran biasa, kendalanya adalah
Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 403

dalam proyek siswa kesulitan dalam membuat proposal sebelum mengadakan proyek, selain itu siswa
tidak bisa fokus dengan jurusan yang diinginkan, sehingga di SMAN 2

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio


404 Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401

Jember kelas X rata tanpa penjurusan, namun menurut siswa, mereka lebih nyaman dengan kurikulum
sebelumnya karena lebih sinkron dengan tujuan jurusan yang mereka inginkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kurikulum merupakan kumpulan dari sekumpulan nilai yang
diinternalisasikan oleh siswa, baik nilai dalam bentuk kognitif maupun afektif. Pengembangan kurikulum
Merdeka adalah kegiatan yang berupaya menyusun atau merancang kurikulum baru, mengubah dan
menyempurnakan/menyempurnakan kurikulum, mengimplementasikan kurikulum, dan mengendalikan
kurikulum pendidikan dasar. Pengendalian ini meliputi kegiatan pemantauan dan evaluasi kurikulum,
serta penyempurnaan kurikulum berdasarkan masukan dari hasil pemantauan dan evaluasi kurikulum
pendidikan dasar yang telah dipraktekkan di lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah dengan
berbagai jenis ragam yang diupayakan.

REFERENSI
Afida, I., Diana, E., & Agus Puspita, D. M. Q. (2021). Merdeka Belajar dan Pendidikan Kritis Paulo
Friere dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 12(02),
45-61. https://doi.org/10.36835/falasifa.v12i02.553
Andriyani, A. (2022). Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 2 Jember.
Anshori, A. (2022). Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 2 Jember.
Asri, M. (2017). Dinamika Kurikulum Di Indonesia. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 4(2), 192-202.
Assingkily, M. S. (2020). Upaya Mewujudkan Program Kampus Merdeka Pada Kurikulum PGMI STIT
Al Ittihadiyah Labuhanbatu Utara. At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(2),
62. https://doi.org/10.30736/atl.v4i2.263
Dewi, A. U. (2021). Reformasi kurikulum dalam desentralisasi pendidikan di Indonesia: pengaruhnya
terhadap prestasi siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 40(1), 158-169.
https://doi.org/10.21831/cp.v40i1.33821
Diana, E. (2021). Urgensi In House Training dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Basicedu, 5(5), Article 5. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1323
Diana, E., & Rofiki, M. (2020). Analisis Metode Pembelajaran Efektif Di Era New Normal. Jurnal
Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 3(2), Article 2. https://doi.org/10.31004/jrpp.v3i2.1356
Dirjen Dikti Kemendikbud. (2020). Buku-Panduan-Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka-2020.pdf. Dirjen
Dikti Kemendikbud.
Hariyono, H. (2022). Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Jember.
Insani, F. D. (2019). Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak Awal Kemerdekaan Hingga Saat
Ini. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 43-64.
https://doi.org/10.51226/assalam.v8i1.132
Jamun, Y. M. (2018). Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 10(1),
48-52.
Jauhari, M., Rofiki, M., & Farisi, Y. A. (2017). Penilaian Autentik Dalam Sistem Evaluasi Pengembangan
Kurikulum 2013. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 4 ( 1), Artikel 1 .
https://doi.org/10.33650/pjp.v4i1.908
Kemendikbud. (2022). Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kemendikbud.
Lusiman, L., Wafa, A., & Diana, E. (2017). Pengembangan struktur organisasi kurikulum dalam rangka
membangun sekolah unggul. Jurnal Pedagogik, 4(1), 117-125.
Luturmas, Y., Diana, E., Abdusshomad, A., & Satria Wiranata, Rz. R. (2022). Implementasi Struktur
Kurikulum Berdasarkan Kemendikbudristek No 371/M/2021 Dan Pp No 57 Tahun 2021 Pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Tahun Ajaran 2022/2023 Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal
Multidisipliner Bharasa, 1(2), 71-81. https://doi.org/10.56691/jurnalmultidisiplinerbharasa.v1i2.243
Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 405

Ningsih, N. (2018). Manajemen Pembaharuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru.
Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan (ALIGNMENT), 1(2), 83-91.
https://doi.org/10.31539/alignment.v1i2.484
Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran. Inovasi Kurikulum,
19(2), 251-262.
Nuraini, V. (2022). Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum SMAN 2 Jember.
Rahmansyah, M. F. (2021). Merdeka Belajar: Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah/Madrasah.
Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 47–52.
https://doi.org/10.18860/rosikhun.v1i1.13905
Restu, R., Sriadhi, S., Gultom, S., & Ampera, D. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-
Kampus Merdeka Berbasis Platform RI 4.0 Di Universitas Negeri Medan. Jurnal Psikologi Sekolah
Positif, 6(6), 2022.
Rofiki, M. (2019). Urgensi Supervisi Akademik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Di Era Industri
4.0. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 2(3), Artikel 3.
Rofiki, M., Sholeh, L., & Akbar, A. R. (2021). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Daya
Saing Sekolah Menengah Atas di Era New Normal. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4057-4065.
Rofiki, M., Zubaidi, A., & Umam, M. K. (2022). Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan
kewirausahaan di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Sastra (IJEL), 1(3), 58-67.
Rofiki, M., Diana, E., & Amin, M. F. (2022). Perilaku Asertif Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Sekolah
Unggul. Jurnal Basicedu, 6(3), 4025-4034. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2788
Suryaman, M. (2020). Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Daring Nasional:
Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, 21(Oktober), 13-28.
Suryana, Y., & Ismi, F. M. (2019). Manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu lulusan. Jurnal Isema
: Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 257-266. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.6026
Wahyudin, D. (2016). Manajemen Kurikulum Dalam Pendidikan Profesi Guru (Studi Kasus Di
Universitas Pendidikan Indonesia). Jurnal Kependidikan, 46(2), 259-279.
Yuhasnil, Y. (2020). Manajemen Kurikulum dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan (ALIGNMENT), 3(2), 214-221.
https://doi.org/10.31539/alignment.v3i2.1580

Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio

Anda mungkin juga menyukai