Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka: upaya peningkatan
mutu di lembaga pendidikan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Jember dengan pendekatan kualitatif
melalui penelitian studi kasus. Data diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum,
guru, dan siswa. Dalam proses analisis data, peneliti mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan
data, dan menyimpulkan temuan. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan implementasi kurikulum
merdeka dalam meningkatkan mutu sekolah melalui proses pembelajaran yang dilakukan yaitu
Riwayat Artikel: dengan persiapan diantaranya adalah perlunya mendapatkan informasi tentang kurikulum merdeka
Diterima 2023-02-08 dengan mempersiapkan guru bagaimana mereka memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum
Revisi 2023-03-20 merdeka; guru mengikuti workshop secara online maupun offline yang diadakan oleh pemerintah
Diterima 2023-03-31 dan dinas pendidikan selain itu sekolah juga melakukan workshop secara merdekaly dengan
mendatangkan narasumber yang berkaitan dengan kurikulum merdeka sehingga menjadi
DOI: kontribusi yang sangat baik untuk keberlangsungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan
10.31949/educatio.v9i1.4591 mencapai tujuan pendidikan yang mengharuskan siswa memperkaya literasi untuk menuju
era globalisasi kedepannya.
Kata kunci: kurikulum merdeka; pendidikan menengah atas; kualitas pendidikan
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan "Ruh" pembelajaran yang harus dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan
periodik sesuai dengan perkembangan jaman dan IPTEKS, kompetensi yang dibutuhkan masyarakat dan
pengguna lulusan. Dengan demikian, perubahan kurikulum merupakan suatu keniscayaan. Apalagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
dunia pendidikan di Indonesia (Dewi, 2021; Jamun, 2018; Lusiman et al., 2017), sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan tantangan dan mengharuskan dunia
pendidikan untuk tidak lagi berlama-lama berada dalam ruang lingkup "zona nyaman" pada kurikulum
yang digunakan (Suryana & Ismi, 2019; Suryaman, 2020).
Kurikulum dipandang sebagai tujuan, konteks, dan strategi pembelajaran melalui pengembangan
materi pembelajaran, hubungan sosial, dan teknik pembelajaran yang terstruktur di lingkungan sekolah
(Wahyudin, 2016; Jauhari et al., 2017). Dengan kata lain, kurikulum sangat penting bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan secara sistematis dan berkesinambungan. Lebih lanjut, manajemen
kurikulum diperlukan bagi lembaga pendidikan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan dengan baik, efektif, dan efisien, serta adanya umpan
balik dan saling keterkaitan (Ningsih, 2018; Rofiki, Diana, dkk., 2022).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, sebagai lembaga yang memiliki
otoritas dalam pendidikan, memberlakukan kebijakan terkait pengembangan kurikulum, yaitu kurikulum
merdeka, yang diimplementasikan di lembaga pendidikan sebagai salah satu pilihan atau opsi tambahan
pemulihan pembelajaran pada tahun 2022 hingga 2024. Beberapa program mendukung implementasi
kurikulum merdeka yang diberlakukan oleh pemerintah, diantaranya adalah program sekolah penggerak
dan pusat unggulan SMK (Kemendikbud, 2022; Nugraha, 2022).
Dari program ini dapat mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan yang baik dengan
mengimplementasikan kurikulum merdeka sehingga menjadi praktik yang baik dan konten pembelajaran
kurikulum merdeka di
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 395
2016). Berbagai permasalahan seperti rendahnya manajemen sekolah menjadi ciri dari banyaknya
fenomena rendahnya kualitas beberapa lembaga pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan
membutuhkan pengendalian yang memiliki jenis perencanaan yang tidak hanya sekedar untuk merespon
perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang, tetapi lebih dari itu. Pendidikan
Institusi pendidikan membutuhkan manajemen yang efektif untuk menciptakan institusi masa depan
melalui perubahan yang dilakukan saat ini. Dalam hal ini, kurikulum menjadi puncak yang secara
signifikan mempengaruhi kualitas lembaga pendidikan (Rofiki et al., 2021).
Oleh karena itu, sekolah harus adaptif dan futuristik karena sekolah merupakan wadah bagi suatu
bangsa yang ruang geraknya selalu menjadi sorotan dalam membangun dan meningkatkan sumber daya
manusia yang unggul dan memiliki daya saing yang tinggi, yang tidak pernah berakhir sepanjang zaman
sehingga dalam pengelolaan sekolah diperlukan strategi pengembangan kurikulum yang sesuai dengan
tujuan pendidikan dan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan (Rahmansyah, 2021; Afida dkk,
2021).
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
mendalam substansi kebijakan kurikulum merdeka sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan
analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang realistis. Dengan pendekatan ini, peneliti akan
menggambarkan realitas yang sebenarnya berdasarkan analisis data yang diperoleh. Dengan penelitian
kualitatif deskriptif ini, peneliti berusaha mengungkapkan upaya peningkatan mutu di lembaga
pendidikan sebagaimana yang terjadi di lapangan dan berusaha menghindari pandangan subyektif
peneliti.
Data penelitian kualitatif dikumpulkan dengan data primer dan sekunder. Data primer diambil
melalui wawancara yang dilakukan dengan informan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara mendalam untuk mengumpulkan data atau informasi untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap mengenai topik yang diteliti. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan melalui observasi,
dokumen penilaian, dan perangkat pembelajaran.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal dan
melakukan pengumpulan data di lapangan hingga peneliti mendapatkan seluruh data. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Pandangan Miles dan Huberman
yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
kurikulum merdeka yang kini sudah diformalkan menjadi kurikulum merdeka. Di sekolah mengemudi,
pelatihan diberikan di awal. Setelah terpilih menjadi sekolah penggerak, ada pelatihan yang melibatkan
komite pembelajaran (diwakili oleh 1 guru kelas X, 1 guru pendidikan agama Islam, 1 guru olahraga, 1
kepala sekolah, dan 1 pengawas). Setelah menjadi sekolah penggerak, kurikulum operasional sekolah
(sebelumnya kurikulum tingkat satuan pendidikan) disebut kurikulum operasional sekolah (Hariyono, 2022).
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum (Nuraini, 2022), terungkap
beberapa pernyataan terkait kurikulum merdeka dan peningkatan mutu di lembaga pendidikan, yaitu;
a) Kurikulum merdeka dilaksanakan pada tahun 2022-2023 dan hanya di kelas X; selebihnya menggunakan
kurikulum 13;
b) Tidak ada kendala tetapi hanya melaksanakan kebijakan dari pemerintah karena terkait kondisi
pandemi maka diadakan (loss learning) karena kesulitan dalam Kegiatan Belajar Mengajar, kurikulum
merdeka adalah harapan dari pemerintah maka dari itu sekolah tersebut juga menggunakan kurikulum
merdeka untuk mengatasi (loss learning) akibat pandemi.
c) kalau kurikulum 13 itu dari pemerintah, pemerintah yang menentukan aturan untuk semester 1 dan 2.
Namun di kurikulum 13, ada keleluasaan guru untuk mengatur materi yang akan disampaikan, apakah
di semester 1 atau 2, karena di kurikulum merdeka ada pembelajaran proyek, untuk pembelajaran proyek
dibutuhkan waktu 30% dan 70% pembelajaran intrakulikuler. Dalam 70%, guru memiliki keleluasaan
untuk mengatur pembelajaran di kelas.
d) Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan persiapan, karena masih baru, maka perlu
adanya informasi mengenai kurikulum merdeka, yang dilakukan dengan mempersiapkan guru-guru
untuk memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum merdeka. Oleh karena itu, para guru mengikuti
workshop baik secara online maupun offline yang diadakan oleh pemerintah maupun dinas
pendidikan; sekolah juga mengadakan workshop sendiri dengan mendatangkan narasumber yang
berkaitan dengan kurikulum merdeka.
e) Strategi implementasi untuk siswa adalah mereka diberikan pemahaman tentang kurikulum merdeka
dan diberikan gambaran bahwa dalam kurikulum merdeka akan ada tiga pelajaran, yaitu
ekstrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Siswa telah diadakan sosialisasi untuk memahami
dan melaksanakan kurikulum baru dengan baik.
f) Strategi implementasi yang dilakukan guru adalah mengikuti workshop dan melakukan persiapan,
misalnya membuat capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah mereka uraikan menjadi
tujuan pembelajaran, dari tujuan pembelajaran dan dijabarkan menjadi indikator-indikator dari target
tersebut. Oleh karena itu, guru terus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
kurikulum merdeka.
g) Strategi guru untuk siswa dalam kurikulum merdeka adalah guru diharapkan melakukan koordinasi,
artinya ketika di kelas tidak menyamaratakan perlakuan yang sama, jadi di kelas dibagi menjadi
kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Jadi guru harus mempersiapkan hal itu, terutama dengan
memperhatikan kontennya, dan prosesnya harus berbeda, kemudian penilaian evaluasinya juga harus
berbeda, tidak bisa menyamaratakan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas X serta studi dokumentasi
menunjukkan bahwa mereka telah membuat perencanaan pembelajaran kurikulum mandiri berupa
perangkat pembelajaran dengan pedoman pembuatan perangkat pembelajaran kurikulum protopin yaitu
menganalisis hasil belajar untuk mengembangkan tujuan dan alur pembelajaran, merencanakan penilaian
diagnostik, mengembangkan modul pembelajaran yang menyesuaikan pembelajaran dengan tahap
pencapaian dan karakteristik peserta didik dan merencanakan penilaian formatif dan sumatif (Hariyono,
2022; Anshori, 2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi kurikulum merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan kurikulum dari sebuah
rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci. Berikut ini adalah implementasi kurikulum
mandiri di SMAN 2 Jember berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah (Hariyono, 2022):
a) Hingga tahun 2023 masih ada pilihan untuk menjalankan kurikulum 13, kurikulum darurat, atau
kurikulum merdeka, namun pada tahun 2024 harus menjalankan kurikulum merdeka tanpa seleksi lagi.
b) Untuk saat ini, kurikulum merdeka hanya diterapkan pada kelas X.
c) Peserta didik menjadi pusat pembelajaran.
d) Pembelajaran lebih banyak dilakukan secara berkelompok, sehingga terbangun sikap gotong royong
seperti studi kasus dan siswa bisa mengikutinya dengan baik meskipun beberapa anak sulit untuk
diketahui dengan latar belakang di suatu sekolah dalam satu kelas, tentu tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama. Ada yang pintar semua namun memiliki kemampuan literasi yang berbeda, dan ada
juga yang sama-sama kompeten. Namun, ketika diberikan tugas yang sama, hasilnya tetap berbeda
karena kemampuan membaca dan literasi siswa dalam memahami internet berbeda-beda. Sebaliknya, dalam
proyek tersebut, guru telah melakukan kontekstualisasi dengan langsung menggunakan studi file, yaitu belajar
langsung di lapangan.
Kurikulum merdeka adalah pembelajaran yang berdiferensiasi, jadi guru melakukan strategi dengan
membagi siswa di kelas menjadi dua kelompok sesuai dengan kemampuannya. Yakni ada kelompok
bawah dan kelompok atas, sehingga perkembangan dari awal penerapan kurikulum merdeka di SMAN 2
Jember hingga saat ini berjalan lebih baik dari sebelumnya, sedangkan jika berbicara hasil dari kurikulum
merdeka dari peserta didik masih membutuhkan pembiasaan karena peserta didik terbiasa dengan era
Covid-19 (Rofiki, Zubaidi, et al, 2022) yaitu terbiasa dengan pembelajaran seperti sering mendengarkan
ceramah, penjelasan, teori, dan open book sehingga ketika diberikan tugas dengan close book siswa
kebingungan karena belum terbiasa, sehingga masih perlu pembiasaan untuk menjadi lebih baik.
Hambatan dalam menjalankan kurikulum merdeka bagi guru masih meraba-raba, maksudnya
meraba-raba bagaimana cara menggunakan modul yang benar, menyusun penilaian yang tepat, dan lain-
lain. Sedangkan dari segi siswa, kendala kurikulum merdeka ini ada pada pembelajaran diferensiasi ini
karena sekarang masih di era zonasi, jadi ada siswa di dalam kelas yang kemampuannya berbeda-beda.
Kurikulum merdeka ini baru diterapkan di kelas X di SMAN 2 Jember.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan di SMAN 2 Jember setelah menerapkan kurikulum merdeka
yaitu dengan mengadakan In House Training (Diana, 2021) terkadang Guru Mata Pelajaran Musyawah
(Rofiki, 2019) mengadakan pelatihan untuk kurikulum merdeka, jadi upaya sekolah untuk meningkatkan
kualitas guru agar mencapai target sesuai standar pemerintah tentang kurikulum merdeka, dan yang kedua
cara kontrol sekolah sangat baik, Cara menghadapi siswa di dalam kelas adalah sekolah sangat
menerapkan bimbingan konseling, jadi jika ada siswa yang bermasalah atau tidak ada masalah tetapi
membutuhkan bimbingan mental maka guru selalu berkolaborasi dengan Bimbingan Konseling, dan ada
juga bimbingan guru mata pelajaran secara personal yang dilakukan pada siswa yang bermasalah. Cara
menangani siswa di dalam kelas dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan memberikan perhatian
lebih pada siswa yang berada pada kelompok kategori rendah, cara membagi kelompok tersebut yaitu
dengan memberikan tes berdiferensiasi secara serentak dan dibagi sesuai dengan kategori siswa tersebut, dan
kategori yang digunakan ada beberapa, salah satunya yaitu kategori berdasarkan kemampuan belajar dan
kategori diferensiasi gaya belajar, langkah pertama yang dilakukan yaitu tes berdiferensiasi, dengan
menggunakan nilai harian sebelumnya, dengan menggunakan kebiasaan siswa.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan menurut salah satu guru karena masih belum ada
evaluasi selama satu tahun, kita masih perlu menilai hasil dari kurikulum merdeka, jadi belum bisa
mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Hambatan dalam melaksanakan kurikulum merdeka yaitu dalam
pembagian waktu mengajar SMAN 2 Jember masih perlu mencari waktu yang lebih banyak karena belum
terbiasa melaksanakan kurikulum merdeka, Jadi guru hanya mengikuti instruksi dari pusat mengenai
pembelajaran.
Adapun penjelasan dari salah satu siswa kelas X di SMAN 2 Jember, siswa merasa kaget dengan
penerapan kurikulum merdeka karena tidak ada penjurusan tetapi diganti dengan proyek, yaitu proyek
Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, dan Kewirausahaan. Cara pembelajaran di kelas adalah 30%
untuk kegiatan proyek dan 70% untuk pembelajaran biasa, jadi dalam 1 tahun ada 3 proyek yaitu pada
semester ganjil melakukan proyek Ilmu Pengetahuan Alam yaitu membuat tepung dari buah-buahan atau
sayuran dan membuat olahan makanan dan mengolah barang bekas di sekolah dan ditampilkan dalam
sebuah pertunjukkan di pameran sekolah, yang kedua proyek Bahasa Indonesia yaitu membuat sebuah
pertunjukkan yaitu tentang budaya dengan tema kearifan lokal dan modernisasi, dan pada semester genap
ada proyek kewirausahaan, sedangkan dengan adanya kurikulum merdeka untuk siswa kelas X yang
masih labil sangat membantu sekali karena dalam kurikulum merdeka ini tidak ada penjurusan khusus
jadi mereka mempelajari semuanya dengan 3 proyek tersebut, dan adanya kendala dalam membuat produk
pemecahan masalah dalam pembelajaran 3 dalam proyek dan pembelajaran biasa, kendalanya adalah
Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 403
dalam proyek siswa kesulitan dalam membuat proposal sebelum mengadakan proyek, selain itu siswa
tidak bisa fokus dengan jurusan yang diinginkan, sehingga di SMAN 2
Jember kelas X rata tanpa penjurusan, namun menurut siswa, mereka lebih nyaman dengan kurikulum
sebelumnya karena lebih sinkron dengan tujuan jurusan yang mereka inginkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kurikulum merupakan kumpulan dari sekumpulan nilai yang
diinternalisasikan oleh siswa, baik nilai dalam bentuk kognitif maupun afektif. Pengembangan kurikulum
Merdeka adalah kegiatan yang berupaya menyusun atau merancang kurikulum baru, mengubah dan
menyempurnakan/menyempurnakan kurikulum, mengimplementasikan kurikulum, dan mengendalikan
kurikulum pendidikan dasar. Pengendalian ini meliputi kegiatan pemantauan dan evaluasi kurikulum,
serta penyempurnaan kurikulum berdasarkan masukan dari hasil pemantauan dan evaluasi kurikulum
pendidikan dasar yang telah dipraktekkan di lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah dengan
berbagai jenis ragam yang diupayakan.
REFERENSI
Afida, I., Diana, E., & Agus Puspita, D. M. Q. (2021). Merdeka Belajar dan Pendidikan Kritis Paulo
Friere dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 12(02),
45-61. https://doi.org/10.36835/falasifa.v12i02.553
Andriyani, A. (2022). Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 2 Jember.
Anshori, A. (2022). Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 2 Jember.
Asri, M. (2017). Dinamika Kurikulum Di Indonesia. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 4(2), 192-202.
Assingkily, M. S. (2020). Upaya Mewujudkan Program Kampus Merdeka Pada Kurikulum PGMI STIT
Al Ittihadiyah Labuhanbatu Utara. At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(2),
62. https://doi.org/10.30736/atl.v4i2.263
Dewi, A. U. (2021). Reformasi kurikulum dalam desentralisasi pendidikan di Indonesia: pengaruhnya
terhadap prestasi siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 40(1), 158-169.
https://doi.org/10.21831/cp.v40i1.33821
Diana, E. (2021). Urgensi In House Training dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Basicedu, 5(5), Article 5. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1323
Diana, E., & Rofiki, M. (2020). Analisis Metode Pembelajaran Efektif Di Era New Normal. Jurnal
Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 3(2), Article 2. https://doi.org/10.31004/jrpp.v3i2.1356
Dirjen Dikti Kemendikbud. (2020). Buku-Panduan-Merdeka-Belajar-Kampus-Merdeka-2020.pdf. Dirjen
Dikti Kemendikbud.
Hariyono, H. (2022). Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Jember.
Insani, F. D. (2019). Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak Awal Kemerdekaan Hingga Saat
Ini. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 43-64.
https://doi.org/10.51226/assalam.v8i1.132
Jamun, Y. M. (2018). Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, 10(1),
48-52.
Jauhari, M., Rofiki, M., & Farisi, Y. A. (2017). Penilaian Autentik Dalam Sistem Evaluasi Pengembangan
Kurikulum 2013. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 4 ( 1), Artikel 1 .
https://doi.org/10.33650/pjp.v4i1.908
Kemendikbud. (2022). Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kemendikbud.
Lusiman, L., Wafa, A., & Diana, E. (2017). Pengembangan struktur organisasi kurikulum dalam rangka
membangun sekolah unggul. Jurnal Pedagogik, 4(1), 117-125.
Luturmas, Y., Diana, E., Abdusshomad, A., & Satria Wiranata, Rz. R. (2022). Implementasi Struktur
Kurikulum Berdasarkan Kemendikbudristek No 371/M/2021 Dan Pp No 57 Tahun 2021 Pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Tahun Ajaran 2022/2023 Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal
Multidisipliner Bharasa, 1(2), 71-81. https://doi.org/10.56691/jurnalmultidisiplinerbharasa.v1i2.243
Akses Terbuka: https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio
Jurnal Educatio, 9(1), 2023, 394-401 405
Ningsih, N. (2018). Manajemen Pembaharuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru.
Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan (ALIGNMENT), 1(2), 83-91.
https://doi.org/10.31539/alignment.v1i2.484
Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran. Inovasi Kurikulum,
19(2), 251-262.
Nuraini, V. (2022). Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum SMAN 2 Jember.
Rahmansyah, M. F. (2021). Merdeka Belajar: Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah/Madrasah.
Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 47–52.
https://doi.org/10.18860/rosikhun.v1i1.13905
Restu, R., Sriadhi, S., Gultom, S., & Ampera, D. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-
Kampus Merdeka Berbasis Platform RI 4.0 Di Universitas Negeri Medan. Jurnal Psikologi Sekolah
Positif, 6(6), 2022.
Rofiki, M. (2019). Urgensi Supervisi Akademik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Di Era Industri
4.0. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 2(3), Artikel 3.
Rofiki, M., Sholeh, L., & Akbar, A. R. (2021). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Daya
Saing Sekolah Menengah Atas di Era New Normal. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4057-4065.
Rofiki, M., Zubaidi, A., & Umam, M. K. (2022). Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan
kewirausahaan di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Sastra (IJEL), 1(3), 58-67.
Rofiki, M., Diana, E., & Amin, M. F. (2022). Perilaku Asertif Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Sekolah
Unggul. Jurnal Basicedu, 6(3), 4025-4034. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2788
Suryaman, M. (2020). Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Daring Nasional:
Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, 21(Oktober), 13-28.
Suryana, Y., & Ismi, F. M. (2019). Manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu lulusan. Jurnal Isema
: Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 257-266. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.6026
Wahyudin, D. (2016). Manajemen Kurikulum Dalam Pendidikan Profesi Guru (Studi Kasus Di
Universitas Pendidikan Indonesia). Jurnal Kependidikan, 46(2), 259-279.
Yuhasnil, Y. (2020). Manajemen Kurikulum dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal
Administrasi dan Manajemen Pendidikan (ALIGNMENT), 3(2), 214-221.
https://doi.org/10.31539/alignment.v3i2.1580