Anda di halaman 1dari 34

BAB I

KONSEP DASAR KURIKULUM MERDEKA

A. Latar Belakang Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka merupakan program kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dirancangkan oleh
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada tahun 2022 sebagai respon
terhadap berbagai permasalahan dalam pendidikan di Indonesia. Latar belakang
diterapkannya kurikulum merdeka yaitu berdasarkan hasil penelitian
Programme for International Student Assesment (PISA) menunjukkan hasil
penilaian pada peserta didik Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari
bawah untuk bidang matematika dan literasi. Satu aspek lainnya adalah survei
karakter yang menekankan pencaria nilai-nilai budi pekerti, agama, dan
Pancasila yang telah dipraktekkan peserta didik. Konsep Merdeka Belajar ala
Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya menciptakan suasana belajar
yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu (Idris,
2023).

Gambar 1.2. Grafik Hasil PISA dari Tahun 2000-2022


Sumber: BSKAP Kemendikbudrisrek 2024
Melihat perkembangan hasil PISA dari tahun 2000-2022, dapat kita catat
berbagai hal penting. Secara umum capaian nilai PISA Indonesia masih jauh di
bawah. rata-rata negara anggota OECD. Capaian literasi, numerasi, dan sains
sempat naik dalam beberapa tahun, kemudian kembali turun. Ketika Pandemi
Covid-19 melanda dunia sejak awal 2020, PISA kembali menyelenggarakan
asesmen pada tahun 2022, Pandemi Covid-19 yang banyak membatasi ruang
gerak pendidikan dan proses pembelajarannya menyebabkan terjadinya
learning loss secara signifikan. Berdasarkan hasil PISA 2022, capaian literasi,
numerasi, dan sains peserta didik Indonesia secara internasional mengalami
penurunan yang signifikan, namun penurunan nilai yang dialami Indonesia lebih
sedikit dibanding banyak negara lain, sehingga membuahkan kenaikan posisi
kita dalam peringkat internasional (BSKAP Kemendekbidristek, 2024).
Kesenjangan kualitas pembelajaran yang cukup besar antara sekolah di
daerah maju dan tertinggal juga menjadi latar belakang diterapkannya
Kurikulum Merdeka. Kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
infrastruktur sekolah, kualitas guru, dan akses terhadap sumber belajar yang
diperbesar oleh pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 menyebabkan
disrupsi signifikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh selama
pandemi memiliki kendala seperti akses internet terbatas dan kesenjangan
kemampuan teknologi.
Dunia terus mengalami perubahan dan pekembangan sehingga generasi
masa depan perlu memiliki keterampilan berbeda untuk bersaing di dunia
global. Kurikulum Merdeka dirancang untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah,
komunikasi, dan kolaborasi. Kurikulum Merdeka menyempurnakan kurikulum
sebelumnya dengan fokus pada pengembangan karakter dan kompetensi peserta
didik, serta memberikan fleksibilitas bagi guru dan satuan pendidikan untuk
berinovasi dalam pembelajaran.

B. Prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka


Menurut Syarifuddin Idris (2023), prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan
dalam perancangan Kurikulum Merdeka, sebagai berikut.
1) Perancangan kurikulum atau standar capaian dalam setiap disiplin ilmu
memperhatikan aspek focus, keajegan, dan koherensi.
2) Rancangan kurikulum berlaku untuk seluruh disiplin ilmu, prinsip
kemampuan untuk transfer kompetensi, interdisipliner dan pilihan.
3) Rancangan kebijakan kurikulum pada level makro memegang prinsip
otentisitas, fleksibilitas, dan kesalarasan.
4) Proses kerja perancangan kurikulum menganut prinsip pelibatan
(engagement), keberdayaan atau kemerdekaan peserta didik serta
keberdayaan atau kemerdekaan.
Empat prinsip tersebut merupakan salah satu yang dijadikan rujukan
dalam menetapkan desain Kurikulum Merdeka. Namun, landasan utama desain
Kurikulum Merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar sebagaimana dinyatakan
dalam Rencana Strategis Kemenristekbud 2020-2024. Permendikbud tersebut
mengindikasikan bahwa Merdeka Belajar mendorong perubahan paradigma,
termasuk paradigma terkait kurikulum dan pembelajaran. Dalam mendukung
upaya ini, kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar akan
berkarakteristik fleksibel, berdasarkan kompetensi, berfokus pada
pengembangan karakter dan keterampilan lunak (soft skills), dan akomodatif
terhadap kebutuhan dunia (Sukmawati, dkk, 2023).
Menurut Syarifuddin Idris (2023), Filosofi Merdeka Belajar dicetuskan
oleh Bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara yang juga menjadi landasan penting
dalam memformulasi prinsip desain kurikulum. Visi Ki Hajar Dewantara yang
memadukan kemampuan kognitif, kecerdasan sosial- emosional, kemauan untuk
belajar, bersikap, dan mengambil Tindakan atau afektif dalam rangka
melakukan perubahan, mendapatkan momentum terutama pada konteks
sekarang. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional dan visi pendidikan
para pendiri bangsa (founding fathers). Maka prinsip sederhana, mudah
dipahami dan diimplementasikan, fokus pada kompetensi dan karakter semua
peserta didik, fleksibel, selaras, bergotong royong, dan memperkuat hasil kajian
dan umpan balik harus jadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum.

C. Tujuan dan Karakteristik Kurikulum Merdeka


1. Tujuan Kurikulum Merdeka
Beberapa kajian nasional dan internasional memperlihatkan
bahwasannya Indonesia mengalami krisis pendidikan sejak dulu. Untuk
mengatasi berbagai tantangan itu, dibutuhkan adanya perubahan yang
terstruktur, salah satunya yaitu kurikulum. Kurikulum menjadi penentu
materi yang akan menjadi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kurikulum
juga memberi dampak terhadap kecepatan dan metode pengajaran yang
diajarkan guru demi memenuhi kebutuhan siswa. Dengan hal itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kurikulum merdeka
sebagai bagian penting dari usaha pemulihan pembelajaran dari krisis yang
Indonesia alami sejak dulu (Neliwati, dkk, 2023).
Kemendikbudristek (2024), menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka
memiliki tujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan efektif
dalam meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan akhlak mulia serta menumbuhkembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta
didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila. Dalam hal
ini, konsep pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila diwujudkan
atau diuraikan dalam profil pelajar Pancasila. Rumusan profil pelajar
Pancasila sejatinya mendasarkan pada pertimbangan terjadinya perubahan
dalam konteks global yang harus direspons, termasuk terkait dunia kerja,
perubahan sosial, budaya, dan politik, dan adanya kepentingan nasional
terkait dengan budaya bangsa, nasionalisme, dan agenda pembangunan
nasional yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila.
Tujuan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk profil pelajar
Pancasila. Profil Pelajar Pancasila dirumuskan sebagai "Pelajar Indonesia
merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila". Berdasarkan urgensi dan
perwujudan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dibangun dalam diri
pelajar Indonesia, dirumuskan 6 (enam) dimensi profil yang semuanya harus
terbangun bersama-sama dalam diri setiap individu pelajar Indonesia. Enam
dimensi Profil Pelajar Pancasila tersebut yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Bergotong- royong, (3)
Bernalar Kritis, (4) Berkebinekaan global, (5) Mandiri, dan (6) Kreatif.

Gambar 1.2. Profil Pelajar Pancasila


Sumber: BSKAP Kemendikbudristek, 2024

2. Karakteristik Kurikulum Merdeka


BSKAP Kemendikbudristek (2024), menjelaskan bahwa terdapat
empat karakteristik pembelajaran Kurikulum Merdeka sebagai berikut.
a. Memanfaatkan Penilaian atau Asesmen Awal, Proses, dan Akhir
Untuk Memahai Kebutuhan Belajar dan Perkembangan Proses
Belajar Peserta Didik
Teknik asesmen yang digunakan atau dikembangkan oleh guru
harus betul-betul menghasilkan data atau informasi yang berguna dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini
asesmen awal sangat penting. sebagai pertimbangan guru dalam
menentukan. tujuan pembelajaran, asesmen berikutnya- yakni asesmen
formatif dan sumatif-yang akan digunakan, strategi atau metode
pembelajaran, termasuk juga media dan lingkungan belajar pendukung
pembelajaran. Berikutnya, yang tidak kalah penting adalah penilaian
formatif yang berorientasi memberikan umpan balik (feedback) bagi
anak didik atas capaian belajarnya. Tak hanya itu, hasil belajar dari
penilaian formatif juga menjadi bahan bagi guru untuk memodifikasi
rencana pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik menjadi lebih
baik

b. Menggunakan Pemahaman Tentang Kebutuhan Posisi Peserta Didik


Untuk Melakukan Penyesuaian Pembelajaran
Pembelajaran harus menyesuaikan kemampuan dan kecepatan
belajar peserta didik, maka sudah seharusnya rencana dan proses
pembelajaran diarahkan untuk betul-betul memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik. Jadi, bukan siswa yang terlalu dituntut untuk mengikuti
desain atau skenario pembelajaran, melainkan desain atau skenario
pembelajaran harus dapat memenuhi kebutuhan dan posisi peserta didik.
Dengan demikian, rancangan pembelajaran, diarahkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan peserta didik yang sering beragam. Dalam hal ini
dua jenis asesmen penting sekali perannya, yaitu asesmen awal dan
asesmen formatif yang dijalankan sepanjang proses pembelajaran.

c. Memprioritaskan Kemajuan Belajar Peserta Didik Dibandingkan


Cakupan dan Ketuntasan Muatan Kurikulum Yang Disampaikan
Prinsip pembelajaran berpusat pada siswa memberikan dasar
pemahaman bahwa pembelajaran harus melayani kebutuhan peserta
didik, dan jika capaian belajar dan kecepatan belajar tiap peserta didik
berbeda- beda, maka pembelajaran juga mestinya didesain untuk
melayani keragaman tersebut. Inilah yang disebut sebagai pembelajaran
berdiferensiasi (differentiated learning), yakni pembelajaran didesain
berbeda antara satu anak didik dan lainnya karena perbedaan daya
tangkap, kecepatan belajar, dan sejenisnya.
d. Didasarkan pada Refleksi Atas Kemajuan Belajar Peserta Didik
Yang Dilakukan Secara Kolaboratif dengan Pendidik Lain
Kunci dari upaya perubahan di kelas adalah adanya refleksi guru
atas capaian pembelajaran di kelasnya. Tanpa refleksi guru akan
cenderung terjebak pada upaya untuk sekadar mengejar target
penuntasan materi yang hendak diajarkan dalam periode waktu belajar
tertentu. Refleksi merupakan waktu jeda bagi guru untuk mengamati dan
menganalisis data dan informasi pembelajaran di kelas, baik yang berasal
terutama dari hasil belajar siswa, maupun keseluruhan proses
pembelajaran di kelas, termasuk antusiasme belajar siswa, keterlibatan
(engagement) dan partisipasi belajar siswa. Capaian belajar siswa yang
perlu diperhatikan bukan hanya dalam ranah kognitif saja, melainkan
juga keterampilan (skills) dan juga afektif atau sikap dan perilaku siswa.

D. Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Sebelumnya


Analisis data pada penelitian menunjukan bahwa perubahan kurikulum
yang terjadi antara kurikulum 2013 sampai dengan kurikulum merdeka begitu
banyak perubahan yang terjadi. Kurikulum 13 berbasis kompetensi berfokus
pada perolehan kompetensi tertentu bagi para siswa. Maka dari itu, kurikulum
ini berisikan beberapa kompetensi serta berbagai tujuan pembelajaran yang
dibuat dengan berbagai macam bentuk, sehingga hal yang dicapai bisa dilihat
dalam bentuk sifat ataupun keterampilan siswa sebagai acuan keberhasilannya.
Proses belajar mengajar memerlukan suatu arah supaya bisa membantu siswa
dalam memahami sedikitnya level kompetensi minimal, supaya siswa bisa
mengapai tujuan yang telah ditetapkan (Sari, Dadang, S., dan Dadang, A.,
2023).
Tabel 1.1. Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
Aspek Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
Kerangka Rancangan landasan utama Rancangan landasan utama
Dasar Kurikulum 2013 adalah Kurikulum Merdeka adalah
tujuan Sistem Pendidikan tujuan Sistem Pendidikan
Nasional dan Standar Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan. Nasional Pendidikan.

Mengembangkan profil
pelajar Pancasila pada peserta
didik.
Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) yang Capaian pembelajaran yang
yang Dituju berupa lingkup dan urutan disusun per fase
(scope and sequence) yang
dikelompokkan pada empat Capaian Pembelajaran
Kompetensi Inti (KI) yaitu: dinyatakan dalam paragraf
Sikap Spiritual, Sikap Sosial, yang merangkaikan
Pengetahuan, dan pengetahuan, sikap, dan
Keterampilan. keterampilan untuk
mencapai, menguatkan, dan
KD dinyatakan dalam bentuk meningkatkan kompetensi.
point-point dan diurutkan
untuk mencapai KI yang
diorganisasikan pertahun.
Struktur Jam Pelajaran (JP) diatur per Struktur kurikulum dibagi
Kurikulum minggu. Satuan mengatur menjadi 2 (dua) kegiatan
alokasi waktu pembelajaran pembelajaran utama, yaitu:
secara rutin setiap minggu a. pembelajaran reguler atau
dalam setiap semester, rutin yang merupakan
sehingga pada setiap semester intrakurikuler; dan
peserta didik akan kegiatan
mendapatkan nilai hasil b. projek penguatan profil
belajar setiap mata pelajaran. pelajar Pancasila.

Satuan pendidikan Jam Pelajaran (JP) diatur per


menggunakan diarahkan tahun. Satuan pendidikan
pendekatan pengorganisasian dapat mengatur alokasi waktu
pembelajaran berbasis tematik pembelajaran secara fleksibel
integratif. untuk mencapai JP yang
ditetapkan

Satuan pendidikan dapat


menggunakan pendekatan
pengorganisasian
Aspek Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
pembelajaran berbasis mata
pelajaran, tematik, atau
terintegrasi.
Pembelajaran Pendekatan pembelajaran Menguatkan pembelajaran
menggunakan satu terdiferensiasi sesuai tahap
pendekatan yaitu pendekatan capaian peserta didik.
saintifik untuk semua mata
pelajaran. Paduan antara pembelajaran
intrakurikuler (sekitar 70-
Pada umumnya, pembelajaran 80% dari jam pelajaran) dan
terfokus hanya pada kokurikuler melalui projek
intrakurikuler (tatap muka), penguatan profil pelajar
untuk kokurikuler Pancasila (sekitar 20-30%
dialokasikan beban belajar jam pelajaran).
maksimum 50% diluar jam
tatap muka, tetapi tidak
diwajibkan dalam bentuk
kegiatan yang direncanakan
secara khusus, sehingga pada
umumnya diserahkan kepada
kreativitas guru pengampu.
Penilaian Penilaian formatif dan sumatif Penguatan pada asesmen
oleh pendidik berfungsi untuk formatif dan penggunaan
memantau kemajuan belajar, hasil asesmen untuk
memantau hasil belajar, dan merancang pembelajaran
mendeteksi kebutuhan sesuai tahap capaian peserta
perbaikan hasil belajar peserta didik.
didik secara
berkesinambungan. Menguatkan pelaksanaan
penilaian autentik terutama
Menguatkan pelaksanaan dalam projek penguatan
penilaian autentik pada setiap profil pelajar Pancasila.
mata pelajaran.
Tidak ada pemisahan antara
Penilaian dibagi menjadi penilaian sikap, pengetahuan,
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
dan keterampilan
Perangkat Pedoman implementasi Panduan Pembelajaran dan
Kurikulum kurikulum, Panduan Asesmen, panduan
Penilaian, dan Panduan pengembangan kurikulum
Pembelajaran setiap jenjang. operasional sekolah, panduan
pengembangan projek
penguatan profil pelajar
Pancasila, panduan
pelaksanaan pendidikan
Aspek Kurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
inklusif, panduan penyusunan
program pembelajaran
individual, modul layanan
bimbingan konseling.
(Pratycia, dkk, 2023).
BAB II
STRUKTUR DAN PENILAIAN KURIKULUM MERDEKA

A. Struktur Kurikulum Merdeka


Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada pasal 36 ayat 3 menyebutkan bahwa struktur kurikulum
merupakan pengorganisasian atas kompetensi, muatan pembelajaran, dan beban
belajar. Hal ini yang kemudian menjadi acuan dalam perumusan struktur
Kurikulum Merdeka. Struktur kurikulum dalam Kurikulum Merdeka terdiri atas:
(a) intrakurikuler; dan (b) kokurikuler. Selain itu, struktur kurikulum dapat
dilengkapi dengan ekstrakurikuler sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan. Intrakurikuler dan kokurikuler memuat kompetensi, muatan
pembelajaran, dan beban belajar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
sedangkan ekstrakurikuler dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Berikut struktur kurikulum yang dijelaskan dalam buku Kajian Akademik:
Kurikulum Merdeka tahun 2024.
1. Intrakulikuler
a. Kompetensi
Kompetensi dalam intrakurikuler dirumuskan dalam Capaian
Pembelajaran (CP). CP adalah kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik di akhir setiap fase. CP dirancang dengan mengacu
pada SKL, Standar Isi, serta landasan-landasan perancangan kurikulum
yang dibahas sebelumnya. Capaian Pembelajaran merupakan
pembaharuan dari KI dan KD, yang dirancang untuk terus menguatkan
pembelajaran yang fokus pada pengembangan kompetensi.
Pengurangan konten
Penyederhanaan kurikulum melalui pengurangan konten atau materi
pelajaran bukan berarti standar capaian yang ditetapkan menjadi lebih
rendah. Sebaliknya, kurikulum berfokus pada materi pelajaran yang
esensial. Materi esensial ini dipelajari dengan lebih leluasa, tidak terburu-
buru sehingga peserta didik dapat belajar secara mendalam,
mengeksplorasi suatu konsep, melihatnya dari perspektif yang berbeda,
melihat keterkaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lain,
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya di situasi yang berbeda
dan situas nyata, sekaligus merefleksikan pemahamannya tentang konsep
tersebut.
Penggunaan Fase
Perbedaan lain antara KI-KD dalam Kurikulum 2013 dengan CP dalam
Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu yang dialokasikan untuk
mencapai kompetensi yang ditargetkan. Sementara KI-KD ditetapkan per
tahun, CP dirancang berdasarkan fase-fase. Fase adalah tahapan
perkembangan belajar peserta didik. Rentang waktu yang lebih panjang
ditetapkan agar materi pelajaran tidak terlalu padat dan peserta didik
mempunyai cukup banyak waktu untuk memperdalam materi dan
mengembangkan kompetensi. Satu Fase memiliki rentang waktu yang
berbeda- beda, yaitu:
(1) Fase Fondasi yang dicapai di akhir PAUD
(2) Fase A umumnya untuk kelas I sampai II SD/sederajat
(3) Fase B umumnya untuk kelas III sampai IV SD/sederajat
(4) Fase C umumnya untuk kelas V sampai VI SD/sederajat
(5) Fase D umumnya untuk kelas VII sampai IX SMP/sederajat
(6) Fase E untuk kelas X SMA/sederajat
(7) Fase F untuk kelas XI sampai XII SMA/sederajat.
Perumusan CP
CP dirumuskan dalam bentuk paragraf/narasi untuk menggambarkan
rangkaian konsep dan keterampilan kunci yang ditargetkan untuk diraih
oleh peserta didik yang ditunjukkan dengan performa yang nyata. Dalam
penulisannya, struktur CP tidak berdasarkan domain-domain pemahaman,
sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan berbasis pada kompetensi
dan/atau konsep yang esensial dari setiap mata pelajaran. Kompetensi dan
konsep tersebut disebut sebagai elemen-elemen yang menjadi ciri khas
setiap mata pelajaran, dan elemen ini kemudian dinyatakan
perkembangannya dari satu fase ke fase berikutnya.

b. Muatan Pembelajaran
Perubahan muatan pembelajaran dalam bentuk mata pelajaran
merupakan salah satu upaya untuk mengakomodasi peserta didik untuk
memiliki dan mengembangkan kompetensi dan karakter yang diperlukan
di masa kini dan masa yang akan datang dengan waktu yang cukup.
Seiring dengan tujuan tersebut, perubahan ini juga dilakukan sebagai
upaya meningkatkan keselarasan pembelajaran antara satu jenjang dan
jenjang berikutnya. Dengan penyesuaian muatan pembelajaran seperti
status mata pelajaran (misalnya dari tidak wajib menjadi mata pelajaran
wajib atau dianjurkan), perubahan tujuan mata pelajaran, perubahan atau
pengurangan konten menjadi materi esensial saja, perkembangan peserta
didik diharapkan dapat lebih optimal.
Berikut adalah beberapa perubahan dalam mata pelajaran di
Kurikulum Merdeka:
1. Perubahan nama mata pelajaran Pendidikan Pancasila
Di Kurikulum Merdeka, terdapat perubahan nama mata
pelajaran yang sebelumnya Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) menjadi Pendidikan Pancasila. Hal ini
dilakukan sebagai akomodasi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor
44 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 57
Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menggunakan
istilah Pendidikan Pancasila.
2. Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib di SD.
Hal ini didorong oleh tiga hal: (1) bahasa Inggris sebagai
kebutuhan seluruh anak Indonesia, (2) keselarasan kurikulum Bahasa
Inggris,dan (3) pemerataan kualitas pembelajaran. Bahasa Inggris
telah menjadi lingua franca atau basantara, termasuk untuk
masyarakat di Asia Tenggara yang menggunakan bahasa ibu dan
bahasa resmi yang berbeda-beda.
3. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di jenjang SD
IPAS merupakan mata pelajaran yang ditujukan untuk
membangun kemampuan literasi sains dasar. Muatan ini merupakan
fondasi untuk menyiapkan peserta didik mempelajari ilmu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial yang lebih kompleks
di jenjang SMP. Ketika mempelajari lingkungan sekitarnya, peserta
didik di jenjang SD melihat fenomena alam dan sosial sebagai suatu
fenomena yang terintegrasi, dan mereka mulai berlatih membiasakan
diri untuk mengamati atau mengobservasi, mengeksplorasi, dan
melakukan kegiatan yang mendorong kemampuan inkuiri lainnya
yang sangat penting untuk menjadi pondasi sebelum mereka
mempelajari konsep dan topik yang lebih spesifik di mata pelajaran
IPA dan IPS yang akan mereka pelajari di jenjang SMP.
4. Informatika menjadi mata pelajaran wajib di jenjang SMP
Informatika mengajarkan keterampilan yang tidak hanya relevan
untuk pengguna komputer dan teknologi digital, tetapi juga
kemampuan berpikir komputasi (computational thinking) yang
membangun keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving),
berpikir logis, sistematis, mengolah dan menggunakan data, serta
kemampuan berpikir sistem (system thinking). Mengingat pentingnya
kemampuan tersebut untuk mengembangkan literasi dan numerasi,
maka mata pelajaran Informatika, yang sebelumnya merupakan mata
pelajaran pilihan dalam Kurikulum 2013, mulai diwajibkan dalam
Kurikulum Merdeka di jenjang SMP dan SMA Kelas X, dan
kemudian menjadi salah satu mata pelajaran pilihan di kelas XI dan
XII.
5. Perubahan orientasi mata pelajaran PJOK
Tujuan utama dari Pendidikan Kesehatan adalah agar peserta
didik mampu mengambil keputusan terkait kesehatan untuk diri dan
lingkungan sekitarnya menjadi sehat dan bugar secara fisik, mental,
dan sosial. Peserta didik juga memahami jati dirinya sehingga dapat
membentuk citra diri yang baik untuk meningkatkan harga dirinya,
sehingga dilakukan penyesuaian dalam elemen untuk memberikan
orientasi pada capaian di dalamnya dan mengintegrasikan isu
kesehatan.
6. Muatan lokal dapat dikembangkan dalam bentuk yang lebih beragam
Muatan lokal dapat dikembangkan dalambentuk yang lebih
beragam.Muatan lokal tidak harus menjadi satu mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Kebijakan dalam Kurikulum Merdeka kemudian
disesuaikan berdasarkan hal tersebut, di mana muatan lokal dapat
diajarkan melalui tiga cara yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan,
yaitu mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran yang
sudah ada, mengintegrasikan muatan lokal ke dalam projek penguatan
profil pelajar Pancasila, atau mengembangkan mata pelajaran khusus
muatan lokal.
7. Perubahan spektrum keahlian di SMK
Pengorganisasian pembelajaran ke dalam spektrum keahlian di
SMK dengan begitu perlu disesuaikan dan disederhanakan
strukturnya sekaligus dibuka peluang bagi variasi kandungan paket-
paket kompetensi kerja (skill sets) program keahlian/konsentrasi
keahlian antar sekolah untuk mengakomodasikan variasi kebutuhan
skill sets partner industri yang menjadi tujuan kerja kebanyakan para
lulusannya.
8. Pemilihan Mata Pelajaran di SMA dan SMK
Beberapa mata pelajaran diwajibkan di seluruh jenjang dan jenis
pendidikan, sementara beberapa mata pelajaran, terutama di
SMA/MA, dapat menjadi pilihan yang disesuaikan dengan minat,
bakat, aspirasi, serta kemampuan peserta didik. Pemilihan mata
pelajaran oleh peserta didik diatur berdasarkan beberapa disiplin ilmu.
Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik SMA/MA menentukan
pilihan mata pelajaran yang terdapat dalam disiplin ilmu MIPA, IPS,
Bahasa, dan Prakarya & Vokasi, dan memungkinkan satuan
pendidikan mengembangkan mata pelajaran lainnya dan dari disiplin
ilmu lainnya sesuai sumber daya
yang tersedia.

c. Beban Belajar
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk alokasi waktu dalam 1
(satu) tahun pelajaran. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang mengatur
jumlah jam pelajaran per minggu, Kurikulum Merdeka menetapkan target
jam pelajaran yang terakumulasi dalam satu tahun. Hal ini dilakukan
untuk memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur
jadwal kegiatan pembelajaran secara lebih fleksibel.

2. Kokurikuler
Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk
penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam
rangka pengembangan karakter dan kompetensi Peserta Didik. Kokurikuler
dalam Kurikulum Merdeka dilaksanakan paling sedikit dalam bentuk projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila
merupakan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu dalam mengamati,
mengeksplorasi, dan/atau merumuskan solusi terhadap isu-isu atau
permasalahan nyata yang relevan bagi Peserta Didik.
a. Kompetensi
Kompetensi pada projek penguatan profil pelajar Pancasila
mengacu pada dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu peserta didik dengan
ciri-ciri: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, mandiri, berkebinekaan global, bergotong royong, bernalar kritis,
dan kreatif. Projek dilakukan di luar jadwal pelajaran rutin, lebih fleksibel
dan tidak seformal kegiatan pembelajaran intrakurikuler, dan tidak harus
berkaitan erat dengan Capaian Pembelajaran mata pelajaran apapun.
Target capaiannya adalah profil pelajar Pancasila sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik.

b. Muatan pembelajaran
Muatan pembelajaran pada projek penguatan profil pelajar
Pancasila memuat tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Pemerintah menetapkan empat tema untuk PAUD, tujuh tema untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan delapan tema untuk SMK. Tema-
tema ini berkaitan dengan isu-isu kontemporer dan berdasarkan pada
tujuan pembangunan berkelanjutan. Empat tema di PAUD yaitu:
(1) Aku Sayang Bumi, yang bertujuan untuk mengenalkan peserta didik
tentang pentingnya menjaga lingkungan;
(2) Aku Cinta Indonesia, yang bertujuan membangun wawasan dan
kebanggaan peserta didik terhadap keragaman budaya Indonesia,
serta kebanggaan terhadap identitas dirinya sebagai warga negara
indonesia;
(3) Kita Semua Bersaudara, yang bertujuan membangun nilai-nilai budi
pekerti yang diperlukan untuk dapat berinteraksi dengan teman
sebaya, menghargai perbedaan, mampu berbagi dan bekerja sama;
(4) Imajinasi dan Kreativitasku, yang bertujuan untuk membangun
kemampuan peserta didik untuk bereksplorasi, berkreasi, dan
berinovasi serta memiliki keluwesan berpikir.
Tema di Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu:
(1) Gaya Hidup Berkelanjutan, yang berkaitan dengan masalah
lingkungan dan perubahan iklim;
(2) Bhineka Tunggal Ika, yang berkaitan dengan toleransi dan
multikulturalisme masyarakat lokal, Indonesia, dan dunia;
(3) Kearifan Lokal, yang berkaitan dengan pendalaman pengenalan
budaya lokal dan perkembangannya;
(4) Kewirausahaan, yang mengeksplorasi dan menumbuhkembangkan
kreativitas dan budaya kewirausahaan;
(5) Bangunlah Jiwa dan Raganya, berkaitan dengan membangun
kesadaran pemeliharaan kesehatan fisik dan mental (kesejahteraan);
(6) Rekayasa dan teknologi, yang berkaitan dengan kemampuan
menyelesaikan masalah di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan
penerapan teknologi;
(7) Suara demokrasi, yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan
menjadi warga negara dan dunia di alam demokrasi.
Khusus SMK ditambahkan tema wajib khusus yaitu kebekerjaan,
yang berkaitan dengan eksplorasi menghubungkan berbagai pengetahuan
yang telah dipahami dengan pengalaman nyata di keseharian dan dunia
kerja.

c. Beban Belajar
Beban belajar pada projek penguatan profil pelajar Pancasila
dirumuskan dalam bentuk alokasi waktu dalam 1 (satu) tahun pelajaran.
Pada SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat, projek penguatan profil pelajar Pancasila mengambil alokasi
waktu 20-30% (dua puluh sampai dengan tiga puluh persen) dari total jam
pelajaran selama 1 (satu) tahun. Alokasi waktu untuk setiap projek
penguatan profil pelajar Pancasila tidak ditargetkan untuk sama. Satu
projek dapat dilakukan dengan durasi waktu yang lebih panjang daripada
projek yang lain.

3. Ekstrakulikuler
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan karakter dalam
rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama,
dan kemandirian peserta didik secara optimal yang dilakukan dengan
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan
pada jalur formal wajib menyelenggarakan ekstrakurikuler untuk
memberikan sarana pengembangan minat dan bakat peserta didiknya di luar
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, sedangkan pada satuan pendidikan
anak usia dini dan pendidikan kesetaraan penyelenggaraan ekstrakurikuler
bersifat opsional. Peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler secara
sukarela sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
a. Komponen Ekstrakulikuler
Visi dan misi merupakan landasan utama dalam pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan. Visi tersebut
menggarisbawahi tujuan utama, yaitu berkembangnya potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, dan kemandirian peserta didik secara
optimal melalui kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler. Sementara misi
kegiatan ekstrakurikuler mencakup penyediaan beragam kegiatan sesuai
dengan kebutuhan dan minat peserta didik, memberikan kesempatan
untuk mengekspresikan diri secara optimal melalui kegiatan mandiri atau
berkelompok.

b. Jenis dan Format kegiatan


Beragam jenis kegiatan ekstrakurikuler menjadi bagian integral dari
pengembangan peserta didik di satuan pendidikan. Krida mencakup
kegiatan-kegiatan seperti Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa
(LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan sejumlah kegiatan lainnya
yang bertujuan untuk membentuk karakter, kepemimpinan, dan
keterampilan sosial peserta didik. Karya ilmiah, seperti Kegiatan Ilmiah
Remaja (KIR),dan tanggung jawab sosial peserta didik melalui
pengalaman sosial, keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral.
Adapun format pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler juga sangat
bervariasi. Mulai dari format individual yang diikuti oleh peserta didik
secara perorangan, format kelompok yang melibatkan kelompok-
kelompok peserta didik, format klasikal yang diikuti oleh peserta didik
dalam satu rombongan belajar, format gabungan antarrombongan belajar,
hingga format lapangan yang melibatkan seorang atau sejumlah peserta
didik dalam kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan. Dengan
demikian, keberagaman jenis dan format kegiatan ekstrakurikuler dapat
memberikan pengalaman belajar yang kaya dan mendalam bagi peserta
didik.
c. Pengembangan Ekstrakulikuler
Dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan
memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesesuaian antara kegiatan
yang diselenggarakan dengan bakat dan minat peserta didik. Tahapan
pengembangan melibatkan analisis sumber daya yang diperlukan,
identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik, serta penetapan
bentuk kegiatan yang disesuaikan dengan preferensi mereka. Langkah
selanjutnya adalah mengelola sumber daya yang diperoleh sesuai dengan
pilihan peserta didik atau mengarahkannya ke satuan pendidikan atau
lembaga lain. Proses ini dilengkapi dengan penyusunan Program
Kegiatan Ekstrakurikuler, yang menjadi bagian integral dari Rencana
Kerja Sekolah.

d. Pelaksanaan dan Asesmen Ekstrakulikuler


Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler diatur melalui penjadwalan
yang dibuat di awal tahun. pelajaran oleh pembina dengan bimbingan
kepala sekolah/madrasah atau wakil kepala. sekolah/madrasah. Proses ini
memastikan bahwa jadwal kegiatan ekstrakurikuler disusun dengan
cermat, mengakomodasi berbagai aspek, dan tetap sejalan dengan
kegiatan intra dan kokurikuler lainnya di sekolah.
Asesmen terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler menjadi elemen penting yang memperkaya evaluasi
mereka. Kriteria keberhasilan mencakup penilaian terhadap proses dan
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
telah dipilihnya. Evaluasi ini bersifat kualitatif, memungkinkan untuk
mendeskripsikan secara lebih rinci berbagai aspek perkembangan,
partisipasi, dan prestasi peserta didik dalam kegiatan tersebut.

B. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir
kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan
kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga tidak bisa diberi perlakukan yang sama (Aryani, 2023). Selain itu
menurut Fitriyah dan Moh Bisri (2023), Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan
potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa
tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi pembelajaran.
Guru harus memahami dan menyadari bahwa tidak ada hanya satu cara,
metode, strategi yang dilakukan dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Guru
perlu menyusun bahan ajar, kegiatan-kegiatan, tugas-tugas harian baik yang
dikerjakan di kelas maupun yang di rumah, dan asesmen akhir sesuai dengan
kesiapan peserta didik. Ada 3 aspek yang bisa dibedakan oleh guru agar peserta
didiknya dapat mengerti bahan pelajaran yang mereka pelajari, yaitu aspek
konten yang mau diajarkan, aspek proses atau kegiatan-kegiatan bermakna yang
akan dilakukan oleh peserta didik di kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen
berupa pembuatan produk yang dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran (Kristiani, dkk, 2021).

1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi


Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari pembelajaran
berdiferensiasi menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu
guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini.
a. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik
sekolah dan kelas dimana peserta didik menghabiskan waktunya dalam
belajar di sekolah. Iklim belajar merujuk pada situasi dan kondisi yang
dirasakan peserta didik saat belajar, relasi, dan berinteraksi dengan
peserta didik lain maupun gurunya. Di dalam pembelajaran guru harus
memberikan respon kepada peserta didik sesuai dengan kesiapan, minat,
dan profil belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam belajar
terpenuhi.
b. Kurikulum yang Berkualitas
Kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki tujuan yang
jelas sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir
pembelajaran. Di samping itu fokus guru dalam mengajar adalah pada
pengertian peserta didik, bukan pada apa materi yang dihafalkan mereka.
Yang terpenting adalah pemahaman terhadap materi pelajaran yang ada
di benak peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana kurikulum
yang ada dapat menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata, yang sedang, maupun di bawah rata-rata.
c. Asesmen Berkelanjutan
Asesmen yang berkelanjutan adalah guru secara terus menerus
melakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar dapat
memperbaiki pengajarannya dan juga mengetahui apakah peserta didik
sudah mengerti tentang materi pelajaran yang dibahas. Asesmen formatif
ini tidak diberikan nilai (angka), melainkan hanya sebagai diagnostik tes
atau mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi peserta didik
sehingga sulit mengerti apa yang belum dimengerti, dan apa yang dapat
dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik meningkatkan
pengertiannya
d. Pengajaran yang Responsif
Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui
apa kekurangan-kekurangannya dalam membimbing peserta didiknya
untuk memahami isi pelajaran.nRespon dari guru adalah menyesuaikan
pelajaran berikutnya sesuai dengan kesiapan, minat, dan juga profil
belajar peserta didik yang guru dapatkan melalui asesmen di akhir
pelajaran.
e. Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas
Kepemimpinan di sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin
peserta didiknya agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan
mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan rutinitas di kelas
mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola atau mengatur
kelasnya dengan baik melalui prosedur dan rutinitas di kelas yang
dijalankan peserta didik setiap hari sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.

2. Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi


Menurut Kristiani, dkk (2021), pembelajaran berdiferensiasi harus
memiliki 4 (empat) aspek yang ada dalam kendali atau kontrol guru yaitu
konten, proses, produk, dan lingkungan serta iklim belajar di kelas.
Penjelasan keempat aspek ini adalah sebagai berikut:
a. Konten
Konten adalah apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau apa
yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi ada 2 cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:
 Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik berdasarkan tingkat kesiapan dan minat
peserta didik
 Menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari
itu akan disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh peserta didik
berdasarkan profil belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta
didik.
b. Proses
Proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik
di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi
peserta didik sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan
yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik ini tidak diberi penilaian
kuantitatif berupa angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa
catatan-catatan umpan balik mengenai sikap, pengetahuan dan
keterampilan apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki/ditingkatkan
oleh peserta didik.
Kegiatan yang dilakukan harus memenuhi kriteria sebagai kegiatan
yang:
 baik, yaitu kegiatan yang menggunakan keterampilan informasi yang
dimiliki peserta didik.
 berbeda dalam hal tingkat kesulitan dan cara pencapaiannya.
Kegiatan-kegiatan yang bermakna yang dilakukan oleh peserta didik
di dalam kelas harus dibedakan juga berdasarkan kesiapan, minat, dan
juga profil belajar peserta didik.
c. Produk
Produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk
menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan
setelah membahas materi pelajaran selama 1 semester. Produk sifatnya
sumatif dan perlu diberi nilai. Guru merancang produk apa yang akan
dikerjakan oleh peserta didik sesuai dengan pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan yang harus ditunjukkan oleh mereka.
Guru juga perlu menentukan kriteria penilaian dalam rubrik
sehingga peserta didik tahu apa yang akan dinilai dan bagaimana kualitas
yang diharapkan dari setiap aspek yang harus dipenuhi mereka. Guru juga
perlu menjelaskan bagaimana peserta didik dapat mempresentasikan
produknya sehingga peserta didik lain juga dapat melihat produk yang
dibuat. Produk yang akan dikerjakan oleh peserta didik tentu saja harus
berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta
didik.
d. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara
personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan
dengan kesiapan peserta didik dalam belajar, minat mereka, dan profil
belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

C. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)


Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab satu pertanyaan besar,
yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan
oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar
Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan di setiap jenjang satuan pendidikan
dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Menurut Kahfi (2022), faktor pendukung pembentukan profil Pelajar
Pancasila dibagi menjadi indikator internal dan eksternal sebagai berikut:
1) Pembawaan (internal). Sifat manusia yang dimiliki sejak ia lahir di dunia.
Sifat yang menjadi faktor pendukung ialah mengurangi kenakalan remaja,
beribadah kepada Allah dengan taat, tidak hanya mementingkan duniawi,
fokus kepada cita-cita.
2) Kepribadian (internal). Perkembangan kepribadian dialami ketika manusia
telah mengalami sebuah peristiwa atau kejadian yang telah di lalui.
Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah agama atau
ajaran- ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang
itu sendiri dalam. memahami ajaran-jaran islam. Kepribadian dengan faktor
pendukung contohnya sopan, tekun, disiplin dan rajin.
3) Keluarga (eksternal). Contoh keluarga sebagai faktor pendorong yaitu:
memperhatikan anak tentang pendidikanya, selalu mendukung keputusan
anak jika baik untuk dirinya.
4) Guru/pendidik (eksternal). Guru harus mampu menunjukkan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari, karena peran dan pengaruh seorang
pendidik terhadap peserta didik sangat kuat.
5) Lingkungan (eksternal) faktor pendukung dalam lingkungan, jika lingkungan
yang di tempati positif, mengarahkan anak untuk mempunyai sifat seperti
nilai-nilai Pancasila.
Kompetensi profil pelajar Pancasila memperhatikan faktor internal yang
berkaitan dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor
eksternal yang berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa
Indonesia di abad ke-21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0.
Menurut Irawati, dkk (2022), Profil Pelajar Pancasila yang menjelaskan
kompetensi serta karakter yang perlu dibangun dalam diri setiap individu pelajar
di Indonesia dapat mengarahkan kebijakan pendidikan untuk berpusat atau
berorientasi pada pelajar,yaitu ke arah terbangunnya enam dimensi Profil Pelajar
Pancasila secara utuh dan menyeluruh, yaitu pelajar yang 1) beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; 2) berkebinekaan global;
3) bergotong-royong; 4) mandiri; 5) bernalar kritis; 6) kreatif.
Gambar 1.3. Gambaran Pencapaian Profil Pelajar Pancasila
Sumber: BSKAP Kemendikbudristek, 2022
1. Prinsip-prinsip Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
a. Holistik
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh,
tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks perancangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong
kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan
dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam.
b. Kontekstual
Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan
pembelajaran pada. pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian.
Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat
menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan. sehari-hari
sebagai bahan utama pembelajaran.
c. Berpusat pada Peserta Didik
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek
pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri,
termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik projek
profil sesuai minatnya.
d. Eksploratif
Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang
yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur
maupun bebas. Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada
dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal
pengaturan mata pelajaran. Oleh karenanya projek profil ini memiliki
area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi pelajaran, alokasi
waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.

2. Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


a. Untuk Satuan Pendidikan
 Menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah ekosistem yang terbuka
untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat.
 Menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran yang
berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya.
b. Untuk Pendidik
 Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan
kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila.
 Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang terbuka untuk
berkolaborasi dengan pendidik dari mata pelajaran lain untuk
memperkaya hasil pembelajaran.
 Merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir
yang jelas.
c. Untuk Peserta Didik
 Mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter profil pelajar
Pancasila untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
 Mengasah inisiatif dan partisipasi untuk merencanakan pembelajaran
secara aktif dan berkelanjutan.
 Mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam mengerjakan projek pada periode waktu tertentu.
 Melatih kemampuan pemecahan masalah dalam beragam situasi
belajar.
 Memperlihatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di
lingkungan sekitar sebagai salah satu bentuk hasil belajar.
 Mengasah daya belajar dan kepemimpinan peserta didik dalam proses
pembelajaran.

D. Asesmen/Penilaian dalam Kurikulum Merdeka


Asesmen atau penilaian merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar siswa guna mengambil keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu (Mujiburrahman, dkk, 2023). Dalam buku
Panduan Pembelajaran dan Asesmen (2022), dijelaskan bahwa asesmen adalah
aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran. Asesmen dilakukan
untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan tentang ketercapaian tujuan
pembelajaran. Maka dari itu, pendidik dianjurkan untuk melakukan asesmen-
asesmen berikut ini:
1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk
memperbaiki proses belajar.
a. Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui
kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai
tujuan pembelajaran yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam
kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam
merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.
b. Asesmen di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan
sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini
dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan
dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini juga
termasuk dalam kategori asesmen formatif.
2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan
ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada
akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua
atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan
kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen
sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir
tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Berikut adalah contoh instrumen penilaian atau asesmen yang dapat


menjadi inspirasibagi pendidik, yaitu:
Rubrik Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi
kualitas capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik
dapat menyediakan bantuan yang diperlukan. untuk
meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh
pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi
yang harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam
bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang
dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Ceklis Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen
yang dituju.
Catatn Catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada
Anekdotal performa dan perilaku yang menonjol, disertai latar
belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi yang
dilakukan.
Grafik Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap
Perkembangan perkembangan belajar.
(Kontinum

Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang


digunakan oleh pendidik. Di bawah ini diuraikan contoh teknik asesmen yang
dapat diadaptasi, yaitu:
Observasi Penilaian peserta didik yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang
diamati secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk
semua peserta didik atau per individu. Observasi dapat
dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
Kinerja Penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja
dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan
projek, atau membuat portofolio.
Projek Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tes Tertulis Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis
untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang
kemampuan peserta didik. Tes tertulis dapat berbentuk
esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis
lainnya.
Tes Lisan Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara
klasikal ketika pembelajaran.
Penugasan Pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh
atau meningkatkan pengetahuan.
Portofolio Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam
kurun waktu tertentu.
(Panduan Pembelajaran dan Asesmen, 2022)
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, W.D. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi, Implementasi dan Praktik Baik


pada Mapel IPS Kelas VII Kurikulum Merdeka. Yogyakarta: Cahya Ghani
Recovery.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2024). Kajian
Akademik: Kurikulum Merdeka. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Edisi 1.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2022). Panduan
Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pedndidikan
Dasar, dan Menengah. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2022). Panduan
pengembangan: Projek Penguatan Pelajar Pancasila. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Fitriyah & Moh, B. (2023). Pembelajaran berdiferensiasi Berdasarkan Keragaman


dan Keunikan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil
Penelitian, 9(2), hal 67-73.

Idri, S. (2023). Mindset Kurikulum Merdeka. Jurnal Sustainable, 6(2), hal 482-492.

Irawati, D., Aji, M.I., Aan, H., & Bambang, S.A. (2022). Profil Pelajar pancasila
Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul-Jurnal
Pendidikan, 6(1), hal 1224-1238.

Kahfi, A. (2022). Implementasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap


Karakter Siswa di Sekolah. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar,
E_ISSN : 2686-598X, hal 138-151.

Kristiani, H., Elisabet, I.S., Nina, P., Martiani, P., M. Yusri, S., & Anggaeni. (2021).
Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated
Instruction). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar,
didikan Kementerian Pendidikan, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia.
Mujiburrahman, Baiq, S.K., Lalu, P. (2023). Asesmen Pembelajaran Sekolah Dasar
dalam Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), hal 39-
48.

Neliwati, Hikmah, B.S., Putri, M.R., & Raudhatul, M. (2023). Kebijakan Kurikulum
Merdeka Belajar di Sekolah. Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran
(JPPP), 4(2), hal 117-120.

Pratycia, A., Arya, D.P., Aulia, G.M.S., Febri, I.A., & Ahmad, F. (2023). Analisis
Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Jurnal
Pendidikan Sains dan Komputer, 3(1), hal 58-64.

Sari, F.I., Dadang, S., & Dadang, A. (2023). Analisis Perbedaan Kurikulum 2013
dan Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 5(1), hal 146-
151.

Sukmawati, F., Ratna,W., Reksiana, Nelson, H., Rahmadi, Fakhrul, K., & Ema, B.P.
(2023). Kajian dan Evaluasi Kurikulum. Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Tomlinson, C. A., & Moon, T. R. (2013). Assessment and Student Success in a


Differentiated Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and
Curriculum Development.

Anda mungkin juga menyukai