Anda di halaman 1dari 10

KURIKULUM MERDEKA

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN EKONOMI

OLEH
KELOMPOK 9
Febry Elbi Saputra NIM. 23179003
Wiltri Oktaviani NIM. 23179012

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023
KURIKULUM MERDEKA

A. Pengertian dan Karakteristik Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka merupakan jawaban terhadap tantangan pendidikan yang
muncul akibat krisis pendidikan pascapandemi. Kurikulum merdeka dirancang untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan merumuskan kebijakan baru yang memberikan
kebebasan kepada lembaga dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Secara konseptual, kurikulum merdeka menekankan pada pengembangan karakter dan
soft skill berbasis kompetensi (Quratul Aini & Adiyono, 2023).
Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum alternatif mengatasi kemunduran
pembelajaran pada masa pandemi yang memberikan kebebasan “Merdeka Belajar”
kepada pelaksana pembelajaran yaitu guru dan kepala sekolah dalam menyusun,
melaksanakan proses pembelajaran, dan mengembangkan kurikulum di sekolah dengan
memperhatikan kebutuhan dan potensi siswa. (Mustafiyanti et al., 2023).
Dalam pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka, guru dituntut untuk lebih
aktif dan kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Platform yang digunakan
pada kurikulum merdeka adalah dengan membuat modul untuk mencapai profil
Pancasila dan juga guru dapat membuat E-Learning untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi.
Nadiem Makarim melakukan perubahan dan menetapkan Kurikulum Merdeka
sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 2013 pada 10 Desember 2019 untuk
memberikan fleksibilitas dan dukungan terhadap pembelajaran berkualitas. Siswa juga
mempunyai kebebasan untuk berkreasi dan belajar. Prinsip kebebasan dalam kurikulum
merdeka sejalan dengan visi Ki Hajar Dewantara tentang belajar merdeka, yaitu
memungkinkan peserta didik belajar mandiri dan kreatif. Kebebasan ini memotivasi
peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan dan mengembangkan karakter mandiri.
Konsep belajar merdeka muncul sebagai jawaban atas berbagai permasalahan di bidang
pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
Diawali dengan empat kebijakan Merdeka Belajar yang dipaparkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembangkan dan meningkatkan kurikulum
merdeka belajar diantaranya yaitu(Idhartono, 2022):
1. USBN yang diganti menjadi asesmen komprehensif
2. Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
3. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lebih disederhanakan
4. Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lebih fleksibel untuk menimimalisir
ketimpangan akses dan kualitas Pendidikan di berbagai daerah.
Kurikulum merdeka memiliki 3 karakteristik diantaranya adalah (Jojor & Sihotang,
2022):
1. Pembelajaran berbasis projek pengembangan soft skill dan karakter sesuai dengan
profil pelajar pancasila.
2. Pembelajaran pada materi esensial.
3. Struktur kurikulum yang lebih fleksibel.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka
Pengembangan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum disusun berdasarkan
kebijakan nasional dalam bidang pendidikan diantaranya:
1. Perubahan Struktur Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum merdeka terletak pada perubahan struktur
kurikulum tergantung pada jenjang dan jenis pendidikan. Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada alinea keempatnya menyatakan
tujuan nasional bangsa Indonesia, khususnya meningkatkan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat setiap tahunnya, maka pemerintah harus selalu
memutakhirkan sistem pendidikan dalam skala nasional, terutama melalui
penyesuaian program-program yang dianggap sebagai “jantung” pendidikan agar
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang kedua adalah Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu sebagaimana termasuk dalam Ketentuan Umum
UU No. 20 Tahun 2003. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 35 ayat (2) dan
Pasal 36 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003.
3. PP No. 57 Tahun 2021 SNP (PP No. 4 Tahun 2022)
Landasan ketiga bagi pengembangan kurikulum merdeka adalah Peraturan
Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang standar nasional pendidikan sebagaimana
yang direvisi sesuai PP Nomor 4 Tahun 2022. Standar Nasional Pendidikan diperbaiki
secara terencana, berorientasi dan berkelanjutan untuk meningkatkan mutu
pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan kebutuhan kehidupan lokal, nasional,
dan global, sesuai dengan Pasal 3, ayat (3), PP No. 57 Tahun 21. Oleh karena itu,
kurikulum yang ada saat ini dapat disesuaikan berdasarkan perubahan standar
nasional pendidikan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum yang meliputi
standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses dan standar penilaian.
4. RPJPN 2005-2025
Landasan keempat dalam pengembangan Kurikulum merdeka adalah RPJPN
atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 merupakan dasar
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang
dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
5. RPJMN 2020 – 2025 (Perpres No 18 Tahun 2020)
Landasan Pengembangan Kurikulum Merdeka yang kelima adalah RPJMN
atau Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2025 (Perpres No.18
Tahun 2020). Substansi Inti Program Aksi Bidang Pendidikan RPJMN Tahun 2020 –
2024, diantaranya adalah peningkatan layanan pendidikan melalui Peningkatan
kualitas pengajaran dan pembelajaran yang mencakup penerapan kurikulum dengan
memberikan penguatan pengajaran berfokus pada penguatan kualitas penilaian hasil
belajar siswa, terutama melalui penguatan peran pendidik dalam penilaian
pembelajaran di kelas, serta peningkatan pemanfaatan hasil penilaian sebagai bagian
dalam perbaikan proses pembelajaran, peningkatan pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran, terutama dalam mensinergikan model pembelajaran jarak jauh
(distance learning), dan sistem pembelajaran daring (online), integrasi soft skill
(keterampilan non-teknis) dalam pembelajaran, peningkatan kualitas pendidikan
karakter, agama dan kewarganegaraan.
6. Rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan periode 2020-2024
Landasan pengembangan kurikulum merdeka yang keenam adalah rencana strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan periode 2020-2024. Sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 tahun 2020. Tujuan
Kemendikbud melalui kebijakan merdeka belajar adalah menghadirkan pendidikan
bermutu tinggi bagi seluruh masyarakat Indonesia yang ditandai dengan angka
partisipasi yang tinggi pada semua jenjang pendidikan, hasil pembelajaran
berkualitas, dan mutu pendidikan yang merata, baik secara geografis maupun status
sosial ekonomi.
C. Guru Penggerak dan Profil Pelajar Pancasila
1) Guru Penggerak

Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh


kembang murid secara holistik, aktif dan pro aktif dalam mengembangkan pendidik
lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid, serta
menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan
profil pelajar pancasila. Adapun peran guru penggerak diantaranya:

a. Menggerakkan komunitas belajar


b. Menjadi pengajar praktik
c. Mendorong kepemimpinan murid
d. Membuka ruang kolaborasi
e. Menjadi pemimpin pembelajaran

Untuk menjadi guru penggerak harus melewati beberapa cara, seperti berikut:

1. Mengikuti seleksi program pendidikan guru penggerak, yang meliputi seleksi


administrasi, penulisan esay dan wawancara.
2. Jika lolos, maka calon guru penggerak akan mengikuti pelatihan selama 9 bulan,
meliputi pembelajaran mandiri dan terbimbing di LMS, Pendampingan Individu,
lokakarya dan “Panen Hasil Belajar”.
3. Setelah lulus, dari pelatihan guru penggerak akan akan menjalani peran sebagai
guru penggerak seperti penjelasan sebelumnya.

Alasan menjadi guru penggerak dikarenakan bahwa guru penggerak


diproyeksikan sebagai pemimpin pendidikan dimasa depan untuk mewujudkan
generasi unggul Indonesia. Peran Guru Penggerak dalam implementasi kurikulum
merdeka diantaranya adalah:

a. Guru penggerak tidak memiliki peran yang berbeda dengan guru pada umumnya.
Namun Guru penggerak memiliki keunggulan dalam mengembangkan
pembelajaran yang menarik dan berbasis teknologi, guru penggerak juga mampu
menjadi pelatih dan penggerak guru lainnya untuk mengembangkan pembelajaran
yang berpihak pada murid (Sibagariang et al., 2021).
b. Guru penggerak memiliki kemampuan mengajar yang profesional dengan tuntutan
mampu mengelola kelas dengan efektif,mampu membangun hubungan efektif
dengan siswa serta wajib menjadi sosok yang kreatif inovatif terampil dan
memiliki semangat tinggi untuk mendampingi kegiatan belajar mengajar di sekolah
(Kusumadewi et al., 2023).
2) Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka
Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang
diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur
Pancasila. Dimensi profil pelajar pancasila terdiri dari:
a. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Yaitu pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan yang maha esa, ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pembelajaran
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Berkebinekaan Global
Yaitu pelajar Indonesia yang mempertahankan buaya luhur, lokalitas dan
identitasnya. Namun tetap berpikiran terbuka dalam beriteraksi dengan budaya
lain. Sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan lahirnya
budaya baru yang positif serta tidak bertentangan dengan budaya luhur.
c. Mandiri
Yaitu pelajar Indonesia yang mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajarnya.
d. Bergotong-Royong
Yaitu pelajar yang memiliki kemampuan untuk bekerja secara bersama-sama
dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar mudah dan
ringan.
e. Bernalar Kritis
Yaitu pelajar yang secara objektif mampu memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antar berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkan.
f. Kreatif
Yaitu pelajar yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang original,
bermakna, bermanfaat dan berdampak.

Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka, tidak


hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid. tapi juga
lewat kegiatan P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Seperti dijelaskan
pada Jurnal Pendidikan MIPA Volume 12. Nomor 2, Juni 2022, bahwa kegiatan P5
yang dilakukan disesuaikan dengan 7 tema yang diatur oleh Kemendikbud Dikti.
Hasil projek yang akan ditampilkan pada kegiatan P5 ini yaitu (1) Poster (2) Tarian
(3) Musikalisasi puisi (4) Teater (5) Vlog (6) Berjualan.

D. Silabus dan RPP Kurikulum Merdeka


1. CP (Capaian Pembelajaran) pada Kurikulum Merdeka
Capaian Pembelajaran adalah kopetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa diakhir fase. CP terdiri dari 6 fase (A-F) yang meliputi seluruh jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Fase A (kelas 1 dan 2), Fase B ( Kelas 3 dan 4),
Fase C (Kelas 5 dan 6), Fase D (Kelas 7 dan 9) , Fase E (kelas 10) dan Fase F (kelas
11 dan 12). Capaian pembelajaran kurikulum merdeka ialah pembaruan dari
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang ada pada kurikulum sebelumnya.
2. ATP (Alur Tujuan Pembelajaran)
ATP (Alur Tujuan Pembelajaran) adalah adalah rangkaian tujuan
pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis di dalam fase secara utuh dan
menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Alur ini disusun
secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke
hari untuk mengukur Capaian Pembelajaran (CP).
Meskipun memiliki fungsi yang sama, ATP dan Silabus memiliki beberapa
perbedaan. ATP adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis, berisi tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa dan menjadi
panduan guru dan murid untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir suatu fase.
Sedangkan silabus pada kurikulum sebelumnya lebih mengacu pada rencana
pembelajaran yang lebih umum. Silabus berisi materi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan penilaian yang akan dilakukan dalam suatu periode pembelajaran.
ATP disusun berdasarkan cara-cara berikut:
a) Pengurutan dari kongkri ke abstrak
b) Pengurutan deduktif
c) Pengurutan dari mudah ke sulit
d) Pengurutan hierarki
e) Pengurutan prosedural
f) Scaffolding
3. RPP (Modul Ajar) Dalam Kurikulum Merdeka
Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran
mencapai Capaian Pembelajaran (CP). Modul ajar merupakan panduan dan pedoman
bagi para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sementara RPP
merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran.
Adapun komponen dari modul ajar ini adalah:
a) Informasi Umum
1) Judul Modul Ajar
2) Pemilihan satuan dan jenjang pendidikan
3) Pemilihan Fase dan kelas
4) Pemilihan mata pelajaran
5) Deskripsi umum modul ajar
6) Identitas penulis modul
b) Detail Rancangan Penggunaan
1) Total alokasi Jam Pembelajaran (JP) dan jumlah pertemuan
2) Penentuan model belajar (daring, luring, campuran)
3) Sarana Prasarana
4) Prasyarat Kompetensi
c) Capaian dan Tujuan Pembelajaran
1) Capaian Pembelajaran
2) Tujuan Pembelajaran dari keseluruhan Modul Ajar
3) Alur Tujuan Pembelajaran
4) Dimensi Profil Pelajar Pancasila
d) Detail Pertemuan
1) Alokasi Jam Pembelajaran (JP) per pertemuan
2) Rincian Kegiatan Pembelajaran, yang disarankan terdiri dari:
3) Tujuan Pembelajaran
4) Indikator Keberhasilan
5) Pertanyaan Pemantik
6) Daftar perlengkapan ajar
7) Daftar lampiran materi pendukung
8) Langkah pembelajaran
9) Rencana asesmen
10) Rencana diferensiasi
11) Lampiran atau Materi Pendukung dapat terdiri dari:
12) Referensi materi / media pembelajaran
13) Lembar kerja / Latihan / Asesmen
14) Instrumen Refleksi.
Kriteria dalam modul ajar ini diantaranya:
a. Esensial
Modul ajar bersifat esensial artinya pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran
bisa diambil dari pengalaman belajar dan lintas disiplin.
b. Menarik, Bermakna, dan Menantang
Artinya modul ajar dapat menumbuhkan minat belajar siswa serta melibatkan
mereka secara aktif dalam proses belajar.
c. Relevan dan Konstektual
Kriteria Modul Ajar berikutnya adalah relevan dan kontekstual. Ini artinya,
Modul Ajar dapat terhubung dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
oleh siswa sebelumnya, serta sesuai dengan konteks di waktu dan tempat siswa
berada.
d. Berkesinambungan
Berkesinambungan berarti adanya hubungan atau keterkaitan alur kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan fase belajar siswa.
e. Penyajian
Dalam penulisan modul ajar, guru sebaiknya menggunakan bahasa dan visual
yang sederhana, mudah dipahami, dan disajikan secara menarik.
f. Kelengkapan
Kelengkapan berarti Modul Ajar memuat seluruh komponen yang dibutuhkan,
mulai dari informasi umum, capaian dan tujuan pembelajaran, detail rancangan
penggunaan, hingga detail pertemuan.

Prinsip dasar penyusunan modul ajar adalah sebagai berikut:


1. Menganalisis kondisi / kebutuhan guru dan siswa
2. Mengidentifikasi dan menentukan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Pada langkah
ini, guru dapat memilih beberapa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling
memungkinkan untuk dikembangkan dalam pembelajaran.
3. Menentukan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang akan dikembangkan menjadi
Modul Ajar.
4. Menyusun Modul Ajar berdasarkan komponen yang tersedia. Pada langkah ini,
guru juga bisa menambahkan komponen lain yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
5. Setelah Modul Ajar selesai disusun, guru dapat langsung menggunakannya dalam
kegiatan pembelajaran.
6. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru dapat melakukan evaluasi
mengenai efektivitas Modul Ajar dalam kegiatan pembelajaran sekaligus
menentukan tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya.

DAFTAR REFERENSI

Idhartono, A. R. (2022). Literasi Digital Pada Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Anak Tunagrahita.
Jurnal Teknologi Pembelajaran, 6(1), 91–96.

Jojor, A., & Sihotang, H. (2022). Analisis Kurikulum Merdeka dalam Mengatasi Learning Loss di
Masa Pandemi Covid-19 (Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan). Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(4), 5150–5161. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3106

Kusumadewi, R., Susilowati, N., Hariyani, L., & Nita, A. F. (2023). Peranan Guru Penggerak Dalam
Kurikulum Merdeka Era Merdeka Belajar. Jurnal Impresi Indonesia, 2(8), 821–827.
https://doi.org/10.58344/jii.v2i8.2692

Mustafiyanti, M., Putri, M. P., Muyassaroh, M., Noviani, D., & Dylan, M. (2023). A Form of
Independent Curriculum, an Overview of Independent Learning at State Elementary School 05
Gelumbang Muaraenim. Pengabdian: Jurnal Abdimas, 1(2), 82–96.
https://doi.org/10.55849/abdimas.v1i2.185

Quratul Aini, & Adiyono. (2023). Implementation of an Independent Curriculum in Supporting


Students’ Freedom to Create and Learn. Journal of Scientific Research, Education, and
Technology (JSRET), 2(3), 999–1008. https://doi.org/10.58526/jsret.v2i3.187

Sibagariang, D., Sihotang, H., Murniarti, E., Smk, ), & Paramitha, P. (2021). Peran Guru Penggerak
Dalam Pendidikan Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan, 14(2), 88–99.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdpDOI:https://doi.org/10.51212/jdp.v14i2.53

Anda mungkin juga menyukai