Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN MODUL AJAR MATA PELAJARAN M

SKRIPSI

Oleh :

MOHAMAD FIRNANDA

1905116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan suatu komponen yang penting dalam pendidikan yang
harus selalu dievaluasi dan dikembangkan seiring dengan perkembangan IPTEKS dan
juga menyesuaikan kompetensi serta kemampuan yang dibutuhkan oleh masyarakat
(Suryaman, 2020). Secara etimologi, kata kurikulum berasal dari Bahasa Yunani yaitu
Curere yang memiliki arti jarak yang harus dilewati oleh seorang pelari berawal dari
garis start hingga garis finish. Kurikulum merupakan suatu rancangan yang
didalamnya terdapat rancangan pembelajaran, perangkat pembelajaran, serta
pengalaman belajar peserta didik(Boang Manalu dkk., t.t.-a). Menurut UU No. 20
tahun (2003) “Kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar, dan cara yang digunakan dan dijadikan
pedoman dalam penyelenggaraan untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan
nasional”.
Kurikulum memiliki 4 komponen didalamnya yang terdiri dari tujuan
pendidikan, materi pembelajaran, interaksi dalam pembelajaran, dan evaluasi
(Lazwardi Dedi, 2017) . Kurikulum merupakan bagian penting dari pendidikan yang
harus selalu dievaluasi dengan inovatif, dinamis, serta berkala menyesuaikan dengan
kebutuhan dan juga kompetensi serta keterampilan yang dibutuhkan seiring dengan
perkembangan zaman (Suryaman, 2020). Dalam sejarah pendidikan, kurikulum di
Indonesia telah beberapa kali mengalami pembaruan serta pergantian kurikulum.
Kurikulum ini disesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan zaman yang
semakin maju, hal ini dilakukan untuk menghindari ketertinggalan Indonesia dari
negara lainnya pada bidang pendidikan.
Penggunaan kurikulum pertama kali di Indonesia adalah pada tahun 1947 yang
disebut dengan Rentjana Pelajaran Terurai, lalu mengalami perubahan menjadi
kurikulum 1952 yang disebut dengan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Seiring
berjalannya waktu kurikulum mengalami perubahan menjadi Rentjana Pendidikan
1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan
suplemen kurikulum 1999. Lalu berubah menjadi kurikulum 2004 (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
Kurikulum 2013 lalu Kurikulum 2013 revisi (Cepi Barlian & Iriantara, 2021). Perubahan
kurikulum ini memiliki landasan yang kuat dan tidak terlepas dari perkembangan
zaman.

Pada awal tahun 2022 Kemendikbudristek meresmikan kurikulum baru yang


disebut dengan kurikulum merdeka. Kemendikbudristek menerbitkan kurikulum
merdeka ini sebagai upaya pemulihan pembelajaran setelah pandemi Covid-19
melanda dan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Kurikulum merdeka ini
memberikan kebebasan kepada guru dalam menciptakan kegiatan belajar yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan serta lingkungan belajar siswa. Kurikulum
merdeka merupakan rancangan kurikulum yang di dalamnya terdapat pembelajaran
intrakurikuler yang beragam sehingga siswa dapat mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi mereka secara optimal (KEMENDIKBUD, t.t.). Kurikulum
merdeka bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan P5 (Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan berfokus pada meningkatkan soft skill serta
karakter peserta didik. Kurikulum merdeka memberikan kebebasan terhadap sekolah
dalam menentukan capaian pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, serta materi yang
akan digunakan.
Kurikulum merdeka memiliki karakteristik yang mendukung memulihkan
pembelajaran seperti pembelajaran menggunakan Project Based Learning yang
bertujuan untuk mengembangkan soft skill peserta didik dan juga karakter yang sesuai
dengan Profil Pelajar Pancasila. Materi yang digunakan berfokus kepada materi
fundamental sehingga peserta didik memiliki cukup waktu dalam pembelajaran untuk
menggali potensi yang ada dalam diri peserta didik. Karakteristik yang terakhir adalah
pendidik diberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi yang
menyesuaikan terhadap kemampuan siswa dan juga menyesuaikan dengan konteks
serta muatan lokal yang ada (KEMENDIKBUD, t.t.)
Kurikulum merdeka mengandung tiga tipe pembelajaran, yang pertama adalah
pembelajaran intrakurikuler yang terdiferensiasi dan guru bebas dalam memilih
perangkat ajar yang akan digunakan. Yang kedua, pembelajaran kokurikuler yang
berfokus kepada projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dan memiliki prinsip
pembelajaran interdisipliner yang menitikberatkan kepada pembentukan karakter serta
kompetensi umum peserta didik. Yang ketiga, pembelajaran ekstrakurikuler yang
dapat dilaksanakan sesuai dengan bakat dan minat belajar peserta didik
(KEMENDIKBUD, t.t.).
Satuan pendidikan dapat menerapkan kurikulum merdeka sesuai dengan
kesiapan satuan pendidikan dan pendidik serta tidak terdapat paksaan dalam
penerapannya. Kurikulum merdeka ini bertujuan untuk membuat kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan tidak hanya berfokus terhadap hafalan materi yang
diberikan. Satuan pendidikan data memilih salah satu dari tiga tingkatan pilihan yang
disediakan oleh Kemdikbud. Tiga opsi tingkatan kurikulum merdeka adalah sebagai
berikut :
1. Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar
Sekolah yang masih menggunakan struktur kurikulum 2013 saat mengembangkan
kurikulum dan sudah menerapkan beberapa prinsip kurikulum merdeka saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan asesmen pembelajaran.
2. Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah
Sekolah yang sudah mulai menggunakan struktur kurikulum merdeka saat
pengimplementasiannya dan menggunakan prinsip kurikulum merdeka saat
melakukan pembelajaran dan asesmennya.
3. Kurikulum Merdeka Kategori Mandiri Berbagi
Sekolah yang telah menggunakan struktur dan prinsip-prinsip dari kurikulum
merdeka saat melaksanakan pembelajaran dan asesmen dengan komitmen untuk
membagikan praktik yang positif kepada sekolah atau satuan pendidikan lainnya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan yang


dalam proses pembelajarannya lebih banyak praktikum daripada materi hal ini
dikarenakan SMK bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap bekerja, sehingga
untuk menunjang kegiatan pembelajaran di SMK perlu menggunakan media
pembelajaran (Wardiyanto & Yundra, t.t.) . SMK harus memiliki fasilitas yang memadai
untuk menunjang pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
meningkatkan motivasi serta keaktifan siswa saat pembelajaran, sekolah perlu
menyediakan bahan ajar dan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif, bahan ajar
yang paling penting di sekolah adalah modul ajar (Putra Albert, t.t.). Modul ajar
merupakan bahan ajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi di
dalam kelas kepada peserta didik saat kegiatan pembelajaran berlangsung (Tinggi &
Islam Binamadani, 2022). Modul ajar disusun sesuai dengan materi dan juga kebutuhan
peserta didik dan tersusun secara sistematis. Modul pembelajaran juga digunakan oleh
siswa dan guru dalam mengembangkan pola pikir dan menciptakan pembelajaran
yang terarah.
SMKN 1 Singosari sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka mandiri
belajar. Dalam kurikulum merdeka ini sekolah diberikan kebebasan dalam berkreasi
secara inovatif dalam menentukan capaian pembelajaran, alur tujuan pembelajaran
dan menggunakan perangkat ajar yang tentunya sudah ada panduan dari Kemdikbud.
Guru dapat membuat modul ajar sesuai dengan materi dan juga capaian pembelajaran
yang sudah ditentukan oleh sekolah. Hal ini menyebabkan guru-guru di SMKN 1
Singosari harus membuat modul ajarnya sendiri karena tidak ada modul ajar yang
disediakan oleh Kemdikbud. Berdasarkan hasil observasi di SMK Negeri 1 Singosari,
dalam hal ini peneliti melihat langsung, tidak terdapat modul ajar yang dapat
digunakan untuk kegiatan pembelajaran mata pelajaran Mesin Mekanik Industri pada
kelas XI SMK Negeri 1 Singosari. Karena saat menerapkan kurikulum merdeka ini
para guru perlu menggunakan modul ajar sebagai panduan pembelajarannya
Berdasarkan analisis permasalahan diatas ditemukan bahwa tidak ada modul
ajar yang digunakan oleh guru saat mengajar mata pelajaran Mesin Mekanik Industri
pada materi Mekanik dan Pompa Kompresor, hal ini menyebabkan pembelajaran
masih berjalan secara konvensional dan kurangnya panduan guru dalam pembelajaran
yang sesuai dengan panduan kurikulum merdeka. Media yang dapat dikembangkan
adalah dengan memanfaatkan modul ajar yang kreatif, inovatif, dan variatif sesuai
dengan materi sistem kontrol dan kebutuhan peserta didik di SMK Negeri 1 Singosari.
Penggunaan modul ajar ini sangat penting dalam pembelajaran karena merupakan
panduan bagi guru saat di dalam kelas. Modul ajar merupakan rujukan serta kerangka
kerja yang menggambarkan prosedur dan komponen yang mendukukung untuk
mencapai capaian pembelajaran yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila di setiap
tahap perkembangan dalam suatu mata pelajaran (Kemendikbud, t.t.)

B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut merupakan tujuan penelitian dan
pengembangan antara lain :
1. Menghasilkan modul ajar pada pembelajaran Mekanik Pompa dan Kompresor
berbasis kurikulum merdeka yang telah dikembangkan dan di uji cobakan
kelayakannya pada siswa jurusan Teknik Mekanik Industri SMKN 1 Singosari.
2. Mengetahui kelayakan dari modul ajar pada pembelajaran Mekanik Pomda dan
Kompresor berbasis kurikulum merdeka pada siswa jurusan Teknik Mekanik
Industri SMKN 1 Singosari.

C. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan


Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian dan pengembangan ini
adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan modul ajar pada materi Mekanik Pompa dan Kompresor berbasis
kurikulum merdeka yang efektif, praktis, dan dapat dijadikan panduan saat
pembelajaran terkait materi Mekanik Pompa dan Kompresor pada mata pelajaran
Mesin Mekanik Industri.
2. Modul ajar yang dikembangkan pada materi Mekanik Pompa dan Kompresor
memenuhi kriteria modul ajar kurikulum merdeka. Adapun kriterianya sebagai
berikut :
a. Esensial, pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran dengan pengelaman
belajar dan lintas disiplin.
b. Menarik, bermakna, dan menantang
c. Relevan dan kontekstual, modul yang berhubungan dengan pengetahuan serta
pengalaman yang dimiliki dan sesuai dengan konteks pembelajaran.
d. Berkesinambungan, adanya keterkaitan alur pembelajaran sesuai dengan fase
belajar siswa.

Berikut ini komponen modul ajar secara umum :

1. Informasi Umum
a. Identitas penulis modul
b. Kompetensi awal
c. Profil Pelajar Pancasila
d. Sarana dan prasarana
e. Target peserta didik
f. Model pembelajaran
2. Komponen Inti
a. Tujuan pembelajaran
b. Asesmen
c. Pemahaman bermakna
d. Pertanyaan pemantik
e. Kegiatan pembelajaran
f. Refleksi peserta didik dan pendidik.

D. Manfaat Penelitian dan Pengembangan


Pentingnya sebuah penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran bagi
tiap komponen adalah :
1. Bagi guru khususnya guru kejuruan Teknik Mekanik Industri, serangkaian modul
ajar ini dapat dijadikan pedoman serta panduan dalam melaksanakan
pembelajaran pada mata pelajaran Mesin Mekanik Industri khususnya pada materi
Mekanik Pompa dan Kompresor yang sesuai dengan kurikulum merdeka.
2. Bagi siswa kejuruan Teknik Mekanik Industri serta siswa yang sesuai dengan
materi Mekanik dan Pompa Kompresor, modul ajar ini dapat dimanfaatkan
sebagai sarana dan panduan belajar yang efektif dalam mata pelajaran Mesin
Mekanik Industri.

E. Batasan Penelitian dan Pengembangan


Dalam memanfaatkan modul ajar berbasis kurikulum merdeka pada materi
Mekanik dan Pompa Kompresor agar maksimal, maka ada beberapa hal mendasar
[ada penelitian ini yaitu :
1. Materi pengembangan yang dirancang harus didasarkan pada capaian
pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran agar sesuai dengan siswa kejuruan
Teknik Mekanik Industri di SMKN 1 Singosari.
2. Materi dalam pengembangan modul ajar ini hanya tentang Mekanik dan Pompa
Kompresor pada mata pelajaran Mesin Mekanik Industri yang disesuaikan dengan
CP & ATP.
3. Uji coba yang dilaksanakan hanya sampai dengan uji coba kecil dikarenakan
tujuan dari uji coba ini sebatas untuk mengetahui kelayakan dari modul ajar
berbasis kurikulum merdeka.
4. Peran modul ajar berbasis kurikulum merdeka dapat digunakan oleh guru dan
siswa saat mempelajari materi Mekanik dan Pompa Kompresor sebagai panduan
dalam kegiatan pembelajaran.

F. Definisi Operasional
Terdapat beberapa istilah yang termuat dalam penelitian dan pengembangan
berikut yaitu :
1. Kurikulum merdeka merupakan rancangan kurikulum yang berfokus terhadap
kemandirian serta fleksibilitas guru dan siswa untuk menjadi kreatif dan inovatif
dalam memaksimalkan diri dalam menggali potensi yang ada pada diri siswa.
2. Modul merupakan sebuah bahan ajar cetak yang dibuat secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan dapat dipelajari oleh siswa secara
mandiri.
3. Modul ajar kurikulum merdeka merupakan pengganti dari RPP yang tersistematis
dan bersifat variatif dan berkaitan dengan materi pembelajaran, metode
pembelajaran, interpretasi, dan teknik dalam mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis untuk mencapai indicator keberhasilan yang diharapkan.
4. Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan
proyek sebagai focus pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
mencapai kompetensi pengetahuan serta keterampilan peserta didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Selanjutnya (Hamdunah, 2016) menyatakan
bahwa modul berisi rangkuman materi pelatihan dan mencakup bagaimana siswa
membangun pengetahuan. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan dengan
memungkinkan peserta didik menyesuaikan diri dengan karakteristik lingkungan sosialnya
(Rosita, 2016). Karena dalam tujuan pngembangan modul adalah mempermudah dan
memperjelas penyajian hingga dapat efrktif dalam pembelajaran. Selanjutnya, modul juga
mengatasi masalah keterbatasan waktu, ruang, sehingga peserta didik dapat belajar dengan
seamless, dimana saja dan kapan saja. Modul sangat penting karena dapat dipelajari
kapanpun dan dimanapun tanpa menggunakan alat khusus, menyajikan kata, gambar dan
angka, menyampaikan pesan pembelajaran, meningkatkan motivasi siswa dan membuat
beban belajar lebih merata. Ini adalah media yang mudah. dibagikan dan guru dapat melihat
siswa mana yang lulus atau gagal (Amanda Setyandaru dkk., t.t.). Penggunaan modul
dianggap sangat efektif karena dianggap dapat membantu siswa dalam memahami
pelajaran. Dalam mengembangkan modul ada banyak variasi yang bisa digunakan, dan
isi modul juga berbeda-beda bergantung pada batasan materi, kebutuhan, dan desain yang
diinginkan.

Untuk menciptakan modul yang efektif dan efisien pengembang harus memperhatikan
karakteristik modul yang ada, diantaranya adalah : 1) Self Instruction Ini adalah fungsi
belajar mandiri modul penting yang memungkinkan Anda belajar sendiri tanpa bergantung
pada orang lain. 2) Self Contained Suatu modul dikatakan mandiri jika sudah memuat semua
materi pembelajaran yang diperlukan. Tujuan dari konsep ini adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari secara tuntas materi pembelajaran yang
dikemas secara utuh. 3) Standalone adalah fungsionalitas modul yang tidak bergantung atau
perlu menggunakan buku teks atau media lain. Dengan menggunakan modul, mahasiswa
tidak membutuhkan bahan lain untuk mempelajari atau menyelesaikan modul. 4)
Adaptability Modul harus sangat adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebuah modul dikatakan adaptable jika dapat beradaptasi dengan kemajuan
teknologi dan dapat digunakan secara fleksibel di berbagai perangkat keras. 5)
Friendly/Friendly Modul harus user-friendly atau mengikuti aturan user-friendly dan friendly.
Semua instruksi yang ditampilkan dan menampilkan informasi nyaman dan ramah pengguna,
termasuk yang dapat dengan mudah ditanggapi dan diakses oleh pengguna sesuai kebutuhan.

Dalam pengembangan modul terdapat 3 tahapan yang harus dilakukan. Yang pertama
adalah menentukan strategi pembelajaran. Dalam pengembangan modul strategi apa yang
akan diterapkan pada penggunaan modul, dalam tahap ini pengembang harus memperhtaikan
karakertistik siswa, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, memproduksi atau
mencetaknya dalam wujud fisik. Komponen isi modul antara lain meliputi: tujuan belajar,
prasyarat pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan
belajar dan komponen pendukungnya. Dan yang terakhir adalah mengembangkan perangkat
evaluasi. Perangkat evaluasi haruslah memenuhi semua aspek kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terkait) sehingga dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah
ditetapkan. Berikut merupakan format untuk pengembangan modul .

a. Halaman Sampul
Memuat keterangan pada halaman sampul seperti judul modul, dan mata pelajaran.
b. Kata Pengantar
Berisikan penjelasan secara singkat mengenai isi modul.
c. Daftar Isi
Daftar urutan nomor halaman dari isi modil.
d. Peta Kedudukan Modul
kedudukan modul yang ditujukan menggunakan diagram yang dimuat.
e. Glosarium
Daftar kata istilah yang ada pada modul yang dilengkapi dengan deskripsi atau arti dari kata
tersebut.
I) PENDAHULUAN
a) Deskripsi
Penjelasan yang memuat isi, indikator ketercapaian, dan manfaat dari modul.
b) Prasarat
Syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik berupa pemahaman materi sebelumnya
yang telah dipahami.
c) Petunjuk Penggunaan Modul
Berisi petunjuk penggunaan yang meliputi persiapan yang dibutuhkan oleh peserta
didik dan kelengkapan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
d) Tujuan Akhir
Target yang akan dicapai dengan penggunaan modul.
e) Kompetensi
Susunan pertanyaan yang berguna untuk menilai pemahaman peserta didik tentang
materi yang disajikan dalam bahan ajar.
II. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa


Berisikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik yang terdapat
pada modul.
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.
b. Uraian Materi
Materi yang akan dipelajari untuk mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
c. Rangkuman
Uraian materi yang disajikan dengan singkat dan jelas.
d. Tugas
Berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari bisa
menggunakan projek ataupun analisis masalah.
e. Tes Formatif
Berfungsi untuk mengetahui hasil pemahaman siswa tentang materi dengan tes tertulis.
f. Kunci Jawaban Formatif
Berisi jawaban dari soal tes tertulis, agar siswa bisa mengetahui hasil belajar dari materi
yang telah dipelajari.
g. Lembar Kerja
Berfungsi untuk mengetahui hasil pemahaman psikomotorik peserta didik.
2. Kegiatan Belajar 2- seterusnya
III. EVALUASI

Penilaian hasil belajar dari peserta didik.


a. Kognitif Skill
Berisi penilaian terhadap kemampuan peserta didik.
b. Psikomotor Skill
Berisi penilian terhadap keterampilan peserta didik.
c. Attitude Skill
Penilaan sikap ketika pembelajaran dan kesesuaian dengan kompetensi dasar.
d. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart
Penilaian produk yang telah dibuat atau dikerjakan dengan standar kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Kunci Jawaban
Jawaban dari pertanyaan soal evaluasi.
Daftar Pustaka
Daftar refrensi yang digunakan sebagai acuan ketika Menyusun modul.

2.2 Bahan Ajar


Dalam sebuah proses pembelajar tentunya sangat diperlukannya bahan ajar sebagai
sumber belajar. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis
materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan,
dan sikap atau nilai.(Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, 2006). Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu
pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditentukan. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan
yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
mandiri dan dirancang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Suatu bahan ajar haruslah
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk
membantu dan menunjang proses pembelajaran (Magdalena et al., 2020). Bahan ajar sediri
mempunyai peran penting dalam sebuah pembelajaran. Karena dalam proses belajar ini,
bahan ajar akan menjadi sebuah sumber pengetahuan yang ditransferkan pada peserta didik.
Melalui bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran (Nana Sudjana,
2004:64).Yang nantinya pengetahuan yang terdapat pada bahan ajar ini haruslah disesuaikan
dengan kebutuhan dari peserta didik. dengan demikian peserta didik akan lebh mudah
mendapatkan pengetahuan dari bahan ajar yang dibuat. Oleh karena itu, bahan ajar dianggap
sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran (Ryan
Fitrian Pahlevi, n.d.). Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang
berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, karena
siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas(Nurdyansyah, t.t.).

Dalam pembuatan bahan ajar yang berkualitas tentunya banyak hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangannya. Hal ini dikarenakan bahan ajar yang dipilih untuk
diajarkan oleh guru pada satu pihak dan harus dipelajari peserta didik di lain pihak harus
berupa bahan ajar yang betul-betul mendorong tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu standar
kompetensi dan kompetensi dasar . Diantaranya hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
materi pembelajaran. Beberapa aspek yang perlu dipahami ketikan memilih materi
pembelajaran seperti pengetahuan konsep, pengetahuan fakta, proses pembelajaran, nilai,
keterampilan, hingga masalah yang relate dengan kehidupan sehari hari. Dalam pemilihan
materi tedapat prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut mencakup : prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan ( Aunurrahman, 2009 ).

Yang pertama adalah prinsip relevansi. Artinya materi yang disajikan untuk bahan
ajar harus relevan atau memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran , standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus atau yang dicapai oleh peserta didik. selanjutnya, terdapat
prinsip konsistensi, atau disebut dengan keajegan. Misalnya dalam sebuah materi terdapat
lima standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik maka harus terdapat lima macam
materi yang disajikan. Itu merupakan sebuah contoh dari prinsip keajegan. Yang terakhir
adalah prinsip kecukupan. Yang dimaksud prinsip ini adalah materi yang dijarkan harus
cukup untuk menunjang peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Bahan ajar yang disajikan juga tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika terlalu
sedikit maka pengetahuan dan capaian yang didapatkan peserta didik akan sangat minim,
sedangkan jika terlalu banyak materi yang disajikan maka terjadi ketidak efektifan dalam
proses pembelajaran.

Menurut (Herry Hernawan dkk., t.t.) jenis dari bahan ajar terdapat beberapa
diantarnya Yang dimaksud dengan 'dirancang' adalah bahan ajar yang lengkap, yang
mencakup semua komponen pembelajaran secara utuh, seperti tujuan pembelajaran atau
keterampilan yang ingin dicapai, kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa,
materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, dan ilustrasinya. media dan visual
pembelajaran, latihan dan tugas, penilaian dan umpan balik. Kedua, materi pembelajaran
yang “dirancang” tidak lengkap. Artinya bahan pembelajaran dirancang dalam bentuk
komponen pembelajaran yang terbatas, seperti berupa sumber belajar, media pembelajaran,
atau alat peraga yang digunakan sebagai alat bantu saat dibawa oleh pendidik dan peserta
didik. Jika kita lihat berdasarkan bentuknya maka bahan ajar terbagi menjadi dua yaitu, .
Printed Materials dan Electronic Materials. Yang pertama printed materials berarti bahan ajar
yang dicetak dalam betuk hard file seperti contohnya adalah handout, Buku Pelajaran, Modul,
Programed materials. Selanjutnta, Electronic Materials adalah bahan ajar yang dapat diakses
secara elektronik dengan menggunakan bantuan alat elektronik. Seperti CD interactive, TV,
Radio.

Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin mengembangkan bahan ajar berupa modul
yang termasuk dalam bahan ajar printed materials. Modul yang dikembangkan merupakan
modul sederhana. Yang artinya modul ini digunakan sebagai bahan pembelajaran tertulis
yang hanya terdiri atas beberapa halaman, bahan pembelajaran ini dibuat untuk kepentingan
pembelajaran selama 1-2 jam pelajaran. Berbeda dengan modul kompleks yang terdiri dari
atas 40-60 halaman, untuk 20-30 jam pelajaran. Modul kompleks ini dapat dilengkapi bahan
audio, video/film, kegiatan percobaan, praktikum, dsb.

2.3 Kurikulum Merdeka

Dapat kita ketahui kurikulum merupakan hal yang tidak akan lepas dalam sebuah
Pendidikan. Karena kurukulum merupakan salah satu hal penting pada sebuah proses
Pendidikan. Kurikulum menjadi acuan setiap pendidik dalam menerapkan proses belajar
mengajar (Boang Manalu dkk., t.t.). Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah (Jeflin, 2020). Indonesia merupakan
Negara yang sudah beberapa kali melakukan perubahan/revisi terhadap kurikulum (Fatmawati
& Yusrizal, t.t.). Seperti yang kita ketahui bahwa setelah pandemi, Menteri kemendikbud
membuat sebuah perubahan terhadap kurikulum. Setelah 8 tahun diterapkannya kurikulum
2013, kini kurikulum merdeka belajar telah diterapkan sebagai kurikulum terbaru..
Kurikulum merdeka belajar merupakan salah satu konsep kurikulum yang menuntut
kemandirian bagi peserta didik. artinya pserta didik diberikan kebebasan untuk mempelajari
hal hal di dalam Pendidikan formal maupun non formal. Dalam (Boang Manalu dkk., t.t.-
b)menjelaskan bahwa Eko Risdianto (2019:4) juga mengatakan bahwa kehadiran kurikulum
merdeka belajar ini juga bertujuan untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi
industri 4.0 dimana dalam perwujudannya harus menunjang keterampilan dalam berpikir
kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, serta terampil dalam berkomunikasi dan
berkolaborasi bagi peserta didik. Menurut Menteri nadiem dalam (Desviana Siregar &
Khotimah Harahap, 2020) menjelaskan bahwa Nadiem A. Makarim mengartikan merdeka
belajar sebagai sebuah kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk 2 belajar dengan
mandiri dan kreatif. Artinya sekolah, guru dan siswanya punya kebebasan dalam belajar dan
menyiapkan pembelajaran. inti Merdeka Belajar adalah sekolah, guru dan murid memiliki
kebebasan untuk melakukan inovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif (GTK,
2019).

Dalam pengimplementasian kurikulum merdeka belajar ini sudah banyak sekolah


yang telah menerapkannya. Pengertian penerapan kurikulum yaitu mempraktekkan atau
proses sebelumnya melakukan pemblajaran dan mempunyai tujuan yang sang penting dan
tidak bisa berdiri sendiri karena pelaksanaan tersebut sering dipengaruhi oleh objek (Wahid,
2015). Namun dalam penerapnnya terkadang masih terdapat banyak kendala yang harus
dihadapi oleh sekolah untuk menerapkan merdeka belajar dalam proses pembelajarannya.

2.4 Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah bentuk instruksi yang berpusat pada
siswa yang didasarkan pada tiga prinsip konstruktivis: pembelajaran adalah konteks khusus,
siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan mereka mencapai tujuan mereka
melalui interaksi sosial dan berbagi pengetahuan. dan pemahaman (Cocco, 2007). Ini
dianggap sebagai jenis pembelajaran berbasis inkuiri tertentu di mana konteks pembelajaran
disediakan melalui pertanyaan dan masalah otentik dalam praktik dunia nyata (Al-Balushi & Al-
Aamri, 2014) yang mengarah pada pengalaman belajar yang bermakna (Wurdinger dkk.,
2007). Dalam keterlibatan mereka dengan sebuah proyek, siswa dapat menghadapi masalah
yang perlu ditangani untuk membangun dan menyajikan produk akhir (Kokotsaki dkk.,
2016). (Helle dkk., 2006) berpendapat, PJBL adalah bentuk pembelajaran kolaboratif karena
semua peserta perlu berkontribusi pada hasil bersama dan memiliki elemen pembelajaran
pengalaman dengan refleksi aktif dan keterlibatan sadar daripada pengalaman pasif menjadi
penting.
Terdapat karakteristik dari pjbl , yang pertama adalah Instruksikan siswa untuk
mengeksplorasi ide dan pertanyaan Penting. Artinya siswa akan diberikan sebuah pertanyaan
pemantik sebagai masalah yang akan dihadapi peserta didik. lalu, peserta didik diberikan
waktu untuk mengeksplorasi masalah yang telah diberikan.; B. Ini adalah proses
inkuiri.setelah mendapatkan masalah selanjutnya adalah proses pemecahan masalah. Yang
mana peserta didik pada tahap ini akan berusaha mecari jawaban atau ide untuk memecahkan
masalah yang telah diberikan. C. Relevan dengan kebutuhan dan minat siswa. Makasudnya
adalah masalah, atau pembelajaran yang diebrikan sesuai dengan bakat serta minat dari
peserta didik.D. Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan mempresentasikannya,
karakteristik ini menggambarkan bahwa peserta didik harus membuat sebuah karya ataupun
projek lalu mempresentasikan apa yang teah dibuat dan dikerjakan selama proses
pebelajaran; e. menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan pencarian informasi
Melakukan penelitian, menarik kesimpulan, dan menciptakan produk. F. Ini menyangkut
masalah dan masalah dunia nyata, tentunya pembelajaran yang diberikan harus relate dengan
dunia nyata.

2.4 Penelitian yang relevan

Untuk menghindari terjadinya duplikasi mengenai penelitian yang dilakukan, peneliti


melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu, Berikut merupakan
beberapa penelitian yang selaras dengan penelitian yang akan dilakukan :

1. Penelitian Silvia & Sunaryo (2020) dengan judul “Pengembangan E-Modul Berbasis
Proyek Untuk Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Kejuruan”. Pada penelitian ini
diperoleh skor sebelum menggunakan e-modul sebesar 74,82 pada kategori rendah dan
setelah menggunaan e-modul naik pada niilai 85,03 pada kategori tinggi. Ini menandakan
bahwa e-modul efektif untuk meningkatkan motivasi belajar pada sekolah kejuruan.
2. Penelitian Winaldi, Nofri, Refdinal & Arwizet (2020) dengan judul “Pengembangan
Modul Pekerjaan Dasar Teknik Mesin Berbasis Project Based Learning di Jurusan Teknik
Permesinan SMK Negeri 5 Padang” mendapatkan hasil bahwa . Pengembangan modul
Pekerjan Dasar Teknik Mesin kategori valid. Hasil validasi ahli dan praktisi pendidikan
yang telah dilaksanakan. Hasil mengambarkan bahwa modul yang dikembangkan valid
dan praktis serta layak untuk digunakan dalam pembelajaran Pekerjan Dasar Teknik
Mesin.
3.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan research and development atau


biasa disebut R&D. Metode penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan
produk dan menguji keefektifan pada produk tersebut (HARYATI SRI, t.t.). Alasan utama
peneliti memilih penelitian dan pengembangan karena penelitian tersebut memiliki hakikat
utama yaitu menjadi sebuah alat konseptual dalam menciptakan produk tertentu (Sugiyono,
2010). Model yang akan digunakan dalam research and development oleh peneliti dalam
mengembangkan “Modul Ajar Mata Pelajaran Mesin Mekanik Industri Kelas XI SMKN 1
Singosari” adalah model pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE merupakan
sebuah model prosedural karena memiliki urutan langkah yang tersusun secara sistematis.
Prosedur penelitian dan pengembangan dalam model ADDIE (Branch, 2010) terdiri atas
lima tahap, yaitu 1)Analysis, 2) Design, 3) Development, 4) Implementation, 5) Evaluation.

Gambar 3. 1 Tahapan Model Pengembangan ADDIE


1. Tahap Analisis (Analysis)
Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan berbagai data terkait apa saja yang
dibutuhkan oleh objek penelitian yang terkait, atau bisa juga disebut need analysis guna
menelisik secara mendalam terkait mata pelajaran Mesin Mekanik Industri secara kajian
teoritik, analisis perlunya penelitian pengembangan dalam penyelesaian masalah yang
ada, serta peninjauan secara mendalam mengenai aspek kelayakan beserta syarat terkait
pengembangan media modul cetak.
2. Tahap Desain (Design)
Tahapan ini merupakan proses untuk merancang desain media yang ada, merancang
tujuan dari pengembangan media, merumuskan konten maupun materi pokok yang ada
dalam modul yang akan dikembangkan, serta perancangan terkait bagaimana proses
penggunaan produk media tersebut dan rancangan basis dasar yang konseptual dalam
pengembangan media.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Proses ini merupakan tahap merangkaian kegiatan yang ada dari tahap desain
sebagaimana telah tersusun secara kompleks, dan akan direalisasikan dalam tahap
pengembangan melalui penciptaan modul yang dirancang sesuai kebutuhan dan
rancangan kompleks, untuk menjadi produk yang siap secara fungsi.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Proses ini, peneliti melakukan uji coba produk yang telah komplit dan telah jadi,
untuk di uji coba melalui uji ahli yang terdiri dari dua ahli 1) ahli media, 2) ahli materi,
dan 3) calon pengguna. Tahap implementasi ini dilakukan dengan cara, peneliti
mendatangi ketiga pihak tersebut, dimana suatu hal yang dilampirkan adalah modul yang
telah jadi secara menyeluruh dari berbagai fiturnya. Modul tersebut diberikan melalui
transfer hard file atau dalam bentuk cetak, kemudian dari situlah, nantinya akan diujikan
berbagai hal yang ada dalam modul yang di uji. Tahap akhir ialah menyebarkan
instrumen terkait (1) kemenarikan, (2) kemudahan, (3) kegunaan, (4) ketepatan kepada
masing masing ahli media, ahli materi, dan calon pengguna. Pada instrument tersebut
juga disediakan lembar saran, sehingga hasil pemberian saran dapat ditindaklanjuti dalam
tahap evaluasi.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Tahap akhir dari serangkaian proses yang ada dalam tahap ADDIE. Kegiatan utama
yang akan dilakukan peneliti adalah uji ahli materi, uji ahli media, dan pengguna,
kemudian evaluasi produk dan revisi akhir dari pengembangan modul ini dilaksanakan
dengan landasan hasil data dan hasil uji ahli.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Rancangan penelitian dan pengembangan terkait media “Modul Ajar Mata Pelajaran
Mesin Mekanik Industri Kelas XI SMKN I Singosari” berdasarkan tahap research and
development ADDIE (Branch, 2009) didefinisikan dan dipaparkan sebagai berikut.

1. Analisis (Analysis)
Tahap analisis mengenai kebutuhan objek, pada rencana yang ada akan diperoleh
melalui wawancara yang dilakukan peneliti untuk meninjau respon dan tanggapan dari
guru di SMKN 1 Singosari, dengan melakukan wawancara kepada guru dan siswa untuk
mengetahui kondisi nyata dan kondisi yang diharapkan, meliputi analisis siswa, analisis
teknologi, analisis tujuan, analisis media, ketersediaan data dan analisis biaya.
2. Desain (Design)
Peneliti melaksanakan perancangan desain pengembangan modul berlandaskan
hasil tahapan analisis. Kemudian, peneliti juga membuat tujuan pengembangan produk
yang dikembangkan, sehingga dapat di proyeksikan ketercapaian atau keberhasilan
pelaksanaan pengembangan produk. Setelah itu peneliti menyusun pola pelaksanaan
dalam penggunaan media “Modul Ajar Mata Pelajaran Mesin Mekanik Industri Kelas XI
SMKN 1 Singosari”, dengan demikian dapat ditelisik mengenai bagaimana proses beserta
cara pemanfaatan modul tersebut.
3. Pengembangan (Development)
Tahap ketiga ini, hal yang dilakukan peneliti berdasarkan tahapan desain,
mengembangkan produk dari research and development berlandaskan pada seluruh
proses atau rancangan yang telah dilaksanakan. Yakni berupa modul Ajar Mata Pelajaran
Mesin Mekanik Industri Kelas XI di dalam modul tersedia gambar yang digunakan
sebagai pendukung dari penjelasan materi yang disampaikan didalam modul, modul yang
telah selesai didesain kemudian dilakukan proses validasi ahli. Produk yang telah
dikembangkan akan divalidasi oleh pakar atau tenaga ahli yang telah berpengalaman
untuk menilai, mengetahui kelemahan dan kekuatannya serta mengusulkan perbaikan
pada perangkat lunak. Hasilnya berupa saran, komentar, dan masukan yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis dan revisi terhadap media yang
dikembangkan, sehingga produk yang dikembangkan dapat dilihat kekurangan dan
berbagai kelebihan produk pengembangan yang ada dapat ditelisik secara akurat untuk
kompleksitas pencapaian tujuan dari research and development (Sugiyono, 2019), dan
dapat dikatakan layak untuk diimplementasikan didalam kelas, sebagai dasar untuk uji
coba produk pada siswa. Pada tahap ini penelitian mendapatkan validasi dari dua ahli,
yaitu :
a. Uji Ahli Materi
Peneliti melaksanakan pengujian ahli materi dengan guru Mesin Mekanik
Industri Kelas XI, yang sudah mengampu cukup lama pada mata pelajaran mesin
mekanik industri.
b. Uji Ahli Media
Peneliti melaksanakan uji ahli media dengan dosen dari jurusan teknologi
pendidikan guna menguji konten dari “Modul Ajar Mata Pelajaran Mesin Mekanik
Industri Kelas XI SMKN 1 Singosari”. Uji media tersebut dilaksanakan untuk
mengetahui apakah media yang dikembangkan sudah tepat untuk
diimplementasikan dengan meninjau aspek keunikan dan daya tarik bagi seorang
siswa dalam menggunakan modul tersebut.
Rangkaian proses uji ahli merupakan salah satu komponen yang memiliki urgensi
tinggi dalam research and development yang berguna untuk mengetahui terkait dengan (1)
efektifitas, (2) kegunaan, (3) praktis atau tidaknya modul, dan (4) kemenarikan produk
modul yang dikembangkan. Hasil uji ahli materi dan media berupa data yang sifatnya
kualitatif dan kuantitatif. Hasil kuantitatif diperoleh berdasarkan penilaian media melalui
isian penilaian yang telah disediakan, dan serta penilaian kualitatif berasal dari isian saran
yang diberikan penguji guna peningkatan kualitas media yang telah dikembangkan.

4. Pengimplementasioan (Implementation)
Tahapan keempat ini, dilaksanakan setelah proses validasi selesai dilakukan, dan
mendapat tanggapan positif dari ahli media dan ahli materi. Media yang sudah dikatakan
layak diimplementasikan diuji cobakan secara kelompok besar kepada siswa kelas XI
SMKN 1 Singosari. Uji coba ini dilakukan didalam kelas dan berinteraksi secara langsung
dengan siswa yang melakukan belajar secara individual, siswa akan berinteraksi dengan
media ini sehingga siswa terlibat secara aktif dan mandiri dalam pembelajaran. Kegiatan
uji coba kelompok besar melibatkan siswa sebagai subjek uji coba.

5. Evaluasi (Evaluation)
Tahap ini, peneliti mencatat dan menganalisis hasil dari uji ahli materi maupun ahli
media yang tentunya berdasar dari data kuantitatif dan data yang sifatnya kualitatif.
Setelah diketahui hasil yang ada, akan dilaksanakan perbaikan dalam memperbaiki
rancangan produk yang telah disusun dan dilaksanakan uji coba pada (1) ahli media, (2)
ahli materi, (3) calon pengguna. Luaran pada tahapan evaluasi ini, berupa produk media
modul cetak yang mengandung unsur (1) kemudahan, (2) ketepatan, (3) kemenarikan, (4)
kegunaan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan pada penerapan proses belajar
didalam kelas.
C. Uji Coba Produk

Uji coba, digunakan untuk memperoleh data terkait produk dari penelitian dan
pengembangan. Berbagai instrument yang disusun oleh peneliti sendiri berkenaan dengan
(1) kegunaan, (2) kemudahan, (3) ketepatan, dan (4) kemenarikan produk penelitian dan
pengembangan oleh peneliti. Bagian ini, dipaparkan terkait dengan desain uji coba, subjek
uji coba, jenis data, instrument pengumpulan data dan teknik analisis data yang dipakai oleh
peneliti dalam menciptakan media aplikasi melalui pendekatan penelitian dan
pengembangan.

1. Desain Uji Coba


Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan uji coba produk melalui dua
tahapan, yakni uji produk awal (ahli) dan uji lapangan terbatas untuk calon pengguna
produk. Tahap awal peneliti melaksanakan uji coba produk pada ahli materi oleh guru
pengampu mata pelajaran Mesin Mekanik Industri dan ahli media oleh bidang teknologi
pendidikan. Tahap kedua, akan dilaksanakan uji lapangan atau uji coba kelompok besar,
yaitu siswa Kelas XI SMKN 1 Singosari.
2. Subjek Uji Coba
Subjek penelitian ini ialah subjek uji produk research and development yang terdiri
dari uji ahli materi, ahli media dan calon pengguna media aplikasi.
a. Subek Ahli materi ialah seorang ahli, merupakan guru yang sudah lama
mengampu mata pelajaran mesin mekanik industri di SMKN 1 Singosari,
b. Subjek ahli media yang dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian
pengembangan produk ini adalah dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan
Universtias Negeri Malang.
c. Subjek uji calon pengguna modul cetak ini merupakan siswa kelas XI yang
sedang mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran mesin mekanik
industri.
3. Jenis Data
Data kuantitatif yang diperoleh oleh peneliti sendiri berasal dari instrumen
penilaian modul cetak yang mengacu pada nilai kegunaan, kemudahan, ketepatan, dan
kemenarikan produk modul yang telah disajikan dalam penelitian. Kemudian, data
kualitatif bersumber dari saran dari uji ahli dan pengguna.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data angket dialokasikan penyusun guna memperoleh data
penilaian beserta saran dari para ahli dan calon pengguna produk. Angket yang disusun
peneliti, disusun dengan skala penilaian disertai lembar saran dan komentar.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini mengunakan
Skala Likert, berisikan butir-butir pertanyaan yang memilih model berupa
penilaian yang berkaitan dengan kegunaan, kemudahan, ketepatan dan
kemenarikan. Pilihan jawaban yaitu sangat baik (SB), baik (B), kurang (K), dan
sangat kurang (SK). Berbagai susunan skala penilaian bertujuan untuk
mengetahui diterima atau tidaknya produk sebelum diimplementasikan.
1) Skor 4 mengandung maksud bahwa produk bersifat (1) sangat berguna, (2)
sangat mudah, (3) sangat tepat, dan (4) sangat menarik.
2) Skor 3 mengandung maksud bahwa produk bersifat (1) berguna, (2) mudah,
(3) tepat, dan (4) menarik.
3) Skor 2 mengandung maksud bahwa produk bersifat (1) cukup berguna, (2)
cukup mudah, (3) cukup tepat, dan (4) cukup menarik.
4) Skor 1 mengandung maksud bahwa produk bersifat (1) kurang berguna, (2)
kurang mudah, (3) kurang tepat, dan (4) kurang menarik.
Skala Likert relatif mudah dalam proses pembuatnya, dan responden juga
mudah meresponnya. Namun kelemahan dari instrumen ini adalah adanya
kecenderungan responden untuk mengisi instrumen sesuai dengan harapan
masyarakat (desireability bias). Instrumen dengan skala ini merupakan bentuk
yang sering digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran.

b. Pertanyaan Deskriptif
Pertanyaan yang dimaksud dalam bagian ini ialah kritik dan saran dari ahli
materi, ahli media, dan calon pengguna. Pertanyaan yang ada disusun agar
berbagai proses pengujian oleh ahli dan calon pengguna dapat memberikan
penilaian secara general mengenai produk dengan lebih jelas. Berikut adalah
instrumen pengembangan media aplikasi yang terkait disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Uji Ahli Materi
Aspek Indikator No Item
Kegunaan Menambah wawasan 5
Membangun 12
Pengetahuan Sendiri
Kemudahan Materi mudah dipahami 4

Ketepatan Urutan Materi 1, 9


Ilustrasi dengan materi 3, 7
Materi sesuai dengan 2, 6, 8
kurikulum dan
kompetensi dasar

Kemenarikan Mendorong 10, 11


Keingintahuan

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Uji Ahli Media


Aspek Indikator No Item
Kegunaan Ilustrasi, warna, desain 4, 12
mendeskripsikan isi
materi

Kemudahan Daftar isi runtut dengan 3, 8


materi

Ketepatan Desain Cover 1


Ilustrasi 5
Pemilihan Warna 2, 6
Pemilihan Jenis Font 11
Pemilihan Ukuran 9, 10
Spasi teks

Kemenarikan Modul yang 7


dikembangkan
Interaktif

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Uji Coba Pengguna


Aspek Indikator No Item
Kegunaan Tanda baca 12
Modul dapat digunakan 9
secara mandiri

Kemudahan Pengunaan Modul 8


Memahami kalimat 10

Ketepatan Kompetensi dengan 1, 5


K13
Materi yang disajikan 2, 3
Bahasa yang digunakan 11
Gambar 4, 7

Kemenarikan Desain layout modul 6

5. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menghasilkan data yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif, untuk
mengetahui kualitas atau kelayakan media pembelajaran berdasarkan penilaian dalam
bentuk persentase. Penjabaran mengenai kelayakan produk dengan melihat bobot masing-
masing tanggapan dan menghitung skor reratanya dianalisis melalui teknik berikut:

Keterangan :
X = Skor rata-rata
∑X = Skor total masing-masing
n = Jumlah penilai

Penilaian setiap aspek pada produk yang dikembangkan menggunakan Skala Likert,
dimana produk dapat dikatakan layak jika rata-rata dari setiap penilaian minimal
mendapat kriteria baik menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
P = Persentase
f = Skor yang diperoleh
N = Skor maksimal

Selanjutnya hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus persentase


dijelaskan dengan nilai persentase. Penilaian menggunakan skala lima jawaban dengan
rentang nilai empat sampai dengan satu. Nilai maksimum ideal diperoleh apabila semua
butir mendapatkan nilai empat dan nilai minimum diperoleh apabila semua butir pada
komponen tersebut mendapat nilai satu. Nilai maksimum ideal apabila dipersentasekan
akan diperoleh jumlah persentase sebesar 100% dan nilai minimum apabila
dipersentasekan akan diperoleh jumlah persentase sebesar 20%. Pembagian presentase
pada kriteria kategori dibagi menjadi 5 bagian dengan kategori sangat layak, layak,
kurang layak, dan tidak layak, dengan pembagian kategori kelayakan ada pada tabel 3.4

Tabel 3. 4 Kategori Kelayakan Media


Skala Kategori Presentase
4 Sangat Layak >75% - 100%
3 Layak >50% - 75%
2 Cukup Layak >25% - 50%
1 Tidak Layak 0% - 25%
(Sugiyono, 2016)
Dengan adanya kategori kelayakan media pada tabel diatas, maka rekapitulasi data
validasi dapat disimpulkan dengan berdasar kategori yang telah ditetapkan. Sehingga
indikator dalam penilaian kualitas modul cetak mata pelajaran mesin mekanik industri
kelas XI SMKN 1 Singosari dapat disimpulkan mengenai tingkat kelayakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Balushi, S. M., & Al-Aamri, S. S. (2014). The effect of environmental science projects on students
environmental knowledge and science attitudes. International Research in Geographical and
Environmental Education, 23(3), 213–227. https://doi.org/10.1080/10382046.2014.927167

Amanda Setyandaru, T., Wahyuni, S., & Dwi Aristya Putra, P. (t.t.). PENGEMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA 1).

Artikel ADM Hairunisa Jeflin (18029140) Minggu 3 (1). (2020). Hairunisa Jeflin.

Boang Manalu, J., Sitohang, P., Heriwati, N., & Turnip, H. (t.t.-a). PROSIDING PENDIDIKAN DASAR URL:
https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/index Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Kurikulum Merdeka Belajar. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174

Boang Manalu, J., Sitohang, P., Heriwati, N., & Turnip, H. (t.t.-b). PROSIDING PENDIDIKAN DASAR URL:
https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/index Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Kurikulum Merdeka Belajar. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174

Branch, R. M. (2010). Instructional design: The ADDIE approach. Dalam Instructional Design: The ADDIE
Approach. Springer US. https://doi.org/10.1007/978-0-387-09506-6

Cepi Barlian, U., & Iriantara, Y. (2021). PENERAPAN KURIKULUM 2013 REVISI DI MASA PANDEMI PADA
SMK IBS TATHMAINUL QULUUB INDRAMAYU. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1).

Cocco, Sandra. (2007). Student leadership development : the contribution of project-based learning.
Library and Archives Canada = Bibliothèque et Archives Canada.

Desviana Siregar, A., & Khotimah Harahap, L. (2020). PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS PROJECT
BASED LEARNING TERINTEGRASI MEDIA KOMPUTASI HYPERCHEM PADA MATERI BENTUK MOLEKUL.
Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Sains) (Vol. 10, Nomor 01).
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpps

Fatmawati, & Yusrizal. (t.t.). Analysis of the Utilization of Nature as a Learning Media in the Covid-19
Pandemic Era. https://doi.org/10.33258/birci.v4i4.2733

Hamdunah, H. , Y. A. , Z. & M. M. (2016). DEVELOPMENT A CONSTRUCTIVIST MODULE AND WEB ON


CIRCLE AND SPHERE MATERIAL WITH WINGEOM SOFTWARE. Journal on Mathematics Education,
7(2), 109.

HARYATI SRI. (t.t.). RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) SEBAGAI SALAH SATU MODEL PENELITIAN
DALAM BIDANG PENDIDIKAN.

Helle, L., Tynjälä, P., & Olkinuora, E. (2006). Project-based learning in post-secondary education - Theory,
practice and rubber sling shots. Higher Education, 51(2), 287–314. https://doi.org/10.1007/s10734-
004-6386-5

Herry Hernawan, A., Dra Hj Permasih, Mp., & Laksmi Dewi, Mp. (t.t.). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.

Kemendikbud. (t.t.). Apa Itu Perangkat Ajar? 2023.

KEMENDIKBUD. (t.t.). Kepmen No 262 Perubahan 56 Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pemulihan


Pembelajaran.
Kokotsaki, D., Menzies, V., & Wiggins, A. (2016). Project-based learning: A review of the literature.
Improving Schools, 19(3), 267–277. https://doi.org/10.1177/1365480216659733

Lazwardi Dedi. (2017). 1112-1988-1-SM. 7.

Magdalena, I., Sundari, T., Nurkamilah, S., Ayu Amalia, D., & Muhammadiyah Tangerang, U. (2020).
ANALISIS BAHAN AJAR. Dalam Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (Vol. 2, Nomor 2).
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara

Nurdyansyah, N. M. (t.t.). Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alambagi Siswa Kelas Iv
Sekolah Dasar.

Putra Albert. (t.t.). 21-Article Text-94-1-10-20201015.

Rosita, C. D. (2016). THE DEVELOPMENT OF COURSEWARE BASED ON MATHEMATICAL REPRESENTATIONS


AND ARGUMENTS IN NUMBER THEORY COURSES. Infinity Journal, 5(2), 131.
https://doi.org/10.22460/infinity.v5i2.219

Ryan Fitrian pahlevi 07503241022. (t.t.).

Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, D. (2006).
W U R I H A N D A Y A N I.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan R&D (hlm. 26–33). Alfabeta.

Suryaman, M. (2020). Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://
ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/

Tinggi, S., & Islam Binamadani, A. (2022). PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERBASIS KURIKULUM
MERDEKA Utami Maulida. Dalam Agustus (Vol. 5, Nomor 2).
https://stai-binamadani.e-journal.id/Tarbawi

Wahid, H. nur. (2015). Pengertian Penerapan Kurikulum. Acta Pædiatrica, 2–4.


http://eprints.umsida.ac.id/8285/1/9-nur wahid-182071200014.pdf

Wardiyanto, M. F., & Yundra, E. (t.t.). PENGEMBANGAN TRAINER KIT MIKROKONTROLLER ARDUINO UNO
BERBASIS IOT SEBAGAI MEDIA PENUNJANG PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SISTEM
KONTROL TERPROGRAM DI SMK NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO.

Wurdinger, S., Haar, J., Hugg, R., & Bezon, J. (2007). A qualitative study using project-based learning in a
mainstream middle school. Improving Schools, 10(2), 150–161.
https://doi.org/10.1177/1365480207078048

Anda mungkin juga menyukai