Anda di halaman 1dari 10

SMAIT ISLAM TERPADU INSANI

KOTA SUKABUMI

Kurikulum
Merdeka

Kesempatan Struktur
Perkembanga
Belajar Melalui Pembelajaran
n Perilaku
Pengalaman Fleksibel

Mengembangkan Modul Ajar Sebagai Pedoman Pembelajaran


Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Analisis
Dimensi Dan Elemen Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka memiliki 3 (tiga) fitur utama.
1. Perkembangan perilaku dalam pembelajaran di mana dalam
kerangka Kurikulum Merdeka, ada proporsi aktivitas
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
pembelajaran yaitu 20-30% jam sekolah/madrasah yang
digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
dalam rangka penguatan Profil Pelajar Pancasila.
2. Memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman
(learning by experience), dan mengintegrasikan keterampilan
yang diperlukan untuk dipelajari oleh siswa dari berbagai
disiplin ilmu.
3. Struktur pembelajaran yang fleksibel dimana capaian
pembelajaran ditetapkan berdasarkan fase-fase pencapaian
pembelajaran.
Dalam dokumen Kurikulum Merdeka sebagai contoh, ada 7 (tujuh)
tema utama dalam proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang
mana para guru dapat mengembangkan ketujuh topik tersebut
dan dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang lebih spesifik ke
dalam modul ajar sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI

Membangun jiwa dan raga;


Rekayasa dan teknologi untuk
membangun NKRI;
Bhineka Tunggal Ika;
Tema
Gaya hidup yang berkelanjutan;
Projek
Seni lingkungan Kewirausahaan;
dan
Suara Demokrasi.

Kriteria Sekolah/Madrasah yang Boleh Menerapkan Kurikulum


Merdeka.
Agar pelaksanaan Kurikulum Merdeka berjalan baik dan sesuai
dengan maksud dan tujuan, beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka sebagai
berikut :
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
1. Warga sekolah/madrasah menunjukkan minat tinggi dan
kesiapan menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki
pembelajaran.
2. Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum
Merdeka akan diminta terlebih dahulu untuk mempelajari
materi yang dikembangkan dari pusat. Setelah mempelajari
materi tersebut sekolah/madrasah memutuskan untuk
melaksanakan dengan cara mereka akan diminta untuk
mengisi formulir pendaftaran dan survei singkat.
3. Adanya proses pendaftaran dan pendataan pada
sekolah/madrasah bukan sebagai arena seleksi satuan
penyelenggara pembelajaran yang akan menerapkan
Kurikulum Merdeka.
4. Kesiapan dan kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru
dalam penerapan Kurikulum Merdeka untuk memahami dan
mengadaptasi kurikulum tersebut di konteks masing-masing.
Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di
semua sekolah/madrasah bukan hanya di sekolah/madrasah
yang punya fasilitas bagus atau yang berada di kota saja.
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
5. Perlunya ada pemetaan potensi diri sekolah/madrasah dalam
menyiapkan skema tingkat penerapan Kurikulum Merdeka
berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah/madrasah ketika
satuan pendidikan tersebut mendaftarkan diri sebagai
pelaksana Kurikulum Merdeka.
6. Sekolah/madrasah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi
dan kerangka Kurikulum Merdeka akan disarankan untuk
mengadopsi Kurikulum Merdeka secara penuh.
Sekolah/madrasah seperti ini sebenarnya sudah menerapkan
substansi dari pembelajaran yang ingin didorong melalui
Kurikulum Merdeka. Sekarang mereka diberi penguatan dan
rekognisi formal.
7. Sekolah/madrasah yang belum terbiasa akan disarankan
mencoba menerapkan Kurikulum Merdeka secara parsial. Di
tahun pertama, mereka masih menggunakan Kurikulum 2013,
namun sambil mempelajari dan menerapkan beberapa
komponen dari Kurikulum Merdeka. Misalnya, menggunakan
buku teks baru untuk mata pelajaran tertentu, menggunakan
asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi, atau
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk tema-tema
tertentu.
8. Tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran untuk menerapkan
Kurikulum Merdeka. Perlunya melakukan survey atau
pemetaan untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan
sekolah/madrasah dan menyiapkan bantuan yang diperlukan
sesuai kebutuhan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. 9.
Untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sekolah/madrasah
menyusun kurikulum operasional menjadi tugas dan
kewenangan sekolah/madrasah secara mandiri. Dengan
demikian kurikulum antar sekolah/madrasah bisa berbeda
sesuai dengan karakteristik murid dan kondisi
sekolah/madrasah asalkan tetap mengacu pada kerangka yang
sama sebagaimana dalam kerangka umum kurikulum
merdeka. Penyusunan kurikulum operasional
sekolah/madrasah merupakan bagian dari otonomi keilmuan
dan keprofesionalan guru. Sebagai profesional, guru memiliki
tugas dan kewenangan untuk bekerja secara otonom, mandiri,
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
dan akuntabel berlandaskan norma profesi dan keilmuan yang
relevan termasuk dalam penyusunan kurikulum.
Struktur Kurikulum Merdeka.
Struktur Kurikulum Merdeka merupakan pengorganisasian atas
capaian pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar.
Pemerintah mengatur 194 muatan pembelajaran wajib beserta
beban belajarnya. Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka dibagi
menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu: pembelajaran reguler atau
rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan pembelajaran
berbasis proyek yang diorientasikan untuk penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
Pembelajaran berbasis proyek untuk menguatkan pencapaian
Profil Pelajar Pancasila diatur sebagai berikut:
1) Dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan.
2) Tidak diarahkan untuk mencapai target CP tertentu, sehingga
tidak terikat pada konten mata pelajaran
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
3) Merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih fleksibel, tidak
terpaku pada jadwal belajar seperti kegiatan reguler, serta
lebih banyak melibatkan lingkungan dan masyarakat sekitar
dibandingkan pembelajaran regulerya)
4) Peserta didik berperan besar dalam menentukan strategi dan
aktivitas proyeknya, sementara guru atau pendidik berperan
sebagai fasilitator.
Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan
sebagai berikut:
1) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain.
2) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek
penguatan Profil Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan
dan/atau pemerintah daerah dapat mengintegrasikan muatan
lokal ke dalam tema proyek penguatan Profil Pelajar.
3) Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang
berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler.
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
Pengembangan Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka
Secara umum modul ajar merupakan satu kesatuan bahan
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara
mandiri dengan komponen dan petunjuk yang jelas yang dikemas
secara sistematis, menarik, dan menantang sehingga peserta didik
dapat mengikuti secara runtut tanpa campur tangan pengajar.
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka pada hakikatnya memuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Surat
Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), berbagai materi pembelajaran,
lembar aktivitas peserta didik, dan asesmen untuk mengecek
apakah tujuan pembelajaran dicapai peserta didik.
Dalam penyusun modul ajar, terdapat beberapa istilah baru yang
tidak ada sebelumnya di kurikulum 2013, diantaranya seperti:
Capaian pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila; pemahaman
bermakna; pertanyaan pemantik; bahan bacaan guru dan peserta
didik; serta glosarium.
SMAIT ISLAM TERPADU INSANI
KOTA SUKABUMI
Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana, media, metode,
petunjuk dan pedoman pembelajaran yang dirancang secara
sistematis dan menarik sebagai perangkat ajar yang di dalamnya
memuat alur tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari
capaian pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai