Anda di halaman 1dari 259

PENGENALAN ALAT

Fitokimia
TIM ASISTEN
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia UMI
TIMBANGAN ANALITIK

Timbangan analitik adalah sebuah


instrument atau alat laboratorium yang
digunakan untuk mengukur massa suatu
zat.

Timbangan analitik memiliki beberapa


nama lain seperti analytical balance,
neraca analitik, timbangan gram halus atau
timbangan laboratorium
PROSEDUR KERJA
TIMBANGAN ANALITIK
1. Gunakan masker dan handscoen
2. Letakkan timbangan pada permukaan yang stabil dan rata
3. Semua pintu timbangan dalam keadaan tertutup
4. Hubungkan timbangan dengan suplay listrik
5. Periksa kesetimbangan dari timbangan dengan melihat gelembung udara (water pass) berada
diposisi tengah. Biasanya berada dibagian belakang atau disamping tergantung timbangan yang
digunakan
6. Tunggu beberapa menit, timbangan akan melakukan check posedur dan test kalibrasi. Setelah
kalibrasi selesai, pada display akan menunjukkan off
7. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan timbangan
8. Display akan menunjukkan angka 0,0000 timbangan siap digunakan
9. Letakkan wadah di atas piringan (pan) dan tutuplah penutup timbangan
10. Lalu tekan tombol Tare
11. Ambil dan letakkan bahan yang akan ditimbang ke dalam wadah.
12. Kemudian tutup pintu kaca timbangan
13. Display akan menunjukkan berat bahan, kemudian catat
14. Buka kembali pintu kaca timbangan lalu ambil bahan dari timbangan
15. Tekan tombol On/Off untuk mematikan timbangan
16. Cabut aliran listrik apabila proses penimbangan sudah selesai.
17. Bersihkan timbangan setiap selesai digunakan
MIKROPIPET DAN TIP MIKROPIPET

Mikropipet merupakan alat yang Tip mikropipet adalah wadah berbahan


digunakan untuk mengukur polimer yang digunakan pada ujung mulut
volume sampel dalam jumlah mikropipet, dan berfungsi sebagai wadah
kecil dari 1-1000 µl sementara penampungan sampel saat
dipindahkan. Tip pada umumnya bersifat
disposable (sekali pakai)
PROSEDUR KERJA
MIKROPIPET

● Tahap 1 : Melakukan penghisapan cairan


1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD), seperti Handscon, Masker, dan baju lab.
2. Pasang pipet tips pada mikropipet yang anda gunakan, pastikan gunakan yang sesuai (blue tip, yellow tip, white tip).
3. Tekan Plunger sampai pada posisi pemberhentian pertama (First Stop) *, dan tahan menggunakan Ibu Jari anda.
4. Celupkan ujung pipet tip ke dalam cairan, pastikan posisinya berada di tengah cairan, tidak terlalu ke atas, tidak
terlalu ke dasar wadah.
5. Kemudian lepaskan tekanan pada ibu jari anda terhadapn plunger secara perlahan lahan sampai cairan masuk
memenuhi pipet tip anda.
6. Angkat mikropipet anda sampai pipet tip terangkat dari cairan.
7. Bersihkan dinding luar pipet tip menggunakan tissue atau kertas saring (Cukup bagian pinggirnya saja, jangan
bagian bawahnya)
8. Setelah itu masuk ke tahap 2.
PROSEDUR KERJA
MIKROPIPET

Tahap 2 : Mengeluarkan Cairan & Pembersihan


1. Arahkan ujung pipet tip ke dinding wadah penampungan cairan.
2. Sebaiknya miringkan wadah penampung agar cairan tidak langsung menghantam dasar wadah, melainkan melalui
dinding, dan posisi mikropipet tetap tegak lurus.
3. Tekan kembali plunger perlahan lahan sampai semua cairan keluar dari pipet tip sampai pemberhentian
pertama (First Stop)
4. Setelah anda sampai pada pemberhentian pertama, dan masih ada sisa sedikit cairan, maka lanjutkan menekan
plunger sampai pada pemberhentian kedua (Second stop)
5. gunanya Second stop adalah untuk mengeluarkan cairan yang tersisa sedikit di ujung pipet tips.
6. Setelah cairan berhasil di tuang ke wadah penampung, maka bila pipet tip sudah terkontaminasi, maka sebaiknya
pipet tip di buang ke wadah penampungan limbah.
7. Tekan tuas yang berguna untuk melepaskan pipet tip secara langsung.
8. Pastikan arah pipet tip sudah menuju ke pembuangan limbah, kemudian tekan tuasnya, dan pipet tip langsung
masuk ke pembuangan limbah.
9. Kembalikan mikropipet ke posisi tegak lurus menggunakan pipet stand.
SENTRIFUGE ULTRASONIK VORTEX

Sentrifuge merupakan alat yang Ultrasonik adalah alat untuk Vortex mixer merupakan alat yang
digunakan untuk memisahkan larutan membantu melarutkan sampel berfungsi untuk melarutkan suspensi
dari sedimennya dengan perputaran padatan dalam cairan denan pada tabung atau mengaduk larutan
pada kecepatan tertentu (biasa menggunakan sistem getaran dalam tabung reaksi sehingga bear-
digunakan untuk membantu proses suara benar homogen
kristalisasi/pemurnian)
PROSEDUR KERJA
SENTRIFUGE

1. Persiapkan larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan


2. Sambungkan centrifuge pada aliran arus listrik
3. Nyalakan centrifuge
4. Buka penutup centrifuge dengan tekan tombol open.
5. Masukan larutan ke dalam gelas tabung centrifuge. Larutan yang dimasukkan pada setiap tabung
haruslah sama ukurannya
6. Masukkan tiap tabung ke dalam lubang centrifuge. Untuk meletakkan gelas tabung berisi arutan yang
akan dimurnikan, tabung harus diletakkan secara bersilang berlawanan. Namun hal ini tidak perlu
dilakukan jika semua lubang pada centrifuge terisi penuh oleh tabung larutan yang akan dimurnikan.
7. Tutup kembali penutup centrifuge
8. Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan rotasi putaran (Rpm) yang
diinginkan
9. Tekan tombol on untuk memulai memurnikan larutan
10. Setelah pemurnian selesai, tekan tombol open dan ambil semua larutan dalam tabung yang telah
dimurnikan dengan cara mengambilnya secara berseling berlawanan pula
PROSEDUR KERJA
VORTEX MIXER

1. Sambungkan vortex mixer pada aliran arus listrik


2. Nyalakan vortex dengan menekan tombol ON
3. Letakkan wadah sampel di atas alat vortex yang terbuat dari karet dengan tetap memegang
dan menekannya ke tempat selama vortex bekerja. Biasanya wadah yang digunakan adalah tube
(tabung reaksi atau tabung mikrosentrifuga).
4. Putar tombol pengatur getaran ke angka yang kita inginkan. Atur kecepatan vortex dengan memutar
knop kearah kanan
5. Lakukan sampai sampel benar-benar homogen
6. Setelah selesai putar kembali tombol pengatur getaran ke angka nol
7. Matikan vortex dengan menekan tombol OFF
8. Cabut sambungan vortex dari aliran listrik
REFLUKS SOXHLET

Refluks merupakan alat yang digunakan


untuk mengekstrak suatu bahan yang
memiliki reaksi-reaksi yang berlangsung
pada suhu tinggi.

Soxhlet merupakan suatu alat yang


digunakan untuk mengekstraksi suatu
bahan dengan pelarutan yang berulang-
ulang dengan pelarut yang sesuai.
PROSEDUR KERJA
REFLUKS

1. Sampel yang ingin di ekstraksi di rendam dengan cairan penyari di dalam labu alas bulat
2. Sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan
3. Uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul cairan
penyari
4. Cairan penyari turun kembali menuju labu alas bulat
5. Kemudian menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat
6. Proses tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna
PROSEDUR KERJA
SOXHLET

1. Sampel yang ingin di ekstraksi ditempatkan di dalam timbel yang telah dilapisi kertas
saring
2. Kemudian cairan pelarut di panaskan dalam labu alas bulat sehingga akan menguap ke
atas
3. Kemudian akan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul cairan
4. Selanjutnya cairan jatuh ke dalam thimble dan akan menyaring zat aktif di dalam sampel
5. Jika cairan pelarut telah mencapai permukaan syphon arm, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
KOLOM KONVENSIONAL KOLOM CAIR VAKUM

Kolom cair vakum


(KCV) merupakan
alat pengembangan
dari kolom
konvensional dimana
pada penggunaannya
menggunakan bantuan
Kolom konvensional merupakan
pompa vakum untuk
suatu alat yang digunakan pada
memudahkan
metode kromatogafi untuk
penarikan eluen
memisahkan komponen-komponen
dalam suatu campuran, sehingga
dapat digunakan sebagai teknik
pemurnian
Methodology

Penyiapan Fase
Penyiapan Kolom
diam
Penyiapan alat dan Pemilihan metode
bahan yang akan
pengemasan
digunakan

Preparasi Sampel Proses Isolasi


Penyiapan ekstrak/ Proses pemisahan
fraksi yang akan senyawa yang ada pada
digunakan sampel
Prosedur Kerja KCV
Kolom kromatografi

Dipasang di statif
• Dimasukkan kapas pada dasar kolom primer
• Dimasukkan silica gel (40 gram Silika Kasar dan 10
gram Silika halus)
• Diletakkan kertas saring diatas silica gel
• Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
• Dinyalakan pompa vakum
• Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi

Ditampung dalam wadah


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Spektofotometer Infra Red (IR) sebagai alat


analisis kualitatif dan kuantitatif yang terdiri
dari beberapa range frekuensi
elektromagnetik yang berbeda dimana setiap
frekuensi bisa dilihat sebagai warna yang
berbeda

Spektofotometer UV-Vis adalah


alat yang digunakan untuk
pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan
cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel

SPEKTROFOTOMETER INFRA RED


PROSEDUR KERJA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

1. Siapkan alat dan bahan


2. Lakukan preparasi kuvet yaitu membersihkannya menggunakan metanol p. A.
3. Masukkan metanol p. A dengan pipet tetes melalu dinding kuvet, lalu bersihkan kuvet dengan cotton bud.
4. Lakukan pengukuran panjang gelombang. Setelah kuvet dibersibkan terlebih dahulu dimasukkan larutan
blanko, kuvet harus terisi minimal setengahnha agar bisa terbaca oleh spektro.
5. Lalu masukkan larutan blanko tadi ke dalam spektrofotometer
6. Dilanjutkan dengan menasukkan larutan baku kedalam kuvet lalu dimasukkan ke dalam
sepektrofotometer Larutan baku dan blanko kemudian diukur pada komputer yang terhubung dengan
spektrofotometer
7. Setelah pengukuran larutan baku keluarkan juvet berisi larutan baku dan biarkan larutan blanko tetap
dalam spektro, lalu masukkan sampel kedalam kuvet dan ukur kembali menggunakan spektrofotometer.
8. Lalu kembali ke komputer yang terhubung dengan spektrofotometer, lalu masukkan panjang gelombang
larutan baku yang sudah diukur sebelumnya
9. Masukkan data yang diperlukan dan tunggu hasil spektra dari pengukuran sampel tersebut
PROSEDUR KERJA SPEKTROFOTOMETER IR

A. Kalibrasi Spektrofotometer IR
1. Pastikan alat sudah tersambung dengan aliran listrik
2. Nyalakan spektro dengan menekan tombol ON dibagian belakang alat
3. Kemudian dibuat spectrum dari baku pembanding
4. Dibaca frekuensi dari puncak-puncak yang diperoleh dan dibandingkan dengan frekuensi table
5. Dibuat kurva kalibrasi antara kesalahan frekuensi dengan frekuensi eksperimental

B. Pengukuran Sampel
1. Ditimbang serbuk sampel menggunakan neraca analitik sebanyak yang diperlukan
2. Dilarutkan dengan pelarutnya, aduk hingga homogen
3. Dipindahkan ke labu ukur
4. Ditambahkan pelarut yang sesuai sampai tanda batas, kocok hingga homogen
5. Masukkan dengan pipet tetes ke dalam kuvet melalu dinding kuvet, lalu bersihkan kuvet dengan tissue
6. Dibaca pada alat spektrofotometer dengan gelombang sesuai rentang panjang gelombang dari sampel
7. Dibandingkan hasil dari sampel dengan larutan blanko
KROMATOTRON

Kromatotron memiliki prinsip


yang sama seperti kromatografi
klasik dengan aliran fase gerak yang
dipercepat oleh gaya sentrifugal
Prosedur kerja Kromatotron

Bagian-bagian dari kromatotron


ALAT GELAS, BEJANA, VIAL, CORONG

Vial Alat-Alat Gelas Corong

Alat gelas digunakan untuk menampung eluen, silica gel dan


hasil fraksinasi. Bejana Chamber adalah wadah yang dinakan
dalam proses elusi KLT. Vial digunakan sebagai alat penampung
hasil isolasi. Corong digunakan sebagai alat bantu untuk
Chamber memindahkan dan memasukkan larutan ke wadah yang memiliki
dimensi pemasukkan sampel bahan kecil
PROSEDUR KERJA
CHAMBER

1. Pastikan chamber dalam kondisi bersih dan kering


2. Masukkan eluen yang ingin di gunakan ke dalam
chamber
3. Eluen dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring
4. Lalu tutup kembali untuk menghindari eluennya
menguap
5. Jika sudah digunakan bersihkan dan keringkan kembali
ROTAVAPOR (Rotary Vacum
Evaporator)

Prinsip dari Rotavapor ini adalah proses pemisahan


ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan
penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih
pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan
PROSEDUR KERJA
ROTAVAPOR

1. Sampel atau ekstrak cair yang akan diuapkan dimasukkan kedalam labu alas bulat dengan
volume 2/3 bagian dari volume labu alas bulat yang digunakan,
2. Kemudian water bath distel pada suhu yang sesuai (5-10C dibawah titik didih pelarut yang
digunakan) dengan menekan tombol on-off.
3. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah diisi dengan ekstrak dipasang dengan kuat pada
ujung rotor yang menghubungkan kondensor.
4. Aliran air pendingin dan pompa vakum, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan
tertentu, kemudian dilanjutkan dengan mengaktifkan pompa vakum.
5. Setelah proses selesai, maka alat dihentikan dengan terlebih dahulu menekan tombol of pada
water bath, tombol rotor diputar kearah nol
6. pompa vakum dan aliran air dihentikan kemudian labu alas bulat dikeluarkan
7. kemudian kran vakum diputar pada posisi yang sama pada saat memasukkan sampel hingga sisa
udara dalam kondensor keluar secara sempurna
Thank You!
JENIS-JENIS EKSTRAKSI
TIM ASISTEN FITOKIMIA
TA. 2021/2022
1. DEFINISI EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau
senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan
menggunakan pelarut tertentu yang sesuai (Leba, 2017).
2. TUJUAN EKSTRAKSI
Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan sari atau
ekstrak dari tanaman tertentu yang akan digunakan sebagai
obat atau bahan obat dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.
3. PRINSIP EKSTRAKSI
Prinsip ekstraksi berkaitan dengan proses difusi dan
osmosis.
Difusi : proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah melewati membran
semipermeabel
Osmosis : proses perpindahan pelarut dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi melewati membran
semipermeabel

Pelarut akan masuk ke dalam sel melewati membran


semipermeabel, mendesak metabolit sekunder keluar
dari sel melewati membran semipermeabel.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat ekstraksi :
a. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi
Semakin banyak simplisia yang ingin diekstraksi
semakin lama proses ekstraksinya dan semakin banyak
pelarut yang digunakan
b. Derajat kehalusan simplisia
Berkaitan dengan luas permukaan simplisia. Semakin
kecil ukuran partikel dari simplisia semakin besar luas
permukaannya sehingga semakin banyak pelarut yang bisa
berkontak dengan simplisia
c. Jenis pelarut yang akan digunakan
Berkaitan dengan kecepatan proses ekstraksi.
Semakin tinggi suhu yang digunakan semakin cepat proses
ekstraksinya
d. Suhu/suhu penyari
Semakin lama waktu yang digunakan semakin banyak
analit yang dihasilkan (tetapi berisiko terhadap senyawa
yang bersifat termolabil).
e. Lama waktu penyarian
Semakin lama waktu yang digunakan semakin banyak
analit yang dihasilkan (tetapi berisiko terhadap senyawa
yang bersifat termolabil).
f. Proses ekstraksi
Ada beberapa bahan yang prosesnya harus
terlindung dari cahaya
5. JENIS-JENIS EKSTRAK
1. Ekstrak cair, yaitu ekstrak yang diperoleh dari hasil
penyarian dan masih mengandung cairan penyari
2. Ekstrak Kental, yaitu ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan dan tidak mengandung cairan penyari lagi
tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar
3. Ekstrak Kering, yaitu ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi dan
konsistensinya tetap padat
PEMILIHAN PELARUT
Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat fisika
dan kimia dari metobalit sekunder yang mau diekstraksi.
Sifat pelarut yang paling umum digunakan adalah sifat
kepolarannya yaitu pelarut polar, semipolar dan non-polar.
6. METODE EKSTRAKSI
Berdasarkan metodenya : konvensional, modern

Berdasarkan perbedaan suhu (temperatur)


Penyarian panas : destilasi uap air (steam destilation),
refluks, soxhletasi
Penyarian dingin : Maserasi, perkolasi

Berdasarkan proses tersarinya senyawa aktif :


Berkesinambungan : perkolasi, soxhletasi, refluks
Tidak berkesinambungan : maserasi, destilasi uap air
METODE EKSTRAKSI KONVENSIONAL
Kelemahan :
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Membutuhkan pelarut yang lebih banyak
3. Membutuhkan biaya lebih besar
4. Selektivitas rendah
5. Daya ekstraksi lebih rendah
A. MASERASI
Prinsip :
Pengambilan zat aktif dilakukan dengan cara merendam
bahan dalam cairan pengekstrak yang sesuai selama waktu
dan suhu tertentu. Cairan pengekstrak akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan pengekstrak melalui
proses difusi. Peristiwa ini berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel.
A. MASERASI
Prosedur :

• serbuk simplisia sebanyak 10 bagian


• dimasukkan ke dalam bejana maserasi (toples) ,
• ditambah 75 bagian cairan penyari,
• ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada suhu kamar
• disaring kedalam bejana penampung,
• Sari yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor.
Keuntungan :
a) mudah dilakukan
b) alat yang diperlukan sederhana
c) kemungkinan kerusakan senyawa kimia kecil
d) Cocok untuk senyawa yang bersifat termolabil

Kerugian :
a) Memakan banyak waktu
b) Pelarut yang digunakan cukup banyak
c) Beberapa senyawa sulit terekstraksi pada suhu kamar
B. PERKOLASI
Prinsip :
Simplisia dimasukkan ke dalam bejana silinder yang telah
diberi sekat berpori dibagian bawahnya. Pelarut dialirkan
dari atasa ke bawah melalui simplisia. Pelarut akan
melarutkan zat aktif yang ada di simplisia sampai keadaan
pelarut jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan ole kekuatan
gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di
atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan gerakan ke bawah.
Prosedur :

• Simplisia ditimbang
• dimaserasi selama 3 jam
• simplisia dipindahkan kedalam perkolator
• cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas
permukaan bahan, di diamkan selama 24 jam.
• kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan
mengalir dengan kecepatan 1ml/menit.
• Cairan penyari ditambahkan secara kontinyu hingga
penyarian sempurna.
• Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
dengan rotavapor
Keuntungan :
a) Cocok untuk senyawa yang bersifat termolabil
b) Pelarut yang digunakan selalu baru

Kerugian :
a) Pelarut yang digunakan banyak
b) Memakan banyak waktu
Kelebihan Perkolasi Dibandingkan Maserasi :
• Cairan penyari berganti terus menerus.

• Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia


membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.
Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi.
C.SOXHELATASI
Prinsip :

Menggunakan pelarut yang


selalu baru dalam
mengekstraksi analit yang
dituju sehingga terjadi
ekstraksi yang kontinu
dengan adanya jumlah
pelarut yang konstan yang
juga dibantu dengan
pendingin balik (kondensor).
Bagian-bagian Sokhlet :

Nama-nama instrumen dan fungsinya :


1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga
untuk mempercepat proses pengembunan.
2. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang
ingin diambil zatnya.
3. Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut
yang menguap dari proses penguapan.
4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila
pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu
alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi
sampel dan pelarutnya
6. Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
Soxhletasi termasuk dalam ekstraksi panas dan
dingin. Ekstraksi panas berlangsung ketika pelarut
dipanaskan kemudian uap dari pelarut akan melewati
pipa F kemudian masuk ke dalam kondensor. Di dalam
kondensor pelarut akan mengalami proses
pendinginan sehingga uap akan berubah menjadi
tetesan pelarut kemudian jatuh ke kedalam klonsong
yang berisi sampel. Setelah proses ekstraksi pelarut
akan melewati pipa sifon lalu masuk kembali ke dalam
labu alas bulat (prosesnya berkesinambungan).
Keuntungan :
a) Pelarut yang digunakan selalu baru
b) Sampel terekstraksi dengan pelarut murni
c) Pelarut yang digunakan sedikit
d) Cocok untuk senyawa yang tahan panas

Kerugian :
a) Tidak cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas
b) Pelarut yang digunakan harus mudah menguap
c) Memakan banyak waktu
D. REFLUX
Prinsip :

Ekstraksi dengan pelarut pada


temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dengan
jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dan adanya
pendingin balik
Prosedur :

• Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan


penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan
alat pendingin tegak (kondensor lurus),
• tempatkan diatas water bath atau heating mantel dan
diklem dengan kuat.
• Mantel disambungkan kesumber arus listrik kemudian
distel pada suhu yang sesuai sampai mendidih.
• Cairan penyari akan menguap,uap tersebut akan
dikondensasikan oleh pendingin balik sehingga
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan.
• Proses ekstraksi berlangsung secara berkesinambungan.
• Lakukan 3 kali dan setiap kali ekstraksi selama 4 jam.
Keuntungan :
a) Waktu yang diperlukan lebih sedikit
b) Menggunakan sedikit pelarut
c) Cocok untuk senyawa yang tahan panas

Kerugian :
a) Tidak cocok untuk senyawa yang termolabil
b) Cairan penyari dipanaskan terus-menerus sehingga
dibutuhkan pelarut murni
PERBEDAAN SOXHLET dan REFLUKS
Pada refluks tempat untuk pelarut dan sampel
yang akan diekstraksi sama yaitu di labu alas
bulat, sedangkan pada soxhletasi pelarut dan
sampel terpisah. Pelarut diletakan pada labu alas
bulat sedangkan sampel diletakan pada klonsong
D. DESTILASI UAP AIR
Prinsip :
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam
alat destilasi. Dibagian bawah alat terdapat pemanas yang
berfungsi untuk menguapkan campuran yang ada. Zat yang
memiliki titik didih paling rendah dalam campurannya akan
menguap terlebih dahulu. Uap yang terbentuk akan
mengalir keatas dan terkondensasi pada kondensor dan
membentuk cairan kembali lalu ditampung sebagai destilat
Prosedur :
• Sampel direndam dalam gelas kimia selama 2 jam
• Pada metode ini,menggunakan 2 bejana
• Bejana 1 berisi air yang dipanaskan
• Uap air digunakan untuk menyari simplisia pada bejana 2
• minyak menguap mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul minyak menguap yang menetes kedalam corong
pisah penampung yang telah berisi air.
• Lapisan minyak menguap dan air di pisahkan dan dilakukan
pengujian selanjutnya.
Minyak
menguap
Keuntungan :
a)Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih tinggi
b) Ekstrak yang dihasilkan benar-benar murni

Kerugian :
a) Alat yang digunakan lebih kompleks
b) Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas,
c) Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan
titik didih yang besar
E. INFUDASI / DEKOKTASI
Prinsip :
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya
digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut
dalam air dari bahan-bahan nabati. Metode ekstraksi ini
dilakukan dengan pemanasan pelarut hungga 90 derajat
selsius menggunakan panci khusus yang dilakukan selama
15 menit. Metode ekstraksi ini digunakan untuk bahan yang
lunak dan tahan terhadap pemanasan. Pelarut yang
digunakan adalah air.

Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan


menyari simplisia nabati dengan pelarut air pada suhu 90oC
selama 30 menit.
• Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air.
• Bejana infus tercelup dalam penangas yang berisi air
mendidih dengan temperatur terukur 900C.
• Infus dilakukan selama 15-20 menit, dekok 30 menit (Depkes
RI, 2000).
• Umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut
dalam air
• Sari yang dihasilkn tidak stabil
• Mudah tercemar
• Sari tidak boleh disimpan > dari 24 jam
METODE EKSTRAKSI MODERN
Keunggulan ekstraksi modern :

• Selalu berkembang mengikuti zaman


• Bersifat fleksibel dan mudah dimodifikasi
• Menghilangkan tahapan pembersihan dan pemekatan
sampel
• Mengurangi jumlah pelarut
• Minimalkan degradasi
• Meningkatkan efisiensi dan selektivitas ekstraksi
1. ULTRASONIC EXSTRACTION
Prinsip :
1. Transmisi Gelombang
Gelombang ultrasonik akan
bertransmisi ke dalam medium
dengan cara menekan dan menarik
jarak antar molekul. Saat
gelombang melewati medium, jarak
rata-rata antar molekul akan
menjadi bervariasi
2. Cavitation
Saat jarak antar molekul meregang,
akan terbentuk cavitation buble.
Cavitation akan menyebabkan
termolisis pada zat yang ada
dalam pelarut. Bila zat tsb bersifat
solid, maka ukuran partikelnya
akan mengecil, sehingga luas
permukaan solid yang diliputi
pelarut akan semakin lebar.
MEKANISME ULTRASONIC EXSTRACTION
Keuntungan:
• Peralatan sederhana (tidak kompleks)
• Murah
• Waktu ekstraksi singkat (20 menit, konve : 24 jam; 3-8 jam)

Kekurangan :
• Dapat terbentuk radikal bebas dan akhirnya perubahan yang tidak
diinginkan dalam molekul senyawa
RUMUS PERSEN RENDEMEN :

Rendemen adalah perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah


bahan baku. Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya
kandungan bioaktif yang terkandung. Semakin tinggi rendemen
maka semakin tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu
bahan baku.
TERIMAKASIH
PENGUAPAN PELARUT
PENGUAPAN
Penguapan (evaporasi) dimaksudkan untuk
mendapatkan konsistensi ekstrak yang
lebih pekat.

Penguapan ini dilakukan untuk


menghilangkan cairan penyari yang
digunakan sehingga tidak mengganggu
proses selanjutnya dan untuk memekatkan
konsentrasi larutan sehingga didapatkan
larutan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi.
PEMBAGIAN EKSTRAK

Ekstrak Cair Ekstrak Kental Ekstrak Kering

ekstrak yang yang diperoleh ekstrak yang telah ekstrak yang telah
dari hasil penyarian dan mengalami proses mengalami proses
masih mengandung cairan penguapan dan tidak penguapan dan tidak
penyari. mengandung cairan penyari mengandung pelarut lagi
lagi tetapi konsistensinya tetapi konsistensinya tetap
tetap cair pada suhu kamar padat (kering).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUAPAN

SUHU WAKTU

SAMPEL

KELEMBAPAN CARA PENGUAPAN


METODE PENGUAPAN
Tekanan yag diturunkan :
Rotavapor (Rotary Vacum
Evaporator)
Penguapan dengan aliran gas

Menggunakan pemanasan :
water bath, hair dryer 1
2 3
Beku kering : freeze dry

4
Vakum desikator

oven
SETIAP EVAPORATOR TERDIRI DARI:

1
Sebuahlabu penguapandanpenampung distilat

2
Suatu alat pindahpanas

3
Sebuahkondensor

4 Alat untuk menjaga tekanan vakum


ROTAVAPOR (Rotary Vacum Evaporator)

Prinsip : proses pemisahan ekstrak dari


cairan penyarinya dengan pemanasan
yang dipercepat oleh putaran dari labu,
cairan penyari dapat menguap 5-10º C di
bawah titik didih pelarutnya disebabkan
oleh adanya penurunan tekanan.
Prinsip tersebut membuat pelarut dapat
dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya
tanpa pemanasan yang tinggi.
● Collecting flask : Sebuah labu koleksi bundar besar
melekat ke kondensor untuk mengumpulkan distilat
ketika bentuk
● Rotary flask : labu dasar tempat sampel yang akan
dipisahkan
● Water bath : untuk memanaskan sampel dengan suhu
yang dapat diatur sesuai kebutuhan
 Sebuah labu koleksi bundar besar
melekat ke kondensor untuk
mengumpulkan distilat ketika bentuk

 Labu dasar tempat sampel yang akan


dipisahkan
KONDENSOR
Kondensor digunakan untuk mendinginkan uap
pelarut yang telah menguap.
Kondensor yang digunakan berbentuk spiral agar
uap pelarut dapat dikondensasikan dan proses
kondensasi berjalan dengan lancar.

Di dalam kondensor juga terdapat selang-selang


kecil yang berfungsi sebagai tempat mengalir
keluar uap gas yang tidak dapat
terkondensasikan atau sering disebut gas
liar/gas buang.

Kondensor juga memiliki lubang yang berfungsi


sebagai tempat keluar masuknya air dari mesin
pendingin
WATERBATH

Water bath merupakan alat yang


berfungsi untuk memanaskan sampel
dengan suhu yang dapat diatur sesuai
kebutuhan.
MESIN PENDINGIN

Mesin pendingin berfungsi sebagai alat


yang digunakan untuk mendinginkan
air yang akan dipompakan ke
kondensor.

Di atas alat ini terdapat dua selang


yang berfungsi sebagai tempat masuk
dan keluarnya air dari mesin pendingin
ke kondensor
POMPA VAKUM

Pompa vakum digunakan untuk


mengatur tekanan dalam labu,
sehingga mempermudah penguapan
sampel.
Cara Kerja
Catatan :
Proses penguapan ini dilakukan hingga memperoleh
ekstrak kental yang ditandai dengen terbentuknya
gelembung- gelembung udara yang pecah pada
permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi
pelarut yang menetes pada labu alas bulat
Prinsip dari metode
penguapan dengan aliran gas
Metode Aliran gas → adalah menurunkan tekanan
parsial uap air
menggunakan aliran gas,
dalam hal ini udara, sehingga
suhu penguapan turun.
Desikator
Desikator terdiri dari panci bersusun
dua yang bagian bawahnya diisi
bahan pengering. dengan penutup
yang sulit dilepas dalam keadaan
dingin. Ada 2 macam desikator yaitu
desikator biasa dan vakum.
Desikator vakum pada bagian
tutupnya ada katup yang bisa dibuka
tutup, yang dihubungkan dengan
selang ke pompa.
Oven

Prinsip dari metode oven pengering


adalah bahwa pelarut yang
→ terkandung dalam suatu bahan akan
menguap bila bahan tersebut
dipanaskan pada suhu 105° C selama
waktu tertentu.
Freeze Drying (lyophilisation,
lyophilization dan cryodesiccation)

Pengeringan beku (freeze


drying) adalah salah satu
metode pengeringan yang
mempunyai keunggulan dalam
mempertahankan mutu hasil
pengeringan, khususnya untuk
produk-produk yang sensitif
terhadap panas.
TERIMA KASIH
IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS (KLT)
TIM ASISTEN FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI UMI
2021-2022
TUJUAN PRAKTIKUM :

Mahasiswa mampu menjelaskan cara mengidentifikasi golongan


komponen kimia dengan metode KLT, memahami cara penggunaan
KLT, prinsip kerja KLT dan bagian-bagian KLT, dan mampu menghitung
nilai Rf (Retention Factor).

APA ITU KLT?

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu


metode analisis yang digunakan untuk memisahkan
suatu campuran senyawa secara cepat dan
sederhana. Prinsipnya didasarkan atas adsorpsi
dan partisi. Pemisahan dipengaruhi oleh fase gerak
dan fase diam.
Kegunaan : Kualitatif dan kuantitatif

• identifikasi komponen kimia , termasuk metabolit


sekunder
• Orientasi dalam pemilihan fase gerak pada saat proses
isolasi
• Penetapan kadar metabolit menggunakan alat
densitometer
PRINSIP KLT
PARTISI
Adalah penyebaran atau kemampuan
ADSORBSI suatu zat yang ada dalam sampel untuk
penjerapan suatu zat bergerak berdasarkan kelarutan
pada permukaan relatifnya dalam fase diam dan fase
Lempeng atau pada fase
gerak
diam Jika suatu zat afinitas dalam fase gerak
lebih besar maka akan terelusi lebih dahulu
dibandingkan zat yang lebih terikat pada
fase diam

KLT
4 4
Fase diam • bahan –bahan
atau yang tetap berada
adsorben dalam penyangga

• Bahan tempat
melekatnya fase
Penyangga
diam, contoh
lempeng , kaca,

• Fase gerak :
pelarut yang
Fase gerak bergerak melalu
fase diam , bentuk
: cair
FASE GERAK
Fase gerak dapat memisahkan senyawa karena
adanya perbedaan konstanta dielektrik.

FASE DIAM
Sebagai adsorben dapat digunakan silika gel, alumina,
tanah diatomae, selulosa, poliamida, resin, penukar ion,
sephadeks dan sebagainya. Dari berbagai adsorben
tersebut yang banyak digunakan adalah silika gel, karena
dapat dipakai untuk KLT adsorbsi maupun partisi. Tebal
lapisan berkisar antara 0,15 – 2,0 mm, tergantung pada
kebutuhan. Untuk analisis umumnya 0,2 mm. Untuk maksud
preparatif tebal lapisan ± 2,0 mm
Jenis silika gel pada KLT
fase normal Fase balik /Reverse Phase/ Rp -18

• Silika gel
• Silika gel direaksikan silica gel yang
• silika gel bersifat polar direaksikan dengan alkil rantai lurus
• senyawa polar bergerak lebih lambat C-18 mbtk fase octadecasilyl (ODS)
drpd komponen nonpolar jika fase diam  RP-18 ODS
silica gel atau alumina (karena senyawa
polar akan lebih terikat pada fase diam
silica gel yang bersifat polar) • silika gel bersifat nonpolar
• Senyawa yang nonpolar akan
bergerak lebih lambat karena fase
diam pada Rp 18 bersifat non polar
• Sebaliknya senyawa polar akan
bergerak lebih cepat Karena larut
dalam fase gerak
Pemilihan fase gerak
• Komponen kimia larut sesuai dengan sifat kepolarannya
a. Fase normal
• Pelarut nonpolar akan mempengaruhi pergerakan komponen non polar
• Komponen yang polar akan membutuhkan pelarut yang lebih polar
b. Fase balik
• pelarut yang digunakan : asetonitril atau campuran metanol dan air
Fase gerak
1. N-heksan
2. Sikloheksana
3. Kloroform
4. Benzena
5.
6.
Toluena
Diklorometan
Semakin
7.
8.
Etil asetat
Dietil Eter
polar
9. Aseton
10. N-propanol
11. Etanol
12. Metanol
13. Air
14. Asam asetat
Pemilihan pelarut

1. isokratik : menggunakan satu sistem pelarut


2. kombinasi : ( pencampuran 2 pelarut, pelarut non
polar dan pelarut polar) : n hexan:etil asetat (0,1; 4,4)
etil asetat : methanol (4,4 ; 5,1),
chloroform : methanol (4,1; 5,1)
3. step gradient dikembangkan dengan pelarut
nonpolar kemudian ditingkatkan kepolarannya setiap
dielusi  berguna untuk memisahkan pita yang
berdekatan
Perhitungan Polaritas campuran pelarut
• Dimana P’ab adalah index
polaritas dari fase gerak
• ɸAdan ɸB adalah volume fraksi
dari solven A dan solven B.
• P’a dan P’b adalah polaritas
index dari solven murni A dan B.

Contoh soal
1. berapa polaritas P’klororom-metanol(80:20)
• P’kloroform (lihat ditabel) = 4,1
• P’metanol (lihat tabel) = 5,1
• ɸ kloroform : 80/(80+20) = 80/100 = 0,8
• ɸ metanol : 20/(80+20) = 20/100 = 0,2
• P’klorofrom-metanol = 0, 8 * 4, 1 + 0, 2 * 5, 1 = 4, 3

• Kloroform : methanol ( 4:1)


Contoh soal 2
2. berapa polaritas P’klororom-etanol dengan perbandingan(4:1)
• P’kloroform (lihat ditabel) = 4,1
• P’metanol (lihat tabel) = 5,1
• ɸ kloroform = 4/ (4+1) = 4/5 = 0,8
• ɸ metanol = 1/(4+1) = 1/5 = 0,2
• P’klorofrom-metanol = 0, 8 * 4, 1 + 0, 2 * 5, 1 = 4, 3
Contoh soal
komposisi tersebut di cobakan sebagai
Hitunglah volume fraksi pelarut dengan index fase gerak, bagaimanana hasil
polarity pelarut campuran 4, 15 pemisahan.
Apabila masih kurang baik, maka dapat
• 4, 15 = x * 4.1 + (1- x) * 5.1 digunakan fase gerak yang memiliki
• 4, 15 = 4, 1 x + 5, 1 – 5,1 X
index polaritas yang lebih rendah lagi.
• 4, 15 – 5, 1 = 4, 1 x – 5, 1 x
Apabila tidak bisa dikombinasi antara
kloroform maupun metanol maka dapat
• - 0, 95 = -1 x menggunakan fase gerak tunggal
• x = 0, 95 terlebih dahulu yang memiliki index
polaritas lebih rendah daripada diatas.

Fase normal dengan


• berarti kloroform 0, 95 * 100 = 95 %
eluen kloroform : MeOH 95 : 5
metanol 100 – 95 = 5 %
• 4,2 = x * 4.1 + (1- x) * 5.1
• Mahasiswa melakuan Orientasi eluen • 4, 2 = 4, 1 x + 5, 1 – 5,1 X
menggunakan campuran eluen kloroform • 4, 2– 5, 1 = 4, 1 x – 5, 1 x
: methanol yang perbandingan tertentu
untuk mencapai polaritas campuran eluen • - 0, 9 = -1 x
menjadi 4.2. indeks polaritas untuk
masing pelarut adalah 4,1 dan 5,1 • x = 0, 9
• Berapakah perbandingan campuran eluen •
yang dimaksud? •
• berarti kloroform 0, 9* 100 = 90 %
• Metanol = 5,1x 0,1 = 0,51 • metanol 100 –90 = 10 %
• Klorofom = 4,1 x 0,9 = 3,69 •
• 90:10
RF (Retention Factor)
Perbandingan kecepatan ini disingkat dengan Rf
(Retention Factor

hRf = Rf · 100

Generally a solvent is chosen which gives an


Rf value of between 0.2–0.5 atau 0,2-0,8
(the region of maximum resolution efficiency on
the layer
Contoh proses elusi dengan eluen yang
berbeda kepolaran fase normal

Hexan : etoAc= Hexan : etoAc=


95 : 5 80 :20
ANALISIS SENYAWA DENGAN KLT

Analisis dengan KLT dapat


digunakan untuk mengidentifikasi
simplisia yang kelompok kandungan
kimianya telah diketahui. Kelompok
kandungan kimia tersebut seperti :
Alkaloid, antraglikosida, arbutin,
glikosida jantung, zat pahit,
flavonoid, saponin, minyak atsiri,
kumarin dan asam fenol karboksilat
dan valepotriate.
Penyiapan sampel
1. Alkaloid 2. Antraglikosida, arbutin, zat pahit dan flavonoid

Ditimbang 1 g serbuk simplisia Ditimbang 1 g serbuk simplisia

Basahi dengan 1 mL ammonia encer P Bahan disari dengan 5 ml methanol P. Penyarian


dilakukan dengan cara dipanaskan di atas
tangas air selama 15 menit
Bahan disari dengan 5 ml methanol P dilakukan
dengan cara dikocok pada suhu 600C selama 15
menit Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 mikroliter

Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 microliter Digunakan untuk pemeriksaan KLT

Digunakan untuk pemeriksaan KLT


3. Saponin 4. Glikosida Jantung

Ditimbang 1 g serbuk simplisia Ditimbang 1 g serbuk simplisia

Bahan disari dengan 5 ml methanol P. Penyarian Bahan disari dengan 5 ml methanol P. Penyarian
dilakukan dengan cara dipanaskan di atas dilakukan dengan cara dipanaskan di atas
tangas air selama 15 menit. tangas air selama 15 menit

Sari diuapkan sampai diperoleh 1 ml Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 mikroliter

Ditambah dengan 0,5 ml air dan 3 ml butanol P.


Sambil dikocok Digunakan untuk pemeriksaan KLT

Sari diuapkan sampai diperoleh 1 ml


Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 mikroliter

Digunakan untuk pemeriksaan KLT


5. Minyak Atsiri, Kumarin, Asam fenol karboksilat, dan Valepotriat

Ditimbang 1 g serbuk simplisia

Bahan disari dengan diklorometana P

Penyarian dilakukan dengan cara direfluks selama 15 meni

Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan sampai kering

Sari dikumpulkan, kemudian diuapkan

Sisa dilarutkan dalam 1 ml toluene P.

Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 mikroliter

Digunakan untuk pemeriksaan KLT


Senyawa Cairan Elusi Penampak Bercak
Kumarin Cairan elusi dengan ammonia atau kalium
dietil eter P–toluene P hidroksida 5 % etanol
(1:1) dijenuhkan (90 %) LP
dengan larutan asam
asetat P 10

CAIRAN ELUSI Flavonoid Cairan elusi etil


asetat P-asam format
difenilboriloksietilami
na LP, sitroborat
BERDASARKAN P-asam asetat glacial
HASIL UJI P-air (100:11:11:27)

PENDAHULUAN Alkaloid, Cairan elusi etil Penampak bercak


SEBELUMNYA antraglikosida, asetat P: methanol arbutin : biru berlin
arbutin, glikosida P:air (100:13,5:10) LP
YAITU : jantung, flavonoid Penampak bercak Penampak bercak
Pemilihan cairan atau saponin antraglikosida : glikosida jantung :
kalium hidroksida 5 % kedde LP, antimony
elusi dan etanol (95 %) LP (III) klorida LP
penampak bercak Penampka bercak zat
pahit : vanillin - asam
sulfat, besi (III)
klorida, biru
permanen LP,
komarowsky LP
Senyawa Cairan Elusi Penampak Bercak
Minyak atsiri Cairan elusi kloroform P– vanillin-asam sulfat LP,
etanol P–asam asetat asam fosfo molibdat LP,
glacial P (94:5:1) komarowsky LP

Alkaloid Cairan elusi toluene P–etil dragendorff LP, mayer,


asetat P–dietilamin P wagner, iodoplatina LP.
(70:20:10).

Saponin Cairan elusi kloroform P– vanillin- asam sulfat LP,


methanol P–air (64:50:10), darah LP
komarowsky LP

Minyak atsiri, kumarin, Cairan elusi toluene P–etil sam klorida-asam asetat
valepotriat, asam-asam asetat P (93:7) LP
padatumbuhan
Triterpenoid dan steroid n-hexan-etilasetat Liebermann Burchard LP,
vanillin-asam fosfat LP
Metode Praktikum (GUNAKAN MASKER DAN HANDSCOEN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi lempeng KLT, chamber, gunting, mistar, pipa kapiler,
pensil 2B, lampu UV254 dan UV366, oven, pinset. Bahan yang digunakan meliputi
ammonia encer P, metanol, tangas air, timbal (II) asetat, diklorometana P,
difenilboriloksietilamina LP, dietil eter P–toluene P (1:1), asam asetat P 10 %,
kalium hidroksida 5 %, etanol (90 %) LP, biru berlin LP, reagen Kedde LP, antimony
(III) klorida LP, reagen Vanillin - asam sulfat, besi (III) klorida, liebermann
Burchard LP, dragendorff LP, reagen Mayer, reagen Wagner, kloroform.

B. Prosedur Kerja
Penjenuhan Lempeng KLT dan penjenuhan Chamber
•Penyiapan Lempeng Silika Gel

Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20 x 20 cm

Potong dengan ukuran 8 cm x 1 cm (Untuk satu ekstrak)

Lempeng diberi garis penotolan menggunakan pensil 2b pada bagian bawah dengan
jarak 1 cm dan garis batas elusi 0,5 cm dari bagian atas.
• Penjenuhan chamber

Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap


dengan penutupnya.

Chamber diisi dengan eluen (lihat hasil uji pendahuluan


untuk menentukan jenis eluen yang digunakan). Diisi ±
0,5 cm tingginya, dihomogenkan putar arah 8
(orientasi atau penentuan eluen, berdasarkan literatur
)

Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang


panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian
ditutup.

Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring


hingga melewati penutup kaca (chamber dianggap
telah jenuh).
Mengapa wadah ditutup utk klt atau
kromatografi kertas
• Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa
astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut.
Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan
penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada
kertas.
Penotolan Sampel pada Lempeng

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Ekstrak n-Heksan/Eter (dilarutkan dengan kloroform), ekstrak metanol/etanol (dilarutkan dalam campuran
CHCl3 dan metanol dengan perbandingan 1:1) serta ekstrak n-Butanol (dilarutkan dengan methanol).
Dilarutkan dalam pelarut yang sesuai)

Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada lempeng yang
telah disiapkan (jika memungkinkan untuk tujuan kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5-
20mikroliter). TIGA KALI PENOTOLAN , SETIAP KALI PENOTOLAN DITIUP SPY KERING PELARUTNYA

Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke
dalam chamber yang telah dijenuhkan. DIMASUKKAN MENGGUNAKAN PINSET

Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
MENGGUNAKAN PINSET

Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV254, UV366, dan asam sulfat 10
% (foto semua hasil pengamatan).
Contoh proses elusi dengan eluen yang
berbeda kepolaran fase normal

Hexan : etoAc= CHCl3 : MeOH CH2Cl2 : MeOH


Hexan : etoAc=
80 :20 = 95 : 5 = 95 : 5
95 : 5

Proses elusi dapat diulangi dengan menggunakan eluen dengan kepolaran


yang berbeda, jika noda yang nampak masih kurang bagus
UV Dragendorf
TERIMA KASIH 
PARTISI EKSTRAK
Tim Asisten Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Partisi atau Fraksinasi adalah proses pemisahan
zat terlarut dalam 2 macam pelarut yang tidak
saling bercampur
Hal ini memungkinkan karena adanya sifat senyawa
yang dapat larut dalam air dan ada pula yang dapat
larut dalam pelarut organik
Partisi merupakan pemisahan
komponen berdasarkan perbedaan
kepolaran tergantung pada jenis
senyawa yang terkandung dalam
tumbuhan
PARTISI

Tujuan Prinsip
Untuk memperoleh
fraksi berdasarkan
tingkat kepolaran Like dissolves like
ekstrak dengan
metode yang sesuai
Partisi

Partisi Cair-Cair Partisi Padat-Cair


METODE PARTISI
 Uji Pendahuluan
● Sebelum dilakukan partisi cair-cair, dilakukan uji
pendahuluan Kelarutan dalam air.
1. Jika dapat larut, maka dilakukan partisi cair-cair.
2. Jika tidak larut, maka dilakukan partisi padat cair
Partisi Cair-Cair
Partisi cair-cair adalah proses pemisahan komponen
senyawa dalam 2 macam zat pelarut yang tidak
saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan
pelarut air.
Partisi Cair-Cair
 Pemisahan pada partisi cair-cair
mengikuti hukum koefisien distribusi
atau koefisien partisi yang merupakan
tetapan kesetimbangan, yakni kelarutan
relatif senyawa terlarut dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur,
KD = C2/C1

KD : Koefisien distribusi/koefisien partisi


C1 : konsentrasi zat terlarut dalam fase air

C2 : konsentrasi zat terlarut dalam fase organik


PENGERJAAN PARTISI CAIR-CAIR

Partisi cair-cair dilakukan dengan cara:


1. Pemisahan komponen menggunakan 2 fase pelarut yang tdk
saling bercampur.
2. Sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian
larut pada fase kedua.
3. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan
didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk
dua lapisan.
4. Fase air dan komponen kimia yang terpisah.
Partisi Cair-Cair

• Partisi cair-cair secara berturut-turut dapat dilakukan


dengan pelarut yang tidak dapat bercampur dengan
berbagai derajat kepolaran.

• Lebih baik menggunakan partisi berturutan dengan


volume relatif kecil dibandingkan satu kali partisi dengan
keseluruhan volume.
MEKANISME PARTISI

Fase 2 Zat
pelarut aktif
organik

Fase 1
Zat
(Aquades
)
aktif
MASALAH DALAM PARTISI
Beberapa fase organik (CHCl3 & CCl4) mudah
membentuk emulsi dengan fase air,
Contoh: jika terdapat partikel kecil atau yang terbentuk
oleh pengendapan, dapat timbul lapisan ketiga pada
antar muka kedua fase.
Bisa terjadi overlap compound pada hasil
partisi/fraksinasi.
Cara 1. Mengatasi emulsi:
1. Balik corong pisah secara hati-hati
dalam arah vertikal, diketuk sisinya.
Lapisan pelarut
2. Tambahkan sedikit EtOH atau MeOH II

sambil diikuti perlakuan No.1. Lapisan air

3. Penyaringan
Cara 2. Mengatasi emulsi :
1. Dipisahkan lapisan organik, lapisan air
dan lapisan ketiga.

2. Lapisan ketiga ditambahkan pelarut


organik.
Lapisan pelarut II
3. Yang larut digabung dengan lapisan
organik, sisanya ditambahkan pada Lapisan air

lapisan air
Partisi Padat-Cair
Partisi padat-cair (leactithing) adalah proses pemisahan
untuk memperoleh komponen zat terlarut dari
campurannya dalam padatan dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Pemilihan Pelarut, dimana pelarut yang


digunakan tergantung pada tingkat kepolaran
senyawa target yang ingin ditarik.
2. Suhu/temperature, semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi juga tigkat kelarutannya.
3. Waktu Kontak, semakin lama waktu kontak
maka semakin tinggi juga tingkat kelarutan.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMILIHAN PELARUT

a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang


tinggi.
b. Bersifat inert.
c. Reaktivitas.
d. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
Skema Kerja
Partisi Cair-Cair Partisi Padat-Cair
Ekstrak (± 1-2g) Ekstrak (±5g)
Disuspensikan dengan air 20 mL Disuspensikan dengan pelarut
Ditambahkan pelarut sesuai 40mL sesuai ±25mL
Dikocok hingga merata Dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
Dipisahkan fase air dan fase pelarut Diaduk hingga pelarut jenuh
Diambil fase air, diekstraksi kembali Dipisahkan antara padatan dan cairan
sebanyak 3x Dimasukkan kembali bagian yang
Disatukan fase pelarut tidak larut dalam erlenmeyer
Diuapkan Ditambahkan 25 mL pelarut sesuai
Fraksi Diulangi hingga pelarut bening
Disatukan fase pelarut
Diuapkan
Fraksi
Alat Partisi Padat- Alat Partisi Cair-Cair
Cair
BENTUK-BENTUK CORONG PISAH

• Bentuk Bulat (ex. Untuk terpen glukosida).


• Bentuk Lonjong (ex. Untuk lemak & saponin)
• Bentuk Segi Empat (ex. Untuk senyawa sintetik/murni)
Thank You!
“Don’t stop learning because life does’n stop teaching”
Metode Isolasi
Senyawa Bahan Alam

TIM ASISTEN
Praktikum Fitokimia
Lab. Farmakognosi-Fitokimia UMI
Table of contents

01 02
KKK KCV
Kromatografi Kolom Kromatografi Cair Vakum
Konvensional

04
03 HPLC/KCKT
KROMATOTRON High Performance Liquid
Chromatography /
Kromatografi
Kromatografi Cair kInerja
Sentrifugal
Tinggi
Introduction

Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam


suatu ekstrak kasar (crude extract) (Skalicka-Wozniak et al. 2008)
Proses Isolasi dapat menggunakan metode Kromatografi
PENGERTIAN
Kromatografi adalah teknik pemisahan komponen dari campuran analit dengan
struktur berbeda menggunakan prinsip perbedaan distribusi komponen tsb
dalam 2 fase yang terdiri dari fase gerak dan fase diam.
Kromatografi salah satu hal yang berperan penting kepolaran
Fase diam

Fase gerak

Ekstrak Pemisahan
Kepolaran  hal yang penting dalam Kromatografi

Kepolaran ditentukan oleh :

1. Gugus fungsi  kemampuan molekul utk terjadi ikatan hydrogen

nonpolar groups: CH3-, CH3O-, Ph-, CH3CH2 ( alkil rantai lurus)


polar groups: -COOH, -OH, -NH2, SO3H, PO3H2.

2. Konstanta Dielektrik

Konstanta dielektrik >>>  polar (pelarut )  kuat mengelusi

sebaliknya : konstanta dielektrik <<<  nonpolar pelarut kemampuan utk mengelusi


komponen rendah pada fase diam

Cara menentukan kepolaran : index kepolaran untuk pelarut


Kromatografi : pemisahan
Fase diam

Fase gerak

penyangga
Fase diam ( silika Gel)
Fase normal Fase balik
● silika gel bersifat nonpolar
● silika gel bersifat polar
● silica gel yang direaksikan dengan alkil
● senyawa polar bergerak lebih lambat
rantai lurus C-18 mbtk fase
drpd komponen nonpolar
octadecasilyl (ODS)  RP-18
● Adsorbsi terjadi krn adanya ikatan
ODS
hydrogen antara gugus fungsi dan
● Senyawa polar akan bergerak lebih
gugus hidroksil pada permukaan fase
cepat daripada komponen nonpolar
diam untuk silanol group (silica gel)
senyawa
nonpolar
Fase diam :
fase normal Fase diam :
polar fase balik
1. Kromatografi Adsorbsi : silica and alumina
Pemisahan terjadi jika satu komponen teradsorbsi lebih kuat pada fase
diam dibandingkan komponen lain.
Senyawa bergerak pada fase diam kecepatannya tergantung pada
keterikatan/afinitasnya pada fase diam

senyawa polar bergerak lebih lambat drpd komponen nonpolar jika fase
diamnya adalah silica gel fase normal atau alumina
2. Kromatografi partisi
● Mekanisme : Kelarutan relative komponen antara fase diam
(sorbent/stationary phase) dan fase gerak (solvent/mobile phase).

● Komponen yang lebih larut dalam fase gerak akan bergerak keatas
lebih cepat dengan jarak yang lebih besar dibandingkan komponen
yang lebih larut pada fase diam
Pemisahan :
1. jika lebih terikat pada fase padat: Pemilihan
maka komponen kimia (noda) akan Fase diam
dan fase
lebih lambat terelusi gerak yang
2. jika lebih larut dalam fase gerak, tepat dalam
maka noda akan terelusi lebih proses
pemisahan
dahulu
Adsorbsi Kelarutan

● Kemampuan komponen kimia ● Kelarutan komponen kimia sampel


untuk tetap melekat atau dalam fase gerak
teradsorbsi pada fase diam
Pemilihan pelarut
1. isokratik : menggunakan satu sistem pelarut baik tunggal maupun
kombinasi : ( pencampuran 2 pelarut, pelarut non polar dan pelarut
polar)
n hexan:etil asetat (0,1; 4,4)  (60:40)
diklormetan : methanol (3,1 ; 5,1),
chloroform : methanol (4,1; 5,1)
2. step gradient : Proses isolasi mulai dari pelarut nonpolar
kemudian ditingkatkan kepolarannya setiap dielusi  berguna untuk
memisahkan pita yang berdekatan, contoh
n hexan:etil asetat (99:1) , (95:5), ( 80:20), 70:30) ,dstnya, ( setiap kombinasi 100 ml)
CHCl2: MeOH (99:1) , (95:5), ( 80:20), 70:30
CHCl3: MeOH (99:1) , (95:5)
Pemilihan fase gerak : literatur , orientasi eluen
Orientasi eluen : fase gerak
Contoh proses elusi dengan eluen yang berbeda kepolaran
fase normal : hexan , hexan :etoac dstnya

Hexan : etoAc= Hexan : etoAc= Hexan : etoAc=


95 : 5 80 :20 60 :40
Interaksi fase diam dan fase gerak (terjadi interaksi antar molekul); namun
interaksinya berbeda
● pemisahan dapat terjadi diakibatkan oleh lebih dari satu hal dibawah ini :
1. perbedaan daya serap (adsorption)
2. partisi (partitioning)
3. pertukaran ion (ion exchange)
3. Ukuran partikel
Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang lain
01

KKK
Kromatografi Kolom
Konvensional
Kelebihan KK :
1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparatif
2. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran karaena
komponen-komponen penyusunnya akan terpisahkan pada saat elusi
berlangsung
3. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
4. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi komponen senyawa

Kekurangan KK
1. Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan
teknik dan dilakukan secara manual
2. Membutuhkan waktu yang lama.
Literature review
Kromatografi Kolom Konvesional adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat
untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran sehingga dapat digunakan sebagai
teknik pemurnian untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan.

Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecendrungan komponen kimia
untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi
berdasarkan gaya gravitasi (Raymond et al. 2006).
Alat Dan Bahan

1. Seperangkat alat 1. Silika gel,


Kromatografi Kolom 2. Methanol,
2. Batang pengaduk, 3. Heksan,
3. Vial yang telah di tara 5 mL, 4. Etil asetat,
4. Gelas ukur, 5. Ekstrak.
5. Pipet tetes,
6. Kapas,
7. Kertas saring,
8. Becker gelas
Methodology

Penyiapan Fase
Penyiapan Kolom
diam
Penyiapan alat dan Pemilihan metode
bahan yang akan pengemasan
digunakan

Preparasi Sampel Proses Isolasi


Penyiapan ekstrak/ Proses
fraksi yang akan pemisahan
digunakan senyawa yang
ada pada sampel
1. Penyiapan kolom, pemilihan fase diam dan
metode pengemasan

Pemilihan fase gerak : orientasi eluen , Rf 0,2-0,5 atau 0,2-0,8


Literatur atau trial and error , dimulai dari pelarut nonpolar- polar
(hexan : etoac ( 99;1- 60:40) , CH2Cl2-MeOH , CHCl3:MeOH (
95:5) ; Elusi dilakukan dengan menggunakan fase gerak
dengan gradien polaritas dari polaritas paling rendah sampai
polaritas yang paling tinggi.

Penyiapan sampel : kering (esktrak+ silika


gel )
Basah ( ekstrak + pelarut yang sesuai
jumlah sedikit)
4. Proses fraksinasi : jika kolom siap, masukkan
sampel , elusi dengan fase gerak hasil orientasi

5. Penampungan hasil fraksinasi, bisa menggunakan


botol atau tabung reaksi (100 botol)

5. Penggabungan hasil fraksinasi,: warna berurutan,


KLT sama nodanya
diuapkan  fraksi A/1, B/2(uji aktivitas)

6. Fraksi aktif lanjut isolasi : kolom, HPLC, KLTP


Skema Kerja

Note :
1. Pada metode kering, kolom pertama kali diisi dengan serbuk kering fase diam, kemudian kolom dialiri fasa
gerak hingga seluruh kolom terbasahi. Mulai titik ini, fase diam tidak diperkenankan mengering.
2. Pada metode basah, fase diam dibasahi dengan fase gerak (eluen) hingga menjadi bubur di luar kolom, dan
kemudian dituangkan perlahan-lahan ke dalam kolom. Pencampuran dan penuangan harus ekstra hati-hati
untuk mencegah munculnya gelembung udara.
Pengemasan Fase Diam

1 2 3
Cara Kering Cara Basah Kemas Basah
Teknik Memasukkan Sampel ke dalam Kolom

1. Cara kering : Sampel Jika metode serbuk langsung: 2. Cara Basah : Jika metode
dapat dimasukkan 1. Gunakan spatula halus suspensi yang digunakan:
sebagai serbuk pada untuk menghomogenkan  Campuran ekstrak
bagian permukaan atas campuran ekstrak secara disuspensikan di dalam 2 mL
silika gel, baik secara sempurna ke seluruh pelarut yang sama yang
langsung sebagai permukaan supernatan digunakan untuk mengemas
serbuk atau sebagai dalam kolom (tinggi kolom.
suspensi dalam pelarut supernatan tidak lebih dari  Suspensi dipindahkan
yang sama digunakan 2 cm). megguunakan pipet pasteur
untuk mengemas kolom 2. Ekstrak dapat dicampur ke supernatan eluen pada
dengan sedikit silika gel permukaan silika gel dalam
untuk mencegah kolom, yakinkan bahwa
pencampuran ekstrak suspensi telah terdistribusi
dengan fase gerak. sempurna ke seluruh
permukaan.
Proses Fraksinasi KKK
Fraksi/Ekstrak
• Disiapkan Kolom dan fase diam serta fase
gerak sebaris diatas fase diam
• Ditimbang sebanyak ±1 gram (sesuai
kebutuhan)
• Dimasukkan ke dalam kolom (diatas kertas
saring yang sebelumnya telah dilubangi dengan
peniti/pentul atau menggunakan pasir laut)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya (dari perbandingan yang
paling non polar)
Fraksi
• Dilakukan proses fraksinasi

• Ditampung dalam wadah (vial)


• Diulangi hingga perbandingan eluen yang
paling non polar
Beragam Fraksi berdasarkan perbandingan eluen (fraksi
digabung berdasar warna noda yang berurutan dan KLT noda
yang sama digabung
KLT hasil Isolasi atau elusi ( menggunakan
eluen yang sama atau lebih polar

Penggabungan
tabung 1-9
menjadi 1 fraksi
berdasarkan KLT

c c
1 4 8 9

Proses Fraksinasi
Panampungan hasil elusi
dan penggabungan fraksi :
warna berurutan dan KLT
noda yang sama
4 1
3 2
Akhir Isolasi
1. Semua noda telah terelusi  elusi dengan Metanol
02
KCV
Kromatografi Cair Vacum
Literature review
KCV atau Vacuum Liquid Chromatography (VLC) merupakan
pengembangan dari kromatografi kolom konvensional. Pada KCV,
elusi diaktivasi dengan menggunakan vakum. Elusi dilakukan
dengan menggunakan fase gerak dengan gradien polaritas dari
polaritas paling rendah sampai polaritas yang paling tinggi.

KCV digunakan untuk memisahkan senyawa dengan


menggunakan silica gel sebagai penyerap atau adsorben dan
eluen dengan berbagai perbandingan dan menggunakan
pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen.

Prinsip kerja kromatografi cair vakum adalah kolom


kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum.
(Sudjadi, 1986; Harbone,1987).
Pengemasan Fase Diam

1 2 3
Cara Kering Cara Basah Kemas Basah
Alat KCV
Ket :
1. Kolom terbuat dari kaca
2. Cairan pengelusi
3. Sampel
4. Kertas saring
5. Adsorben
6. Pita-pita pemisahan
7. Gelas Masir
8. Aliran kepompa vakum
9. Labu penampung
10. Fraksi-fraksi
11. Statif dan klem
 Gambar alat KCV
 Cara pengemasan dan
pemilihan adsorben kolom
sama dengan kolom
koromatografi

 Apabila dibandingkan dengan


kromatografi kolom (KK), KCV lebih
cepat dalam proses elusi karena
adanya vakum yang mempercepat
proses pengelusian
Alat Dan Bahan

1. Seperangkat alat KCV, 1. Silika gel kasar & halus,


2. Batang pengaduk, 2. methanol,
3. Corong kaca, 3. heksan,
4. Gelas ukur, 4. etil asetat,
5. Erlenmeyer bertutup (100 5. Sampel berupa fraksi
ml),
6. Kapasa / kertas saring,
7. Pompa vakum
Skema Kerja
Kolom kromatografi

Dipasang di statif
• Dimasukkan kapas pada dasar kolom primer
• Dimasukkan silica gel (40 gram Silika Kasar dan 10
gram Silika halus)
• Diletakkan kertas saring diatas silica gel
• Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
• Dinyalakan pompa vakum
• Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi

Ditampung dalam wadah

Beragam Fraksi berdasarkan perbandingan eluen

Catatan : Pada KCV menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju


aliran fase gerak.
03
Kromatotron
Kromatografi Sentrifugal
Literature review
Kromatografi Sentrifugal atau kromatotron
merupakan Pemisahan komponen kimia yang
didasari oleh prinsip partisi dan adsorpsi.

Komponen kimia bergerak berdasarkan perbedaan kelarutan


dan kepolaran tiap-tiap komponen dalam cairan pengembang
yang pemisahannya dipercepat dengan gaya sentrifugal,
menggunakan lempeng kaca bundar yang berdiameter 24 cm.

Hasil pemisahan ditampung dalam vial sebagai fraksi, dan


fraksi tersebut dapat pula dikumpulkan melalui pengerukan.
Prinsip
Pelarut pengelusi dimasukkan ke
bagian tengah pelarut melalui pompa
torak sehingga dapat mengalir dan
merambat melalui lapis tipis karena
gaya sentrifugal. Untuk mengetahui
jalannya proses elusi dimonitor dengan
lampu UV
Keuntungan
1. Memiliki cara kerja sederhana, proses pemisahan cepat biasanya selesai
dalam 30 menit, dan tidak perlu mengerok pita.
2. Pemakaian pelarut tidak boros
3. Rotor yang sudah dilapisi dapat diregenerasi
4. Serta pencemar yang terekstraksi dari penjerap lebih sedikit daripada yang
terekstraksi pada KLT preparative
5. Penotolan sampel mudah, dan kemungkinan oksidasi senyawa yang peka
lebih kecil daripada cara KLTP.

Kerugian
1. fase diam yang dapat dipilih terbatas
2. Rotor yang sudah dilapisi tidak ada di pasaran
3. Daya pisah terbatas
4. Cara pendeteksian terbatas
5. Dan sistem pengumpul (koleksi) mudah tercemar.
Alat Dan Bahan

1. Seperangkat alat
1. methanol,
kromatotron,
2. heksan,
2. Pipet tetes,
3. etil asetat,
3. Sendok tanduk,
4. Ekstrak
4. Oven,
5. Vial
https://www.youtube.com/watch?v=fOOtUIppdJw

Kromatotron Skema Kerja


• Dipasang Plat kaca yang telah berisi silika
• Diatur kecepatan putaran
• Dialiri dengan n-Heksan (hingga tengah plat)
• Dimasukkan ekstrak (yang sudah dilarutkan)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
• Dilakukan proses elusi

Fraksi

Ditampung dalam wadah

Beragam Fraksi berdasarkan perbandingan eluen


03 Kromatotron
17/10/2021 44
https://youtu.be/fOOtUIppdJw

Proses kromatotron
Thank You
FRAKSINASI DAN PURIFIKASI
SENYAWA BAHAN ALAM
TIM FITOKIMIA
PENGERTIAN
• Fraksinasi merupakan teknik pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah diuapkan. Fraksinasi ini
menggunakan berbagai pelarut dengan kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-masing
pelarut mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula. Fraksi merupakan hasil dari
proses fraksinasi.

• Kristalisasi, yaitu ketika terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat mengkristal. Kristal
dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk
yang kotor, mula-mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut panas (umumnya digunakan solven
dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan kotorannya).

• Purifikasi atau pemurnian adalah pemisahan senyawa tertentu dari zat lain yang dianggap
sebagai pengotor. Proses purifikasi sendiri terdiri atas proses KLTP, KLT Multi Eluen, dan KLT
2 Dimensi.
SUB-MATERI
• KLTP
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan metode KLT
Preparatif
• Kristalisasi dan Reklistalisasi
• KLT Multi Eluen
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan menggunakan
metode KLT Multi eluen
• KLT 2 Dimensi
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan menggunakan
metode KLT Dua Dimensi
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
merupakan metode isolasi yang digunakan untuk
pemisahan senyawa. Proses isolasi kromatografi lapis
tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya
serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen Pemisahan komponen kimia dengan
metode kromatografi lapis tipis preparative pada
dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa.
Perbedaan KLT biasa dengan KLT preparative yaitu
pada ukuran lempeng yang digunakan yaitu berukuran
besar (20 x 20 cm dan 20 x 40 cm) dengan ketebalan 0,5
– 2 mm, dimana prinsip kerjanya sama dengan KLT
hanya penotolan dilakukan pada jarak yang sangat dekat
sehingga mendapatkan bercak berupa pita.
Prosedur Kerja
Ditotol isolat pada
Disiapkan alat dan
lempeng KLT Ditentukan Nilai Rf
bahan
analitik

Alat yang digunakan


Ditotolkan ekstrak meliputi bejana Chamber
Dikeruk noda yang
berbentuk pita pada KLT, pipa kapiler, vial,
telah ditandai
garis penotolan pipet tetes, sentrifuge,
lampu UV 254 & 366 nm.
Bahan yang digunkan
meliputi ekstrak, N
Di deteksi pita dan
Dielusi dengan eluen ditandai noda yang heksan, etil asetat,
yang sesuai terbentuk lempeng kaca silika.
menggunakan pensil
KRITALISASI DAN REKRISTALISASI
Bila terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat mengkristal. Kristal dapat dimurnikan dengan
pengkristalan kembali (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk yang kotor, mula-mula dilarutkan dalam
sejumlah pelarut panas (umumnya digunakan solven dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan
kotorannya). Jika larutan panas tersebut dibiarkan mendingin produk yang murni memisah dari campuran
menggunakan Sentrifuge, sehingga tersisa kotoran dalam larutannya. Kristal-kristal yang terbentuk dari produk,
disaring dan dikeringkan.
Senyawa organik yang padat pada suhu kamar umumnya dapat dimurnikan dengan cara kristalisasi kembali
(reksristalisasi). Secara umum teknik yang dilakukan ialah dengan melarutkan zat yang akan dikristalkan dalam
pelarut yang panas (campuran pelarut) dan dinginkan larutan tersebut secara perlahan-lahan, zat yang terdapat
dalam larutan akan berkurang kelarutannya pada suhu rendah dan akan mengendap pada pendinginan.
Hal-hal yang harus diperhatikan atau dihindari meliputi :
1. Pendinginan larutan yang terlalu cepat.
2. Penambahan tiba-tiba pelarut lain yang tidak tercampur ke dalam larutan semula
KLT MULTI ELUEN
KLT Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang
memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda.
Dalam multi eluen, setelah pengembang tunggal menarik, kromatogram diangkat dari
chamber dan dikeringkan,biasanya selama 5-10 menit. Kromatogram tersebut
kemudian dielusi lagi dalam eluen segar(baru) dari pelarut yang sama dalam arah yang
sama untuk jarak yang sama. Beberapa pengembang dilakukan dengan eluen yang
berbeda dalam arah yang sama, masing- masing yang menjalankan jarak yang sama atau
berbeda, disebut elusi bertahap. Sebuah fase kurang polar dapat digunakan pertama,
diikuti oleh fase yang lebih polar, atau sebaliknya.
Prosedur Kerja
Alat yang digunakan meliputi chamber KLT, pensil, pipa kapiler, vial, pipet
tetes, lampu UV 254 & 366 nm.
Bahan yang digunakan meliputi ekstrak, silika GF 254, kertas saring, aquadest, N-Heksan,kloroform, etil
asetat.

a. Penjenuhan Chamber
Dimasukkan Dibiarkan
potongan kertas hingga eluen
Disiapkan 2-3
Disiapkan alat saring kedalam naik pada kertas
buah chamber
dan bahan chamber saring hingga
yang bersih
kemudian di melewati
tutup penutup kaca
Prosedur Kerja
b. Penotolan dan pengembangan sampel
Disiapkan alat dan bahan
Direndam hasil kerukan KLTP dengan metanol dan kloroform p.a selama5 menit

disaring dengan menggunakan pipet tetes yang didalamnya terdapat kapas


dilarutkan kembali hasil saring dengan methanol p.a

Disiapkan lempeng yang telah diaktifkan kemudian ditotol


Disiapkan perbandingan eluen non polar dengan perbandingan eluen polar masing-masing sejumlah 100-200 mL

dielusi dengan dua eluen yang berbeda, diangkat lalu di keringkan


diamati bercak pada lempeng menggunakan UV 254 nm dan 366 nm.

ditentukan tunggal/tidaknya bercak noda


Dihitung nilai Rf
KLT 2 DIMENSI
KLT dua dimensi adalah cara yang memungkinkan pemakaian lapisan fase diam yang
lebih luas untuk memisahkan campuran yang mengandung banyak komponen. Selain
itu, dua sistem pelarut yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada
campuran tertentu, jadi memungkinkan pemisahan campuran yang mengandung
komponen yang kepolarannya sangat berbeda. Ekstrak ditotolkan dan dielusi seperti
pada KLT normal kemudian diputar 90o untuk pengembangan kedua. Prinsip dari
KLT dua dimensi adalah adsorpsi dan partisi dengan menggunakan lempeng GF 254
sebagai fase diam dan perbandingan eluen pada profil KLT dimana akan
memperpanjang lintasan noda (Rf) hingga menunjukkan senyawa tunggal yang
terdapat pada sampel.
Prosedur Kerja
Dimasukkan hasil
kerokan lempeng KLTP Ditotolkan filtrat pada Dielusi
Disiapkan alat ke dalam vial kemudian lempeng KLT ukuran menggunakan 2
Alat yang digunakan dan bahan dilarutkan dengan 10 x 10 cm
Metanol
eluen berbeda
meliputi chamber
KLT, pensil, pipa
kapiler, vial, pipet
tetes & kertas saring. Dihitung nilai Rf dan
Disiapkan eluen kedua.
Dielusi lempeng pada Diamati lempeng Diputar lempeng 90o
Bahan yang eluen pertama, diangkat, dibawah lampu UV 254 diamati noda yang derajat, lalu dimasukkan
kemudian keringkan dan 366 terbentuk kedalam chamber berisi
digunakan meliputi eluen kedua
ekstrak, lempeng
KLT 10x10 cm,
aquadest, N heksan,
Dielusi hingga
kloroform, etil mencapai batas atas,
Dihitung nilai Rf dan Di analisis dengan
diamati noda yang Spektrofotometri UV-
asetat. diangkat, lalu di
terbentuk Vis dan IR
keringkan
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN
METODE PEREDAMAN RADIKAL DPPH
Laboratorium farmakognosi-fitokimia
Fakultas farmasi
Universitas muslim indonesia
TUJUAN PRAKTIKUM

• Mahasiswa Mampu Memahami Uji Aktivitas Antioksidan Dengan


Metode Peredaman radikal DPPH (2,2- Difenil-1-Pikrihidrazil).
PENGERTIAN ANTIOKSIDAN

ANTIOKSIDAN adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu


atau lebih electron kepada radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas
tersebut dapat terhambat dan mencegah terbentuknya radikal bebas baru
(Winarsih, 2007)
GOLONGAN ANTIOKSIDAN
Senyawa Antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa
fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid
• Flavanoid
• Turunan asam sinamat
• Kumarin
• Tokoferol
• Asam-asam organic polifungsional
Apa itu radikal bebas?
RADIKAL BEBAS adalah atom yang memiliki elektron bebas atau electron yang tidak
berpasangan.
ELEKTRON YANG TIDAK BERPASANGAN akan bersifat tidak stabil, sehingga
bersifat liar dan mudah mengikat molekul lain yang ada disekitarnya.
IKATAN tersebutlah yang dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginakan
(Lingga, 2012)
Metode dpph

• METODE DPPH merupakan metode peredaman radikal bebas dengan


berdasarkan pada reduksi dari radikal bebas DPPH yang berwarna oleh
penghambat radikal bebas
(Shivaprasad, 2015)
• KOMPONEN senyawa kimia dari tumbuhan yang memiliki aktivitas
antioksidan akan bereaksi dengan DPPH yang berwarna ungu dan
berubah menjadi warna kuning
(Sarker, et al, 2006)
PRINSIP DPPH
• PRINSIP ini berdasarkan reaksi antara antioksidan dengan DPPH radikal melalui
donasi proton dengan melihat reaksi perubahan warna dari ungu menjadi
kuning.
• PERUBAHAN WARNA tersebut disebabkan oleh adanya reaksi antara DPPH
dan senyawa antioksidan.
PROSEDUR PRAKTIKUM
PROSEDUR PRAKTIKUM
BAHAN
1.Ekstrak kental (optioonal, tergantung tugas dari asisten)
Kelompok I : herba sambiloto,
Kelompok II : rimpang kunyit,
Kelompok III : daun psidium guajava,
Kelompok IV : buah lada
2. serbuk DPPH
3. Metanol pro analisis
4. Etanol 90%
PROSEDUR PRAKTIKUM
Cara KERJA
A. Pembuatan Larutan sampel, Stok DPPH, kontrol dan pembanding
1. Pembuatan larutan ekstrak 3. Pembuatan Larutan Stok DPPH 50 ppm
dan larutan (blanko)/kontrol
Ekstrak kental 10 mg + 100 mL MeOH pa, kemudian
dibuat dalam beberapa seri konsentrasi (10, 20, 40, Timbang 50mg DPPH dan larutkan 100
80,100 ug/mL (ppm) dalam larutan MeOH pa dalam MeoH pada labu ukur 100 mL
(syarat : larutan ekstrak harus jernih).
2. Pembuatan Larutan pembanding (Vit C/ kuersetin)
dibuat larutan seri konsentrasi 1,2,3,4,5 ug/mL)

Ekstrak konsentrasi (10, 20, 40, 80,100 ug/mL


(ppm)
CARA KERJA
B. Pengukuran antioksidan
Ekstrak konsentrasi (10, 20, 40, 80,100
ug/mL (ppm)

517 nm

Apabila sampel yang diuji memiliki aktivitas antioksidan maka radikal DPPH yang
berwarna ungu gelap akan tereduksi menjadi bentuk non radikal
yang berwarna kuning.
Cara Kerja
C. Penentuan aktivitas Antioksidan :
• Aktivitas antioksidan diekspresikan sebagai persen inhibisi yang dapat dihitung
dengan rumus berikut

abs.kontrol −abs. sampel


% aktivitas antioksidan = abs.kontrol
x100 %
Contoh data :
C. Pembuatan Kurva IC50:
• Nilai IC50 dinyatakan sebagai nilai inhibisi 50% atau peredaman radikal bebas
DPPH
• Untuk pembuatan kurvanya adalah :
 Dari data tabel III, menunjukkan bahwa besarnya
konsentrasi ekstrak uji yang dapat menghambat 50%
absorbansi DPPH (IC50) dengan taraf kepercayaan 95%
adalah pada konsentrasi 59,339 µg/ml
 Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya
antioksidannya.
• Menurut Molyneux (2004), kategori aktivitas antioksidan diuraikan
pada tabel dibawah ini :
UJI AKTIVITAS ANTIMITOSIS
DENGAN METODE BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test)

Tim Asisten Fitokimia II


2021
 Uji antimitosis merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan
dalam mendeteksi aktivitas sitotoksik senyawa baru dari bahan alam. Metode ini
dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan dapat diulang (Gunarto & Setabudi,
2002).

 Pengujian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya :


• Uji aktivitas dengan metode BSLT/uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach
• Uji aktvitas dengan metode penghambatan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn)
• Uji aktivitas dengan metode Micro tetrazolium (MTT)

Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat memahami uji aktivitas metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).
Salah satu metode yang sering digunakan pada
analisis toksisitas yaitu Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Uji ini menggambarkan tingkat ketoksikan
ekstrak terhadap larva Artemia salina. Hasil uji ini dapat
dimanfaatkan untuk mengidentifikasi bioaktivitas
tanaman yang lebih luas.

Metode ini biasa dilakukan dalam uji pendahuluan untuk


penapisan aktivitas farmakologis produk alam.
Alat
Bahan
1. Toples kaca
1. Larva Artemia salina Leach
2. Gelas kimia
2. Air laut
3. vial
3. Ekstrak
4. mikropipet
4. Etanol 90%

5. Kapas
PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan larva A. salina Leach

Toples Kaca
(+) 2L air laut
(+) 1 g kista A. Salina

Diberi penerangan
dengan lampu listrik

Diaerasi selama 48 jam


PROSEDUR KERJA

2. Penyiapan Larutan Uji

Larutan induk
(+) 1 g ekstrak
(+) 100 mL air laut
Dilarutkan (Konsentrasi awal 10.000 μg/mL)

Pengenceran

sehingga mendapatkan konsentrasi


9.000, 5.000, 2.000, 1.000, 500, 250, 125 dan 62,5 μg/mL.
PROSEDUR KERJA

3. Uji Toksisitas
Vial 10 mL (Dikalibrasi sebanyak 5 mL)
(+) Dipipet larutan uji dari konsentrasi induk
(+) Air laut
(+) 10 ekor larva A. salina (berumur 2 hari/48 jam)
(+) add air laut sampai batas tanda 5 mL

Didiamkan selama 24 jam

Setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan


dan di bandingkan dengan kontrol

Dilihat jumlah mortalitas larva A.salina.


Analisis Data
Uji toksisitas sampel ditentukan dengan melihat besarnya nilai dari LC50 yang dapat
mematikan A. salina sampai 50 % dan dilakukan perhitungan statistik dengan analisa
probit (probability unit).

Menurut Nurhayati et al (2006), efek toksisitas dianalisis dari pengamatan dengan persen kematian.

Abbott (1925) dalam Meyer et al. (1982) mengatakan apabila pada kontrol terdapat larva yang mati, maka %
kematian ditentukan dengan maka % kematian ditentukan dengan rumus :
Analisis Data
Setelah mengetahui % mortalitas larva A. salina,
kemudian dicari nilai probit melalui tabel probit dan diregresikan secara linier.

Y= bX + a

Keterangan:
Y = Nilai probit
a = Konsentrasi regresi
b = Slope/kemiringan regresi
X = Logaritma10 konsentrasi uji
Contoh data

Contoh data
Contoh data
Nilai & Kategori Toksisitas
TERIMAKASIH
INTERPRETASI DATA UV-VIS, IR, MS, NMR
FITOKIMIA 2021
Mahasiswa mampu menjelaskan Interpreta

Tujuan Praktiku si data spektra UV,IR, MS, dan NMR, rotasi


m optik dan titik leburnya.
Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi

ultra violet memiliki kemampuan untuk mengukur j

umlah ikatan rangkap atau konyugasiaromatik dala

m suatu molekul. Daerah panjang gelombang dari s


Spektrofotome pektrum ultra violet berkisar 200 - 800 nm. Kegun
tri UV-Vis aan spektrofotometri ini terletak pada kemampuan

nya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjuga

si aromatik di dalam suatu molekul dan dapat mem

bedakan diena terkonjugasi dari diena tak terkonju

gasi.
Letak serapan dapat dipengaruhi oleh subtituen da
n terutama yang berhubungan dengan subtituen (a
uksokrom) yang menimbulkan pergeseran dalam d
iena terkonjugasi, senyawa aromatik, dan karbonil
terkonjugasi. Penggunaan pelarut yang berbeda ju
ga dapat mempengaruhi pergeseran letak dan inte
nsitas suatu serapan, dapat menyebabkan terjadin
Lanjutan … ya pergeseran batokromik atau hipsokromik.
Pada spektrofotometri UV-Vis ada bebe
rapa istilah yang digunakan terkait dengan
molekul, yaitu :
•Kromofor (chromophore): Gugus fungsi yan
g menyerap radiasi pada daerah ultraviolet,
dari ikatan terkonjugasi yang mengalami tra

Lanjutan... nsisi elektronik dari orbital n ke * dan ke *


•Pergeseran batokromik : pergeseran panjan
g gelombang kearah panjang gelombang yan
g lebih besar (disebut pergeseran merah)
•Pergeseran hipsokromik : pergeseran panja
ng gelombang kearah panjang gelombang ya
ng lebih kecil (disebut pergeseran biru)
 Alat :
Pensil warna, pulpen, buku kerja.

 Bahan :
Alat,Bahan & Prosedur Gambar data hasil spektrofotometer IR

kerja Praktikum Spektr


 Prosedur kerja :
ofotometri 1.Asisten akan memberi pengantar terkait data spektra
IR 2. Tuliskan dibuku kerja analisa data yang diperoleh berdasarkan
gambar spektera .
3. Tuliskan prediksi hasil analisa spektra anda
4. Tuliskan diskusi terkait hasil penelitian yang ada terkait interpr
etasi data
Spektrum inframerah terletak pada daerah panjang ge
lombang 0.78 sampai 1000 m atau bilangan gelomba
ng 12800-10 cm-1 . Penggunaan yang paling banyak a
dalah daerah pertengahan 4000-600 cm-1 atau denga
Spektrofotome n panjang gelombang 2.5 sampai 15 m . Kegunaan yan
tri g paling penting dari spektroskopi inframerah adalah

IR (Infra Red) untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrum


nya sangat kompleks dan terdiri dari banyak puncak-
puncak.
 Spektrum inframerah mempunyai sifat fi
sik dan karakteristik yang khas, artinya s
enyawa yang berbeda akan mempunyai s
pektrum yang berbeda, dan kemungkina
n dua senyawa mempunyai spektrum sa
ma adalah sangat kecil. Apabila analisis
dengan inframerah ini digabung dengan

Lanjutan ... anlisis NMR akan dapat digunakan untu


k menentukan struktur suatu senyawa.
ISOLASI GOLONGAN SENYAWA FENOL

Berdasarkan Hasil analisis UV-Visible dip


eroleh spektrum UV-Visible dengan pelarut metan
ol memberikan panjang Gelombang adalah 290 nm
, dimana panjang gelombang ini mendekati panjan
g gelombang senyawa fenolik dari metil galat secar
a teori yaitu dengan panjang gelombang 285 nm.
IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ALKALOID

Beberapa senyawa golongan alkaloid tidak men


gandung gugus kromofor sehingga tidak semua alkaloid
dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotome
tri UV-Vis.
Pita-pita infra merah dalam s
ebuah spektrum dapat dikelo
mpokkan menurut intensitasn
ya,
kuat (s), medium (m),
dan lemah (w).
Lanjutan …
Lanjutan …
INTERPRETASI DATA
MS & 1H-NMR

TIM ASISTEN
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA
Interpretasi Data MS
Tujuan Praktikum
 Mahasiswa mampu menjelaskan Interpretasi data spektra UV,IR, MS,
dan NMR, rotasi optik dan titik leburnya
Spektrofotometri MS
Spektrum massa adalah merupakan gambar antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/mua

tan (m/e). Dengan spektrum massa dapat digambarkan proses fragmentasi untuk meramalkan struktur da

ri senyawa yang dianalisis.

Dalam sebuah spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan dideteksi.

Spektrum massa adalah alur kelimpahan jumlah relatif fragmen bermuatan positif berlainan versus massa

per muatan (m/z atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang did

eteksi dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa molekulnya (M) .
Lanjutan....
Struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur

molekul induknya dan petunjuk bobot molekul suatu senyawa. Spektru

m massa dipaparkan sebagai grafik batangan. Setiap puncak dalam spek

trum menyatakan suatu fragmen molekul.

Fragmen-fragmen disusun sedemikian rupa sehingga puncak-puncak dit

ata menurut kenaikan m/z dari kiri ke kanan dalam spectrum .


Indentifikasi komponen senyawa pada MS

Langkah mengidentifikasi komponen senyawa isolat di

lakukan dengan membandingkan pola fragmentasi spe

ktrum massa dengan pola fragmentasi senyawa referen

si .
Alat,Bahan & Prosedur kerja
Praktikum Spektrofotometri 1H-NMR

Alat :
Pensil warna, pulpen, buku kerja.
Bahan :
Gambar data hasil spektrofotometer 1H-NMR
Prosedur kerja :
1.Asisten akan memberi pengantar terkait data spektra
2. .Tuliskan dibuku kerja analisa data yang diperoleh berdasarkan gambar spektera (lakukan ide
ntifikasi jumlah sinyal yang menjelaskan ada beberapa macam tipe proton yang terdapat dala
m suatu molekul..
3. Tuliskan diskusi terkait perbandingan data H-NMR dengan pustaka. hasil analisis MS
4. Tulskan kesimpulan kemiripan senyawa aktif dengan pustaka.
Interpretasi Data 1H-NMR
• TUJUAN PRAKTIKUM
 Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan data spektrum
1H-NMR
Spektrofotometri 1H-NMR
Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio ol

eh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini bera

da dalam medan magnet yang kuat.


Fungsi 1H-NMR
Spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) memberikan

gambaran mengenai jenis atom, jumlah, maupun lingkungan atom

hidrogen (1H NMR) maupun karbon (13C NMR).


Langkah menginterpretasikan spektra H-NMR
1. Jumlah signal, yang menerangkan ada berapa macam perbedaan dar
i proton-proton yang terdapat dalam molekul.
2. Kedudukan signal, yang menerangkan tentang lingkungan elektroni
k dari setiap macam proton.
3. Intensitas signal, yang menerangkan berapa banyak proton dari seti
ap macam proton yang ada.
4. Pemecahan (splitting) dari sebuah signal menjadi beberapa puncak (
singlet, doublet, triplet, quartet, pentet, dst) yang menerangkan tent
ang lingkungan sebuah proton dengan proton lainnya (proton tetang
ga).
Daerah geseran kimia yang penting untuk beberapa proton (0-12
PPM)
Pergeseran kimia diberi sim
bul δ, yang menyatakan bila
ngan untuk menunjukkan s
ejauh mana resonansi proto
n digeserkan.

Cara penulisan data NM


R:
δ ppm (jumlah H, m, J Hz),
m = multiplisitas (singlet (s
); doublet (d); triplet (t), qu
artet (q); dan multiplet (m).
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai