Fitokimia
TIM ASISTEN
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia UMI
TIMBANGAN ANALITIK
Sentrifuge merupakan alat yang Ultrasonik adalah alat untuk Vortex mixer merupakan alat yang
digunakan untuk memisahkan larutan membantu melarutkan sampel berfungsi untuk melarutkan suspensi
dari sedimennya dengan perputaran padatan dalam cairan denan pada tabung atau mengaduk larutan
pada kecepatan tertentu (biasa menggunakan sistem getaran dalam tabung reaksi sehingga bear-
digunakan untuk membantu proses suara benar homogen
kristalisasi/pemurnian)
PROSEDUR KERJA
SENTRIFUGE
1. Sampel yang ingin di ekstraksi di rendam dengan cairan penyari di dalam labu alas bulat
2. Sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan
3. Uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul cairan
penyari
4. Cairan penyari turun kembali menuju labu alas bulat
5. Kemudian menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat
6. Proses tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna
PROSEDUR KERJA
SOXHLET
1. Sampel yang ingin di ekstraksi ditempatkan di dalam timbel yang telah dilapisi kertas
saring
2. Kemudian cairan pelarut di panaskan dalam labu alas bulat sehingga akan menguap ke
atas
3. Kemudian akan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul cairan
4. Selanjutnya cairan jatuh ke dalam thimble dan akan menyaring zat aktif di dalam sampel
5. Jika cairan pelarut telah mencapai permukaan syphon arm, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
KOLOM KONVENSIONAL KOLOM CAIR VAKUM
Penyiapan Fase
Penyiapan Kolom
diam
Penyiapan alat dan Pemilihan metode
bahan yang akan
pengemasan
digunakan
Dipasang di statif
• Dimasukkan kapas pada dasar kolom primer
• Dimasukkan silica gel (40 gram Silika Kasar dan 10
gram Silika halus)
• Diletakkan kertas saring diatas silica gel
• Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
• Dinyalakan pompa vakum
• Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi
A. Kalibrasi Spektrofotometer IR
1. Pastikan alat sudah tersambung dengan aliran listrik
2. Nyalakan spektro dengan menekan tombol ON dibagian belakang alat
3. Kemudian dibuat spectrum dari baku pembanding
4. Dibaca frekuensi dari puncak-puncak yang diperoleh dan dibandingkan dengan frekuensi table
5. Dibuat kurva kalibrasi antara kesalahan frekuensi dengan frekuensi eksperimental
B. Pengukuran Sampel
1. Ditimbang serbuk sampel menggunakan neraca analitik sebanyak yang diperlukan
2. Dilarutkan dengan pelarutnya, aduk hingga homogen
3. Dipindahkan ke labu ukur
4. Ditambahkan pelarut yang sesuai sampai tanda batas, kocok hingga homogen
5. Masukkan dengan pipet tetes ke dalam kuvet melalu dinding kuvet, lalu bersihkan kuvet dengan tissue
6. Dibaca pada alat spektrofotometer dengan gelombang sesuai rentang panjang gelombang dari sampel
7. Dibandingkan hasil dari sampel dengan larutan blanko
KROMATOTRON
1. Sampel atau ekstrak cair yang akan diuapkan dimasukkan kedalam labu alas bulat dengan
volume 2/3 bagian dari volume labu alas bulat yang digunakan,
2. Kemudian water bath distel pada suhu yang sesuai (5-10C dibawah titik didih pelarut yang
digunakan) dengan menekan tombol on-off.
3. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah diisi dengan ekstrak dipasang dengan kuat pada
ujung rotor yang menghubungkan kondensor.
4. Aliran air pendingin dan pompa vakum, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatan
tertentu, kemudian dilanjutkan dengan mengaktifkan pompa vakum.
5. Setelah proses selesai, maka alat dihentikan dengan terlebih dahulu menekan tombol of pada
water bath, tombol rotor diputar kearah nol
6. pompa vakum dan aliran air dihentikan kemudian labu alas bulat dikeluarkan
7. kemudian kran vakum diputar pada posisi yang sama pada saat memasukkan sampel hingga sisa
udara dalam kondensor keluar secara sempurna
Thank You!
JENIS-JENIS EKSTRAKSI
TIM ASISTEN FITOKIMIA
TA. 2021/2022
1. DEFINISI EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau
senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan
menggunakan pelarut tertentu yang sesuai (Leba, 2017).
2. TUJUAN EKSTRAKSI
Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan sari atau
ekstrak dari tanaman tertentu yang akan digunakan sebagai
obat atau bahan obat dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.
3. PRINSIP EKSTRAKSI
Prinsip ekstraksi berkaitan dengan proses difusi dan
osmosis.
Difusi : proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah melewati membran
semipermeabel
Osmosis : proses perpindahan pelarut dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi melewati membran
semipermeabel
Kerugian :
a) Memakan banyak waktu
b) Pelarut yang digunakan cukup banyak
c) Beberapa senyawa sulit terekstraksi pada suhu kamar
B. PERKOLASI
Prinsip :
Simplisia dimasukkan ke dalam bejana silinder yang telah
diberi sekat berpori dibagian bawahnya. Pelarut dialirkan
dari atasa ke bawah melalui simplisia. Pelarut akan
melarutkan zat aktif yang ada di simplisia sampai keadaan
pelarut jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan ole kekuatan
gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di
atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan gerakan ke bawah.
Prosedur :
• Simplisia ditimbang
• dimaserasi selama 3 jam
• simplisia dipindahkan kedalam perkolator
• cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas
permukaan bahan, di diamkan selama 24 jam.
• kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan
mengalir dengan kecepatan 1ml/menit.
• Cairan penyari ditambahkan secara kontinyu hingga
penyarian sempurna.
• Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
dengan rotavapor
Keuntungan :
a) Cocok untuk senyawa yang bersifat termolabil
b) Pelarut yang digunakan selalu baru
Kerugian :
a) Pelarut yang digunakan banyak
b) Memakan banyak waktu
Kelebihan Perkolasi Dibandingkan Maserasi :
• Cairan penyari berganti terus menerus.
Kerugian :
a) Tidak cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas
b) Pelarut yang digunakan harus mudah menguap
c) Memakan banyak waktu
D. REFLUX
Prinsip :
Kerugian :
a) Tidak cocok untuk senyawa yang termolabil
b) Cairan penyari dipanaskan terus-menerus sehingga
dibutuhkan pelarut murni
PERBEDAAN SOXHLET dan REFLUKS
Pada refluks tempat untuk pelarut dan sampel
yang akan diekstraksi sama yaitu di labu alas
bulat, sedangkan pada soxhletasi pelarut dan
sampel terpisah. Pelarut diletakan pada labu alas
bulat sedangkan sampel diletakan pada klonsong
D. DESTILASI UAP AIR
Prinsip :
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam
alat destilasi. Dibagian bawah alat terdapat pemanas yang
berfungsi untuk menguapkan campuran yang ada. Zat yang
memiliki titik didih paling rendah dalam campurannya akan
menguap terlebih dahulu. Uap yang terbentuk akan
mengalir keatas dan terkondensasi pada kondensor dan
membentuk cairan kembali lalu ditampung sebagai destilat
Prosedur :
• Sampel direndam dalam gelas kimia selama 2 jam
• Pada metode ini,menggunakan 2 bejana
• Bejana 1 berisi air yang dipanaskan
• Uap air digunakan untuk menyari simplisia pada bejana 2
• minyak menguap mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul minyak menguap yang menetes kedalam corong
pisah penampung yang telah berisi air.
• Lapisan minyak menguap dan air di pisahkan dan dilakukan
pengujian selanjutnya.
Minyak
menguap
Keuntungan :
a)Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih tinggi
b) Ekstrak yang dihasilkan benar-benar murni
Kerugian :
a) Alat yang digunakan lebih kompleks
b) Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas,
c) Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan
titik didih yang besar
E. INFUDASI / DEKOKTASI
Prinsip :
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya
digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut
dalam air dari bahan-bahan nabati. Metode ekstraksi ini
dilakukan dengan pemanasan pelarut hungga 90 derajat
selsius menggunakan panci khusus yang dilakukan selama
15 menit. Metode ekstraksi ini digunakan untuk bahan yang
lunak dan tahan terhadap pemanasan. Pelarut yang
digunakan adalah air.
Kekurangan :
• Dapat terbentuk radikal bebas dan akhirnya perubahan yang tidak
diinginkan dalam molekul senyawa
RUMUS PERSEN RENDEMEN :
ekstrak yang yang diperoleh ekstrak yang telah ekstrak yang telah
dari hasil penyarian dan mengalami proses mengalami proses
masih mengandung cairan penguapan dan tidak penguapan dan tidak
penyari. mengandung cairan penyari mengandung pelarut lagi
lagi tetapi konsistensinya tetapi konsistensinya tetap
tetap cair pada suhu kamar padat (kering).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUAPAN
SUHU WAKTU
SAMPEL
Menggunakan pemanasan :
water bath, hair dryer 1
2 3
Beku kering : freeze dry
4
Vakum desikator
oven
SETIAP EVAPORATOR TERDIRI DARI:
1
Sebuahlabu penguapandanpenampung distilat
2
Suatu alat pindahpanas
3
Sebuahkondensor
KLT
4 4
Fase diam • bahan –bahan
atau yang tetap berada
adsorben dalam penyangga
• Bahan tempat
melekatnya fase
Penyangga
diam, contoh
lempeng , kaca,
• Fase gerak :
pelarut yang
Fase gerak bergerak melalu
fase diam , bentuk
: cair
FASE GERAK
Fase gerak dapat memisahkan senyawa karena
adanya perbedaan konstanta dielektrik.
FASE DIAM
Sebagai adsorben dapat digunakan silika gel, alumina,
tanah diatomae, selulosa, poliamida, resin, penukar ion,
sephadeks dan sebagainya. Dari berbagai adsorben
tersebut yang banyak digunakan adalah silika gel, karena
dapat dipakai untuk KLT adsorbsi maupun partisi. Tebal
lapisan berkisar antara 0,15 – 2,0 mm, tergantung pada
kebutuhan. Untuk analisis umumnya 0,2 mm. Untuk maksud
preparatif tebal lapisan ± 2,0 mm
Jenis silika gel pada KLT
fase normal Fase balik /Reverse Phase/ Rp -18
• Silika gel
• Silika gel direaksikan silica gel yang
• silika gel bersifat polar direaksikan dengan alkil rantai lurus
• senyawa polar bergerak lebih lambat C-18 mbtk fase octadecasilyl (ODS)
drpd komponen nonpolar jika fase diam RP-18 ODS
silica gel atau alumina (karena senyawa
polar akan lebih terikat pada fase diam
silica gel yang bersifat polar) • silika gel bersifat nonpolar
• Senyawa yang nonpolar akan
bergerak lebih lambat karena fase
diam pada Rp 18 bersifat non polar
• Sebaliknya senyawa polar akan
bergerak lebih cepat Karena larut
dalam fase gerak
Pemilihan fase gerak
• Komponen kimia larut sesuai dengan sifat kepolarannya
a. Fase normal
• Pelarut nonpolar akan mempengaruhi pergerakan komponen non polar
• Komponen yang polar akan membutuhkan pelarut yang lebih polar
b. Fase balik
• pelarut yang digunakan : asetonitril atau campuran metanol dan air
Fase gerak
1. N-heksan
2. Sikloheksana
3. Kloroform
4. Benzena
5.
6.
Toluena
Diklorometan
Semakin
7.
8.
Etil asetat
Dietil Eter
polar
9. Aseton
10. N-propanol
11. Etanol
12. Metanol
13. Air
14. Asam asetat
Pemilihan pelarut
hRf = Rf · 100
Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 microliter Digunakan untuk pemeriksaan KLT
Bahan disari dengan 5 ml methanol P. Penyarian Bahan disari dengan 5 ml methanol P. Penyarian
dilakukan dengan cara dipanaskan di atas dilakukan dengan cara dipanaskan di atas
tangas air selama 15 menit. tangas air selama 15 menit
Sari diuapkan sampai diperoleh 1 ml Filtrat sebanyak 20 mikroliter atau 100 mikroliter
Minyak atsiri, kumarin, Cairan elusi toluene P–etil sam klorida-asam asetat
valepotriat, asam-asam asetat P (93:7) LP
padatumbuhan
Triterpenoid dan steroid n-hexan-etilasetat Liebermann Burchard LP,
vanillin-asam fosfat LP
Metode Praktikum (GUNAKAN MASKER DAN HANDSCOEN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi lempeng KLT, chamber, gunting, mistar, pipa kapiler,
pensil 2B, lampu UV254 dan UV366, oven, pinset. Bahan yang digunakan meliputi
ammonia encer P, metanol, tangas air, timbal (II) asetat, diklorometana P,
difenilboriloksietilamina LP, dietil eter P–toluene P (1:1), asam asetat P 10 %,
kalium hidroksida 5 %, etanol (90 %) LP, biru berlin LP, reagen Kedde LP, antimony
(III) klorida LP, reagen Vanillin - asam sulfat, besi (III) klorida, liebermann
Burchard LP, dragendorff LP, reagen Mayer, reagen Wagner, kloroform.
B. Prosedur Kerja
Penjenuhan Lempeng KLT dan penjenuhan Chamber
•Penyiapan Lempeng Silika Gel
Lempeng diberi garis penotolan menggunakan pensil 2b pada bagian bawah dengan
jarak 1 cm dan garis batas elusi 0,5 cm dari bagian atas.
• Penjenuhan chamber
Ekstrak n-Heksan/Eter (dilarutkan dengan kloroform), ekstrak metanol/etanol (dilarutkan dalam campuran
CHCl3 dan metanol dengan perbandingan 1:1) serta ekstrak n-Butanol (dilarutkan dengan methanol).
Dilarutkan dalam pelarut yang sesuai)
Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada lempeng yang
telah disiapkan (jika memungkinkan untuk tujuan kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5-
20mikroliter). TIGA KALI PENOTOLAN , SETIAP KALI PENOTOLAN DITIUP SPY KERING PELARUTNYA
Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke
dalam chamber yang telah dijenuhkan. DIMASUKKAN MENGGUNAKAN PINSET
Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
MENGGUNAKAN PINSET
Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV254, UV366, dan asam sulfat 10
% (foto semua hasil pengamatan).
Contoh proses elusi dengan eluen yang
berbeda kepolaran fase normal
Tujuan Prinsip
Untuk memperoleh
fraksi berdasarkan
tingkat kepolaran Like dissolves like
ekstrak dengan
metode yang sesuai
Partisi
Fase 2 Zat
pelarut aktif
organik
Fase 1
Zat
(Aquades
)
aktif
MASALAH DALAM PARTISI
Beberapa fase organik (CHCl3 & CCl4) mudah
membentuk emulsi dengan fase air,
Contoh: jika terdapat partikel kecil atau yang terbentuk
oleh pengendapan, dapat timbul lapisan ketiga pada
antar muka kedua fase.
Bisa terjadi overlap compound pada hasil
partisi/fraksinasi.
Cara 1. Mengatasi emulsi:
1. Balik corong pisah secara hati-hati
dalam arah vertikal, diketuk sisinya.
Lapisan pelarut
2. Tambahkan sedikit EtOH atau MeOH II
3. Penyaringan
Cara 2. Mengatasi emulsi :
1. Dipisahkan lapisan organik, lapisan air
dan lapisan ketiga.
lapisan air
Partisi Padat-Cair
Partisi padat-cair (leactithing) adalah proses pemisahan
untuk memperoleh komponen zat terlarut dari
campurannya dalam padatan dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TIM ASISTEN
Praktikum Fitokimia
Lab. Farmakognosi-Fitokimia UMI
Table of contents
01 02
KKK KCV
Kromatografi Kolom Kromatografi Cair Vakum
Konvensional
04
03 HPLC/KCKT
KROMATOTRON High Performance Liquid
Chromatography /
Kromatografi
Kromatografi Cair kInerja
Sentrifugal
Tinggi
Introduction
Fase gerak
Ekstrak Pemisahan
Kepolaran hal yang penting dalam Kromatografi
2. Konstanta Dielektrik
Fase gerak
penyangga
Fase diam ( silika Gel)
Fase normal Fase balik
● silika gel bersifat nonpolar
● silika gel bersifat polar
● silica gel yang direaksikan dengan alkil
● senyawa polar bergerak lebih lambat
rantai lurus C-18 mbtk fase
drpd komponen nonpolar
octadecasilyl (ODS) RP-18
● Adsorbsi terjadi krn adanya ikatan
ODS
hydrogen antara gugus fungsi dan
● Senyawa polar akan bergerak lebih
gugus hidroksil pada permukaan fase
cepat daripada komponen nonpolar
diam untuk silanol group (silica gel)
senyawa
nonpolar
Fase diam :
fase normal Fase diam :
polar fase balik
1. Kromatografi Adsorbsi : silica and alumina
Pemisahan terjadi jika satu komponen teradsorbsi lebih kuat pada fase
diam dibandingkan komponen lain.
Senyawa bergerak pada fase diam kecepatannya tergantung pada
keterikatan/afinitasnya pada fase diam
senyawa polar bergerak lebih lambat drpd komponen nonpolar jika fase
diamnya adalah silica gel fase normal atau alumina
2. Kromatografi partisi
● Mekanisme : Kelarutan relative komponen antara fase diam
(sorbent/stationary phase) dan fase gerak (solvent/mobile phase).
● Komponen yang lebih larut dalam fase gerak akan bergerak keatas
lebih cepat dengan jarak yang lebih besar dibandingkan komponen
yang lebih larut pada fase diam
Pemisahan :
1. jika lebih terikat pada fase padat: Pemilihan
maka komponen kimia (noda) akan Fase diam
dan fase
lebih lambat terelusi gerak yang
2. jika lebih larut dalam fase gerak, tepat dalam
maka noda akan terelusi lebih proses
pemisahan
dahulu
Adsorbsi Kelarutan
KKK
Kromatografi Kolom
Konvensional
Kelebihan KK :
1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparatif
2. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran karaena
komponen-komponen penyusunnya akan terpisahkan pada saat elusi
berlangsung
3. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
4. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi komponen senyawa
Kekurangan KK
1. Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan
teknik dan dilakukan secara manual
2. Membutuhkan waktu yang lama.
Literature review
Kromatografi Kolom Konvesional adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat
untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran sehingga dapat digunakan sebagai
teknik pemurnian untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan.
Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa dalam jumlah banyak.
Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecendrungan komponen kimia
untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi
berdasarkan gaya gravitasi (Raymond et al. 2006).
Alat Dan Bahan
Penyiapan Fase
Penyiapan Kolom
diam
Penyiapan alat dan Pemilihan metode
bahan yang akan pengemasan
digunakan
Note :
1. Pada metode kering, kolom pertama kali diisi dengan serbuk kering fase diam, kemudian kolom dialiri fasa
gerak hingga seluruh kolom terbasahi. Mulai titik ini, fase diam tidak diperkenankan mengering.
2. Pada metode basah, fase diam dibasahi dengan fase gerak (eluen) hingga menjadi bubur di luar kolom, dan
kemudian dituangkan perlahan-lahan ke dalam kolom. Pencampuran dan penuangan harus ekstra hati-hati
untuk mencegah munculnya gelembung udara.
Pengemasan Fase Diam
1 2 3
Cara Kering Cara Basah Kemas Basah
Teknik Memasukkan Sampel ke dalam Kolom
1. Cara kering : Sampel Jika metode serbuk langsung: 2. Cara Basah : Jika metode
dapat dimasukkan 1. Gunakan spatula halus suspensi yang digunakan:
sebagai serbuk pada untuk menghomogenkan Campuran ekstrak
bagian permukaan atas campuran ekstrak secara disuspensikan di dalam 2 mL
silika gel, baik secara sempurna ke seluruh pelarut yang sama yang
langsung sebagai permukaan supernatan digunakan untuk mengemas
serbuk atau sebagai dalam kolom (tinggi kolom.
suspensi dalam pelarut supernatan tidak lebih dari Suspensi dipindahkan
yang sama digunakan 2 cm). megguunakan pipet pasteur
untuk mengemas kolom 2. Ekstrak dapat dicampur ke supernatan eluen pada
dengan sedikit silika gel permukaan silika gel dalam
untuk mencegah kolom, yakinkan bahwa
pencampuran ekstrak suspensi telah terdistribusi
dengan fase gerak. sempurna ke seluruh
permukaan.
Proses Fraksinasi KKK
Fraksi/Ekstrak
• Disiapkan Kolom dan fase diam serta fase
gerak sebaris diatas fase diam
• Ditimbang sebanyak ±1 gram (sesuai
kebutuhan)
• Dimasukkan ke dalam kolom (diatas kertas
saring yang sebelumnya telah dilubangi dengan
peniti/pentul atau menggunakan pasir laut)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya (dari perbandingan yang
paling non polar)
Fraksi
• Dilakukan proses fraksinasi
Penggabungan
tabung 1-9
menjadi 1 fraksi
berdasarkan KLT
c c
1 4 8 9
Proses Fraksinasi
Panampungan hasil elusi
dan penggabungan fraksi :
warna berurutan dan KLT
noda yang sama
4 1
3 2
Akhir Isolasi
1. Semua noda telah terelusi elusi dengan Metanol
02
KCV
Kromatografi Cair Vacum
Literature review
KCV atau Vacuum Liquid Chromatography (VLC) merupakan
pengembangan dari kromatografi kolom konvensional. Pada KCV,
elusi diaktivasi dengan menggunakan vakum. Elusi dilakukan
dengan menggunakan fase gerak dengan gradien polaritas dari
polaritas paling rendah sampai polaritas yang paling tinggi.
1 2 3
Cara Kering Cara Basah Kemas Basah
Alat KCV
Ket :
1. Kolom terbuat dari kaca
2. Cairan pengelusi
3. Sampel
4. Kertas saring
5. Adsorben
6. Pita-pita pemisahan
7. Gelas Masir
8. Aliran kepompa vakum
9. Labu penampung
10. Fraksi-fraksi
11. Statif dan klem
Gambar alat KCV
Cara pengemasan dan
pemilihan adsorben kolom
sama dengan kolom
koromatografi
Dipasang di statif
• Dimasukkan kapas pada dasar kolom primer
• Dimasukkan silica gel (40 gram Silika Kasar dan 10
gram Silika halus)
• Diletakkan kertas saring diatas silica gel
• Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
• Dimasukkan eluen yang telah ditentukan
perbandingannya
• Dinyalakan pompa vakum
• Dibuka kran kolom sekunder
Fraksi
Kerugian
1. fase diam yang dapat dipilih terbatas
2. Rotor yang sudah dilapisi tidak ada di pasaran
3. Daya pisah terbatas
4. Cara pendeteksian terbatas
5. Dan sistem pengumpul (koleksi) mudah tercemar.
Alat Dan Bahan
1. Seperangkat alat
1. methanol,
kromatotron,
2. heksan,
2. Pipet tetes,
3. etil asetat,
3. Sendok tanduk,
4. Ekstrak
4. Oven,
5. Vial
https://www.youtube.com/watch?v=fOOtUIppdJw
Fraksi
Proses kromatotron
Thank You
FRAKSINASI DAN PURIFIKASI
SENYAWA BAHAN ALAM
TIM FITOKIMIA
PENGERTIAN
• Fraksinasi merupakan teknik pemisahan ekstrak hasil maserasi yang telah diuapkan. Fraksinasi ini
menggunakan berbagai pelarut dengan kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-masing
pelarut mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula. Fraksi merupakan hasil dari
proses fraksinasi.
• Kristalisasi, yaitu ketika terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat mengkristal. Kristal
dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk
yang kotor, mula-mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut panas (umumnya digunakan solven
dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan kotorannya).
• Purifikasi atau pemurnian adalah pemisahan senyawa tertentu dari zat lain yang dianggap
sebagai pengotor. Proses purifikasi sendiri terdiri atas proses KLTP, KLT Multi Eluen, dan KLT
2 Dimensi.
SUB-MATERI
• KLTP
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan metode KLT
Preparatif
• Kristalisasi dan Reklistalisasi
• KLT Multi Eluen
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan menggunakan
metode KLT Multi eluen
• KLT 2 Dimensi
Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan proses purifikasi dengan menggunakan
metode KLT Dua Dimensi
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
merupakan metode isolasi yang digunakan untuk
pemisahan senyawa. Proses isolasi kromatografi lapis
tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya
serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen Pemisahan komponen kimia dengan
metode kromatografi lapis tipis preparative pada
dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa.
Perbedaan KLT biasa dengan KLT preparative yaitu
pada ukuran lempeng yang digunakan yaitu berukuran
besar (20 x 20 cm dan 20 x 40 cm) dengan ketebalan 0,5
– 2 mm, dimana prinsip kerjanya sama dengan KLT
hanya penotolan dilakukan pada jarak yang sangat dekat
sehingga mendapatkan bercak berupa pita.
Prosedur Kerja
Ditotol isolat pada
Disiapkan alat dan
lempeng KLT Ditentukan Nilai Rf
bahan
analitik
a. Penjenuhan Chamber
Dimasukkan Dibiarkan
potongan kertas hingga eluen
Disiapkan 2-3
Disiapkan alat saring kedalam naik pada kertas
buah chamber
dan bahan chamber saring hingga
yang bersih
kemudian di melewati
tutup penutup kaca
Prosedur Kerja
b. Penotolan dan pengembangan sampel
Disiapkan alat dan bahan
Direndam hasil kerukan KLTP dengan metanol dan kloroform p.a selama5 menit
517 nm
Apabila sampel yang diuji memiliki aktivitas antioksidan maka radikal DPPH yang
berwarna ungu gelap akan tereduksi menjadi bentuk non radikal
yang berwarna kuning.
Cara Kerja
C. Penentuan aktivitas Antioksidan :
• Aktivitas antioksidan diekspresikan sebagai persen inhibisi yang dapat dihitung
dengan rumus berikut
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat memahami uji aktivitas metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).
Salah satu metode yang sering digunakan pada
analisis toksisitas yaitu Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Uji ini menggambarkan tingkat ketoksikan
ekstrak terhadap larva Artemia salina. Hasil uji ini dapat
dimanfaatkan untuk mengidentifikasi bioaktivitas
tanaman yang lebih luas.
5. Kapas
PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan larva A. salina Leach
Toples Kaca
(+) 2L air laut
(+) 1 g kista A. Salina
Diberi penerangan
dengan lampu listrik
Larutan induk
(+) 1 g ekstrak
(+) 100 mL air laut
Dilarutkan (Konsentrasi awal 10.000 μg/mL)
Pengenceran
3. Uji Toksisitas
Vial 10 mL (Dikalibrasi sebanyak 5 mL)
(+) Dipipet larutan uji dari konsentrasi induk
(+) Air laut
(+) 10 ekor larva A. salina (berumur 2 hari/48 jam)
(+) add air laut sampai batas tanda 5 mL
Menurut Nurhayati et al (2006), efek toksisitas dianalisis dari pengamatan dengan persen kematian.
Abbott (1925) dalam Meyer et al. (1982) mengatakan apabila pada kontrol terdapat larva yang mati, maka %
kematian ditentukan dengan maka % kematian ditentukan dengan rumus :
Analisis Data
Setelah mengetahui % mortalitas larva A. salina,
kemudian dicari nilai probit melalui tabel probit dan diregresikan secara linier.
Y= bX + a
Keterangan:
Y = Nilai probit
a = Konsentrasi regresi
b = Slope/kemiringan regresi
X = Logaritma10 konsentrasi uji
Contoh data
Contoh data
Contoh data
Nilai & Kategori Toksisitas
TERIMAKASIH
INTERPRETASI DATA UV-VIS, IR, MS, NMR
FITOKIMIA 2021
Mahasiswa mampu menjelaskan Interpreta
gasi.
Letak serapan dapat dipengaruhi oleh subtituen da
n terutama yang berhubungan dengan subtituen (a
uksokrom) yang menimbulkan pergeseran dalam d
iena terkonjugasi, senyawa aromatik, dan karbonil
terkonjugasi. Penggunaan pelarut yang berbeda ju
ga dapat mempengaruhi pergeseran letak dan inte
nsitas suatu serapan, dapat menyebabkan terjadin
Lanjutan … ya pergeseran batokromik atau hipsokromik.
Pada spektrofotometri UV-Vis ada bebe
rapa istilah yang digunakan terkait dengan
molekul, yaitu :
•Kromofor (chromophore): Gugus fungsi yan
g menyerap radiasi pada daerah ultraviolet,
dari ikatan terkonjugasi yang mengalami tra
Bahan :
Alat,Bahan & Prosedur Gambar data hasil spektrofotometer IR
TIM ASISTEN
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA
Interpretasi Data MS
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menjelaskan Interpretasi data spektra UV,IR, MS,
dan NMR, rotasi optik dan titik leburnya
Spektrofotometri MS
Spektrum massa adalah merupakan gambar antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/mua
tan (m/e). Dengan spektrum massa dapat digambarkan proses fragmentasi untuk meramalkan struktur da
Dalam sebuah spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan dideteksi.
Spektrum massa adalah alur kelimpahan jumlah relatif fragmen bermuatan positif berlainan versus massa
per muatan (m/z atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang did
eteksi dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z sama dengan massa molekulnya (M) .
Lanjutan....
Struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur
si .
Alat,Bahan & Prosedur kerja
Praktikum Spektrofotometri 1H-NMR
Alat :
Pensil warna, pulpen, buku kerja.
Bahan :
Gambar data hasil spektrofotometer 1H-NMR
Prosedur kerja :
1.Asisten akan memberi pengantar terkait data spektra
2. .Tuliskan dibuku kerja analisa data yang diperoleh berdasarkan gambar spektera (lakukan ide
ntifikasi jumlah sinyal yang menjelaskan ada beberapa macam tipe proton yang terdapat dala
m suatu molekul..
3. Tuliskan diskusi terkait perbandingan data H-NMR dengan pustaka. hasil analisis MS
4. Tulskan kesimpulan kemiripan senyawa aktif dengan pustaka.
Interpretasi Data 1H-NMR
• TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa memahami dan mampu menginterpretasikan data spektrum
1H-NMR
Spektrofotometri 1H-NMR
Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio ol