Anda di halaman 1dari 16

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS)


Vol. 01, No. 01 (2022), hal. 1-11
Tersedia secara online di https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/IJESS

Kerangka Kerja Manajemen Perubahan:


Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di
Sekolah

Ahmad Muslih Atmojo1*, Djamaluddin Perawironegoro1 , Khoirul Umam2 1,2 P r o g r a m S t u d i


Pendidikan Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia 3 P r o g r a m
S t u d i Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
Indonesia
*atmojo2007052022@webmail.uad.ac.id

Diterima: Februari 2022; Mei 2022; Juni 2022

Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana konsep manajemen perubahan dari
pengembangan kurikulum PAI di SMP Muhammadiyah 1 Gamping. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dikembangkan dengan model pendekatan
kualitatif. Disebut penelitian lapangan karena data-data yang penulis kumpulkan berasal dari lapangan.
Pengembangan kurikulum sendiri berkaitan dengan penyusunan seluruh dimensi kurikulum, mulai dari
landasan, struktur susunan mata pelajaran, ruang lingkup, urutan bahan pelajaran, garis-garis besar
program pembelajaran, sampai dengan pengembangan pedoman pelaksanaannya. Selain itu,
pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan, sehingga m e n g h a s i l k a n
perangkat yang lebih baik berdasarkan hasil penilaian kurikulum yang berlaku saat ini, untuk
memberikan pengajaran yang lebih baik dalam kondisi pembelajaran. Hal ini berarti pengembangan
kurikulum merupakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui penyusunan kurikulum itu
sendiri atau dasar dari hasil penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan evaluasi dan pengembangan perubahan kurikulum secara akurat terhadap
proses pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan bersama dan menyeluruh, termasuk yang terjadi dan
dilakukan oleh SMP Muhammadiyah 1 Gamping.
Kata Kunci: Manajemen Perubahan, Kurikulum, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN
Manajemen perubahan yang difokuskan pada kurikulum memiliki posisi
sentral dalam proses pendidikan sebagai arah kegiatan pendidikan untuk
mencapai tujuan. Hal ini tentu saja penting untuk mengelola perubahan yang
terjadi secara efektif dan efisien dalam menjaga kualitas pendidikan (Adhimiy,
2018; Masnan & Halim, 2021). Selain itu, sebagai sebuah rencana pendidikan,
kurikulum merupakan pedoman mengenai jenis, lingkup, dan urutan isi serta
strategi proses pendidikan. Kurikulum juga merupakan sumber konsep dan
landasan teori untuk mengembangkan kurikulum itu sendiri di lembaga
pendidikan (Dewantoro, 2017; Zhao et al., 2020). Di Indonesia sendiri, sejak
awal kemerdekaan (1947) telah merumuskan kurikulum dan
mengimplementasikannya pada tahun 1950 dalam pendidikan nasional dan terus
berkembang hingga saat ini yang disebut dengan kurikulum 2013 (K-13)
(Wulandari & Suhardi, 2020). Dengan kata lain, sejak tahun 1950 hingga
sekarang, pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

http://doi.org/10.33650/ijess.v1i1.3400
kurikulum; hal ini membuktikan bahwa kurikulum merupakan elemen penting
dalam pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan (Li et al.) Dengan adanya
kurikulum, diharapkan pendidik dapat menentukan arah tujuan pembelajaran
dan memilih metode, teknik, media, dan bahan evaluasi pembelajaran yang
sesuai (Abdah, 2019; Amir, 2021).
Pengembangan kurikulum yang mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Gamping mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Petunjuk Teknis Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 293/II.4/F/2017 tentang
Implementasi Kurikulum ISMUBA dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
yang menjadi acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.
Menghadapi era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, perlu
dipertimbangkan perubahan-perubahan pada satuan pendidikan Islam
khususnya sehingga perubahan tersebut akan mengarah pada dinamika dan
produktivitas pendidikan itu sendiri (Nabilah & Basri, 2021). Di negara dengan
wilayah yang luas dengan masyarakat yang majemuk, seperti Negara Indonesia,
terjadi tarik menarik perubahan konten kurikulum yang semakin kuat dengan
berbagai kepentingan. Hal ini membuat manajemen perubahan menjadi penting
untuk dipelajari oleh institusi pendidikan, khususnya pada bagian kurikulum
(Suhardi & Mulyono, 2021). Untuk itu, agar bahan ajar di semua sekolah
memiliki tingkat dan kualitas yang sama, pemerintah dengan bantuan para ahli
pendidikan menyusun kurikulum yang bersifat sentralistik, seringkali tanpa
melibatkan para pelaku di lapangan dan tanpa menyesuaikan dengan
kepentingan masyarakat. Masyarakat di suatu daerah. Cara ini dapat
menciptakan kurikulum yang sentralistik karena para penyusunnya
mengabaikan situasi tempat berlangsungnya pembelajaran yang memiliki
kepentingan terhadap materi tertentu, menafikan karakteristik suatu masyarakat,
mengabaikan perbedaan individual peserta didik dalam penyerapan ilmu, dan
tidak memperhitungkan sarana/fasilitas tempat berlangsungnya pendidikan. Para
ahli pendidikan, diantaranya Al-Syaibany dan Philip W. Jackson, menilai bahwa
jika kurikulum hanya berisi materi-materi pelajaran, maka kurikulum akan
menjadi sangat sempit karena pendidikan tidak boleh kaku dengan mengikuti
bahan ajar yang disusun dalam kurikulum tetapi harus fleksibel dengan
mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat. Al-Syaibani
2 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
secara eksplisit menyatakan bahwa pengertian kurikulum merupakan materi
pembelajaran yang banyak kelemahan dan kekurangannya. Secara ringkas,
pendapat al-Syaibani tersebut adalah; a) Pengertian yang sempit karena tidak
memasukkan pengalaman dan aktivitas siswa yang berada di bawah manajemen
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang tepat; b) Fokus perhatian hanya
pada materi ajar, pengetahuan yang bersifat teori dan hafalan, serta melupakan
aspek keterampilan dan kemampuan dalam menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dari teori yang dipelajari; c) Dalam mempelajari materi yang
diberikan, siswa dipersiapkan berdasarkan pengalaman masa lalu dan
melupakan masalah-masalah masa kini; d) Menganggap semua siswa sama dan
mengabaikan perbedaan individual siswa yang meliputi bakat, minat, dan
kebutuhannya karena siswa dipaksa untuk beradaptasi dengan kurikulum,
sehingga siswa bersifat pasif, aktivitasnya hanya sebatas menerima ilmu dan
pengetahuan. tidak diberi kesempatan untuk berkreasi secara positif; (e)
Memecah belah pengetahuan dalam berbagai ilmu yang tidak berkaitan.
Dengan adanya pandangan negatif yang disebutkan di atas dan pengaruh
perkembangan dan perubahan masyarakat yang begitu cepat, banyak pihak yang
mulai menggugat makna kurikulum semacam ini dan menginginkan adanya
perubahan pemahaman kurikulum ke pemahaman yang baru dan lebih
kompleks, dengan cakupan yang lebih luas (Monaziroh & Choirudin, 2021). Hal
ini menjadi fokus isu penting karena lemahnya manajemen perubahan yang
signifikan (Siripipatthanakul, 2021). Meskipun perubahan adalah satu hal yang
terus terjadi secara teratur, namun perubahan yang sedang berlangsung berfokus
pada nilai-nilai transformatif yang berkelanjutan. Artinya, manajemen
perubahan harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan, tuntutan, dan seluruh
peradaban lembaga pendidikan itu sendiri secara konsisten (Lwin & Nandar,
2019). Perubahan itu sendiri dirancang untuk secara bertahap menyublimkan
beberapa aspek yang berkaitan dengan pendidikan, seperti kualitas, relevansi,
efisiensi, dan efektivitas (Kokkaew et al., 2022).
Sedangkan pengertian kurikulum secara luas adalah pengalaman
pendidikan (educative experience) yang diperoleh siswa, penjabarannya di
lapangan mengarahkan siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya,
yang akan melatih mereka untuk hidup bermasyarakat sehingga dapat
menimbulkan perubahan sikap (Nasri et al., 2020), dengan pengertian tersebut,
pendidikan di sekolah menjadi sangat idealis, dengan ekspektasi yang sangat
tinggi, di mana kewajiban sekolah tidak hanya mengajarkan materi yang sudah
tertulis di dalam dokumen kurikulum, namun juga harus mencakup semua hal
yang bersifat formal dan non formal. Sikap yang lebih positif terhadap diri
sendiri pada siswa. Dengan demikian tanggung jawab sekolah menjadi sangat
besar dan luas terhadap siswa, padahal waktu yang diberikan kepada sekolah
sangat minim dibandingkan dengan keberadaan anak di lingkungan keluarga.
Kemampuan para pemangku kepentingan pendidikan untuk menguasai senjata
dalam pelaksanaan pembelajaran sangat penting untuk dikembangkan dalam
pola perubahan kurikulum yang semakin maju dan berkembang saat ini (Usman

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 3
et al., 2021). Nasution (2003) menyatakan bahwa definisi yang terlalu luas
tentang kurikulum sebagai pengalaman pendidikan

4 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
akan mengaburkan makna kurikulum itu sendiri, sehingga menghalangi
pemikiran dan pengolahan yang tajam tentang kurikulum. Pada saat yang sama,
arah dan tujuan kurikulum itu sendiri akan bergeser dan berubah seiring
berjalannya waktu, dan perubahan sosial budaya akan disebabkan oleh banyak
faktor (Syafa'ati, 2020).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif. Disebut penelitian lapangan karena penulis
mengumpulkan data dari lapangan. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif karena penelitian ini berfokus pada karakteristik,
kualitas, dan keterkaitan antar kegiatan. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP
Muhammadiyah 1 Gamping. Subjek penelitian merupakan sumber data dimana
peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan dalam konteks penelitian.
Subjek dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling, yaitu
mengambil sampel dengan karakteristik yang unik. Penelitian ini dilakukan
dengan fokus pada penelaahan draft kurikulum SMP Muhammadiyah 1
Gamping.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. 1) Wawancara. Metode ini
digunakan untuk menggali informasi tentang bagaimana guru
mengimplementasikan Kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, seperti
apa saja upaya sekolah dalam menggerakkan tenaga pendidik yang ada dalam
mengimplementasikan kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
bagaimana hasil dari upaya-upaya peningkatan tersebut. Sistem ini untuk
pengembangan sekolah. Wawancara yang akan peneliti gunakan adalah
wawancara tidak terstruktur. 2) Observasi. Metode ini digunakan untuk
mengamati perilaku keagamaan siswa sebagai cerminan tingkat religiusitas
siswa dan implementasi Kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan oleh
guru di dalam kelas. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif. 3) Dokumentasi. Metode ini digunakan untuk mencari
data dokumentasi tentang profil sekolah, visi dan misi sekolah, keadaan guru,
keadaan siswa, pelaksanaan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,
dan penerapan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Kemuhammadiyahan dalam pembelajaran di kelas. Dokumentasi
mengumpulkan data dengan melihat, mencari, dan mencatat dokumen-dokumen
atau hal-hal yang berupa catatan, film, buku, dan lain-lain.
4) Uji Keabsahan Data. Kemudian keabsahan data diuji dengan triangulasi,
pengecekan dengan teman sejawat, dan perpanjangan pengamatan. Triangulasi
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan berbagai cara, misalnya
menyamakan data hasil wawancara dengan observasi. Pemeriksaan sejawat
dapat dilakukan dengan mengambil data dari sumber lain. Cara lain untuk
menguji keabsahan data adalah dengan melakukan perluasan pengamatan secara
lebih cermat. 5) Analisis Data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 5
metode induktif, yaitu proses analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan menjadi pola tertentu atau menjadi hipotesis.
Tahapan analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.

6 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang
dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi abad ke-21. Kurikulum
2013 bertujuan untuk mendorong peserta didik agar lebih mampu melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa
yang mereka dapatkan atau ketahui setelah menerima materi pelajaran.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 merupakan bagian dari kelanjutan
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis sejak
tahun 2004 (Daeng Pawero, 2018).
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari standar kompetensi
lulusan dengan dikembangkan sesuai dengan tuntutan Indonesia saat ini dan
masa depan sesuai kebutuhan. Kecukupan dan kesesuaian kompetensi
menjelaskan kelengkapan standar isi. Penyempurnaan standar proses dengan
mendesain berbasis kompetensi dengan pendekatan saintifik. Perbaikan terakhir
adalah meningkatkan standar penilaian berdasarkan proses dan output dengan
teknik tes dan non-tes (portofolio) (Halek, 2019). Kurikulum 2013 adalah
seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan berbasis ilmu pengetahuan
yang disediakan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mempersiapkan lahirnya
generasi emas bangsa Indonesia, dengan sistem dimana peserta didik lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
Penekanannya adalah kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong siswa
atau peserta didik agar lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka dapatkan atau ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Objek pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013
menekankan pada tiga aspek, yaitu menghasilkan peserta didik yang berakhlak
mulia (afektif), terampil (psikomotorik), dan berpengetahuan luas (kognitif).
Sehingga siswa diharapkan lebih kreatif, inovatif, dan produktif (Yusuf, 2018).

Draf Perubahan Manajemen Dasar Kurikulum 2013


Konsep dasar manajemen perubahan merupakan faktor internal dalam
manajemen perubahan itu sendiri, yang tidak dapat dilepaskan dari peran
penting pemimpin yang membawa arah kebijakan dalam sebuah institusi,
termasuk dalam implementasi kurikulum. Hal ini berkaitan erat dengan
kesiapan dan rekam jejak pemimpin yang akan menjadi roda besar bagi gejolak
manajerial perubahan itu sendiri (Dinana & Subiyantoro, 2021). Institusi
pendidikan membutuhkan model katalisator ini untuk mewujudkan perubahan
yang ideal. Selain itu, institusi pendidikan harus mampu menganalisis berbagai
kemungkinan faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan yang signifikan
(Yuliana & Subiyantoro, 2017). Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai
parameter keberhasilan manajemen perubahan di institusi pendidikan.
Di sisi lain, kurikulum yang merupakan kunci d a r i perkembangan
pendidikan harus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan itu
sendiri. Konsep kurikulum juga dapat berarti sebuah konsep yang
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 7
berbeda-beda sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut. Ada tiga
konsep kurikulum, yaitu; a) kurikulum sebagai substansi; b) kurikulum sebagai
sistem; dan c) kurikulum sebagai bidang studi (Baharun, 2017). Esensi dari
Kurikulum 2013 menginginkan adanya perubahan total dalam pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat mengubah manusia menjadi
lebih baik. Pendidikan yang baik juga diharapkan dapat meminimalisir
kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan peradaban. Konsep perubahan
tersebut terletak pada sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinilai dalam
kurikulum 2013 secara utuh dan tidak terpisahkan. Kurikulum 2013 menjadi
bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya karena posisi
peserta didik diberikan porsi yang dominan (Halek, 2019).

Kurikulum Pengembangan Dasar


Landasan untuk mengembangkan kurikulum yang tepat dan kuat tidak
hanya dapat dilakukan oleh para pembuat kurikulum di tingkat tinggi. Namun,
juga dapat dilaksanakan oleh para pengembang kurikulum di tingkat
operasional (satuan pendidikan), yaitu guru, kepala sekolah, pengawas
pendidikan, dan Dewan atau komite pendidikan, serta pihak-pihak lain yang
saling terkait (stakeholder) (Sukirman, 2012). Robert S. Zais dalam Dadang
Sukirman (2012) menyatakan empat landasan esensial yang berkaitan dengan
pengembangan kurikulum: Filosofi dan hakikat pengetahuan, masyarakat dan
budaya, individu, dan teori belajar. Perancangan dan pengembangan kurikulum
dapat diwujudkan dengan keempat landasan tersebut, terutama yang berkaitan
dengan pengembangan sasaran (target, tujuan, objektif), pengembangan isi,
pengembangan proses pembelajaran (kegiatan pembelajaran), dan
pengembangan komponen evaluasi, yang kesemuanya itu harus dilandasi oleh
landasan filosofi, psikologi, sosiologi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(Sukirman, 2012). Dalam pendidikan agama Islam, dasar pengembangannya
tidak hanya terletak pada penyampaian materi saja, tetapi pada aplikasi dan teori
dalam pelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari (Achadah, 2020).
Menurut Muhaimin (2005), pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam dapat dimaknai dari tiga perspektif, yaitu kegiatan yang menghasilkan
kurikulum Pendidikan Agama Islam, proses yang menghubungkan satu
komponen dengan komponen lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih
baik, dan kegiatan mendesain. Implementasi, penilaian, dan perbaikan
kurikulum pendidikan agama Islam. Dalam realitas sejarahnya, pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) telah mengalami pergeseran
paradigma, meskipun dalam beberapa hal masih tetap mempertahankan
paradigma sebelumnya (Irsad, 2016). Hal ini dapat dilihat dari fenomena
berikut: (a) Perubahan dari tekanan menghafal dan mengingat teks-teks ajaran
Islam, disiplin mental dan spiritual, serta pengaruh dari Timur Tengah menjadi
pemahaman tujuan, makna, dan motivasi Islam untuk mencapai tujuan
pembelajaran. PIE. (b) Perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan
absolutis ke cara berpikir historis, empiris, dan kontekstual untuk memahami
dan menjelaskan ajaran Islam
8 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
dan nilai-nilai. (c) Perubahan dari penekanan pada produk atau hasil pemikiran
keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologi untuk
menghasilkan suatu produk. (d) Perubahan pola pengembangan kurikulum PAI
yang hanya mengandalkan para ahli dalam memilih dan menyusun isi
kurikulum menjadi melibatkan para ahli secara luas, guru, peserta didik, dan
masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara pencapaian PAI.
Ada banyak pertimbangan dalam pengembangan kurikulum, diantaranya
aspek pemahaman teori dan konsep, prinsip-prinsip kurikulum, model
kurikulum, anatomi dan desain kurikulum itu sendiri, landasan
pengembangannya, dan lain-lain yang berkaitan dengan proses pengembangan
kurikulum (Ahmad, 2021). Pengembangan kurikulum berkaitan erat dengan
perbaikan kurikulum, termasuk di dalamnya proses inisiasi, implementasi, dan
evaluasi (Halek, 2019). Olive dalam Halek (2013) menyatakan bahwa tahap-
tahap pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut: (1) Tahap perencanaan.
Langkah awal dalam tahap ini dengan melakukan langkah-langkah dan tahapan,
(2) Tahap implementasi. Tahap ini merupakan tindakan atau aksi, yang berarti
harus disampaikan kepada sasaran atau siswa, dan (3) tahap evaluasi. Langkah-
langkah dalam pengembangan kurikulum ini terdiri dari pengembangan dan
pengungkapan keberhasilan pengembangan kurikulum kepada mahasiswa.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut diputuskan apakah perlu direvisi atau tidak.
Artinya dalam pengembangan kurikulum, landasan filosofis tertentu akan
mewarnai konsep dan implementasi pengembangan kurikulum itu sendiri
(Taufik, 2019).

Pengembangan Model Kurikulum PAI di Sekolah


Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum masuk dalam mata pelajaran
wajib, dan namanya diubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Namun, di sekolah-sekolah Muhammadiyah, pendidikan agama Islam
dispesifikkan lagi dengan penyebutan ISMUBA (Al-Islam,
Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab). Pengembangan kurikulumnya pun
masih sama dengan kurikulum yang dikembangkan atau diterapkan pada
pendidikan agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan ciri utama dari model
kurikulum ini, yaitu pengkaderan peserta didik yang berakhlakul karimah,
berkarakter, dan berwawasan luas (Hidayat, 2020). Untuk pemahaman yang
lebih dalam dan luas mengenai pengembangan kurikulum PAI model K13, ada
baiknya terlebih dahulu dijelaskan mengenai komponen-komponen kurikulum
(Ikhwan, 2013).
Prinsip manajemen perubahan yang dikembangkan dalam penyusunan
kurikulum di SMP Muhammadiyah 1 Gamping tahun pelajaran 2021/2022
adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013 yang
didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 9
Selain itu, dalam kurikulum 2013, siswa diharapkan memiliki
keterampilan/kecakapan abad 21 yang disebut dengan 4C, yaitu
Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan Problem Solving, serta
Creativity and Innovation. Penguasaan keterampilan 4C ini sangat penting,
terutama di abad ke-21 ini, dimana dunia berkembang dengan cepat dan
dinamis. Salah satu cara untuk mewujudkan keterampilan 4C adalah dengan
pengintegrasian PPK (Pendidikan Penguatan Karakter). Lima karakter yang
dimaksud adalah religiusitas, nasionalisme, kemandirian, kerja sama dan
integritas, serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), yang tidak hanya membaca
dan menulis tetapi juga mencakup kemampuan berpikir dengan menggunakan
berbagai sumber, baik cetak, visual, digital, maupun auditori. Selain itu, dalam
pembelajaran juga menerapkan Higher Order of Thinking Skill (HOTS), yaitu
dalam pembelajaran memberikan pelatihan yang melatih keterampilan berpikir
kritis, logis, reflektif, dan metakognitif, yang merupakan keterampilan berpikir
tingkat tinggi sehingga siswa diharapkan mampu bersaing di kancah dunia.
Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut, pengembangan kompetensi
siswa disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
siswa serta tuntutan lingkungan dengan akhlak dan budi pekerti luhur serta
berkarakter Qur'ani dan sesuai dengan visi sekolah.
Sementara itu, menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), kurikulum didefinisikan sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan. tertentu. Dengan demikian,
kurikulum harus tertuang dalam sebuah dokumen atau rencana tertulis yang
berisi pernyataan tentang kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang
mengikuti kegiatan kurikulum (PP RI No. 32, Th. 2013).
Pengembangan kurikulum diperlukan jika kurikulum yang ada saat ini
dianggap tidak efektif atau tidak relevan dengan tuntutan zaman. Jadi dampak
dari setiap perubahan akan berpengaruh tergantung dari seberapa besar
konsekuensi logis dari perubahan tersebut (Nugraha, 2016).
Dalam penerapan kurikulum berskala nasional, hal ini sering terjadi dari
waktu ke waktu. Hal ini mengundang beberapa pertanyaan dan perdebatan,
mengingat pergeseran ini berimplikasi pada dinamika pendidikan nasional.
Terlebih lagi jika perubahan dilakukan secara mendadak dan dalam waktu
singkat tanpa pertimbangan yang jelas, niscaya akan menimbulkan berbagai
permasalahan yang bersifat sporadis di sektor formal dalam menyikapi
perubahan tersebut.
Lebih lanjut, Zuhri menyatakan bahwa pengembangan kurikulum
berkaitan dengan penyusunan seluruh dimensi kurikulum, mulai dari landasan,
struktur susunan mata pelajaran, ruang lingkup, urutan bahan pelajaran, dan
garis-garis besar program pembelajaran, sampai dengan penyusunan pedoman
pelaksanaannya. Selain itu, pengembangan kurikulum merupakan proses
perencanaan, menghasilkan alat yang lebih baik berdasarkan hasil penilaian
kurikulum yang berlaku saat ini untuk memberikan pengajaran yang lebih baik
10 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
dalam kondisi pembelajaran. Artinya, pengembangan kurikulum merupakan
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui penyusunan

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 11
kurikulum atau dasar dari hasil penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu
tertentu (Zuhri, 2012). Pendapat lain mengatakan bahwa setidaknya ada empat
komponen dalam pengembangan kurikulum PAI, yaitu materi, tujuan, metode
(strategi), dan evaluasi (Nugraha, 2016).

KESIMPULAN
Konsep perubahan pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara
berkala sesuai dengan kebutuhan institusi pendidikan. Hal yang paling penting
adalah mempersiapkan para pelaku yang menjalankan kurikulum itu sendiri
untuk dapat mengembangkannya. Di SMP Muhammadiyah 1 Gamping hal ini
telah dilakukan dengan baik, terbukti dengan adanya program pengembangan
konsep manajemen perubahan kurikulum PAI yang dilakukan secara berkala
dan dengan mengembangkan komponen 4C yaitu Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving dan Creativity and
Innovation). Penguasaan kemampuan 4C ini sangat penting, terutama di abad
ke-21 ini, di mana dunia berkembang dengan cepat dan dinamis. Salah satu cara
untuk mewujudkan kemampuan 4C adalah dengan integrasi PPK (Pendidikan
Penguatan Karakter). Lima karakter yang dimaksud adalah religiusitas,
nasionalisme, kemandirian, kerja sama dan integritas, serta Gerakan Literasi
Sekolah (GLS), yang tidak hanya membaca dan menulis tetapi juga mencakup
kemampuan berpikir dengan menggunakan berbagai sumber, baik cetak, visual,
digital, maupun auditori. Hal inilah yang dikembangkan oleh SMP
Muhammadiyah 1 Gamping agar tujuan pendidikan terus terdorong dengan
perlakuan tersebut.

REFERENSI

Abdah, M. G. (2019). Ragam Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam (PAI). Fondatia, 3(1), 27-41.
Achadah, A. (2020). Model Inovasi Pengembangan Kurikulum PAI untuk
Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Perancah: Jurnal Pendidikan Islam dan
Multikulturalisme, 2(1), 1-10.
Adhimiy, S. (2018). Pengembangan Kurikulum Melalui Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang Kreatif.
Jurnal Cendikia, 16(1), 41-62.
Ahmad. (2021). Konsep Kurikulum Terintegrasi: Analisis Kurikulum Formal
dengan Pesantren. Ilmuna, 3(1), 66-84.
Amir. (2021). Manajemen Kurikulum Dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing
di Madrasah. Managere: Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia, 3(2), 53-61.
Baharun, H. (2017). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Konsep, Prinsip,
Pendekatan dan Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum PAI. Yogyakarta:
CV Cantrik Pustaka.

12 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11
Cahapay, M. B. (2020). Studi Kasus Praktik Pembongkaran Kurikulum oleh Guru
Taman Kanak-kanak. Jurnal Kurikulum dan Pengajaran, 9(2), 1-8.
https://doi.org/10.5430/jct.v9n2p1
Daeng Pawero, A.M.V. (2018). Analisis Kritis Kebijakan Kurikulum Antara KBK,
KTSP, dan K-13. Jurnal Ilmiah Iqra', 12 (1), 42.
https://doi.org/10.30984/jii.v12i1.889
Dewantoro, H. (2017). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 13(2), 223-252.
Dinana, A., & Subiyantoro. (2021). Peran Pengasuh dalam Manajemen
Perubahan Lingkungan Organisasi Pondok Pesantren Tegalsari di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan, 9(2), 56-66.
Halek, DH (2019). Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filosofis. Jurnal
Georafflesia: Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi, 3(2), 1.
https://doi.org/10.32663/georaf.v3i2.567
Hidayat, AW (2020). Tinjauan Kebijakan Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Model Kurikulum 2013. Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan dan
Kajian Keislaman , 6(2), 172-188.
Irsad, M. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Madrasah (Studi Pemikiran Muhaimin). Iqra', 2(1), 231-267.
Kokkaew, N., Jokkaw, N., Peansupap, V., & Wipulanusat, W. (2022). Dampak
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pengetahuan terhadap
Kinerja Organisasi Non-Keuangan: Bukti Perusahaan Konstruksi
Infrastruktur Thailand. Ain Shams Engineering Journal, 13(6), 101750.
https://doi.org/10.1016/j.asej.2022.101750
Li, Q., Huang, S., & Zhu, S. (2020). Kurikulum Sadar Kompetensi untuk
Pembelajaran Konsep Visual melalui Penjawaban Pertanyaan. Konferensi
Eropa tentang Visi Komputer, 3, 141-157.
Lwin, N. N., & Nandar, P. S. (2019). Manajemen Perubahan Industri Perbankan.
Jurnal Penelitian Universitas, 5(2), 1-10.
Masnan, & Halim, A. (2021). Konsep Identitas Profesional: Persyaratan
Profesionalisme Guru Taman Kanak-kanak dalam Kurikulum Prasekolah
Malaysia. Jurnal Internasional Evaluasi dan Penyelidikan Pendidikan,
10(1), 126-134.
Monaziroh, A., & Choirudin, C. (2021). Desain Pengembangan Kurikulum
2013 Pembelajaran Fiqih Melalui Pendekatan Humanistik. Al-Tanzim:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(1), 140-153.
Nabilah, E., & Basri, H. (2021). Kontribusi Sekolah Hayat dalam Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Islam Era 4.0. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,
10(3), 451-466.
Nasri, N. M., Halim, L., Asyraf, M., & Talib, A. (2020). Kurikulum Pembelajaran
Mandiri: Perspektif Mahasiswa tentang Pengalaman Belajar di Universitas.
Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Malaysia, 17(2), 227-251.

Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11 13
Nugraha, M.T. (2016). Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama
Islam (PAI) Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). At- Turats,
10(1), 13-21.
Siripipatthanakul, S. (2021). Manajemen Perubahan yang Beretika: Artikel Ulasan.
Asia eLearning Management Center Working Papers, (Agustus), 1-10.
Suhardi, M., & Mulyono, S. (2021). Perubahan Kurikulum Lembaga Pendidikan
Islam di Sambas pada Masa Kesultanan Sambas. Ta'dibuna: Jurnal
Pendidikan Islam, 10(2), 451-466.
Sukirman, D. (2012). Landasan Pengembangan Kurikulum. Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-SWCU, 1, 18-44.
Syafa'ati, S. (2020). Penerapan Kurikulum PHI (Pendidikan Holistik Integral) dalam
Pembelajaran di SMPIT LHI Yogyakarta. Islamika, 2(2), 192-207.
https://doi.org/10.36088/islamika.v2i2.710
Syndi, M. (2016). Dinamika Kurikulum di Indonesia. Pemodelan: Jurnal Program
Studi PGMI, 4(2), 192-202.
Taufik, A. (2019). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. El-
Ghiroh, 17(2), 82-102.
Usman, D.H . , Mujahidin, E. (2021). Penerapan Metode Kuliah Daring dalam
Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Ta'dibuna, 10(4), 496-511.
https://doi.org/10.32832/tadibuna.v10i4.5181
Wulandari, I., & Suhardi, E. (2020). Peningkatan Efektivitas Pembelajaran dengan
Penguatan Iklim Sekolah dan Pengetahuan Guru tentang Kurikulum 2013.
Jurnal Manajemen Pendidikan, 8(1), 7-12.
https://doi.org/10.33751/jmp.v8i1.1940
Yuliana, & Subiyantoro. (2017). Peran Kepemimpinan Pendidikan Islam dalam
Pengelolaan Perubahan Lingkungan di Organisasi Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah An-Nur Ngangkrik Triharjo Sleman. Tadris: Jurnal Pendidikan
Islam , 12 (2), 146-160.
Yusuf, WF (2018). "Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) P a d a Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (SD)." Jurnal Pendidikan Agama
Islam , 3 (2), 263-278.
Zhao, R., Chen, X., Chen, Z., & Li, S. (2020). EGDCL: Kerangka Pembelajaran
Kurikulum Adaptif untuk Diagnosis Glaukoma yang Tidak Bias. Konferensi
Eropa tentang Visi Komputer, 1, 190-205.

14 Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial (IJESS), Vol. 01 No. 01 (2022) : 1-11

Anda mungkin juga menyukai