Anda di halaman 1dari 15

S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

P-ISSN : 2442-9910 S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)


E-ISSN : 2548-642X DOI: http://dx.doi.org/10.32699/spektra.v8i1.233

Implementasi Teori Kognitif Sosial Bandura sebagai Upaya Pengembangan


Fungsi dan Peran Sekolah
Panggih Priyambodo1*), Firdaus Firdaus 2), H.B.A. Jayawardana 3)
1
Program Studi Ilmu Pendidikan, Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
2
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan,
Universitas Sains Al-Quran, Wonosobo
3
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas PGRI Argopuro Jember, Jember

*panggihpriyambodo.2019@student.uny.ac.id

Dikirimkan: 17/03/2022 Diterima: 25/04/2022 Dipublikasikan: 31/04/2022

Abstrak
Sekolah memegang peranan penting dalam hal memberdayakan peserta didik sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penyiapan lingkungan pembelajaran yang tepat berdampak pada situasi pembelajaran. Pembelajaran bermakna
menjadikan peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajari beragam jenis kemampuan baik pada ranah afektif,
kognitif, maupun psikomotorik. Ketercapaian prestasi belajar peserta didik yang optimal secara tidak langsung akan
meningkatkan fungsi dan peran sekolah dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya terhadap masyarakat.
Guru memiliki keleluasaan dalam menetapkan paradigma pembelajaran dengan tetap mengacu pada kurikulum.
Salah satu paradigma pembelajaran yang dapat diterapkan adalah melalui implementasi teori kognitif sosial
Bandura. Terdapat tiga komponen yang menjadi fokus perhatian, yaitu: (1) lingkungan yang memberi stimulus; (2)
proses kognitif dalam diri peserta didik; serta (3) modifikasi perilaku. Implementasi teori kognitif sosial bandura
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (1) penyiapan profil kepemimpinan guru sebagai model; (2)
penyerapan kultur lokal sebagai basis perilaku model; (3) penciptaan iklim pembelajaran kolaboratif; (4) penguatan
self-efficacy, serta (5) penguatan karakter melalui habituasi. Inti dari teori kognitif sosial Bandura adalah penyediaan
sumber-sumber perilaku model baik oleh guru maupun peserta didik.
Kata Kunci: kognitif sosial Bandura, pembelajaran, perilaku model, self-efficacy

Abstract
Schools play an important role in terms of empowering students in accordance with community needs. Preparing
an appropriate learning environment impacts the learning situation. Meaningful learning makes it easier for students
to learn various types of abilities both in the affective, cognitive, and psychomotor domains. The optimal student
achievement in learning will indirectly increase the function and role of the school in carrying out its duties and
responsibilities to the community. The teacher has the discretion in setting the learning paradigm while still referring
to the curriculum. One learning paradigm that can be applied is through the implementation of Bandura's social
cognitive theory. There are three components that are the focus of attention, namely: (1) the environment that
provides the stimulus; (2) cognitive processes in students; and (3) behavior modification. Implementation of
Bandura's social cognitive theory can be done in several ways, namely: (1) preparing the teacher leadership profile
as a model; (2) absorption of local culture as a basis for model behavior; (3) creation of a collaborative learning
climate; (4) strengthening self-efficacy, and (5) strengthening of character through habituation. The essence of
Bandura's social cognitive theory is the provision of sources of model behavior by both teachers and students.
Keywords: Bandura social cognitive, learning, model behavior, self-efficacy

PENDAHULUAN (pendidik), siswa (peserta didik) dan kurikulum


Sekolah sebagai lembaga pendidikan for- dapat saling berinteraksi. Sekolah sebagai sebuah
mal memegang peranan yang sangat penting bagi lembaga pendidikan formal merupakan perpan-
kemajuan sebuah negara. Sekolah memungkin- jangan tangan dari para orang tua dan masyarakat
kan tiga komponen utama pendidikan yaitu guru dalam hal mendidik anak. Oleh karena itu, seko-

37
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

lah menempati posisi di garis terdepan dalam hal sasaran, dan tentunya sesuai kebutuhan. Sekolah
pembentukan generasi penerus yang akan menen- sudah saatnya meninggalkan paradigma lama
tukan arah masa depan bangsa. yang hanya fokus pada penanan konsep-konsep
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Ta- materi pelajaran dan mengesampingkan pengem-
hun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usa- bangan keterampilan-keterampilan lain. Proses
ha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasa- pendidikan di sekolah seyogyanya mampu men-
na belajar dan proses pembelajaran agar peserta cakup banyak hal termasuk upaya dalam menum-
didik secara aktif mengembangkan potensi diri- buhkembangan nilai dan karakter peserta didik.
nya untuk memiliki kekuatan spiritual keaga- Sekolah harus tampil sebagai sebuah lembaga
maan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, yang mampu memfasilitasi proses pembentukan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan jati diri tiap-tiap peserta didik berdasarkan prin-
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara [1]. sip kemerdekaan serta kebebasan belajar yang
Keterkaitan konteks maupun makna yang proporsional.
terkandung dalam definisi tersebut menempatkan Inti dari penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dalam posisi yang strategis dalam sekolah adalah pelaksanaan kegiatan atau proses
mengupayakan pembaruan serta pengembangan pembelajaran yang difasilitasi guru dengan me-
masyarakat. Dengan kata lain, sekolah merupakan ngacu pada rumusan kurikulum. Sedangkan
perwujudan dari harapan, cita-cita, maupun pengembangan kurikulum sendiri dilakukan de-
orientasi masa depan dari sebuah masyarakat ngan mengacu pada rumusan Standar Nasional
yang seharusnya akan kembali lagi ke masyarakat Pendidikan (SNP). Dengan demikian, dapat di-
itu sendiri. katakan bahwa Standar Nasional Pendidikan me-
Sekolah dan masyarakat adalah kesatuan rupakan acuan dalam menyelenggarakan proses-
yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. proses pembelajaran dalam rangka mencapai
Semakin maju suatu masyarakat, maka sekolah tujuan pendidikan.
semakin memegang peranan penting untuk Standar Nasional Pendidikan terdiri dari
mempersiapkan generasi muda sebelum berpar- kriteria-kriteria sebagai suatu ketetapan/ukuran
tisipasi dalam proses pembangunan masyarakat keadaan untuk menjamin agar pelaksanaan
[2]. Dengan demikian, keberhasilan para lulusan pembelajaran tidak menyimpang dari segala atu-
dapat dinilai dari seberapa jauh kebergunaannya ran maupun prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
dalam memberikan kontribusi positif terhadap di dalam kurikulum [3]. Standar Nasional Pendi-
kemajuan masyarakat. Bukan sebaliknya, di mana dikan terdiri dari Standar Isi, Standar Kompetensi
para lulusan dari sekolah justru menciptakan Lulusan, Standar Proses, Standar Penilaian, Stan-
barrier eksklusif yang memisahkan diri dari dar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
kehidupan sosial masyarakat. Pembiayaan, dan Standar Pengelolaan. Dari kese-
Konsekuensi dari tugas dan tanggung ja- luruhan standar tersebut, Standar Proses dapat di
wab yang besar menjadikan sekolah harus selalu pandang sebagai “pusat” dari pelaksanaan sistem
tanggap dan fleksibel dalam merespons setiap pendidikan. Acuan utama dari pelaksanaan Stan-
perubahan. Terlebih obyek kerja dan sasaran dar Proses adalah rumusan Standar Isi dan
pengembangannya adalah peserta didik yang Standar Kompetensi Lulusan.
selalu dinamis. Hal ini tentu membawa dampak Operasionalisasi dari Standar Proses di da-
terhadap penerapan sistem pembelajaran yang lam kegiatan pembelajaran secara umum menga-
seharusnya juga dilakukan secara dinamis, tepat cu pada langkah dan tahapan kegiatan belajar

38
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, motor dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan
mengumpulkan informasi atau eksperimen, me- dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya
ngasosiasi, dan mengkomunikasikan (kegiatan yang membawa pengaruh, makna, dan manfaat
5M). Pendekatan saintifik (scientific approach) tertentu [5]. Selanjutnya, konsistensi penyeleng-
yang meliputi langkah kegiatan 5M tersebut me- garaan pembelajaran yang ideal secara berke-
rupakan pengembangan dari tiga langkah kegia- lanjutan akan mengoptimalkan fungsi dan peran
tan inti pembelajaran pada Kurikulum Tingkat sekolah dalam menjawab tantangan global.
Satuan Pendidikan (KTSP). Rincian pengem- Peningkatan mutu dan peran fungsi sekolah
bangan/transformasi kegiatan belajar meliputi: (a) dapat ditunjang melalui penyelenggaraan proses
kegiatan eksplorasi yang berubah menjadi kegia- pembelajaran yang bermakna. National Council
tan mengamati dan menanya, (b) kegiatan elabo- for the Sosial Studies (NCSS) pada tahun 1994
rasi berubah menjadi kegiatan mengumpulkan in- memberikan rambu-rambu terkait pelaksanaan
formasi (mencoba)/bereksperimen dan mengaso- pembelajaran sosial, meliputi: (a) Terasa bermak-
siasi, serta (c) kegiatan konfirmasi yang berubah na, yaitu apabila peserta didik mampu menghu-
menjadi kegiatan mengkomunikasikan [4]. Pene- bungkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
rapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang dipelajari di sekolah dan di luar sekolah, di
berfungsi sebagai acuan konkret dalam menga- mana penyampaian bahan ajar ditujukan pada
rahkan aktivitas belajar peserta didik untuk pemahaman, apresiasi dan aplikasinya dalam
mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang kehidupan sehari-hari; (b) Pendekatan integratif,
telah ditetapkan. yaitu pendekatan yang mengintegrasikan penge-
Guru sebagai fasilitator dan organisator tahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan
pembelajaran memiliki keleluasaan untuk mene- kepercayaan ke dalam tindakan nyata; (c)
tapkan dasar paradigma yang akan digunakan. Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu
Hal mendasar yang menjadi acuan adalah tingkat kontroversial yang memberikan ruang berefleksi
kemampuan, karakteristik dan keunikan yang dan bereaksi seba-gai anggota masyarakat,
dimiliki tiap-tiap peserta didik. Kondisi peserta bersikap kritis terhadap isu dan kebijakan sosial,
didik merupakan informasi yang sangat berharga serta menghargai perbedaan pandangan; (d)
bagi guru karena memberikan pertimbangan Bersifat menantang, yaitu peserta didik ditantang
terkait paradigma pembelajaran yang akan dite- untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu baik
rapkan. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu secara individu maupun sebagai anggota dari
harus membekali dirinya dengan beragam kom- kelompok Dalam hal ini, guru bertindak sebagai
petensi secara paripurna agar benar-benar mam- model untuk mencapai kualitas sesuai standar
pu memimpin kegiatan pembelajaran dengan yang diinginkan. Guru juga memberikan peng-
sebaik-baiknya. hargaan terhadap pendapat peserta didik terutama
Guru yang kreatif dan profesional me- yang disertai dengan alasan yang baik (bukan
mungkinkan terwujudnya kegiatan pembelajaran pendapat asal-asalan), serta (e) Bersifat aktif,
yang terhubung ke masyarakat. Pembelajaran yaitu dengan melibatkan peserta didik untuk
berbasis masalah dengan orientasi pengembangan berpikir dan dalam proses pengambilan keputusan
kompetensi secara menyeluruh akan menghasil- selama pembelajaran. Proses pengajaran harus
kan proses pembelajaran yang ideal. Pembe- berbasis aktivitas yang dapat ditemui di
lajaran yang efektif adalah proses perubahan lingkungan sosial [6].
seseorang dalam kognitif, tingkah laku dan psiko- Hal yang sama juga pernah dirumuskan

39
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

oleh Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hadjar HASIL DAN PEMBAHASAN


Dewantara. Di dalam falsafahnya, Ki Hadjar
Dewantara memberikan rumusan terkait tahapan Biografi Singkat Albert Bandura
kegiatan belajar peserta didik yang terangkum Albert Bandura dilahirkan pada 4 Desember
dalam konsep 4N Setara, meliputi: (a) Nonton 1925 di Mundare, Alberta, Kanada. Dia dikenal
(mengamati), yaitu kegiatan seseorang dalam sebagai seorang psikolog Amerika kelahiran
melakukan penginderaan terhadap obyek sebagai Kanada dan pencetus teori kognitif sosial.
pusat perhatian. Konsep ini meliputi kegiatan Bandura adalah anak bungsu dari enam bersaudara
mengamati, mengukur, membandingkan, mera- yang lahir dari orang tua keturunan Eropa Timur.
ba, mendengarkan, dan lain-lain; (b) Niteni Ayahnya berasal dari Kraków, Polandia, dan ibu-
(mencermati), yaitu lanjutan dari kegiatan pe- nya dari Ukraina. Keduanya bermigrasi ke Kanada
ngamatan yang lebih fokus pada penggunaan pada saat remaja [8].
pikiran (analisis); (c) Neroake (menirukan), yaitu Bandura tumbuh di tengah kesulitan eko-
tindakan merekonstruksi holistik dari obyek atau nomi keluarga. Setelah menyelesaikan studi di
persoalan yang diperhatikan; dan (d) Nambahi tingkat SMA, Bandura melanjutkan pendidikan di
(menambahkan/memodifikasi), yaitu tindakan University of British Columbia, Vancouver. Di
yang mengandung unsur keunikan dan tidak universitas tersebut, Bandura lulus dalam waktu
terlalu melekat (terikat) dengan tindakan sebe- tiga tahun (di tahun 1949) dan sekaligus dengan
lumnya. Dalam hal ini, pengamat harus memiliki penghargaan di bidang psikologi. Setelah mena-
kreativitas dalam menutupi kekurangan dari matkan pendidikan sarjana, Bandura kembali me-
obyek yang dia mati [7]. Rumusan di atas mem- lanjutkan di University of Iowa, pusat studi psi-
berikan petunjuk tekait unsur-unsur yang harus kologis terutama di bidang teori pembelajaran
dihadirkan di dalam pembelajaran. Beberapa di sosial. Bandura menyelesaikan gelar Masternya
antaranya adalah: (1) Keharusan bagi guru untuk pada tahun 1951 yang diikuti gelar Ph.D bidang
mengarahkan peserta didik berbuat dan bertindak psikologi klinis pada tahun 1952. Setelah menda-
secara nyata; (2) Berbasis nilai dengan kesem- patkan gelar doktor, Bandura mengambil program
patan yang luas untuk berpikir kritis dan post-doctoral di Wichita Guidance Center [9].
berefleksi; (3) Berbasis tantangan belajar, di mana Beberapa penghargaan bergengsi yang pernah
guru bertindak sebagai model. Salah satu dari diterima adalah sebagai presiden termuda
solusi yang dapat dikembangkan guna mencapai (presiden ke-82) dari American Psychological
penerapan unsur-unsur tersebut adalah dengan Association (APA), anggota dewan redaksi dari
penguatan pembelajaran berbasis teori kognitif sembilan jurnal psikologi dan juga pemenang
sosial Bandura. Hal ini memungkinkan peserta penghargaan Grawmeyer dalam bidang psikologi
didik untuk dapat belajar dengan melibatkan tiga [10]. Selama karirnya, Bandura mengembangkan
komponen sekaligus, yaitu belajar dengan meng- pendekatan social learning untuk memahami
amati obyek/model di lingkungan, belajar dengan kepribadian manusia melalui penelitian- penelitian
melibatkan proses-proses kognitif, dan modifikasi [11].
perilaku. Keberhasilan belajar peserta didik Teori Kognitif Sosial Bandura
merupakan cerminan dari kesuksesan program Teori kognitif sosial Albert Bandura terma-
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. suk dalam kelompok aliran behavioristik. Seba-
gaimana teori behavioristik yang lain, Bandura
berpandangan bahwa perilaku manusia sebagai

40
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

bentuk respons terhadap stimulus dapat diprediksi dimilikinya, lingkungan, dan perilaku yang
dan dimodifikasi. Prinsip pembelajaran menurut berpotensi untuk ditiru.
teori ini menekankan pada pengembangan ke- 3. Hasil pembelajaran ialah kode dari perilaku
mampuan berpikir yang dikombinasikan dengan verbal dan visual yang diwujudkan dalam
kegiatan pengamatan terhadap realitas sosial. perilaku sehari-hari [12].
Seseorang dapat memiliki suatu bentuk pemikiran, Teori kognitif sosial tidak hanya
perilaku, atau bahkan kepribadian tertentu sebagai menekankan pada pentingnya penyiapan ling-
bentuk akumulasi hasil pengamatan terhadap kungan sebagai sumber belajar yang dapat ditiru.
orang lain sebagai role model. Proses peniruan ini Teori ini juga memiliki fokus pada proses-proses
terjadi dengan cukup kompleks karena melibatkan kognitif yang digunakan dalam membuat kepu-
representasi simbolik yang kemudian dapat disim- tusan. Menurut Tarsono bahwa individu dapat
pan sebagai long term memory. melakukan self-control melalui kognitifnya se-
Teori ini tentu dapat diterapkan dalam hingga ia dapat mengarahkan dan mengatur
konteks pendidikan di Indonesia. Selain dapat dirinya sendiri [11]. Hal ini kemudian berkaitan
diterapkan pada guru, sebenarnya prinsip teori ini dengan peran keberadaan reinforcement. Kebera-
dapat diberlakukan terhadap siapa saja, termasuk daan reinforcement (penguatan) baik eksternal
kepada para orang tua, tokoh masyarakat, pim- maupun yang diperoleh dari model yang diamati
pinan organisasi, pimpinan perusahaan dan teru- berfungsi sebagai informasi sekaligus pendorong
tama peserta didik. Kalangan anak muda di jaman (incentive) bagi individu untuk menunjukkan
milenial seperti saat ini membutuhkan sosok figur perilakunya. Komponen pembentuk perilaku yang
yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam hal berasal dari lingkungan dan proses-proses kognitif
pengembangan diri. Keberadaan para role model yang berlangsung dalam diri pembelajar memiliki
seperti ini sangat penting mengingat derasnya keterkaitan yang erat hingga dapat menghasilkan
informasi di Era 4.0 memungkinan setiap orang bentuk perilaku tertentu.
untuk dapat mengakses konten budaya dari
beragam negara di dunia sekaligus dengan para Personal Factors
(Cognition, Affect,
tokohnya yang terlibat. Permasalahannya, para Biology)

tokoh tersebut secara hakikat belum tentu sesuai


dengan cerminan budaya lokal Indonesia dan
sekaligus belum tentu sejalan dengan prinsip-
prinsip karakter yang pancasilais. Secara umum,
dasar asumsi pemikiran dari Teori Bandura adalah Environmental
Behavior
Factors
sebagai berikut:
1. Individu melakukan pembelajaran dengan Gambar 1. Konsep Resiprokal Determinism
meniru perilaku orang lain yang ada di Bandura [13]
lingkungannya. Perilaku yang di contoh
kemudian disebut sebagai perilaku model. Penerapan teori kognitif sosial dalam
Peniruan tersebut akan benar-benar menjadi pembelajaran membutuhkan interaksi yang efektif
perilaku pribadi apabila mendapatkan pe- antara individu dengan lingkungannya. Interaksi
nguatan melalui serangkaian proses kognitif. sosial ditujukan agar setiap individu dapat
2. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar melakukan proses pembelajaran melalui penga-
dengan segala faktor-faktor pribadi yang matan langsung (observational learning). Secara

41
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

umum, belajar melalui pengamatan dalam suatu pada Standar Proses yang telah digariskan. Keter-
lingkungan menurut teori kognitif sosial terdiri kaitan dengan teori kognitif sosial, sekolah
dari empat proses, yaitu: seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang
1. Perhatian (Attention): individu melakukan mampu menginspirasi setiap tindakan maupun
pengamatan yang selektif dengan memper- perilaku positif dalam diri peserta didik.
timbangkan aksesibilitas, relevansi, komplek- Guru harus terlebih dahulu tampil sebagai
sitas, serta nilai fungsional dari perilaku yang role model bagi para peserta didiknya. Seba-
diamati. Dalam hal ini proses pengamatan gaimana filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
dipengaruhi oleh atribut pribadi pengamat guru menempati posisi sebagai pamong (pembim-
seperti tingkat kemampuan kognitif, preferensi bing/pendamping) dalam kegiatan pembelajaran.
nilai, dan prasangka. Secara sederhana, taha- Jika segala bentuk perilaku guru telah mampu
pan ini merupakan proses memahami perilaku menjadi sumber inspirasi bagi anak didiknya,
model. maka Standar Proses pembelajaran yang diwu-
2. Retensi (Retention): pengamatan terhadap peri- judkan dalam kegiatan 5M (Mengamati, Menanya,
laku model kemudian diikuti dengan penga- Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan
matan (analisis) terkait konsekuensi yang dapat Mengkomunikasikan) akan berlangsung secara le-
ditimbulkan selanjutnya. Hasil pengamatan bih bermakna. Kalaupun perilaku positif yang
diubah menjadi simbol yang dapat diakses ditunjukkan guru pada mulanya hanya mampu
dalam pikiran untuk pembentukan perilaku di menginspirasi segelintir peserta didik, maka peser-
masa depan. Secara sederhana dapat dikatakan ta didik yang lainnya akan tergerak untuk meniru
bahwa dalam tahapan ini individu mengingat perilaku baik dari teman sejawatnya. Begitu
(retensi jangka panjang) terkait perilaku model seterusnya sehingga proses pembelajaran tidak
yang telah diamati. hanya berlangsung secara mekanistik dan prose-
3. Produksi (Production): representasi simbolik dural saja namun mampu menyentuh sisi rasa,
yang diterjemahkan ke dalam respons/tindakan nilai, moral dan juga makna. Peserta didik yang
baru melalui mekanisme reproduksi perilaku. telah menemukan jati diri dan kepribadian yang
Dalam tahapan ini, individu membutuhkan mantab selanjutnya akan lebih mudah dalam
umpan balik dari orang lain untuk menguatkan mengembangkan jenis-jenis kemampuan maupun
representasinya. Memori terkait perilaku mo- keterampilan yang lain.
del yang dikodekan secara simbolis diterje- Penerapan teori kognitif sosial yang di
mahkan menjadi perilaku baru. inisiasi oleh guru memungkinkan peserta didik
4. Motivasi (Motivation): proses mengaktifkan menginternalisasi nilai-nilai positif sebagaimana
kembali perilaku jika individu mendapati kultur budaya di lingkungannya. Hal ini sangat
tanggapan atau konsekuensi positif dari peri- penting mengingat derasnya informasi dan
lakunya tersebut. Dengan kata lain, jika pengu- gempuran budaya asing di Era 4.0 seringkali mem-
atan bersifat positif maka orang akan mela- berikan role model yang kurang sesuai dengan
kukan perilaku yang dimodelkan secara kon- kultur budaya Indonesia. Di dalam jurnal pro-
sisten [11], [13]. siding tentang konseling kelompok bagi maha-
Implikasi Teori Kognitif Sosial siswa yang mengalami socially maladjusted,
Kegiatan pendidikan di sekolah bermuara Lubis dan Hasibuan menyatakan bahwa symbolic
pada berlangsungnya proses pembelajaran. Proses models dapat berupa tokoh yang dilihat melalui
pembelajaran diselenggarakan dengan mengacu film, video atau media lain [14]. Singgih dan

42
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

Gunarsa menyatakan bahwa jika konten media itu judkan tujuan pendidikan, guru harus memiliki
baik, maka akan menjadi model yang akan ditiru sejumlah kompetensi sehingga menjadi guru yang
perilakunya sehingga terjadi perubahan positif profesional. Kompetensi sendiri berarti suatu hal
bagi individu yang mampu menyerap perilaku yang menggambarkan kemampuan atau kualifi-
model tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari kasi seseorang, baik secara kualitatif maupun
[14]. Permasalahannya adalah jika ternyata tokoh- kuantitatif [17]. Mendidik memiliki makna lebih
tokoh yang tampil di media justru memberikan dari sekadar mengajar. Nizar mengungkapkan
contoh perilaku yang buruk maka sangat bahwa rangkaian mengajar, memberikan do-
diperlukan pengimbangan dengan keberadaan rongan, memuji, menghukum, memberikan con-
model-model teladan lain yang lebih baik. Konten toh, dan membiasakan merupakan rangkaian tugas
informasi dalam media seringkali dibalut dengan guru dalam mendidik [18]. Mendidik ialah me-
unsur hiburan sehingga memudahkan akses dan neruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidu-
penetrasinya kepada generasi muda. Beberapa pan [17]. Guru harus memastikan diri mereka telah
prinsip terkait implementasi teori kognitif sosial memiliki kompetensi utama yang meliputi
Bandura dalam pembelajaran diuraikan sebagai kompetensi pedagogik, personal, sosial, dan
berikut. kompetensi profesional untuk dapat mendidik
Pertama, Penyiapan Profil Kepemimpinan dengan baik [19].
Guru sebagai Model Guru sebagai sebuah jabatan profesional
Permasalahan moral dan karakter yang me-
memiliki tugas dan tanggungjawab yang besar.
ngemuka akhir-akhir ini menjadi perhatian utama
Guru harus menguasai teknologi pembelajaran,
dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Proses
memahami isu-isu teraktual di masyarakat mau-
pengembangan karakter tidak akan optimal jika
pun di level nasional, menguasai beragam teori
guru sendiri tidak memiliki kriteria standar yang
pendidikan dan model pembelajaran, menguasai
dapat dimodelkan untuk peserta didik. Sekolah
materi keilmuwan sebagaimana spesifikasi bi-
merupakan agen sosialiasi dalam bentuk pen-
dang, sekaligus telaten dalam memahami keu-
didikan formal, di mana guru sebagai adminis-
nikan, kemampuan maupun kesulitan belajar yang
trator, informator, dan konduktor haruslah dapat
dialami peserta didik. Di lain sisi, guru juga harus
bertingkah laku yang bermoral tinggi karena akan
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang
menjadi contoh bagi anak muridnya [15]. Moral
efektif, empati tinggi, dan peka terhadap setiap
dan karakter guru merupakan tumpuan dasar bagi
detail realitas yang terjadi.
proses penumbuhkembangan kepribadian peserta
Guru tidak boleh mudah puas dengan
didik.
pencapaiannya. Profesionalisme guru dapat di-
Undang-Undang Republik Indonesia No-
kembangkan melalui banyak cara, di antaranya
mor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran
1 ayat (1) menyatakan bahwa tugas guru adalah
(MGMP), workshop, penerbitan majalah ilmiah,
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
lesson study, pelatihan, dan bahkan dengan cara
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
studi lanjut [20]. Guru harus membekali diri
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
dengan kompetensi pedagogik, personal, sosial,
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan mene-
dan profesional secara mumpuni untuk dapat
ngah [16]. Dari uraian dalam pasal dan ayat
mengembangkan segala bentuk kemampuan
tersebut dapat diketahui bahwa salah satu
peserta didik baik pada ranah afektif, kognitif,
komponen tugas guru adalah mendidik. Nurhaidah
maupun psikomotorik. Guru inovatif yang pandai
& Musa menyatakan bahwa untuk dapat mewu-

43
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

berkreasi dan sekaligus memiliki kepribadian lajaran yang memiliki konsep menghubungkan
unggul merupakan sumber teladan yang berharga materi pelajaran dengan situasi dunia nyata [21].
dalam memberi inspirasi terhadap perubahan Nilai-nilai moral masyarakat yang terus dikaji dan
perilaku peserta didik. digali selama pembelajaran kemudian dapat
Kedua, Penyerapan Kultur Lokal sebagai Basis dijadikan sebagai role model dalam merubah dan
Perilaku Model mengembangkan perilaku peserta menjadi lebih
Perilaku masyarakat yang berkeadaban dan
baik.
berbudaya merupakan sumber perilaku model
Ketiga, Penciptaan Iklim Pembelajaran Kola-
yang dapat diangkat di dalam pembelajaran. Peli- boratif
batan kultur lokal berbasis kearifan budaya di Perilaku positif guru menjadi panutan
dalam pembelajaran juga digunakan sebagai basis dalam kegiatan pembelajaran. Penggalian mau-
pengembangan literasi sains peserta didik. Dalam pun peniruan karakter positif selanjutnya dalam
proses pembelajaran, teori kognitif sosial meli- kegiatan kerjasama antar peserta didik selama
batkan lingkungan sosial yang memiliki keter- pembelajaran berlangsung. Bhujbal menyatakan
kaitan dan padanan dengan kehidupan sosial yang bahwa pembelajaran kolaboratif dilakukan dengan
nyata [12]. Tujuan akhirnya adalah terbentuknya berpusat pada peserta didik, penemuan, belajar
karakter literasi sains peserta didik disertai dan penggunaan informasi secara kolaboratif, di
internalisasi nilai-nilai sosial dan moral masya- mana instruktur (guru) tidak hanya ceramah dan
rakat. peserta didik secara individual, mengambil catatan
Budaya asli Indonesia memiliki kandu- pasif [22]. Kolaborasi di antara peserta didik
ngan nilai yang sangat kaya. Nilai-nilai tersebut memungkinkan terjadinya transfer nilai, penge-
penuh dengan pengajaran baik yang menyangkut tahuan, dan fragmen-fragmen perilaku inspiratif
kemandirian, kebebasan, maupun cara-cara berpe- satu sama lain [23]. Individu mengamati model
rilaku yang bijak dalam kehidupan. Beberapa bila ia percaya bahwa dirinya mampu mempelajari
fenomena sosial sehari-hari dapat diangkat dalam atau melakukan perilaku yang dimodelkan, di
pembelajaran. Beberapa permasalahan seperti ten- mana proses pengamatan tersebut mempengaruhi
tang cara pengelolaan dan pelestarian alam secara self-efficacy (kalau orang lain bisa, maka saya juga
adat, cara-cara bersosialisasi yang berlaku di bisa) [24]. Pembelajaran yang tidak sekadar
masyarakat, bentuk-bentuk bekerjasama, sistem bersifat kompetitif menjadikan setiap peserta didik
sosial di masyarakat, ajaran-ajaran moral yang dapat mengenal satu sama lain secara lebih
lahir dari tradisi dan lain sebagainya dapat dija- mendalam. Bahkan, di antara peserta didik
dikan sebagai tema kajian (center of interest). tersebut sangat terbuka kemungkinan untuk bisa
Dengan cara seperti ini, proses pembelajaran akan menjadi role model bagi peserta didik yang lain.
berlangsung menyenangkan dan kontekstual tanpa Prinsip ketergantungan positif di antara
harus meninggalkan substansi yang digariskan peserta didik dapat mempermudah pencapaian
dalam kurikulum. tujuan pembelajaran. Setiap peserta didik memi-
Kegiatan-kegiatan peserta didik baik dalam liki tugas-tugas tertentu dalam rangka mene-
hal mengamati, menanya, mengumpulkan info- mukan dan merangkai pengetahuan. Dalam hal ini,
rmasi (eksperimen), mengasosiasi, dan meng- tiap-tiap peserta didik diberikan kebebasan secara
komunikasikan tema-tema sosial akan mengan- proporsional dalam bekerja dan juga berko-
tarkan pada pemahaman terkait relevansi di antara munikasi sesuai dengan karakter dan gaya bela-
materi pelajaran dengan kehidupan di masyarakat. jarnya masing-masing. Dengan prinsip tersebut
Pembelajaran kontekstual adalah model pembe- tiap-tiap peserta didik akan menunjukkan

44
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

performa terbaiknya. Kreativitas dan segala hal, nyatakan bahwa self-efficacy merupakan pertim-
baik yang positif ataupun negatif akan nampak dan bangan peserta didik tentang kemampuan dirinya
bisa menjadi sumber inspirasi maupun bahan untuk mencapai tingkatan kerja yang diinginkan
kajian bersama. Irwansyah, menyatakan bahwa atau ditentukan, yang kemudian akan mempe-
teman sebaya memberi dorongan untuk mengem- ngaruhi tindakan selanjutnya [26]. Sedangkan self-
bangkan dan meningkatkan efficacy seseorang, di efficacy akademik dimaknai sebagai keyakinan
mana peranan teman sebaya tersebut dapat dilihat peserta didik terhadap kemampuannya untuk
dari dua hal, yakni dalam hal pengalaman pribadi melaksanakan dan mengorganisasikan suatu
(life experiencing) dan contoh perilaku (dupli- kegiatan tertentu dengan baik, di mana hal ini
cating) [25]. Irwansyah juga menyatakan bahwa dipengaruhi oleh konsep diri akademik [27].
model efficacy teman sebaya dapat dihadirkan Secara sederhana, self-efficacy merupakan keya-
dalam pembelajaran dengan suasana belajar yang kinan peserta didik untuk menyelesaikan tanta-
memungkinkan peserta didik bekerja dalam ngan maupun aktivitas belajar hingga dapat
kelompok kecil. Seringkali teman sebaya mampu mencapai tujuannya.
menjadi inspirator karena adanya faktor kedekatan Keyakinan menjadikan setiap tantangan
dan juga keakraban hubungan. belajar dipandang sebagai sesuatu yang predic-
Dalam konteks kegiatan 5M sebagai basis table. Keyakinan terhadap model perilaku yang
pelaksanaan pembelajaran di sekolah, terdapat ditunjukkan orang lain jugalah yang mendorong
banyak ragam model pembelajaran yang peserta didik untuk mengamati (memberikan
memungkinkan peserta didik dapat bekerjasama perhatian), menginternalisasikannya, hingga me-
satu sama lain. Model pembelajaran tersebut ngadopsinya di dalam perilaku. Oleh karena itu
terutama adalah kelompok Model Pengajaran penting bagi guru untuk memilih dan menyiapkan
Sosial (the Social Family). Joyce, B., Weil M., & tema materi maupun situasi pembelajaran yang
Calhoun, E. memberi penjelasan tentang jenis- sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
jenis model pembelajaran sosial yaitu meliputi Keyakinan diri akan kemampuan yang dimiliki
Mitra Belajar (Partners in Learning), Model menjadikan peserta didik untuk tergerak aktif
Investigasi Kelompok (Group Investigation), melakukan beragam kegiatan belajar.
Bermain Peran (Role Playing), dan Penelitian Inti proses pembelajaran menurut Bandura
Hukum (Jurisprudential Inquiry) [3]. Efektivitas adalah proses observasi dan analisis konsekuensi.
interaksi antar peserta didik akan lebih terdukung Beberapa faktor seperti pengalaman individu akan
dengan adanya kesadaran dari tiap-tiap peserta sebuah rintangan (mastery experience), pengala-
didik untuk belajar. Optimalisasi kegiatan belajar man langsung (direct/vicarious experience), per-
bukan lagi terletak pada perintah namun lebih suasi verbal, serta kondisi psikologis maupun
kepada kesadaran batiniah (intrinsik) peserta fisiologis seseorang dapat mempengaruhi self-
didik. Kesadaran ini jugalah yang kemudian efficacy [27]. Begitu juga dengan profil guru,
menjadi sumber kreativitas. Gibson dan Dembo menyatakan bahwa kegigihan
Keempat, Penguatan Self-Efficacy dan motivasi sangat terkait dengan konstruk rasa
Keyakinan diri merupakan modal berharga kemampuan diri (self-efficacy), di mana rasa
dalam menggerakkan setiap aktivitas belajar efficacy yang tinggi pada guru cenderung akan
peserta didik. Self-efficacy adalah faktor person mendorongnya untuk berusaha keras mengajar
(kognitif) yang memainkan peran penting dalam dengan sebaik-baiknya meskipun dalam situasi-
teori pembelajaran Bandura [24]. Bandura me- situasi yang menghambat [28]. Sebelum mene-

45
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

rapkan upaya penguatan self- efficacy pada peserta


didik, guru sebaiknya memastikan terlebih dahulu Mastery
Experien-
bahwa dirinya telah memiliki self-efficacy yang ces

tinggi.
Dalam konteks pembelajaran, penguatan Verbal Sources Vicari-
of Self- ous
Persua-
self-efficacy dapat ditunjang melalui penerapan sion Efficacy Experien-
ces
pembelajaran yang berbasis permasalahan nyata.
Alwisol serta Sharma & Nasa menyatakan bahwa
Physiolo-
self-efficacy dalam diri individu dapat ditum- gical and
Affective
buhkan dan dipelajari melalui empat sumber States

informasi, yaitu:
1. Pengalaman performansi atau pengalaman Gambar 1. Sumber-Sumber dari Self-
enaktif, yaitu prestasi yang pernah dicapai Efficacy [26]
pada masa lalu melalui pengalaman ataupun
Kepercayaan dan keyakinan diri merupakan
tindakan langsung. Prestasi (masa lalu) yang
dasar keberhasilan. Kepercayaan akan kemam-
bagus/cemerlang meningkatkan ekspektasi
puan diri akan membebaskan peserta didik dari
efficacy seseorang, sebaliknya kegagalan
tekanan yang berlebihan selama menghadapi
akan menurunkan efficacy.
maupun menyelesaikan masalah dan lebih
2. Pengalaman vikarius, yaitu self-efficacy yang
menunjukkan sikap positif [31]. Kreativitas akan
diperoleh melalui model sosial (pengalaman
muncul dan keberanian akan menghantarkan
yang diperoleh dari orang lain). Efficacy akan
peserta didik kepada hal-hal baru yang bahkan
meningkat ketika mengamati keberhasilan
belum pernah mereka alami sebelumnya. Ke-
orang lain, sebaliknya efficacy akan menurun
yakinan atas kemampuan diri mejadikan peserta
jika mengamati orang yang kemampuannya
didik akan mampu memprediksi sebuah situasi
kira-kira sama dengan dirinya dan ternyata
masalah. Dengan adanya gambaran tersebut pe-
gagal.
serta didik akan mampu mengurai rencana-
3. Persuasi sosial atau persuasi verbal, yaitu
rencana yang akan dilakukannya. Umumnya,
self-efficacy yang dapat diperoleh, diperkuat
peserta didik yang memiliki efficacy rendah
atau dilemahkan melalui persuasi sosial.
kurang membaca gambaran dari situasi yang harus
Dalam hal ini, self-efficacy dapat dipengaruhi
dipecahkan.
oleh penilaian atau umpan balik yang didapat
Guru harus tampil sebagai sosok yang
dari orang lain. Kondisi ini dapat berupa rasa
mampu mengarahkan kesadaran peserta didik
percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat
bahwa tema materi yang sedang dibahas
realistik dari apa yang dipersuasikan.
mempunyai relevansi kebergunaan dalam kehi-
4. Keadaan emosi atau keadaan fisiologis yang
dupan. Peserta didik dibimbing agar memahami
bersifat afektif, yaitu suatu keadaan emosi
bahwa suatu tema materi akan sangat berguna
yang mengikuti suatu kegiatan. Kondisi
dalam menunjang eksistensinya di lingkungan
emosi akan mempengaruhi efficacy di bidang
alamiah. Masitoh & Hartono menyatakan bahwa
kegiatan yang sedang dilakukan. Keadaan
sebagaimana hasil-hasil penelitian terdahulu,
emosi yang dimaksud bisa berupa rasa takut,
salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
cemas, stres, kelelahan, atau suasana hati
rangka meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
tertentu [29], [30].
dan self-efficacy adalah melalui penerapan alter-

46
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

natif pendekatan pembelajaran berupa Problem mampu mengelola situasi, mampu menghindari
Based Learning (PBL) [32]. Peserta didik dibia- atau menetralisir hambatan, mampu menetapkan
sakan untuk menyelesaikan masalah. Tentunya, tujuan, menetapkan standar, membuat rencana,
pemilihan masalah menjadi sangat penting agar melakukan persiapan dan sekaligus praktek,
relevan dengan kondisi peserta didik. Semakin bekerja keras, kreatif dalam memecahkan
peserta didik kaya akan pengalaman dalam masalah, belajar dari kegagalan, memvisual-
menyelesaikan masalah, kepercayan dirinya akan isasikan keberhasilan, dan membatasi (mengen-
semakin tumbuh untuk menghadapi tantangan- dalikan) stres [29].
tantangan berikutnya. Kepercayaan diri pada peserta didik akan
Pemberian penguatan menjadi sangat pen- memudahkannya dalam mencoba banyak hal.
ting dalam pembelajaran. Di dalam teori behavi- Keberhasilan dalam setiap percobaan akan
orisme, keterhubungan antara stimulus dan res- menumbuhkan motivasi yang semakin kuat.
pons akan diperkuat dengan adanya tindakan- Dengan adanya kepercayaan diri dan motivasi
tindakan penguatan (reinforcement). Dalam teori menjadikan peserta didik akan lebih mudah
behaviorisme, konsep stimulus-respons (SR) se- menangkap hal-hal baik yang didapat dari
cara psikologis bermakna bahwa tingkah laku lingkungan sebagai sebuah perilaku model. Selain
manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward itu, kepercayaan diri dan motivasi juga akan
dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan menguatkan proses-proses kognitif dalam menga-
[33]. Peserta didik yang telah berhasil mencapai nalisis konsekuensi dari tindakannya. Dan apabila
target atau tujuan tertentu dalam pembelajaran peserta didik telah memiliki keyakinan yang
sebaiknya diberikan penguatan oleh guru agar mantab akan suatu perilaku model maka akan
semakin termotivasi. diadopsi dalam dirinya hingga memodifikasi
Pemberian tindakan berupa penguatan akan perilakunya.
memberi dampak psikologis dengan semakin Kelima, Penguatan Karakter melalui
kuatnya respons terhadap stimulus yang sama. Habituasi.
Sebagaimana yang telah dijelaskan
Tanpa adanya penguatan, peserta akan ragu
sebelumnya bahwa teori kognitif sosial Bandura
apakah tindakannya benar-benar telah memenuhi
menekankan pada hubungan saling mempe-
harapan dan sekaligus terbukti efektif dalam
ngaruhi di antara tiga komponen, yaitu
mencapai tujuan. Guru juga dapat memberikan
lingkungan, proses kognitif, dan perilaku. Di
feedback, yang mana dalam hal ini, feedback bisa
dalam proses belajar, peserta didik mendapatkan
dalam bentuk penguatan ataupun perbaikan.
stimulus dari lingkungan. Dengan adanya stimulus
Pemberian feedback berupa perbaikan akan men-
tersebut peserta didik akan menetapkan tujuan
jadi bahan analisis peserta didik untuk
belajar. Proses berpikir untuk menganalisis
menyempurnakan tindakannya sebagaimana stan-
stimulus hingga mengarah pada penetapan tujuan
dar yang diinginkan. Aktivitas peserta didik yang
belajar merupakan bagian dari proses kognitif.
ditunjang dengan pemberian feedback dan insentif
Dengan adanya oritentasi target dan tujuan
ataupun reward secara tepat akan sangat mem-
pembelajaran, peserta didik akan mendaya-
bantu tumbuhnya motivasi dalam menampilkan
gunakan segala kemampuannya untuk mencapai
perilaku yang sebaik mungkin. Robert Kreitner &
tujuan tersebut. Hal ini merupakan bagian dari
Angelo Kinicki menjelaskan bahwa seseorang
memodifikasi perilaku melalui tindakan langsung.
dengan self-efficacy tinggi memiliki beberapa pola
Guru merupakan sumber teladan yang
perilaku seperti aktif memilih peluang terbaik,
memberikan inspirasi awal bagi tumbuh kembang

47
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

perilaku peserta didik. Selama ini, penerapan digunakan untuk mengantisipasi bahwa tidak
Kompetensi Inti (KI) terutama untuk KI-1 (sikap semua peserta didik akan mudah terinspirasi oleh
spiritual) dan KI-2 (sikap sosial) masih cenderung hal-hal ataupun perilaku-perilaku baik dengan
bersifat implisit. Kebanyakan pendidik hanya kadar dan kemampuan (kepekaan) yang sama.
memfokuskan pada pengembangan KI-3 dan KI-4 Proses pembiasaan perilaku baik (perilaku positif)
yaitu pada ranah pengetahuan dan keterampilan. yang terencana dan terprogram makin lama akan
Hal ini mengakibatkan masih banyaknya peserta membantu peserta didik untuk memahami hingga
didik yang tidak memiliki sikap spiritual dan sikap kemudian mengadopsinya dalam bentuk kepri-
sosial yang baik dalam kehidupan meski memiliki badian yang permanen.
pengetahuan dan keterampilan yang memadai tapi
[34]. Model keteladan dari guru akan lebih efektif PENUTUP
tertanam dalam diri peserta didik jika peserta didik
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
itu sendiri yang mengembangkannya. Dari proses
formal yang menyelenggarakan aktivitas
melihat dan mengamati perilaku model yang
pembelajaran secara terprogram. Dalam aktivitas
ditunjukkan guru kemudian peserta didik benar-
pembelajaran tersebut memungkinkan komponen
benar diarahkan untuk melakukannya secara terus-
utama pendidikan saling bertemu dan berinteraksi.
menerus. Untuk itulah diperlukan adanya pengem-
Ketiga komponen tersebut adalah guru (pendidik),
bangan KI-1 dan KI-2 secara lebih eksplisit yaitu
siswa (peserta didik), dan kurikulum. Penyeleng-
melalui habituasi (proses pembiasaan) secara ber-
garaan proses pembelajaran dilaksanakan dengan
kelanjutan.
mengacu pada kurikulum yang dikembangkan
Proses pembiasaan perilaku baik akan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
menumbuhkembangkan beragam kompetensi
Pelaksanaan SNP di lapangan mengerucut pada
pada peserta didik. Di dalamnya, peserta didik
Standar Proses. Penerapan Standar Proses di
akan belajar tentang kedisiplinan, keikhlasan,
dalam Kurikulum 2013 mengacu pada pendekatan
tanggungjawab, dan sekaligus berkesempatan
saintifik (saintific approach) yang meliputi
untuk memodifikasi perilaku-perilaku baik men-
kegiatan Mengamati, Menanya, Mengumpulkan
jadi lebih baik lagi. Karakter individu akan
Informasi/Eksperimen, Mengasosiasi, dan Meng-
berkembang dengan baik, apabila memperoleh
komunikasikan. Kegiatan ini bersifat umum untuk
penguatan yang tepat, yaitu berupa Pendidikan.
berbagai bentuk model ataupun metode pembe-
Pendidikan karakter mempunyai tujuan pena-
lajaran.
naman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata
Guru sebagai organisator pembelajaran me-
kehidupan bersama yang lebih menghargai
miliki keleluasaan dalam menetapkan paradigma
kebebasan individu [35]. Pendidikan karakter
yang akan digunakan. Paradigma di sini dimaknai
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang
sebagai suatu sudut pandang yang diterapkan guru
yang baik sehingga peserta didik paham, mampu
terhadap proses pembelajaran. Paradigma tersebut
merasakan, dan mau melakukan yang baik, bukan
bersumber dari ragam teori pendidikan, yang salah
sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana
satunya adalah teori kognitif sosial Bandura.
yang salah kepada anak [36]. Disposisi penana-
Paradigma selanjutnya akan mempengaruhi pemi-
man karakter dan sikap positif baik dalam hal
lihan pendekatan, metode, dan tujuan pembe-
berperilaku, berpikir, merasa, bekerjasama, dan
lajaran.
berkomunikasi dari guru harus dilengkapi dengan
Teori kognitif sosial Bandura menekankan
tindakan nyata dari peserta didik. Hal ini juga
bahwa perubahan perilaku terjadi melalui serang-

48
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

kaian proses kompleks yang disebut Resiprokal Karakter Generasi Muda Bangsa,” in
Determinism. Konsep ini menyatakan bahwa Prosiding Seminar Nasional Tahunan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
proses belajar dilakukan melalui pengamatan Medan Tahun 2017, 2017, vol. 1, no. 1, pp.
terhadap perilaku model dan diputuskan (diana- 339–343.
lisis) melalui serangkaian proses kognitif. Hasil [3] P. Priyambodo and R. P. Situmorang,
akhirnya adalah modifikasi atau perkembangan Antigen-Antibodi Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
tingkah laku menjadi lebih baik.
[4] U. Rahmatika and A. Amrizal, “Pemetaan
Teori kognitif sosial Bandura dapat diguna-
Pembelajaran Biologi Berbasis Scientific
kan sebagai salah satu paradigma dalam mengop- Approach di SMA Negeri 1 Binjai,” J.
timalkan fungsi dan peran sekolah sebagai basis Pelita Pendidik., vol. 6, no. 1, pp. 28–35,
pengembangan budaya, literasi sains, dan pember- 2018, doi: 10.24114/jpp.v6i1.9170.
dayaan masyarakat. Implementasi teori kognitif [5] Yusuf and B. Basuni, “Konsep dan
Indikator Pembelajaran Efektif,” J. Kaji.
sosial Bandura dapat dilakukan dengan beberapa Pembelajaran dan Keilmuan, vol. 1, no. 2,
cara, di antaranya adalah dengan penyiapan profil pp. 13–20, 2018.
kepemimpinan guru yang layak ditiru, adopsi [6] R. Faslah, “Pemanfaatan Internet Dalam
kultur lokal dengan segala kandungan nilainya, Pengembangan Konsep IPS dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran
penciptaan iklim kolaboratif dalam pembelajaran,
Bermakna,” Econosains J. Online Ekon.
serta penguatan self-efficacy pada peserta didik. dan Pendidik., vol. 9, no. 2, pp. 161–170,
Penguatan self-efficacy membutuhkan tindakan- 2011, doi: 10.21009/econosains.0092.07.
tindakan penguatan (reinforcement). Upaya ini [7] Djohar and Istiningsih, Filsafat
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam
dapat memperkokoh respons peserta didik dalam
Kehidupan Nyata. Yogyakarta: Suluh
belajar. Media, 2017.
Prinsip teori kognitif sosial Bandura fokus [8] J. L. Nolen, “Albert Bandura AMERICAN
pada penguatan hubungan di antara tiga PSYCHOLOGIST,” Encyclopaedia
komponen pembelajaran, yaitu lingkungan, Britannica. Encyclopaedia Britannica,
2019.
perilaku, dan faktor-faktor personal dalam diri
[9] F. Aboud, R. Case, F. Craik, D. Hebb, B.
peserta didik. Inti belajar adalah proses observasi Kolb, and I. Whishaw, “Biography: Albert
dan analisis konsekuensi terhadap perilaku model. Bandura.” .
Terjadinya perkembangan perilaku, kepercayaan [10] F. Psychologists, “Albert Bandura,” 2014.
diri, dan motivasi akan memudahkan peserta didik [11] Tarsono, “Implikasi Teori Belajar Sosial
mencapai prestasi secara lebih optimal. Penca- (Social Learning Theory) dari Albert
Bandura dalam Bimbingan dan
paian prestasi belajar peserta didik yang optimal
Konseling,” Psympathic, J. Ilm. Psikol.,
menjadikan sekolah sukses dalam menjalankan vol. III, no. 1, pp. 29–36, 2010, doi:
fungsi, peran, dan tanggungjawabnya terhadap https://doi.org/10.15575/psy.v3i1.2174.
masyarakat, bangsa, dan negara. [12] Q. N. Laila, “Pemikiran Pendidikan Moral
Albert Bandura,” J. Progr. Stud. PGMI,
vol. III, no. 1, 2015, doi:
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.36835/modeling.v2i1.4
5.
[1] P. R. Indonesia, Undang-Undang Nomor [13] M. Zhou and D. Brown, Educational
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Learning Theories, 2nd ed. 2017.
Nasional. 2003.
[14] Z. Lubis and S. Hasibuan, “Pengaruh
[2] Nasiruddin, “Peran Keluarga, Sekolah, Layanan Konseling Kelompok
dan Masyarakat dalam Pendidikan Pendekatan Behavioristik Teknik

49
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

Symbolic Models terhadap Penyesuaian Learning Cell pada Materi Kelarutan dan
Diri dengan Teman Sebaya Mahasiswa Hasil Kali Kelarutan pada Siswa Kelas XI
BK Non Reguler 2016 FIP UNIMED T.A. SMA Negeri 6 Palu,” J. Akad. Kim., vol.
2016/2017,” in PROCEEDING SEMINAR 7, no. 2, pp. 91–95, 2018, doi:
DAN LOKAKARYA NASIONAL 10.22487/j24775185.2018.v7.i2.10400.
REVITALISASI LABORATORIUM DAN [23] N. P. Adi, R. A. Yulianto, and M. Z. Zaini,
JURNAL ILMIAH DALAM “Menumbuhkan Sikap Ilmiah
IMPLEMENTASI KURIKULUM (Kolaborasi, Keterbukaan Diri, Dan
BIMBINGAN DAN KONSELING Tanggung Jawab) Melalui Pembelajaran
BERBASIS KKNI, 2017, no. Agustus, pp. Kontekstual,” SPEKTRA J. Kaji.
372–385. Pendidik. Sains, vol. 5, no. 2, p. 140, 2019,
[15] L. Mimbar, Izrawati, and E. Kartini, doi: 10.32699/spektra.v5i2.98.
“Dampak Sertifikasi dan Motivasi Kerja [24] H. J. Lesilolo, “Penerapan Teori Belajar
Guru terhadap Kinerja Guru di MTs. Sosial Albert Bandura dalam Proses
Negeri Model Kuripan Lombok Barat,” Belajar Mengajar di Sekolah,” KENOSIS,
VALID J. Ilm., vol. 15, no. 2, pp. 137–150, vol. 4, no. 2, pp. 186–202, 2018.
2018.
[25] B. Irwansyah, “Self-Efficacy Mahasiswa
[16] Undang-Undang Republik Indonesia Prodi PMA dalam Pembelajaran
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Kakulus,” Logaritma, vol. 1, no. 02, pp.
Dosen. 2005. 115–125, 2013, doi:
[17] Nurhaidah and M. I. Musa, 10.24952/logaritma.v1i02.226.
“Pengembangan Kompetensi Guru [26] M. Ulpah, “Self-Efficacy dalam
Terhadap Pelaksanaan Tugas Dalam Pembelajaran Matematika Siswa
Mewujudkan Tenaga Guru yang Madrasah Aliyah,” vol. 20, no. 1, pp. 110–
Profesional,” J. Pesona Dasar, vol. 2, no. 121, 2019, doi:
4, pp. 8–27, 2016. 10.24090/jpa.v20i1.2019.pp110-121.
[18] M. Shabir, “Kedudukan Guru sebagai [27] L. R. Chairiyati, “Hubungan Antara Self-
Pendidik,” Auladuna, vol. 2, no. 2, pp. Efficacy Akademik dan Konsep Diri
221–232, 2015. Akademik dengan Prestasi Akademik,”
[19] A. Khoiri, “Analisis Kritis Pendidikan Humaniora, vol. 4, no. 2, pp. 1125–1133,
Sains Di Indonesia: (Problematika, Solusi 2013, doi:
dan Model Keterpaduan Sains Dasar),” 10.21512/humaniora.v4i2.3553.
SPEKTRA J. Kaji. Pendidik. Sains, vol. 6, [28] E. N. Wahyuni and A. Mustikawan, “Self
no. 1, p. 19, 2020, doi: Efficacy Guru Pendidikan Agama Islam
10.32699/spektra.v6i1.132. dalam Mengembangkan Pendidikan
[20] I. Rafi and N. Sabrina, “Pengintegrasian Karakter Siswa (Penelitian Survey
TPACK dalam Pembelajaran terhadap Guru-Guru Pendidikan Agama
Transformasi Geometri SMA untuk Islam Madrasah di Jawa Timur),” 2017,
Mengembangkan Profesionalitas Guru pp. 191–206.
Matematika,” Supremum J. Math. Educ., [29] A. Hanum and Casmini, “Program
vol. 3, no. 1, pp. 47–56, 2019, doi: Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Self-
https://doi.org/10.31235/osf.io/v2ygb. Efficacy Siswa dan Implikasinya pada
[21] E. Ramdani, “Model Pembelajaran Bimbingan Konseling SMK Diponegoro
Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Depok Sleman, Yogyakarta,” J. Hisbah,
sebagai Penguatan Pendidikan Karakter,” vol. 12, no. 2, pp. 11–20, 2015, doi:
Jupiis J. Pendidik. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 10, https://doi.org/10.14421/hisbah.2015.122-
no. 1, pp. 1–10, 2018, doi: 02.
https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.826 [30] H. L. Sharma and G. Nasa, “Academic
4.g9053. Self-Efficacy: a Reliable Predictor of
[22] P. N. A. Panontji, S. M. Sabang, and K. Educational Performances,” Br. J. Educ.,
Mustapa, “Penerapan Model vol. 2, no. 3, pp. 57–64, 2014.
Pembelajaran Kolaboratif dengan Teknik [31] L. Anggraini and R. Perdana, “Hubungan

50
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 8 (1) (2022)

Sikap dan Percaya Diri Siswa Pada Mata


Pelajaran IPA di Sekolah Menengah
Pertama,” SPEKTRA J. Kaji. Pendidik.
Sains, vol. 5, no. 2, p. 188, 2019, doi:
10.32699/spektra.v5i2.103.
[32] L. F. Masitoh and H. Hartono,
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan PBL
Berorientasi pada Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Self-Efficacy,” vol. 12, no. 2,
pp. 220–230, 2017, doi:
http://dx.doi.org/10.21831/pg.v12i2.1576
9.
[33] K. Rahmatika, “Teknik Tari dalam Karya
Tari Consistency sebagai Pembelajaran
Pelajar dalam Bersikap,” 2016.
[34] Riyansa, R. Ariesta, and P. Utomo,
“Implementasi Kompetensi Inti Satu dan
Dua Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMPN
1 Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten
Bengkulu Tengah Tahun Pelajaran
2016/2017,” J. Ilm. KORPUS, vol. 1, no.
1, pp. 107–117, 2017, doi:
10.33369/jik.v1i1.3286.
[35] B. Maunah, “Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembentukan
Kepribadian Holistik Siswa,” Pendidik.
Karakter, vol. 1, no. 1, pp. 90–101, 2015,
doi:
http://dx.doi.org/10.21831/jpk.v0i1.8615.
[36] T. Z. Mutakin, Nurhayati, and I. M.
Rusmana, “Penerapan Teori Pembiasaan
dalam Pembentukan Karakter Religi
Siswa di Tingkat Sekolah Dasar,”
Edutech, vol. 1, no. 3, pp. 361–373, 2014,
doi: 10.17509/edutech.v13i3.3089.

51

Anda mungkin juga menyukai