PENDAHULUAN
1
mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Oleh sebab itu, dalam upaya
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka disusun dan dikembangkan
kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram, yang disesuaikan dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah Lampung, Satuan Pendidikan (SMKN 1 Merbau Mataram)
dan peserta didik.
Pengembangan Kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram berdasarkan
pertimbangan dari hasil analisis konteks. Dari analisis konteks tersebut diketahui
kondisi nyata/riil, potensi sekolah yang dimiliki untuk selanjutnya diharapkan dapat
mencapai keadaan ideal. Hasil analisis konteks SMK Negeri 1 Merbau Mataram adalah
sebagai berikut :
1. Kondisi Ideal
2
e. Pembelajaran terpadu;
f. Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g. Pembelajaran dengan ketrampilan aplikatif;
h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal {hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i. Mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat;
j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
k. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan dimasyarakat;
l. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
m. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Berdasarkan Permendikbud No. 60 tahun 2014 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum SMK disebutkan tentang karakteristik Kurikulum 2013 sebagai
berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari
disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti;
2. Kondisi Nyata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI)
4
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Sampai saat ini, SMKN 1 Merbau Mataram baru memiliki 6 ruang belajar, 4
ruang praktek, 1 ruang kantor, toilet, sarana ibadah, sarana olahraga, dan berbagai
sarana kegiatan lain yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
walaupun Laboratorium komputer belum maksimal untuk digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Sebanyak 28 guru tidak tetap yang menjadi tenaga pendidik di
SMKN 1 Merbau Mataram, 6 guru PNS, 1 PNS Tenaga Kependidikan dan 8 tenaga
kependidikan tidak tetap.
Upaya peningkatan pencapaian kinerja sekolah tidak lepas dari kondisi sosial
masyarakat di SMKN 1 Merbau Mataram. Kondisi sosial masyarakat di SMKN 1
Merbau Mataram dapat dikatakan respek tinggi terhadap dunia pendidikan.
Perhatian dan kepedulian terhadap perkembangan dan penyelenggaraan pendidikan
masih menjadi perhatian utama di kalangan masyarakat luas. Angka partisipasi
masih tinggi. Namun demikian, masih juga ada sebagian masyarakat yang kurang
peduli atau rendah partisipasinya terhadap perkembangan sekolah. Hal ini juga tetap
akan berpengaruh terhadap upaya peningkatan mutu sekolah.
Ditinjau dari kondisi ekonomi orang tua masih heterogen. Angka partisipasi
dalam pembiayaan pengembangan sekolah masih diwarnai keberagaman kondisi
ekonomi orang tua/masyarakat, yakni dari kelompok ekonomi atas, ekonomi
menengah maupun ekonomi bawah. Sehingga dari segi ekonomi, angka partisipasi
ataupun kepedulian terhadap perkembangan sekolah beragam pula.
5
Dasar pada bidang Teknologi Informasi dan bisnis manajemen serta menitik
beratkan pada budaya karakter bangsa yang diaplikasikan pada sistem informasi
sekolah, kegiatan pembelajaran, penilaian, administrasi sekolah dan muatan lokal.
Kegiatan pembelajaran yang harmonis, nyaman, efektif dan kreatif membutuhkan
dukungan dan kerjasama yang baik dari seluruh pihak terkait dan pemerhati
pendidikan.
6
Kurikulum 2013 sebagai rujukan proses pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu
mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Integrasi tersebut bukan
sebagai program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai cara mendidik dan
belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di satuan pendidikan.
Pada intinya, Penguatan Pendidikan Karakter mempergunakan tiga basis
pendekatan utama PPK, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, pendidikan
karakter berbasis budaya sekolah dan pendidikan karakter berbasis masyarakat. Tiga
pendekatan ini merupakan pendekatan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh
yang harus diterapkan di satuan pendidikan. Keutuhan dan integrasi PPK ini juga
ditegaskan di dalam Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter terutama pasal-pasal yang menjelaskan tentang penyelenggaraan PPK yang
terintegrasi di dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler,
dilakukan baik di satuan pendidikan formal maupun nonformal (pasal 6,7,8).
Tiga pendekatan dalam PPK secara konseptual bisa dibedakan, misalnya:
a. Pendidikan karakter berbasis kelas terbatas pada relasi antara guru dan siswa
di dalam kelas dalam proses pembelajaran.
b. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan pembentukan
karakter yang dilakukan melalui berbagai macam kegiatan yang melibatkan
seluruh anggota komunitas sekolah, namun masih terbatas sebagai kegiatan
sekolah di lingkungan sekolah. PPK berbasis budaya sekolah dilaksanakan
antara lain melalui hal-hal sebagai berikut.
1) Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai karakter dalam keseharian sekolah.
2) Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan sekolah.
3) Melibatkan seluruh eskosistem pendidikan di sekolah.
4) Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi peserta
didik melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
5) Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
6) Mempertimbangkan dan mengevaluasi norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
c. Pendidikan karakter berbasis masyarakat adalah berbagai macam bentuk
kolaborasi antara sekolah dengan pihak lain di luar lingkungan sekolah,
terutama orang tua, dalam bentuk komite sekolah, atau kerjasama sekolah
dengan lembaga-lembaga dan komunitas lain yang mendukung proses
pembentukan karakter peserta didik.
7
5. Gerakan Literasi Sekolah
Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan
budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi
informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,
menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai
persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat
untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar
manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
Sedangkan pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi
Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan
yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang
tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan
pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif
berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit
membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang
disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca
terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran
(disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa
perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
a. Tujuan Umum
8
Menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah
agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan
bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks
Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap
selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi
fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan
kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman
cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi
dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi
pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami
penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
9
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga
pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya
mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola
data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan
pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara
kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik
dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
6. Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan
generasi abad 21 dimana kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
yang berkembang begitu cepat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan termasuk pada proses belajar mengajar. Salah satu contoh kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki pengaruh terhadap proses
pembelajaran ialah peserta didik diberi kesempatan dan dituntut untuk mampu
mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan
komunikasi – khususnya komputer, sehingga peserta didik memiliki kemampuan
dalam menggunakan teknologi pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik.
Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan
pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah
untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-
10
centered learning)menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan
dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-
kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua
kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu
mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang
menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan
yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak
dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berbeda dengan pembelajaran
yang berpusat pada pendidik, berikut karakter pembelajaran abad 21 yang sering
disebut sebagai 4 C, yaitu:
Communication (Komunikasi)
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan,
tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan
kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi
dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
pendidik.
Collaboration (Kerjasama)
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam
kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati
pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan
tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi
untuk diri sendiri dan orang lain.
11
interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan
mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
Creativity and Innovation (Daya cipta dan Inovasi)
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada
yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Selain peralihan sistem pembelajaran, pada abad ini pun terjadi pergeseran
tujuan pendidikan dimana pada abad ke 19 yang dikenal sebagai era industri,
penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan orang dalam dunia
sederhana, statis/linier, dan predictable (dapat diramalkan). Peserta didik diharapkan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan dengan perilaku yang rutin. Dampak dari pola
pendidikan ini adalah kemampuan output yang standar sehingga kecakapan yang
dimiliki merupakan kecakapan standar.
Sehingga pada abad 21 saat ini yang bisa disebut sebagai era pengetahuan,
maka tujuan pendidikannya pun adalah:
1) mempersiapkan orang dalam dunia pasang surut, dinamis, unpredictable (tidak
bisa diramalkan),
2) perilaku yang kreatif,
3) membebaskan kecerdasan individu yang unik, serta
4) menghasilkan inovator.
12
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
3. Untuk meningkatan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kualitas manusia
(peserta didik) seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
4. Untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis
potensi sumber daya alam Indonesia khusunya Lampung Selatan.
5. Meningkatkan efisiensi manajemen pendidikan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
C. LANDASAN
1. Landasan Filosofis
Pendidikan menjadi bermakna apabila secara prakmatis dapat mendidik manusia
dapat hidup dizamannya.Pendidikan kejuruan perlu mengajar dan melatih peserta
didik untuk menguasai kompetensi dan kemampuan lain yang dibutuhkan untuk
menjalani kehidupan sebagai modal untuk pengembangan dirinya dikemudian
hari.Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkan
perkembangan psikologis peserta didik dan perkembangan/kondisi kehidupan sosial
budaya masyarakat.
13
dan lingkunagn pergaulan, yang mengakibatkan perbedaan dalam dimensi fisik,
intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta didik di SMK,
mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati diri.
2. Landasan Ekonomis.
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik
menjadi manusia yang produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja (berjiwa
enterpreneur/wirausaha) atau dapat langsung bekerja dibidangnya setelah melalui
pendidikan dan latihan berbasis kompetensi. Karena itu, pembukaan program diklat
di SMK Negeri 1 Merbau Mataram, sangat responsif terhadap perubahan pasar
kerja. Untuk menghadapi persaingan tenaga kerja di pasar global, pelaksanaan diklat
mengadopsi nilai-nilai yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan, yaitu
disiplin, taat azas, efektif dan efesien. Pelaksananan pendidikan juga
memperhatikan agar lulusan SMK Negeri 1 Merbau Mataram memiliki
kemampunan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi (Perguruan
Tinggi).
3. Landasan Yuridis
Peraturan perundang-undangan yang mendasari dan menjadi acuan dalam
penyusunan kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram adalah :
1. UUD 1945;
2. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
14
3. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6. Permendikbud No. 61 Tahun 2014 tentang KTSP;
7. Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstra Kurikuler;
8. Permendikbud No. 63 Tahun 2014 tentang Kepramukaan;
9. Permendikbud No. 64 Tahun 2014 tentang Peminatan Pada Dikdasmen;
10. Permendikbud No. 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru TIK dan KKPI;
11. Permendikbud No. 79 Tahun 2014 tentang Pengembangan Muatan Lokal;
12. Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Menengah;
13. Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
14. Permendikbud No. 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah;
15. Permendikbud No. 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan
SMK/MAK;
16. SK Dirjen No. 06 Tahun 2018 Tentang Spektrum Keahlian SMK/MAK;
17. SK Dirjen No. 07 Tahun 2018 Tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK;
18. SK Dirjen No. 464/D.D5/KR/2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Mapel Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang
Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2) dan Kompetensi Keahlian (C3)
19. Pergub Provinsi Lampung No. 39 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa
dan Aksara Lampung sebagai Muatan Lokal Wajib;
1. Pengertian
Pengertian KTSP tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP, Bab 1 Pasal
1 ayat 15 :
“Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan”.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Pengertian kurikulum SMK Negeri 1 Merbau
Mataram dikembangkan sebagai berikut :
15
Kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram adalah Kurikulum operasional yang
disusun oleh Tim penyusun kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram dan
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Merbau Mataram.
16
Mataram yang telah disusun memungkinkan semua mata pelajaran dapat
menunjang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
17
f.Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)
sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus
menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum
SMK Negeri 1 Merbau Mataram dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan IPTEKS.
g.Agama
Kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram dikembangkan untuk mendukung
peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara
toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum
semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak
mulia.
18
menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada
budaya daerah Merbau Mataram dengan terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
k. Kesetaraan Jender
Penyusunan Kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram diarahkan kepada
terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
3. Tim Penyusun
1) Guru;
2) Konselor;
3) Kepala Sekolah;
4) Komite Sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di, asosiasi, dunia kerja,
dan anggota institusi pasangan lainnya);
5) Nara Sumber
1. Arah Pengembangan
19
SMK memiliki peran untuk menyiapkan Peserta didik agar mampu menciptakan
lapangan kerja (berjiwa enterpreneur/wirausaha) atau dapat mengisi lowongan
pekerjaan yang ada. Oleh karena itu, arah pengembangan SMK diorientasikan pada
pemenuhan permintaan pasar kerja. Secara makro arah pengembangan SMK
mengacu pada prinsip demand driven seperti tertuang dalam buku menuju
ketrampilan 2023 SMK sebagai institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut
mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh dunia kerja.
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya
saing yang tinggi . Atas dasar itu , pengembangan kurikulum dalam rangka
penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan dunia kerja.
2. Prinsip Pengembangan
20
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik memiliki
posisi sentral, berarti segala kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
21
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
3. Pendekatan
a. Pendekatan Akademik
Kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram dirancang sesuai dengan kaidah-
kidah kurikulum, yaitu :
1) Berisi rancangan diklat yang menyeluruh dan terpadu.
2) Mengandung komponen tujuan, isi atau materi, dan evaluasi yang dirancang
menjadi satu kesatuan yang utuh.
3) Secara jelas menunjukkan tujuan langsung (tersurat) dan tujuan tidak
langsung (tersirat).
22
Sekolah menyusun rencana pelaksanaan program kecakapan hidup yang
terintegrasi pada topik pembelajaran instruksional dan atau pada kegiatan
pengembangan diri.
23
Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan terutama untuk memperkenalkan peserta
didik dengan iklim kerja nyata. Pelaksanaan pembelajaran bisa dilakukan dengan
cara antara lain :
1) Di dunia industri; peserta didik mendapat pelatihan dan pengalaman nyata
melalui keterlibatan langsung dalam proses produksi sebagai media
pendidikan melalui kegiatan Praktek Kerja Industri.
2) Di skolah; peserta didik dilibatkan dalam proses produksi di unit produksi
sekolah (UP)
3) Di sekolah; peserta didik berpraktik di ruang praktikum yang menerapkan
mekanisme produksi, sehingga tercipta suasana kerja seperti di industri.
Pelatihan harus menghasilkan produk yang memenuhi standar industri dan
layak jual.
4. Diversifikasi Kurikulum
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
36 ayat 2 menyatakan bahwa :
”kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”.
Penerapan prinsip diversifikasi kurikulum pada lingkup SMK diartikan sebagai
pemberian peluang yang lebih luas kepada daerah dan satuan pendidikan untuk
melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja,
kondisi, dan kekhasasn potensi daerah dengan tetap mengacu pada standar nasional
penidikan. Diversifikasi kurikulum SMK Negeri 1 Merbau Mataram diwujudkan
dalam benrtuk kurikulum nasional dan kurikulum implementatif.
a. Kurikulum Nasional
Kurikulum Nasional SMK Negeri 1 Merbau Mataram disusun berdasarkan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Permendikbuddiknas no. 22, 23 dan
24 tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor 6 tahun 2007 tentang
ketentuan pelaksanaannya) serta Standar kmpetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Kurikulum nasional ini pada dasarnya merupakan tolok ukur kualitas
yang harus dicapai SMK Negeri 1 Merbau Mataram.
24
b. Kurikulum Implementatif
Kurikulum implementatif adalah kurikulum nasional yang disesuaikan dengan
kekhasan, potensi dan kebutuhan daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Singkronisasi kurikulum dilakukan dengan ruang lingkup antara lain :
1)Menyesuaikan ruang lingkup kompetensi dengan kebutuhan institusi pasangan
dalam maupun luar negeri.
2)Menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan kekhasan,
potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, satuan pendidikan dan peserta didik
dengan mengacu pada standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
3)Menyesuaikan cara pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
dengan situasi serta kondisi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
5. Prinsip Pelaksanaan
25
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
26
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Merbau Mataram menggunakan
Kurikulum 2013 yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi
Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk
konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum
sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau
jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam
rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.
27
B. TUJUAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan
pengetahuan , kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
28
G. TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN
1. Menghasilkan tamatan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan di bidangnya.
2. Menciptakan daya saing.
3. Menumbuhkan sikap disiplin dan etos kerja.
4. Menumbuhkan kreatifitas dan inovasi siswa.
H. PROFIL LULUSAN
I. Pofil Lulusan Kompetensi Keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor
1. Beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Menjadi Warga Negara yang Baik dan Bertanggung Jawab
3. Terampil dalam bidang Otomotif, khususnya kompetensi keahlian sepeda motor
agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada
di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah.
4. Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat
melanjutkan pendidikan
5. Mampu memilih karir, kompetensi, dan mengembangkan sikap professional dalam
bidang keahlian Otomotif khususnya kompetensi keahlian Sepeda Motor
6. Mampu mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
7. Mampu menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian
dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
8. Mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,.
Bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik.
29
II. Profil Lulusan Kompetensi Keahlian Multimedia
Maintenance , Video Editing, Graphic Designer , Production House ,Teknisi TIK, Audio
Editor , Web Desainer, Director based 3D Modeling,sehinga dapat bekerjabaik secara
mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri
sebagai tenaga kerja tingkat menengah.
4. Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat
melanjutkan pendidikan
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
8. Mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,. Bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik.
Jurusan Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik mendidik peserta didik dengan
keahlian dan ketrampilan dalam Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Penerangan dan
Tenaga; Pemasangan dan pengoperasian motor listrik dengan kendali Elektromekanik,
30
Elektronik dan PLC (Programable Logic Controller); Merawat dan memperbaiki Alat
Rumah Tangga Listrik dan Teknik Pendingin, serta menggulung ulang motor listrik; agar
lulusannya dapat bekerja, baik secara mandiri maupun di Dunia Industri sebagai tenaga
kerja tingkat Menengah.
KOMPETENSI KELULUSAN
Di antara kompetensi yang dimiliki Lulusan TITL, yaitu :
• Menganalisis rangkaian listrik
• Memahami dasar -dasar elektronika
• Menggunakan hasil pengukuran
• Menerapkan pengukuran komponen elektronika
• Menafsirkan gambar teknik listrik
• Melakukan pekerjaan mekanik dasar
• Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
• Merawat peralatan rumah tangga listrik
• Memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
• Memperbaiki motor listrik
• Memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana
• Memasang instalasi penerangan listrik bangunan bertingkat
• Memasang sistem pentanahan instalasi listrik
• Memasang instalasi tenaga listrik bangunan sederhana
• Memasang instalasi tenaga listrik bangunan bertingkat
• Mengoperasikan sistem pengendali elektromagnetik
• Mengoperasikan sistem pengendali elektronik
• Mengoperasikan peralatan pengendali daya tegangan rendah
• Merawat panel listrik dan switchgear
• Merawat dan Memperbaiki Pendingin Rumah tangga
31