Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 2 PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN di SD

NAMA : Nova Aprilia Nur Salamah

NIM 857492678

1. Terkait dengan prinsip umum manajemen berbasis sekolah komite sekolah merupakan
komponen ?
Jawab :
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dirujuk sebagai alternatif pemikiran mengelola
sumber daya sekolah. Konsep manajemen pendidikan yang dianjurkan oleh
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan konsep kewenangan pihak sekolah
dalam upaya meningkatkan kualitas, efisiensi dan pemerataan pendidikan, supaya
dapat memenuhi harapan masyarakat serta menjalin kerjasama antara sekolah,
masyarakat dan pemerintah. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
membutuhkan komitmen kepala sekolah dan pendidik yang kuat, kelengkapan sumber
daya sekolah, kesadaran berperan aktif seluruh warga sekolah sehingga sekolah dapat
memiliki kewenangan dan kemandirian dalam mengelola sekolah sebagai kesiapan
sekolah yang memiliki ketahanan dalam menyesuaikan perubahan (Janan, 2020).
Komite sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan pelaksanaan
kebijakan pendidikan, pendukung baik bersifat finansial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan, pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Komite sekolah sebagai
mediator pemerintah dan DPD dengan masyarakat. Komite sekolah sebagai wadah
bagi orang tua dan masyarakat yang peduli pendidikan untuk membantu memajukan
pendidikan di sekolah seperti membantu menyediakan fasilitas pembelajaran,
meningkatkan kesejahteraan guru artinya komite sekolah bertugas membantu
percepatan dan optimalisasi peningkatan mutu pendidikan dan memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang program sekolah. Adanya komite sekolah
diharapkan dapat membantu sekolah mengatasi persoalan yang menjadi penghambat
peningkatan kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana yang memadai diharapkan
dapat mendukung proses pembelajaran efektif dan memaksimalkan prestasi belajar
siswa. Untuk mewujudkan program kerja efektif maka komite sekolah harus dapat
memberikan sumbangsih terhadap perkembangan sekolah, bukan hanya sebagai
wadah organisasi yang terkenal di mata orang tua, siswa dan masyarakat (Raberi et al,
2020). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) melibatkan secara aktif
komponen-komponen berikut: tokoh masyarakat, perwakilan orang tua peserta didik,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, komisi pendidikan, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah dan tokoh masyarakat. Kebijakan dan
program yang dibuat harus berdasarkan ketentuan pendidikan yang diberlakukan.
Program kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah dirumuskan dan ditetapkanhal-
hal tentang visi, misi dan tujuan sekolah dengan memberi peran aktif kepada
lembaga-lembaga tersebut. Warga sekolah bersama komite ikut berperan aktif dalam
pengambilan keputusan bersama kepala sekolah untuk perancangan program kerja
dan pengelolaan keuangan sekolah. Partisipasi aktif seluruh warga sekolah dan komite
sekolah, yang didukung oleh lembaga pemerintah atau lembaga swasta memudahkan
sekolah melaksanakan program kerjanya. Inilah peran penting Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di sekolah sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas sekolah
(Janan, 2020). Kepala sekolah dan komite sekolah harus membuat kebijakan-
kebijakan baru yang dapat meningkatkan peran serta masyarakat atau wali murid
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah (Devi & Subiyantoro, 2021).

2. Jelaskan masing-masing substansi struktur kurikulum dalam kurikulum tahun 2004 !


Jawab :
KBK merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan kompetensi yang
menekankan pada pemahaman kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah, yang
berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat. Sehingga peserta didik berada
dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian
sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Kurikulum berbasis kompetensi ini
memberikan keleluasaan kepada lembaga sekolah untuk menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi
sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah (Setiyana & Nuryadi, 2020). Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi
diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan
yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Cakupan standar
kompetensi standar isi (content standard) dan standar penampilan (performance
standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat
diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau
materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar,
isi, proses, keterampilan, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan
indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan□kemampuan yang lebih
spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan belajar
(Fitriani et al., 2022).
KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki 3 karakteristik utama yaitu a.) KBK
memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa artinya melalui
KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus dikuasai;
b.) implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman
dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Dalam pembelajaran ini tidak
sekedar diarahkan untuk menguasai mata pelajaran akan tetapi bagaimana materi itu
dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak
untuk sehari-hari; c.) evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses
belajar. Kedua evaluasi ini sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi
dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja tetapi
terdapat juga kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan (Fitriani et al., 2022).
Struktur kurikulum SD merupakan substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama 6 tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI.
Struktur kurikulum meliputi:
Kelas I dan II:
- Alokasi waktu total 27 jam pelajaran per minggu. Sekolah dapat menambah sesuai
kebutuhan muatan lokal maksimal 4 jam.
- 1 jam pelajaran tatap muka dilaksanakan sebanyak 35 menit.
- Minggu efektif dalam 1 tahun adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per
minggu adalah 945 menit (16 jam), jumlah jam belajar per tahun 32.130 menit (615
jam).
- Alokasi waktu 27 jam pelajaran diatur dengan komposisi: (a) 15% Agama; (b) 50%
Menulis, Membaca serta Menghitung; dan (c) 35% Sains, Pengetahuan Sosial,
Kerajinan Tangan dan Seni serta Pendidikan Jasmani.
- Pendekatan tematik, pemilihan tema-tema dilakukan bervariasi.
- Sekolah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi.
Kelas III, IV, V dan VI:
- Alokasi waktu total adalah 32 jam pelajaran. Sekolah dapat menambah sesuai
kebutuhan muatan lokal maksimal 4 jam.
- 1 jam pelajaran tatap muka dilaksanakan sebanyak 40 menit.
- Minggu efektif dalam 1 tahun adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per
minggu adalah 1.400 menit (24 jam), jumlah jam belajar per tahun 42.160 menit
(703 jam).
- Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk kegiatan, seperti: kunjungan
perpustakaan, bakti sosial, olahraga, dan sejenisnya.
- Mulai kelas III, menggunakan pendekatan tunggal sesuai mata pelajaran dan
struktur kurikulum.
- Sekolah dapat menambahkan mata pelajaran bahasa inggris di kelas IV.
- Sekolah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi (Hernawan et al.,
2021).
3. Jelaskan jenis prinsip pengembangan kurikulum KTSP dalam fenomena di atas !
Jawab :
Prinsip umum pengembangan kurikulum Jika diperhatikan terdapat 5 prinsip yaitu
prinsip relevan fleksibilitas, kontinuitas, praktis dan efektif. untuk masalah di atas
Mengenai bertolak belakang dengan pelaksanaan kurikulum di daerah 3T yaitu Papua
karena terdapat keterbatasan sumber daya manusia dan sarana prasarana maka dari itu
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang sesuai dengan masalah di atas yaitu
prinsip fleksibilitas. Penerapan prinsip fleksibilitas dalam kurikulum adalah bahwa
suatu kurikulum harus dirancang secara fleksibel atau luwes sehingga pada saat
diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk disesuaikan
dengan kondisi yang ada yang tidak terprediksi saat kurikulum itu dirancang.
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel dan dapat digunakan
dalam keadaan apapun, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang
siswa, peran kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu
prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk
peningkatan mutu pendidikan. Dalam prinsip fleksibilitas, kurikulum harus memiliki
fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal yang solid, tetapi
dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan
kondisi regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di
mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan
yang berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan (Prasetyo & Hamami,
2020).

4. Sebut dan jelaskan komponen yang dianalisis dalam langkah analisis konteks !
Jawab:
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan dan penerapan kurikulum
adalah melakukan analisis konteks, tetapi, sebelum melakukan analisis konteks kepala
sekolah membentuk tim atau kelompok pengembang. Adapun yang terlibat dalam tim
pengembang tersebut adalah kepala sekolah, guru, orang tua sekaligus menjadi komite
sekolah dan dinas terkait. Tugas dari tim ini adalah untuk mempelajari atau
mencermati apa saja yang berhubungan dengan kurikulum, seperti melihat bagaimana
kondisi peserta didik dilihat dari kemampuan minat dan bakatnya. Kemudian
menganalisis bagaimana keadaan atau kondisi guru dilihat dari latar belakang
pendidikannya, kompetensinya, jumlah, kelayakan fisik dan mentalnya. Selanjutnya
menganalisis sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti media dan sumber
belajar, alat permainan edukatif, ruangan kelas, ruangan guru dan kepala sekolah,
meja kursi toilet dan lain lain. Lebih lanjut yaitu menganalisis tentang anggaran atau
biaya sekolah yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik, gaji tenaga pendidik, biaya operasional berupa air, listrik, pajak, konsumsi dan
lain-lain. Terakhir tim ini membuat atau merencanakan program-program
pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah. Misalkan
pemilihan tema bisa disesuaikan dengan adat dan budaya setempat. Setelah
melakukan analisis konteks adalah menyusun dokumen KTSP, dengan melakukan
rapat kerja yang melibatkan seluruh warga yang ada di satuan lembaga pendidikan
serta mengkaji ulang dokumen-dokumen, seperti visi, misi, tujuan, muatan
pembelajaran, pengaturan beban belajar, kalender pendidikan, program semester,
rencana mingguan, rencana harian dan penilaian perkembangan anak (Sari et al.,
2020). Hasil analisis kontekstual yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kebutuhan siswa, harapan masyarakat, dan kebutuhan pengembangan bidang ilmu
(Hernawan et al., 2021).
Daftar Pustaka
Devi, A. D. & Subiyantoro., (2021). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Kualitas di Sekolah Menengah Pertama. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(3), 963-971.
Fitriani, D., Rindiani, A., Zaqiah, Q. Y., & Erihadiana, M. (2022). Inovasi Kurikulum:
Konsep, Karakteristik dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Jurnal Dirosah Islamiyah, 4(2), 268-282.
Hernawan, A. H., Susilana, R. & Julaeha, S., 2021. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Gramedia.
Janan, M. (2020). Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan di SMA Swasta Kota Langsa. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Ilmu Sosial, 6(1), 70-77.
Prasetyo, A. R., & Hamami, T. (2020). Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Kurikulum.
PALAPA, 8(1), 42-55.
Sari, V. N., Setiasih, O., & Rudyanto, R. (2020). Peran Kepala Sekolah dan Guru Dalam
Pengembangan dan Penerapan Kurikulum 2013 PAUD. al-Urwatul Wutsqo: Jurnal
Ilmu Keislaman dan Pendidikan, 1(1), 1-14.
Raberi, A., Fitria, H., & Fitriani, Y. (2020). Pengaruh supervisi kepala sekolah dan peran
komite sekolah terhadap kinerja guru. Jurnal Al-Qiyam, 1(1), 11-20.
Setiana, D. F. & Nuryadi. 2020. Kajian Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah.
Yogyakarta: Gramasurya.

Anda mungkin juga menyukai