Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kepuasan Dan Dampak Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Peserta

Didik SMA
Oleh: Dra Sutaris, M. Pd

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Penerapan Kurikulum Mandiri
(IKM) dalam perspektif siswa, yang dilihat dari dimensi proses pembelajaran dan dimensi hasil
yaitu profil siswa Pancasila. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi proses faktor yang paling berpengaruh
dalam IKM adalah sikap adil yang ditunjukkan oleh guru yaitu mencapai 77%, kemudian
strategi pembelajaran yang tepat sebesar 69,3%, perhatian dan perhatian guru terhadap kesulitan
siswa sebesar 64,7 %. Upaya menciptakan kenyamanan belajar dengan adanya motivasi guru
sangat signifikan yaitu 95%. Penerapan demokrasi oleh guru dengan kesetaraan sebagai warga
belajar dan kesediaan guru untuk mendengarkan, memperhatikan pendapat sangat berpengaruh
bagi 74,7% siswa. Umpan balik yang diberikan guru khususnya dalam pembelajaran sangat
berpengaruh sebesar 69,7%. Sementara itu, dimensi hasil berdasarkan perspektif siswa
menunjukkan bahwa 48% menyatakan berdampak pada peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, 80% menyatakan berpengaruh besar terhadap kematangan berpikir, 53%
berdampak besar terhadap kematangan berpikir. semangat gotong royong, 50% meningkatkan
kemandirian, 42% menyatakan mampu meningkatkan kemampuannya. analisis ilmiah dan 39%
meningkatkan kreativitas.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Kurikulum Mandiri dapat diterapkan oleh
guru dan diperlukan berbagai perbaikan terutama dalam meningkatkan ketakwaan, analisis
ilmiah dan kreativitas.

Kata Kunci: Merdeka Belajar, IKM, Profil Pelajar Pancasila

A. Pendahuluan
Momentum perubahan pendidikan Indonesia telah dimulai dengan paradigma
baru pendidikan yaitu dari paradigma konvensional menuju paradigma merdeka belajar.
Perubahan strategis pendidikan yang cepat dan turbulen ini membutuhkan berbagai
terobosan, antisipasi dan langkah strategis yang mampu memastikan visi dan misi
pendidikan dapat dilaksanakan dengan tepat dan terukur. Implementasi paradigma baru
tersebut tampaknya telah mengalami akselerasi dengan adanya pandemi yang ditandai
dengan adanya sistem pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi. Perubahan
yang cepat dan mengagetkan ini membutuhkan sejumlah terobosan strategis karena
kondisi yang ada saat ini tidak kompatibel terhadap perubahan baik dari segi organisasi,
manajemen atau tata laksana, sumber daya manusia dan program. Salah satu terobosan
penting pembelajaran pada masa pandemi COVID 19 adalah pemberlakuan kurikulum
darurat yang merupakan penyederhanaan Kurikulum 2013 dan sekaligus menjadi
kurikulum prototipe kurikulum merdeka. Kurikulum Darurat bertujuan memberikan
kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran agar menjadi lebih
mudah dengan substansi materi yang esensial.
Hasil evaluasi Kemendikbud (2021) terhadap pemberlakukan kurikulum
darurat menyatakan bahwa peserta didik pengguna kurikulum darurat mendapatkan hasil
asesmen yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari
latar belakang sosial ekonominya. Penggunaan kurikulum darurat secara signifikan juga
mampu mengurangi indikasi learning loss selama pandemi baik untuk capaian literasi
maupun numerasi. Pada skor numerasi, peserta didik pengguna Kurikulum 2013
memperoleh skor 482 dibanding peserta didik pengguna kurikulum darurat dengan skor
517. Sementara skor literasi peserta didik pengguna Kurikulum 2013 memperoleh skor
532 dibanding peserta didik pengguna kurikulum darurat dengan skor 570. Bila kenaikan
hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi kehilangan pembelajaran numerasi dan literasi,
penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% untuk
literasi dan 86% untuk numerasi. Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa intervensi
kurikulum darurat memiliki dampak signifikan terhadap upaya pemulihan pembelajaran
akibat pendemi. Oleh sebab itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari upaya pemulihan
pembelajaran dan mengatasi ketertinggalan (learning gap).
Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih
fleksibel, fokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta
didik. Merdeka belajar membawa suatu sudut pandang yang baru dalam dunia
pendidikan yaitu terhadap pola pembelajaran dan perangkat kurikulum yang digunakan
agar tercipta pengajar yang kreatif, inovatif dan berkembang (Mardiana & Umiarso,
2020). Perubahan pola dan perangkat pembelajaran ini akan memberikan dampak yang
positif pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang sebelumnya kaku dan membuat
peserta didik tertekan, akan menjadi lebih nyaman karena peserta didik diberikan
kesempatan untuk dapat berpendapat, berinovasi dan berkreasi. Peserta didik tidak hanya
mendengarkan penjelasan guru, tetapi dapat berdiskusi dengan guru sehingga
membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, berkompetensi dan
berkeyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki bakat dan kecerdasan dalam
bidangnya masing-masing (Mustaghfiroh, 2020). Karakteristik utama kurikulum
Merdeka adalah 1) Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila, 2) Fokus pada materi esensial sehingga ada
waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi
dan numerasi, 3) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian
dengan konteks dan muatan lokal.
Output utama dari IKM adalah terciptanya profil peserta didik pancasaila.
Profil Pancasila tidak secara khusus diajarkan
Hasil evaluasi terhadap Kurikulum Darurat memiliki dampak signifikan
terhadap hasil pembelajaran dan memberikan jalan bagi pengembangan kurikulum. Akan
tetapi, penelitian implementasi Kurikulum Merdeka dalam perspektif peserta didik yang
menjadi subjek utama ukuran keberhasilan pembelajaran penting sejauh pengetahuan
penulis masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini semakin penting dan relevan
untuk memperoleh gambaran proses implementasi kurikulum oleh guru dalam rangka
menghasilkan karakter pelajar Pancasila

B. Permasalahan
Upaya normalisasi dan pemulihan pembelajaran dilakukan oleh Pemerintah
dengan mengeluarkan kebijakan penerapan Kurikulum Merdeka melalui
Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum
dalam rangka Pemulihan Pembelajaran sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya.
Selama ini satuan pendidikan telah menerapkan Kurikulum Darurat sebagai upaya
memberikan kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran agar
menjadi lebih mudah dengan substansi materi yang esensial. Hasil tersebut sangat
signifikan dalam meningkatkan skor literasi dan numerasi.
Akan tetapi, gambaran implementasi kurikulum berdasarkan perspektif peserta
didik berkaitan dengan proses pembelajaran dan dampak karakter peserta didik sebagai
tolok ukur keberhasilan pembelajaran tampak masih sangat terbatas. Gambaran proses
pembelajaran dan dampak karakter yang dihasilkan penting dalam rangka memastikan
capaian pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran implementasi Kurikulum Merdeka
berdasarkan perspektif peserta didik.

D. Metodologi
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan
untuk mengeksplorasi implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan perspektif peserta
didik dengan dimesni proses dan hasil. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menggali secara mendalam dan menyeluruh tentang penyebab atau
berbagai hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Arikunto, 2013).
Penelitian ini dilaksanakan di SMA di wilayah Indonesia Barat, Indonesia
Tengah dan Indonesia Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran
kuesioner, observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam. Pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan prosedur observasi, wawancara, dan
dokumentasi secara simultan. Kuesioner yang diberikan dengan menggunakan Whas
App.
Data yang dihasilkan dari kuesioner tersebut merupakan gambaran pendapat
atau persepsi peserta didik terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka. Data yang
dihasilkan dari kuesioner tersebut merupakan data kuantitatif. Data tersebut dapat
dikonversi ke dalam data kualitatif dalam bentuk interval menggunakan Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang terhadap fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif
(Sugiyono, 2010:134).

Tabel 1 Nilai Skor


Jawaban Skor
SS (sangat setuju) 5
S (setuju) 4
R (ragu-ragu) 3
TS (tidak setuju) 2
STS (sangat tidak setuju) 1

Kerangka IKM berdasarkan perspektif peserta didik dikembangkan


berdasarkan pada dimensi proses dan dimensi hasil. Dimensi proses pembelajaran
dikembangkan dari praktik pembelajaran profesional dan pengembangan profesi.
a) Dimensi Proses
Dimensi proses dalam IKM dikembangkan dari praktik pembelajaran
profesional yang meliputi kompetensi guru dalam:
• Mengembangkan lingkungan kelas yang memfasilitasi peserta didik
belajar secara aman dan nyaman
• Menyusun desain, melaksanakan, dan merefleksikan pembelajaran
yang efektif
• Melakukan asesmen, memberi umpan balik, dan menyampaikan
laporan belajar

Selain praktik pembelajaran profesional, proses IKM dikembangkan


berdasarkan pengembangan profesi dengan kompetensi yang mampu:

• Menunjukkan kebiasaan refleksi untuk pengembangan diri secara


mandiri
• Menunjukkan kematangan spiritual, moral, dan emosi untuk
berperilaku sesuai dengan kode etik guru
• Menunjukkan praktik dan kebiasaan bekerja yang berorientasi pada
anak

Berdasarkan kerangka tersebut, kerangka tersebut, kerangka IKM dalam perspektif


peserta didik dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 2 Kategori, Kriteria dan Butir Instrumen Implementasi Kurikulum Merdeka

Kategori Kriteria Butir Item

Praktik Pembelajaran Mengembangkan lingkungan kelas yang Guru rajin memotivasi semua peserta
Profesional memfasilitasi peserta didik belajar secara didik, tidak hanya peserta didik tertentu
aman dan nyaman

Menyusun desain, melaksanakan, dan Guru memandu pembelajaran


merefleksikan pembelajaran yang efektif menyenangkan sehingga peserta didik
gemar belajar

Melakukan asesmen, memberi umpan balik, Guru menilai tugas peserta didik dengan
dan menyampaikan laporan belajar memberi catatan yang membangun

Pengembangan Menunjukkan kebiasaan refleksi untuk Guru mau menerima masukan atau kritik
Profesi pengembangan diri secara mandiri peserta didik tanpa bersikap emosional

Menunjukkan kematangan spiritual, moral, Guru mengambil keputusan yang adil


dan emosi untuk berperilaku sesuai dengan terhadap peserta didiknya
kode etik guru

Menunjukkan praktik dan kebiasaan bekerja Guru menunjukkan kepedulian ketika


yang berorientasi pada anak menemui peserta didik yang mengalami
kesulitan

b) Dimensi Hasil
Hasil dari proses implementasi kurikulum Merdeka yang
diharapkan dan dirasakan oleh peserta didik menjadi ukuran keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Dimensi hasil atau dampak proses pembelajaran
dikembangkan berdasarkan profil pelajar pancasila yang meliputi Beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia,
berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pernyataan instrumen untuk memperoleh jawaban dari dampak
pembelajaran tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 3 Kriteria dan Pernyatan Dimensi Hasil

Pernyataan Kriteria

Perilaku saya menjadi lebih baik dan dihargai orang lain Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
dan berakhlak mulia

Saya lebih menghargai teman meski berbeda latar belakang


Berkebinekaan global
dan keyakinan

Saya menjadi lebih peduli terhadap persoalan sosial Gotong royong

Saya menjadi lebih mandiri dalam mengatur jadwal belajar Mandiri

Saya menjadi lebih percaya diri menyampaikan pendapat Bernalar kritis


Saya menjadi lebih kreatif Kreatif

E. Kajian Pustaka
Model pembelajaran abad 21 mengharuskan adanya perubahan paradigma
belajar yang selama ini telah banyak dilakukan. Perubahan paradigma pembelajaran abad
21 terlihat pada perubahan pandangan konsep dan cara belajar mengajar yang lebih
menekankan pada dimensi sosial dan konstruktivistik. Teori dan konsep belajar yang
digunakan saat ini harus dapat mempersiapkan pelajar dalam menghadapi tantangan
kehidupan dan kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa sebagai pembelajar. Pelajar
tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuan dalam bersaing di dunia kerja, tetapi juga
bagaimana mengelola pengetahuan menjadi bekal untuk menguasai keterampilan abad
21 (Zuriah, 2021).
Merdeka belajar membawa suatu sudut pandang yang baru dalam dunia
pendidikan yaitu terhadap pola pembelajaran dan perangkat kurikulum yang digunakan
agar tercipta pengajar yang kreatif, inovatif dan berkembang (Mardiana & Umiarso,
2020). Perubahan pola dan perangkat pembelajaran ini akan memberikan dampak yang
positif pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang sebelumnya kaku dan membuat
peserta didik tertekan, akan menjadi lebih nyaman karena peserta didik diberikan
kesempatan untuk dapat berpendapat, berinovasi dan berkreasi. Peserta didik tidak hanya
mendengarkan penjelasan guru, tetapi dapat berdiskusi dengan guru sehingga
membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, berkompetensi dan
berkeyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki bakat dan kecerdasan dalam
bidangnya masing-masing (Mustaghfiroh, 2020). Pada saat ini merdeka belajar harus
diterapkan dalam pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan salah satu solusi
yang diberikan oleh pemerintah agar pembelajaran tetap dapat dilakukan namun dengan
menjalankan kebijakan physical distancing yang diberlakukan semenjak penyebaran
covid-19 terjadi di Indonesia (Herliandry, Nurhasanah, Suban, Kuswanto, 2020).
Perubahan sistem pembelajaran yang awalnya pertemuan tatap muka menjadi pertemuan
daring menjadi suatu tantangan baru bagi guru. Guru harus melakukan penyesuaian
terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, salah satunya adalah pemilihan
platform yang akan digunakan dalam pembelajaran daring. Platform pembelajaran yang
digunakan sudah seharusnya mampu mengintegrasikan kegiatan pembelajaran dengan
kebijakan merdeka belajar.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap (Hamalik, 2013)
Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam
bentuk pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan
suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik
pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok
orang yang diharapkan untuk berubah. Kurikulum prototipe atau kurikulum sekolah
penggerak atau kurikulum merdeka mencoba mengembalikan peran guru sebagai
pemimpin dalam pembelajaran. Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan sesuai
dengan capaian pembelajaran yang telah ditentukan (Chaterine, 2022). Salah satu bagian
yang tidak terpisahkan dalam kurikulum prototipe adalah keterkaitannya dengan nilai-
nilai Pancasila.
Kebijakan Kementrian RISTEK yang tertuang dalam peraturan Menteri
Pendidikan serta Kebudayaan No 22 Tahun 2020 perihal rencana Strategis Kementerian
Pendidikan Tahun 2020 - 2024 menyebutkan “Pelajar Pancasila merupakan perwujudan
pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yg mempunyai kompensi global serta
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, menggunakan enam karakteristik utama:
beriman , bertakwa pada tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan dunia,
gotong royong, berdikari, bernalar kritis serta kreatif. karakteristik primer pelajar
pancasila sebagai penguatan pendidikan karakter sejak dini. Penanaman pendidikan
karakter secara sistematis dan komprehensif menggunakan metode memahami,
mengasihi, serta berbuat baik. Karakter yg ditanamkan diharapkan akan membuat orang
akan melakukan sesuati dengan spontan sesuai nilai-nilai yang sudah tertanam
(Susilawati et al., 2021).
Pendidikan perlu untuk fokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan humaniora
menjadi suatu pembelajaran yang menjunjung tinggi kemanusiaan individu dalam
lingkungan sosial. dalam bahasa lain, ia ialah sistem pendidikan yg berperan sebagai
wadah pada menumbuh kembangkan dan mengantar individu buat mencapai humanitas
atau mempunyai orientasi di humanisme. pada era modern, insan dipahami sebagai
individu yang memiliki kemampuan ilmiah, diantaranya apresiasi estetis, minat
intelektual, dan pembentukan karakter. Terdapat signifikansi positif korelasinya antara
pola asuh orang tua melalui karakteristik pelajar Pancasila peserta didik. Hal yang bisa
dilakukan dalam keluarga artinya: orang dewasa dalam famili memberikan keteladanan,
menyampaikan kesempatan anak buat mengungkapkan ide atau harapannya dan
menggunakan waktu luang buat beserta keluarga membentuk aktivitas yang melatih
kreatifitas anak. (Susan, 2021).
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 wacana Sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwasanya pendidikan nasional memiliki fungsi yaitu menciptakan
kemampuan dan kebiasaan bangsa yang memiliki martabat guna membangun kecerdasan
bahsa indonesia sesuai Peraturan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2015 ihwal Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) Pasal 1 yang
berisikan bahwa budi pekerti ditumbukan dengan aktivitas membiasakan perilaku yang
baik di sekolah yang di mulai dari pertama kali di sekolah masa pengenalan sekolah
peserta didik baru (Imron, 2018).
Upaya pencapaian pendidikan karakter dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Penguatan pendidikan karakter pada pelajar dapat diwujudkan melalui
berbagai upaya dan kebijakan yang mengarah pada penanaman nilai Profil Pelajar
Pancasila. Perwujudan pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku menggunakan nilainilai Pancasila, menggunakan
enam karakteristik utama: beriman, bertakwa pada dewa YME, serta berakhlak mulia,
berkebinekaan global, bergotong royong, berdikari, bernalar kritis, dan kreatif (Ismail et
al., 2021).

F. Hasil dan Pembahasan

1. Dimensi Proses
Hasil penelitian terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
yang paling menonjol dan berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah sikap
adil yang ditunjukkan oleh guru yaitu mencapai 77%, selanjutnya strategi
pembelajaran yang tepat 69,3%, kepedulian dan perhatian guru terhadap kesulitan
peserta didik 64,7%. Upaya menciptkan pembelajaran yang nyaman dengan
hadirnya motivasi guru sangat signifikan yaitu 95%. Penerapan demokrasi oleh
guru dengan adanya kesetaraan sebagai warga belajar serta Kemauan guru untuk
mendengarkan, memperhatikan pendapat sangat berpengaruh bagi 74,7% peserta
didik. Hal senada juga tampak pada respon pembelajaran. Umpan balik yang
diberikan oleh guru terutama dalam pembelajaran sangat berpengaruh bagi 69,7%.
Sejumlah alasan yang disampaikan oleh peserta didik terhadap IKM
sehingga mampu mendongkrak capaian pembelajaran antara lain adalah:
a. Motivasi
Pemberian motivasi oleh guru dalam pembelajaran merupakan upaya untuk
menciptakan kenyamanan peserta didik dalam belajar. Hasil surve
menyatakan bahwa sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa
intensitas guru memberikan motivasi sangat mendukung terciptanya
pembelajaran yang nyaman. Bagi 59% peserta didik motivasi guru sangat
berpengaruh dan menjadi sumber inspirasi dan semangat belajar. Selain itu,
terdapat 36% siswa menyampaikan bahwa motivasi guru secara tidak
langsung menjadi sumber inspirasi mereka dalam belajar.

b. Cara Mengajar
Desain pembelajaran yang dirancang dengan pelaksanaan strategi
pembelajaran yang tepat menjadi daya tarik tersendiri oleh peserta didik.
Penampilan guru yang menarik, materi ajar yang tidak membosankan,
metode yang efektif dan media pembelajaran yang tepat akan menjadikan
peserta didik memiliki tantangan dan sumber inspirasi untuk terus belajar.
Hal ini terbukti bahwa 96% peserta didik menyatakan bahwa cara mengajar
yang menarik meningkatkan capaian pembelajaran. IKM paling banyak
dilakukan oleh guru Matematika yaitu 14%, kemudian guru bahasa Indonesia
11%, guru sosiologi dan PPKN masing-masing 9%

c. Menghargai Pendapat Peserta Didik


Peserta didik merupakan warga belajar yang merupakn subjek utama dalam
pembelajaran. Keberanian untuk menyampaikan pendapat merupakan
prestasi tersendiri. Akan tetapi kemauan dan kemampuan guru untuk
mendengarkan, memperhatikan dan memberikan respon patut mendapatkan
apresiasi. Hal ini dirasakan oleh 94% peserta didik dan menjadi sumber
semangat belajar dan meningkatkan kepercayaan diri.

d. Respon Pembelajaran /Umpan Balik


Umpan balik yang diberikan oleh guru terutama dalam pembelajaran
meningkatkan capaian pembelajaran bagi 69,7%.

e. Sikap adil
Dalam proses pembelajaran, banyak hal yang dapat meningkatkan capaian
pembelajaran. Hasil survei menyebutkan faktor yang paling berpengaruh
dalam IKM adalah sikap adil guru menempati posisi pertama yaitu 77%

f. Perhatian dan Kepedulian


Kepedulian dan perhatian guru terhadap kesulitan peserta didik menjadikan
peserta didik mampu meningkatkan kualitasnya yaitu 94,7%

2. Dimensi Hasil
IKM berdasarkan dimensi proses sebagaimana diungkapkan
sebelumnya akan berdampak pada diri peserta didik sebagai subjek utama
pembelajaran.
Dampak proses pembelajaran dikembangkan berdasarkan hasil yang
ingin dicapai adalah terciptanya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esad an berakhlaq mulia, berkebhinekaan global, gotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hasil dari proses pembelajaran dapat
disajikan sebagai berikut:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq
mulia
Pembelajaran yang dilakukan disekolah bagi peserta didik SMA tingkat akhir
menyatakan bahwa pembelajaran sangat berdampak pada ketaqwaan yang
tercermin pada akhlak mulia atau budi pekerti yang luhur. Sebanyak 45%
peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran sangat berdampak pada
peningkatan keimanan dan akhlak mereka dan 48% peserta didik menyatakan
berdampak biasa saja. Akan tetapi, 7% peserta didik merasakan pembelajaran
kurang memberikan dampak signifikan dalam keimanan dan budi pekertinya.
b. Kebhinekaan Global
Dampak dari pembelajaran adalah adanya pendewasaan berpikir. Kesadaran
adanya perbedaan tampaknya merupakan hasil pembelajaran yang paling
signifikan. Sebanyak 80% peserta didik merasakan dampak pembelajaran ini
dan 17% menyatakan perbedaan suatu yang biasa. Namun 3% peserta didik
kurang merasakan dampak pembelajaran tentang adanya perbedaan

c. Gotong Royong
Semangat kebersamaan, saling membantu dan bekerjasama merupakan
dampak pembelajaran yang diharapkan dari peserta didik SMA. Hasil yang
dicapai dari inspirasi pembelajaran tentang kegotong-royongan ini sangat
dirasakan oleh 53% peserta didik dan menjadi suatu yang biasa bagi 38%
peserta didik. Sementara 8% peserta didik kurang merasakan dampak adanya
kebersamaan.

d. Mandiri
Salah satu hasil pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah
adanya kemandirian peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan selama
masa SMA, sebanyak 50% peserta didik merasakan menjadi mandiri.
Sementara 35% menyatakan semakin mandiri. Akan tetapi, 15% peserta
didik merasakan kurang merasakan hadirnya kemandiran dalam dirinya.

e. Bernalar Kritis
Kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari merupakan hasil yang ingin diharapkan. Meningkatnya kemampuan
untuk melakukan analisis ilmiah tampaknya sangat dirasakan oleh 42%
peserta didik. Meskipun kurang signifikan, kemampuan untuk kritis terhadap
permasalahan juga dirasakan oleh 32% peserta didik. Sayangnya kemampuan
ini tampak kurang irasakan oleh 25% peserta didik dan tidak dirasakan sama
sekali oleh 1% peserta didik.

f. Kreatif
Hasil pembelajaran adalah untuk menjadikan peserta didik kreatif dan
mampu mengembangkannya. Dari hasil pembelajaran yang dilakukan
sebanyak 39% mampu berkreasi dan 44%% mampu menjadi lebih kreatif.
Sayangnya, 16% peserta didik kurang merasakan berkembangnya kreatifitas
dalam dirinya.

KEPUSTAKAAN

Arikunto. S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Chaterine, R. N. (2022). Nadiem: Kurikulum Prototipe Akan Kembalikan Peran Guru sebagai Pemimpin
Pembelajaran.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran pada masa
pandemi covid-19. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1): 65-70.
https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15 286

Ismail, S., Suhana, S., & Zakiah, Q. Y. (2021). Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Dalam
Mewujudkan Pelajar Pancasila di Sekolah. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial,
2(1), 76–84. https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i1.388
Kemdikbudristek. (2021). Kurikulum Prototipe Sebagai Opsi Dukung Pemulihan Pembelajaran.
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Dan Teknologi.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/12/kurikulum-prototipesebagai-opsi-
dukung-pemulihan-pembelajaran
Kurniasih, A. D. (2022). Aktualisasi Nilai-Nilai Kepemimpinan Astha Brata Untuk Mewujudukan Profil
Pelajar Pancasila Melalui Sekolah Penggerak. Social, Humanities, and Educational Studies
(SHEs): Conference Series, 5(1), 56. https://doi.org/10.20961/shes.v5i1.57773
Mardiana, D. & Umiarso. (2020). Merdeka Belajar di Tengah Pandemi Covid19: Studi di Sekolah
Menengah Pertama di Indonesia. Al-Ta’dib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 13(2): 78-91
http://dx.doi.org/10.31332/atdbwv13i 2.1896
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep Merdeka Belajar Perspektif Aliran John Dewey. Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran, 3(1): 141-147 https://doi.org/10.30605/jsgp.3.1.202 0.248
Susan, S. (2021). Apakah ada Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Karakter Pelajar
Pancasila? Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, 1(10), 867–
872. https://doi.org/10.17977/um065v1i102021p867-872
Yuhastina, Y., Parahita, B. N., Astutik, D., Ghufronudin, G., & Purwanto, D. (2020). Sociology Teachers'
Opportunities and Challenges in Facing “Merdeka Belajar” Curriculum in the Fourth
Industrial Revolution (Industry 4.0). Society, 8(2): 732-753
https://doi.org/10.33019/society.v8i2. 234
Zuriah, N. (2021). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pancasila dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berbasis Polysynchronous di Era New Normal. Jurnal Moral
Kemasyarakatan, 6(1), 12–25. https://doi.org/10.21067/jmk.v6i1.5086

Anda mungkin juga menyukai