A. Dimensi Besaran
1. Dimensi Besaran Pokok dan Besaran Turunan
didefinisikan dengan perjanjian, berhubungan dengan standar tertentu (contohnya, besaran panjang dapat
memiliki satuan meter, kaki, inci, mil, atau mikrometer), namun dimensi besaran panjang hanya satu,
yaitu L. Dua satuan yang berbeda dapat dikonversikan satu sama lain (contohnya: 1 m = 39,37 in; angka
39,37 ini disebut sebagai faktor konversi), sementara tidak ada faktor konversi antar lambang dimensi.
Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol (lambang)
besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun
dari besaran-besaran pokok. Apa pun jenis satuan besaran yang digunakan tidak memengaruhi
dimensi besaran tersebut, misalnya satuan panjang dapat dinyatakan dalam m, cm, km, atau ft,
Di dalam mekanika, besaran pokok panjang, massa, dan waktu merupakan besaran
yang berdiri bebas satu sama lain, sehingga dapat berperan sebagai dimensi. Dimensi besaran
dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya diberi tanda [ ]. Tabel berikut ini
besaran turunan.
B. Analisis Dimensi
Analisis dimensi adalah alat konseptual yang sering diterapkan
berbeda-beda. Analisis dimensi selalu digunakan dalam fisika dan teknik untuk memeriksa
satuan volume namun persamaan hasil penurunan hanya memuat satuan massa, persamaan tersebut tidak
dalam persamaan dan satu sama lain dibatasi tanda "+" atau "−" atau "=", persamaan tersebut harus
dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Jika besaran-besaran berdimensi sama maupun
berbeda dikalikan atau dibagi, dimensi besaran-besaran tersebut juga terkalikan atau terbagi. Jika besaran
2. Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar,
Seringkali kita dapat menentukan bahwa suatu rumus salah hanya dengan melihat dimensi atau
satuan dari kedua ruas persamaan. Sebagai contoh, ketika kita menggunakan rumus A= 2πr untuk
menghitung luas. Dengan melihat dimensi kedua ruas persamaan, yaitu [A] = L2 dan [2πr] = L kita
dengan cepat dapat menyatakan bahwa rumus tersebut salah karena dimensi kedua ruasnya tidak sama.
Tetapi perlu diingat, jika kedua ruas memiliki dimensi yang sama, itu tidak berarti bahwa rumus tersebut
benar. Hal ini disebabkan pada rumus tersebut mungkin terdapat suatu angka atau konstanta yang tidak
memiliki dimensi, misalnya Ek = 1/2 mv2 , di mana 1/2 tidak bisa diperoleh dari analisis dimensi.
Kita harus ingat karena dalam suatu persamaan mungkin muncul angka tanpa dimensi, maka
angka tersebut diwakili dengan suatu konstanta tanpa dimensi, misalnya konstanta k.
Misalnya, manakah hubungan yang benar: x = at ataukah x = at2 ? dengan x menyatakan jarak, a
besarnya percepatan, dan t waktu. Diketahui jarak merupakan besaran panjang memiliki dimensi
x = at
[L] = [L]/[T2]. [T]
ternyata x memiliki dimensi [L], dan at memiliki dimensi [L]/[T], berarti secara dimensional
persamaan x = at tidak benar! Sedangkan
x = at2
[L] = [L]/[T2]. [T]2
ternyata x dan at memiliki dimensi sama, yaitu [L]/[T], berarti secara dimensional persamaan x =
at2 adalah benar!
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika kesebandingan
besaran fisis tersebut dengan besaran-besaran fisis lainnya diketahui.
Jika kita melakukan suatu eksperimen untuk meneliti suatu kejadian fisika, kita pasti
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian fisika tersebut sehingga kejadian
fisika tersebut dapat terjadi. Setelah semua faktor telah di analisis, tugas selanjutnya kita harus
membuat persamaan fisika dari kejadian tersebut agar kejadian tersebut dapat dihitung dengan
angka sehingga kita dapat menafsirkan apa yang akan terjadi jika faktor-faktornya diubah. Selain
seperti yang kita tahu semua kejadian fisika mempunyai persamaan bukan?
Salah satu cara untuk menurunkan persamaan suatu kejadian fisika adalah dengan cara
analisis dimensi. Bagaimana caranya? Coba lihat contoh soal dan penyelesainnya berikut.
(a) Perhatikan gerak melingkar horizontal yang ditempuh sebuah batu yang diikat pada ujung seutas
tali. Kita anggap bahwa gaya tegang F dalam kawat memiliki kesebandingan dengan besaran-
besaran berikut: massa batu m, kelajuan batu v, dan jari-jari lintasan r. Tentukan persamaan gaya
tegang dalam kawat (F).
Strategi :
Kita dapat menulis persamaan gaya tegang dalam kawat sebagai :
F = kmxvyrz ……………………………………………………………………… (*)
Dimana x, y, z adalah pangkat yang tak diketahui dan k adalah tetapan tanpa dimensi.
Selanjutnya dengan menggunakan prinsip dimensi ruas kiri = dimensi ruas kanan, kita bisa
menghitung nilai x, y, z dan akhirnya menemukan persamaan gaya tegang dalam kawat.
Jawab :
Dimensi gaya F adalah [M][L][T]-2, dimensi massa m adalah [M], dimensi kelajuan v adalah [L]
[T]-1, dimensi jari – jari r adalah [L].
F = kmxvyrz
[F] = k[m]x[v]y[r]z
[M][L][T]-2 = [M]x([L][T]-1)y[L]z (k tak berdimensi)
[M]1[L]1[T]-2 = [M]x[L]y + z[T]-y
upaya dimensi ruas kanan dan kiri sama, maka pangkat dari [M], [L], [T] dikedua ruas harus
sama. Kita peroleh :
Pangkat [M] : 1 = x
x=1
Pangkat [T] : -2 = -y
y=2
Pangkat [L] : 1 = y + z
1=2+z
z = -1
Masukkan nilai x, y, z di atas ke dalam persamaan (*), sehingga akan kita peroleh persamaan
gaya tegang tali :
F = km1v2r-1 atau F = kmv2/r