NIM : 40040117060090
Kelas :B
Angkatan : 2017
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara penambahan bakteri-
bakteri Laktobacillus bulgaris dan Streptoccus thermophillus. Dengan fermentasi ini
maka rasa yoghurt akan menjadi asam, karena adanya perubahan laktosa menjadi
asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut. Proses fermentasi akhirnya akan mengubah
glukosa menjadi produk akhir asam laktat.
c) Pembuatan Kecap
- Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus wentii dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu.
- Jamur Aspergillus wentii bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh
pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum.
- Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan
dihasilkan produk kecap.
d) Pembuatan Tempe
- Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya,
namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai.
- Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan
ragi.Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang.
Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang
dari genus Rhizopus, antara lain :
a. Rhyzopus oligosporus
b. Rhyzopus stolonifer
c. Rhyzopus arrhizus
d. Rhyzopus oryzae
- Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan
memfermentasikannya menjadi produk tempe.
- Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein,
lemak, dan karbohidrat.
- Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai 9x lipat.
e) Pembuatan Tempe
- Pada pembuatan roti, biji-bijian serelia dipecah dahulu untuk membuat tepung
terigu. Selanjutnya oleh enzim amilase tepung dirubah menjadi glukosa.
- Selanjutnya khamir Saccharomyces cerevisiae, yang akan memanfaatkan
glukosa sebagai substrat respirasinya sehingga akhirnya membentuk
gelembung-gelembung yang akan terperangkap pada adonan roti. Adanya
gelembung ini menyebebkan roti bertekstur ringan dan mengembang.
Sedangkan jika ditambah protease maka roti yang dihasilkan akan bertekstur
lebih halus.
2. Penghasil Zat-Zat Organik
Beberapa mikroorganisme dapat menghasilkan zat-zat organik, seperti etanol, asam cuka,
asam sitrat, aseton, dan gliserol.
Untuk menghasilkan etanol (alkohol) dibutuhkan sel-sel ragi dengan bahan baku
karbohidrat, seperti singkong dan beras.
Adapun proses pembuatannya sering disebut dengan istilah fermentasi (proses peragian).
Proses ini berlangsung secara anaerobik dan menghasilkan karbon dioksida dalam bentuk
gelembung udara.
3. Penghasil Obat
Penicillium menghasilkan zat antibiotik yang mematikan mikroorganisme lain, disebut
penisilin. Penisilin sangat penting karena dapat memberantas berbagai penyakit infeksi.
Namun, ada beberapa jenis bakteri yang kebal terhadap penisilin karena dapat
menghasilkan enzim yang dapat menghambat kerja penisilin.
5. Penghasil Energi
Salah satu energi yang dikembangkan melalui bioteknologi saat ini adalah biogas. Biogas
merupakan gas metana yang diproduksi oleh mikroorganisme di dalam medium kotoran
ternak. Prinsip pembuatan gas bio seperti pada pembentukan gas yang terjadi pada hewan
memamah biak, misalnya sapi. Di dalam lambung sapi, serat dari rumput yang bercampur
air akan diubah oleh bakteri menjadi asam organik. Kemudian asam organik akan berubah
menjadi gas metan dan karbon dioksida dengan bantuan mikroorganisme seperti
Bacterioides, Clostridium butyrinum, Methanobacterium, Methanobacillus, dan Eschericia
coli.
6. Pengurai Limbah
Pengolahan limbah secara biologis merupakan pengolahan limbah dengan menggunakan
bakteri untuk mencerna limbah tersebut.
Bakteri pencerna (contohnya Pseudomonas sp; pengolah minyak buangan) dimasukkan ke
dalam bak berisi limbah yang diberi aerator (alat pemasok udara) untuk memasukkan
oksigen yang berguna untuk pernapasan bakteri secara aerobik. Limbah akan terurai dan
dapat dibuang ke lingkungan setelah air dipisahkan dari endapan limbah yang tidak
berbahaya.