Anda di halaman 1dari 6

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

TERBUKA
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Serang
Kampus Pokjar Labuan Pandeglang Banten

Tugas Tutorial 2 (Sesi 5 )


Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran di SD
SD Kode : PDGK 4502
Semester : 2 (Dua)
Tanggal : 5 Mei 2023
Nama : Ajeng Sri Ratulangi,S.Pd
NIM : 857238357

1. Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di lapangan memiliki beberapa prinsip umum yang
patut dijadikan pijakan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah dibutuhkan kejasama juga dari komite sekolah. Terkait dengan prinsip umum
manajemen berbasis sekolah, komite sekolah merupakan komponen . . . karena .
Jawab
Penting karenaperan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutupendidikan perlu mendapat dukungan
dari seluruh komponen pendidikan, baikguru, Kepala Sekolah, siswa, orang tua/wali murid,
masyarakat, dan institusipendidikan. Oleh karena itu perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di
antarakomponen pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yangdilaksanakan
dapat efektif dan efisien

2. Dalam kurikulum 2004 atau dikenal juga dengan istilah Kompetensi Lintas Kurikulum yang merupakan
kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik
melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Jelaskan masing-masing substansi struktur
kurikulum dalam kurikulum tahun 2004.
Jawab :
Pertama,
kurikulum 2004 memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai olehsiswa. Artinya siswa
diharapkan memiliki kemampuan standar minimal yang harus dikuasai.Terdapat empat kompetensi
dasar yang harus dimiliki sesuai dengan tuntutan kurikulum2004:1.Kompetensi akademik, artunya
peserta didik harus memiliki pengetahuan danketerampilan dalam menghadapi persoalan dan
tantangan hidup secara independent.2.Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki
kesiapan dan mampu berhadap tasi terhadap dunia kerja.3.Kompetensi kultural, peserta didik harus
mampu menempatkan diri sebaik-baiknyadalam sisterm budaya dan tata nila masyarakat
pluralistik.4.Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani
kehidupannya,serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai
dengan perkembangan zaman.
Kedua,
implementasi pembelajaran dalam kurikulum 2004 menekankan kepada proses pengalaman dengan
memerhatikan keberagaman setiap individu. Pembelajaran tidak hanyadiarahkan untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapatmenunjang dan mempengaruhi kemampuan
berpikir dan kemampuan bertindak sehari-hari.
Ketiga
evaluasi dalam kurikulum 2004 menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar.Kedua sisi
evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi dilakukansecara utuh yang
tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap danketerampilan.
1) Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaunklasikal.
Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlahkompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnyadinamakan standar minimal atau
kemampuan dasar.
2) .Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaiankompetensi
dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikanacuan apakah kompetensi
yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
3) .Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Dalam KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan.Belajar adalah proses
mencari dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, olehsebab itu proses pembelajaran
harus bervariasi.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhiunsur
edukatif.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
suatukompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauhmana
siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi bagaimana caramereka menguasai
pelajaran tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.Jadi tujuan
kurikulum 2004 adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapai perannya
dimasa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup(life skill). Lebih lanjut, dari
berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasikan enamkarakteristik kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu:
(1) sistem belajar dengan modul;
(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar;
(3) pengalaman lapangan;
(4) strategiindividual personal;
(5) kemudahan belajar; dan
(6) belajar tuntas

3. Di daerah metropolitan, kurikulum KTSP dapat terlaksana secara optimal. Hal ini tentunya bertolak
belakang dengan pelaksanaan kurikulum di daerah 3T misalnya di Papua karena dengan keterbatasan
sumberdaya manusia dan sarana prasarana. Namun, tidak menutup kemungkinan kurikulum KTSP
tetap dilaksanakan walaupun cara pelaksanaannya cenderung berbeda karena penyesuaiandengan
daerah setempat. Jelaskan jenis prinsip pengembangan kurikulum KTSP dalam fenomena di atas
JAWAB:
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik danlingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Untukmendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikandengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutanlingkungan. Seimbang antara kepentingan daerah dan
nasional. Kurikulum dikembangkandengan memperhatikan antara kepentingan daerah dan nasional
untuk membangunkehidupan di masyarakat, bangsa, dan negara.

4. Salah satu langkah yang dilakukan dalam pengembangan KTSP yaitu analisis konteks. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan potensi sumber daya yang ada. Sebut dan Jelaskan
komponen yang dianalisis dalam langkah analisis konteks
Jawab :
Analisis konteks dalam pelaksanaan penyusunan KTSP berwujud evaluasi diri (self evaluation)
terhadap sekolah. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats ). Dalam hal ini dapat diterapkan kajian lingkungan internal
untuk memahami strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan, serta kajian lingkungan
eksternal untuk mengungkap opportunities atau peluang dan threats atau tantangan. Adapun analisis
konteks melalui SWOT terdiri atas hal-hal sebagai berikut (cf. BSNP, 2006: 32):
1. Visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Identifikasi SI dan SKL
3. Kajian internal atau kondisi sekolah (kekuatan dan kelemahan) yang meliputi:
(1) peserta didik,
(2) pendidik dan tenaga kependidikan,
(3) sarana dan prasarana,
(4) biaya,
(5) program-program
4. Kajian eksternal atau situasi sekolah (peluang dan tantangan) yang dilihat dari masyarakat
dan lingkungan sekolah yang meliputi:
(a) komite sekolah,
(b) dewan pendidikan,
(c) dinas pendidikan,
(d) asosiasi profesi,
(e) dunia industri dan dunia kerja,
(f) sumber daya alam dan sosial budaya
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing:
1. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah akan sangat berperan bagi pengembangan sekolah di masa
depan. Visi dan misi saling berkaitan. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan) tentang sekoah
yang diinginkan di masa jauh ke depan.
Misi (mission) ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan (yang merupakan tuntutan
tugas “dari luar”) dan keinginan “dari dalam” (yang antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan
dan situasi yang dihadapi saat ini. Misi sebuah sekolah perlu mempertimbangkan misi induknya (dinas
pendidikan kabupaten/kota). Misi diperjelas dan dijabarkan dengan tujuan sekolah (goals).
Tujuan sekolah seharusnya tidak betentangan dengan visi dan misi sekolah yang sudah ditetapkan.
Perumusan tujuan harus nyata dan terukur.
Deskripsi visi, misi, tujuan seharusnya (1) tidak bertentangan dengan visi, misi, tujuan dinas
pendidikan dan koheren dengan renstra depdiknas, (2) mencerminkan dengan jelas kebutuhan lokal
dan nasional atau bahkan internasional berkaitan dengan kemampuan lulusan, (3) jelas bagi pihak-
pihak yang berminat, ketercapaian tujuan dapat diamati, ditunjukkan dan dapat diuji secara objektif,
dipersepsi sebagai sesuatu yang berharga oleh seluruh pihak yang berminat, realistis, (4) secara
tersurat ada prioritas menghasilkan peserta didik yang bermutu.
2. Identifikasi SI dan SKL
Para pendidik di sekolah perlu melakukan identifikasi SI dan SKL. Identifikasi dapat dilakukan melalui
tahap-tahap sebagai berikut: membaca secara saksama, memahami, mengkaji, dan membedah SI
dan SKL. Hal itu perlu dilakukan supaya penerapan SI dan SKL di sekolah dan terutama dalam
pembelajaran benar-benar baik.
3. Situasi Internal atau Kondisi Sekolah
a. Peserta Didik
Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilihat dari input awal dan saat
pembelajaran. Analisi ini meliputi rata-rata kemampuan akademik peserta didik, minat, dan bakat
peserta didik. Jadi, analisis peserta didik meliputi analisis kemampuan akademik dan nonakademik.
b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sekolah. Analisis ini perlu dilakukan agar
KTSP yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan sekolah dan dapat dilaksanakan
secara maksimal. Dalam melakukan identifikasi, setidaknya perlu diperoleh informasi mengenai:
jumlah pendidik dan rinciannya, kelayakan fisik dan mental pendidik, latar belakang pendidikan
dan/atau sertifat keahlian, kompetensi pendidik (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial), rata-rata
beban mengajar pendidik, rasio pendidik dan peserta didik, minat pendidik dalam pengembangan
profesi, jumlah tenaga kependidikan dan rinciannya, kelayakan fisik dan mental tenaga kependidikan,
jenis keahlian, latar belakang tenaga kependidikan, dan minat tenaga kependidikan dalam
pengembangan profesi.
c. Sarana dan Prasarana
Analisis atas sarana yang dimiliki oleh sekolah meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.(SNP pasal 42 ayat
1).Perabot di antaranya meliputi meja, kursi, papan tulis yang ada di setiap kelas. Peralatan meliputi
peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer,
dan peralatan pembelajaran lain (cf. SNP pasal 43). Media pendidikan di antaranya alat peraga, OHP,
LCD, slide, gambar yang mendukung ketercapaian pembelajaran. Yang termasuk dalam buku dan
sumber belajar di antaranya adalah bahan cetakan baik jurnal, buku teks, maupun referensi;
lingkungan; media cetak maupun elektronik; narasumber. Adapun bahan habis pakai meliputi bahan-
bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan
semua sarana itu meliputi kepemilikan, kelayakan, jumlah, dan kondisi sarana yang ada.
Analisis atas prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan sekolah, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan (SNP pasal 42 ayat 2). Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan prasarana di
sekolah meliputi keberadaannya, rasio banyaknya, kelayakannya, dan kebersihannya.
d. Biaya
Analisis biaya sesuai dengan pasal 62 tentang standar pembiayaan dalam SNP. Pembiayaan
pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi sekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi sekolah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
 gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
 bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
 biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Analisis terhadap pembiayaan di sekolah mengarah pada kelemahan dan kekuatan pembiayaan di
sekolah tersebut terhadap pengembangan dan pelaksanaan KTSP
e. Program-program
KTSP disusun oleh sekolah untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan program-
program meliputi: program pendidikan (antara lain: pemilihan mata pelajaran muatan nasional dan
muatan lokal, pemilihan kegiatan pengembangan diri, penentuan pendidikan kecakapan hidup,
penentuan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global), program pembelajaran, program
remedial, dan program pengayaan.
Ada atau tidaknya program, keterlaksanaan, serta kesesuaian program dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di sekolah/ daerah merupakan analisis yang sangat diperlukan untuk mengembangkan
KTSP.
4. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Sekolah
a. Komite Sekolah
Komite sekolah/madrasah merupakan pihak yang ikut berlibat dalam penyusunan KTSP di samping
narasumber dan pihak lain yang terkait. Adapun tim penyusun KTSP terdiri atas pendidik, konselor,
dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
Pada tahap akhir, komite sekolah juga harus memberikan pertimbangan terhadap penyusunan KTSP.
Dalam BSNP (2006: 5) disebutkan, pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan
berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah.
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, dalam SNP Pasal 51 ayat 2 dinyatakan bahwa
pengambilan keputusan pada sekolah dasar dan menengah di bidang nonakademik dilakukan oleh
komite sekolah yang dihadiri oleh kepala sekolah. Selain itu, komite sekolah juga memutuskan
pedoman struktur organisasi sekolah dan biaya operasional sekolah. Komite sekolah juga memberikan
masukan tentang tata tertib sekolah, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan
dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Pimpinan sekolah dan
komite sekolah juga melakukan pemantauan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
sekolah. Adapun pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dipertanggungjawabkan oleh kepala sekolah kepada rapat dewan pendidik dan komite
sekolah/madrasah. Berdasarkan hal-hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dari pihak
komite sekolah/madrasah perlu dilakukan untuk mengembangkan KTSP.
b. Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikaan beranggotakan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Dalam penyusunan
KTSP, dewan pendidikan berperan sebagai lembaga yang dapat ikut memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan KTSP. Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap kepedulian dewan pendidikan perlu
dilakukan untuk semakin memantapkan pengembangan KTSP.
c. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan kabupaten/kota bertugas melakukan koordinasi dan supervisi terhadap
pengembangan KTSP SMP. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah. Dalam hal ini, dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri atas para pendidik berpengalaman di bidangnya. Analisis
terhadap peluang dan tantangan yang ada di dinas pendidikan perlu dilakukan guna pengembangan
KTSP.

d. Asosiasi Profesi
Ada beberapa asosiasi profesi secara umum yang ikut mendukung profesionalisme pendidik. Akan
tetapi, secara lebih khusus, asosiasi profesi untuk para pendidik/guru mata pelajaran di SMP terwujud
dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang meliputi MGMP sekolah, kabupaten/kota, dan
provinsi. MGMP dapat berperan pula sebagai tim yang menyusun silabus mata pelajaran tertentu.
Keberadaan tim ini akan sangat membantu pengembangan KTSP. Peluang dan tantangan atas
keberadaan MGMP perlu dianalisis untuk pengembangan KTSP.
e. Dunia Industri dan Dunia Kerja
Salah satu prinsip pengembangan KTSP adalah relevan dengan kebutuhan kehidupan. Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan (BSNP, 2006).
Selain itu, KTSP disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah dunia industri dan
dunia kerja serta perkembangan ipteks. Dalam KTSP, rencana kegiatan pembelajaran harus dapat
mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Dalam hal ini, dunia indsutri di sekitar sekolah dapat diberdayakan untuk menunjang
program pendidikan sekolah yang bersangkutan. Contoh: di dekat sekolah ada industri kerajinan,
peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai kompetensi dasar sesuai konteks
industri kerajinan tersebut. Berdasarkan hal-hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dunia
industri dan dunia kerja di lingkungan sekolah perlu dilakukan untuk pengembangan KTSP.
f. Sumber Daya Alam dan Sosial Budaya
KTSP disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah keragaman potensi dan
karakteristik daerah dan lingkungan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan gender.
Pada dasarnya, setiap daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, KTSP harus memuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. Sumber daya alam
yang ada di lingkungan serta aspek sosial budaya yang berlaku di tempat sekolah tersebut berada,
dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaksanaan penyusunan KTSP.
Sekolah yang berada di daerah pantai, dapat memanfaatkan aspek kelautan sebagai peluang dan
tantangan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidik dapat mengajarkan dan mengajak
peserta didik menanam bakau untuk menahan abrasi pantai. Ini merupakan salah satu contoh
pembelajaran untuk memahami alam sekitar dan sekaligus mengatasi tantangan alam.
Selain itu, KTSP harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat
setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya
setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa
lain. Agar peluang dan tantangan yang tersedia di alam sekitar dan ada di dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat dapat dimanfaatkan secara maksimal serta dapat memberikan nilai tambah bagi
perkembangan peserta didik, diperlukan upaya identifikasi dengan memperhatikan berbagai hal,
antara lain: keterjangkauan jarak, waktu, dan biaya; kesesuaian dengan visi, misi, dan tujuan sekolah;
ketersediaan dan kemampuan SDM dalam mengelola sekolah; kebermanfaatan aspek sosial budaya
bagi peserta didik di masa kini dan yang akan datang. Pada sisi lain, KTSP juga harus diarahkan
kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.
Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan sumber daya alam dan sosial budaya
lingkungan sekolah perlu dilakukan untuk mengembangkan KTSP.

Anda mungkin juga menyukai