ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi merdeka
mandiri belajar di Sekolah Dasar Negeri Pangilen 3 Sampang dari sudut pandang
George E Edward III. Penelitian dilakukan kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data: wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengolahan
data: reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data:
triangulasi sumber, teknik dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
Faktor Komunikasi: (a) transformasi, tersampaikan secara baik. (b) kejelasan,
memahami cara melaksanakan kebijakan. (3) konsitensi, isi kebijakan tidak
membingungkan. (2) Faktor sumber daya: (a) manusia: kepala sekolah: memutuskan
kurikulum 2013 secara tatap muka. Guru: pelatihan pembelajaran kurikulum merdeka.
Siswa: mengikuti pembelajaran sescara tatap muka. Masyarakat: mendukung
pembelajaran tatap muka. (b) Keuangan: Bantuan Operasional Sekolah. (c) Peralatan:
media pembelajaran. (d) Informasi: Menteri Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan
Kabupaten. (e) Kewenangan: Dinas Pendidikan Kabupaten – pengawas – kepala
sekolah – Guru. (3) Faktor disposisi: sekolah menerima dan melaksanakan kebijakan
yang ada. (4) Faktor Struktur Birokrasi: kepala sekolah – guru – siswa.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and describe the implementation of
independent learning at Pangilen 3 Sampang Public Elementary School from the point
of view of George E Edward III. The research was conducted qualitatively with a case
study approach. Data collection techniques: interviews; observation and
documentation. Data processing techniques: reduction, data presentation, and
conclusion. Data validation techniques: triangulation of sources, techniques, and
confirmability. The results of the study show: (1) Communication Factors: (a)
transformation, well conveyed. (b) clarity, and understanding of how to implement the
policy. (3) consistency, the contents of the policy are not confusing. (2) Resource
factors: (a) human: principal: decides the 2013 curriculum face to face. Teacher:
independent curriculum learning training. Students: take part in face-to-face learning.
Community: supports face-to-face learning. (b) Finance: School Operational
Assistance. (c) Equipment: learning media. (d) Information: Minister of National
Education and District Education Office. (e) Authorities: District Education Office –
supervisor – the school principal – Teacher. (3) Disposition factors: schools accept and
implement existing policies. (4) Bureaucratic Structure Factors: school principals -
teachers - students.
A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan Indonesia seiring berjalannya waktu banyak mengalmi
perubahan dan prkembangan, baik dari sisi akademis seperti proses pembelajaran
ataupun dari sisi non akdemis seperti kerjasama pendidikan. Perkembangan dan
perubahan yang terjadi pada pendidikan tidak lain adalah demi terbentuknya sistem
pendidikan yang bermutu di setiap proses pendidikannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, untuk meningkatan mutu pendidikan Indonesia di era 4.0 menuju 5.0 ini
Kementerian Pendidikan Indonesia terus melakukan pembenahan mutu pendidikan
melalui dikeluarkannya kebijakan-kebijakan pendidikan yang diharapkan mampu
membawa perubahan dan peningkatan mutu pendidikan.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang dikeluarkan khusus bidang
pendidikan dengan tujuan tercapainya tujuan pendidikan melalui langkah strategis
pelaksanaan pendidikan (Alwijaya et al., 2021). Kebijakan pendidikan dikeluarkan
terutama menyangkut isu-isu konseptual dan teoretik yang mampu memberikan
kerangka pemahaman utuh bagi analisis kebijakan pendidikan yang dikembangkan
dalam bentuk penetapan tujuan, rencana kerja, program kerja, keputusan
menghadirkan pengaruh, serta undang-undang atau peraturan yang mengikat
lembga pendidikan (Suhelayanti, 2019). Kebijakan public khususnya bidang
pendidikan ditetapkan setidaknya untuk mengembangkan potensi dan kompetensi
guru agar guru dapat memenuhi tantangan global dan perkembangan zaman dalam
membentuk siswa yang berkarakter (Disas, 2017).
Kebijakan pendidikan yang paling baru setelah Pandemi Covid-19 yang
dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi adalah
kurikulum merdeka belajar. Kurikulum ini dikeluarkan atas dasar keinginan untuk
menghasilakn lulusan pendidikan yang memiliki mutu yang baik dengan tujuan
tidak membentuk siswa yang pintar dalam menghfal teori saja tetapi lulusan yang
memiliki analisis yang baik terhadap masalah, memili daya talar yang baik serta
memehami suatu konsep yang menyeluruh sehingga siswa mampu
mengembangkan potensi dan kompetensinya dengan baik (Saleh, 2020). Kebijakan
ini dilakukan sebagai bahan percepatan tujuan pembelajaran yakni meningkatkan
mutu dari siswa atau lulusan sekolah yang memiliki berbagai keunggulan di bidang
akademik dan non akademik, memiliki daya saing yang tinggi dengan negara lain,
serta membentuk karakter siswa yang berakhlaqul karimah, dan mempunyai daya
nalar yang tinggi di bidang literasi dan numerik (Kemdikbudristek, n.d).
Merdeka belajar sendiri dibuat agar siswa dapat secara bebes
mengembangkan potensi dan kometensinya melalui kegiatan ilmiah di sekolah
sehingga membentuk siswa yang cerdas tidak hanya di bidang akademik tapi non
akademik yang wajib di kembangkan di sekolah melalui proses pendidikan yang
bermutu dengan mengutamakan penerimaan segala bentuk pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan daya fikirnya (Suhartono, 2022).
Merdeka belajar memiliki beberapa manfaat diantaranya: kepala sekolah, tenaga
pendidik dan kependidikan, masyarakat dan pemerintah setempat dapat
guru di sekolah
Sumber Daya 1. Sumber Daya Manusia: (a) Kepala
sekolah: memutuskan penggunaan
kurikulum 2013 dan proses
pembelajaran berjalan secara tatap
muka di sekolah. (b) Guru: melaksakan
proses pembelajaran sesuai kurikulum
yang ditetapkan kepala sekolah dan
mengikuti pelatihan pembelajaran
kurikulum merdeka. (c) Siswa:
mengikuti proses pembelajaran secara
tatap muka di sekolah. (d) masyarakat /
wali murid: mendukung proses
pembelajaran secara tatap muka dan
cenderung tidak tahu tentang kurikulum
yang ada.
2. Sumber Daya Keuangan: dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dari
pemerintah
3. Sumber Daya Peralatan: menggunakan
media pembelajaran yang dimiliki
sekolah melalui pembelian dari dana
BOS
4. Sumber Daya Informasi: Kebijakan
merdeka mandiri belajar dan Kurikulum
2013 dari Medikbudristek dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Sampang
5. Sumber Daya Kewenangan:
Mendikbudristek ke Dinas Pendidikan
Kabupaten Sampang dilanjutkan ke
pengawas sekolah dilanjutkan ke kepala
sekolah (memanfaatkan group kepala
sekolah per wilayah kerja) dan terakhir
kepada guru sebagai pelaksana
kebijakan merdeka mandiri belajar.
Disposisi Kepala sekolah, guru dan siswa
melaksanakan kebijakan merdeka mandiri
belajar melalui penerapan kurikulum 2013
dengan baik di sekolah
Struktur Birokrasi Implementasi kebijakan merdeka mandiri
belajar dimulai dari keputusan penerapan
kurikulum oleh kepala sekolah, kemudian
Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 di atas, maka hasil penelitian dapat dibahas
sebagai berikut:
Merdeka mandiri belajar adalah salah satu bagian dari kurikulum merdeka
belajar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Merdeka mandiri belajar
merupakan kebijakan yang mengharuskan sekolah menerapkan kurikulum merdeka
belajar secara mandiri di sekolah. Artinya, sekolah diberi kewenangan penuh untuk
menentukan kurikulum yang akan digunakan namun tidak mengesampingkan
karakteristik dari kurikulum merdeka itu sendiri. Merdeka belajar pada hakikatnya
adalah siswa bebas mendapatkan sains di sekolah melalui pengalamannya yang
diakui sebagai manusia hingga terbentuk karakter siswa yang memiliki karakteristik
baru (Pangestu & Rochmat, 2021). Di era 4.0 sekarang ini, diharapakan dengan
diterapkannya kurikulu ini, sekolah diharapkan mampu membentuk siswa yang
memiliki daya nalar yang tinggi yang diimbangi dengan karakter yang baik agar
mampu menciptakan berbagai inovasi yang akan mampu bersaing dengan
masyarakat global (Rahmansyah, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian, UPTD SDN Pangilen 3 Sampang yang secara
lokasi yang berada di pedesaan dan belum terpilih menjadi sekolah yang harus
menerapkan kurikulum merdeka secara penuh, saat ini menerapkan kurikulum
merdeka mandiri belajar sesuai perintah dari Kementerian dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Sampang. Kurikulum yang digunakan di UPTD SDN Pangilen 3
Sampang adalah kurikulum 2013. Prinsip merdeka belajar yaitu literasi, numerik
dan karakter pancasila dilaksanakan dengan baik oleh UPTD SDN pangilen 3
Sampang melalui proses pembelajaran dalam kelas ataupun di luar kelas.
Implementasi kurikulum merdeka di kelas dilakukan melalui proses pembelajaran
dengan mengacu pada RPP kurikulum 2013 yang telah disusun oleh guru.
Sedangkan implementasi kurikulum merdeka di luar kelas di lakukan dengan
memberikan bimbingan kepada siswa oleh kepala sekolah ataupun guru-guru yang
lain jika terdapat siswa yang melakukan pelanggaran, bertengkar atau bullying
mengembangkan kualitas kerja di sekolah. Secara garis beras, UPTD SDN Pangilen
3 Sampang telah berhasil mengimplementasikan dan menerapkan karakter
kurikulum merdeka mandiri belajar di sekolahnya. Hal ini sebabkan karena
beberapa faktor dianataranya: pertama faktor komunikasi yang tidak mengalami
perubahan isi kebijakan merdeka mandiri belajar di sekolah, informasi yang terima
sekolah sangat jelas serta tidak membingungkan sekolah. Kedua faktor sumber
daya, dari aspek sumber daya manusia: kepala sekolah telah memutuskan untuk
tetap menggunakan kurikulum 2013 dan pembelajaran secara tatap muka untuk
mengimplementasikan merdeka mandiri belajar. Sedangkan guru telah
melaksanakan pelatihan implementasi kurikulum merdeka dan siswa telah
melakukan pembelajaran secara baik sesuai dengan interuksi kepala sekolah.
Kemudian masyarakat mendukung penuh terhadap keputusan penggunaan
kurikulum 2013 dan pembelajaran tatap muka di sekolah. Dari sumber daya
keuangan, merdeka mandiri belajar di dukung oleh dana pemerintah yaitu melalui
BOS. Sumber daya peralatan, merdeka mandiri belajar menggunakan media
pembelajaran yang disediakan sekolah. Sumber daya informasi, sekolah
memanfaatkan informasi dari Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan
setempat. Sedangkan sumber daya kewenangan, sekolah telah melaksanakan
merdeka mandiri belajar yang di interukasikan oleh Kementerian Kendidikan
kepada Dinas Pendidikan yang disalurkan kepada kepala sekolah dan guru sebagai
pelaksana kebijakan.
Ketiga faktor disposisi, UPTD SDN Pangilen 3 Sampang menerima dan
melaksanakan kebijakan dengan senang hati tanpa mengubah isi kebijakan yang
telah ditetapkan. Keempat faktor struktur birokrasi sekolah terdiri dari kepala
sekolah selaku penanggungjawab dan pembuat keputusan implementasi merdeka
mandiri belajar, guru sebagai pelaksana pembelajaran merdeka mandiri belajar dan
siswa sebagai sasaran utama pelaksanaan kebijakan merdeka mandiri belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo.2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Edisi Revisi, Bandung: Alfabeta.
Anam, M. K., Mustingsih, & Sumarsosno, R. B. (2019). Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Pembuatan Keputusan Di Sekolah Berbasis Pesantren. JAMP:
Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan, 02(02), 49-55.
Anwar, K. (2020). Pelaksanaan Tugas Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Melalui Belajar Kelompok. Rausyan Fikr, 16(02), 76-86
Baidowi, A. (2021). Implementasi Kebijakan Pendidikan: Studi Analisis Terhadap
Tahap Implementasi Kebijkan Charles O. Jones dengan Faktor Pendukung
George E. Edward III. Banyumas: CV Amerta Media.
Disas, E. P. (2017). Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan Dan
Peningkatan Profesi Guru. Jurnal Penelitian Pendidikan, 17(02), 158-166.
Elwijaya, F., Mairina, V., & Gistituati, N. (2021). Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan.