Anda di halaman 1dari 16

ThawaliB: Jurnal Kependidikan Islam

Volume 4 (1) (2023) 29-44


e-ISSN 2807-386X
https://jurnal.staithawalib.ac.id/index.php/thawalib/article/view/189
DOI: https://doi.org/10.54150/thawalib.v4i1.189

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MERDEKA MANDIRI BELAJAR: STUDI


KASUS DI UPTD SDN PANGILEN 3 SAMPANG

Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2


1
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tiara Rawamangun
2
Institut Agama Islam Al-Khairat Pamekasan
1
alkalam_735@yahoo.com, 2sarinusantaraputri@alkhairat.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi merdeka
mandiri belajar di Sekolah Dasar Negeri Pangilen 3 Sampang dari sudut pandang
George E Edward III. Penelitian dilakukan kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data: wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengolahan
data: reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data:
triangulasi sumber, teknik dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
Faktor Komunikasi: (a) transformasi, tersampaikan secara baik. (b) kejelasan,
memahami cara melaksanakan kebijakan. (3) konsitensi, isi kebijakan tidak
membingungkan. (2) Faktor sumber daya: (a) manusia: kepala sekolah: memutuskan
kurikulum 2013 secara tatap muka. Guru: pelatihan pembelajaran kurikulum merdeka.
Siswa: mengikuti pembelajaran sescara tatap muka. Masyarakat: mendukung
pembelajaran tatap muka. (b) Keuangan: Bantuan Operasional Sekolah. (c) Peralatan:
media pembelajaran. (d) Informasi: Menteri Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan
Kabupaten. (e) Kewenangan: Dinas Pendidikan Kabupaten – pengawas – kepala
sekolah – Guru. (3) Faktor disposisi: sekolah menerima dan melaksanakan kebijakan
yang ada. (4) Faktor Struktur Birokrasi: kepala sekolah – guru – siswa.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Pendidikan, Merdeka Belajar, Merdeka


Mandiri

29 Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and describe the implementation of
independent learning at Pangilen 3 Sampang Public Elementary School from the point
of view of George E Edward III. The research was conducted qualitatively with a case
study approach. Data collection techniques: interviews; observation and
documentation. Data processing techniques: reduction, data presentation, and
conclusion. Data validation techniques: triangulation of sources, techniques, and
confirmability. The results of the study show: (1) Communication Factors: (a)
transformation, well conveyed. (b) clarity, and understanding of how to implement the
policy. (3) consistency, the contents of the policy are not confusing. (2) Resource
factors: (a) human: principal: decides the 2013 curriculum face to face. Teacher:
independent curriculum learning training. Students: take part in face-to-face learning.
Community: supports face-to-face learning. (b) Finance: School Operational
Assistance. (c) Equipment: learning media. (d) Information: Minister of National
Education and District Education Office. (e) Authorities: District Education Office –
supervisor – the school principal – Teacher. (3) Disposition factors: schools accept and
implement existing policies. (4) Bureaucratic Structure Factors: school principals -
teachers - students.

Keywords: Implementation, Policy, Education, Free Learning, Independent


Independence

30 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan Indonesia seiring berjalannya waktu banyak mengalmi
perubahan dan prkembangan, baik dari sisi akademis seperti proses pembelajaran
ataupun dari sisi non akdemis seperti kerjasama pendidikan. Perkembangan dan
perubahan yang terjadi pada pendidikan tidak lain adalah demi terbentuknya sistem
pendidikan yang bermutu di setiap proses pendidikannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, untuk meningkatan mutu pendidikan Indonesia di era 4.0 menuju 5.0 ini
Kementerian Pendidikan Indonesia terus melakukan pembenahan mutu pendidikan
melalui dikeluarkannya kebijakan-kebijakan pendidikan yang diharapkan mampu
membawa perubahan dan peningkatan mutu pendidikan.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang dikeluarkan khusus bidang
pendidikan dengan tujuan tercapainya tujuan pendidikan melalui langkah strategis
pelaksanaan pendidikan (Alwijaya et al., 2021). Kebijakan pendidikan dikeluarkan
terutama menyangkut isu-isu konseptual dan teoretik yang mampu memberikan
kerangka pemahaman utuh bagi analisis kebijakan pendidikan yang dikembangkan
dalam bentuk penetapan tujuan, rencana kerja, program kerja, keputusan
menghadirkan pengaruh, serta undang-undang atau peraturan yang mengikat
lembga pendidikan (Suhelayanti, 2019). Kebijakan public khususnya bidang
pendidikan ditetapkan setidaknya untuk mengembangkan potensi dan kompetensi
guru agar guru dapat memenuhi tantangan global dan perkembangan zaman dalam
membentuk siswa yang berkarakter (Disas, 2017).
Kebijakan pendidikan yang paling baru setelah Pandemi Covid-19 yang
dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi adalah
kurikulum merdeka belajar. Kurikulum ini dikeluarkan atas dasar keinginan untuk
menghasilakn lulusan pendidikan yang memiliki mutu yang baik dengan tujuan
tidak membentuk siswa yang pintar dalam menghfal teori saja tetapi lulusan yang
memiliki analisis yang baik terhadap masalah, memili daya talar yang baik serta
memehami suatu konsep yang menyeluruh sehingga siswa mampu
mengembangkan potensi dan kompetensinya dengan baik (Saleh, 2020). Kebijakan
ini dilakukan sebagai bahan percepatan tujuan pembelajaran yakni meningkatkan
mutu dari siswa atau lulusan sekolah yang memiliki berbagai keunggulan di bidang
akademik dan non akademik, memiliki daya saing yang tinggi dengan negara lain,
serta membentuk karakter siswa yang berakhlaqul karimah, dan mempunyai daya
nalar yang tinggi di bidang literasi dan numerik (Kemdikbudristek, n.d).
Merdeka belajar sendiri dibuat agar siswa dapat secara bebes
mengembangkan potensi dan kometensinya melalui kegiatan ilmiah di sekolah
sehingga membentuk siswa yang cerdas tidak hanya di bidang akademik tapi non
akademik yang wajib di kembangkan di sekolah melalui proses pendidikan yang
bermutu dengan mengutamakan penerimaan segala bentuk pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan daya fikirnya (Suhartono, 2022).
Merdeka belajar memiliki beberapa manfaat diantaranya: kepala sekolah, tenaga
pendidik dan kependidikan, masyarakat dan pemerintah setempat dapat

31 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

bekerjasama untuk dalam menyelesaikan masalah sosial di masyarakat dengan


efektif dan efisien khususnya terkait proses pembelajaran dan pendidikan siswa di
sekolah; kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, masyarakat dan
pemerintah setempat bekerjasama dengan baik dalam meningkatkan mutu
pengelolaan pendidikan di daerahnya masing-masing (Kemdikbud, n.d).
Kurikulum merdeka belajar yang diputuskan oleh kementerian ini
membebaskan siswa untuk mengembangkan sikap, bakat dan minatnya dalam
bidang akademik atapun non akademik melalui penerapan kurikulum yang
digunakan oleh sekolah yang mana jika sekolah mengimplementasikan kurkulum
merdeka belajar ini, diharapkan sekolah mampu memberikan perubahan di dalam
proses pembelajarannya yang lebih fleksibel tanpa mengurasi mutu dari
pembelajaran itu sendiri (rahayu et al., 2022). Pelaksanaan dari kurikulum ini,
mewajibkan seluruh sekolah agar selalu siap mengembangkan dan meningkatkan
mutu kepala sekolah, guru dan pengelolaannya dalam mengimplemnetasikan setiap
tahaan dari kurikulum merdeka yang telah ditetapkan yang mana dalam setiap tahap
implementasi kurikulum ini, sekolah dapat memanfaatkan hasil dan evaluasinya
untuk jadikan bahan reflkesi untuk mengimplementasikan tahap kurikulum
merdeka selanjutnya sehingga dengan demikian pada pengelola kurikulum merdeka
di sekolah dapat menentukan alat ukur yang tepat yang mampu membawa siswa ke
dalam kesiapan karir dan kesejahteraan mereka di sekolah dan msyarakat
(Kemdikbudristek, 2022).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Implementasi Kebijakan Merdeka Mandiri Belajar di UPTD SDN Pangilen
3 Sampang yang di faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
pendidikan tersebut di lihat dari sudut pandang George E. Edward III yaitu faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Merdeka Mandiri Belajar: Studi
Kasus Di UPTD SDN Pangilen 3 Sampang ini dilakuan secara kualitatif. Penelitian
kualitatif dilakukan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara nyata dan apa
adanya tentang pengimplementasian merdeka mandiri belajar di UPTD SDN
Pangilen 3 Sampang. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus, yang mana pendekatan ini dilakukan untuk menggali secara
dalam dan rinci tetang proses pengimplementasian merdeka mandiri belajar di
sekolah yang dilihat dengan pendekatan teori implementasi kebijakan dari George
E Edward III yaitu faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi
di UPTD SDN Pangilen 3 Sampang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: pertama teknik
wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada 1 kepala sekolah, 4
guru, 2 siswa, 1 orang tua dan 1 masyarakat terkait dengan faktor komunikasi,
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi dalam mengimplementasikan merdeka

32 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

mandiri belajar di UPTD SDN Pangilen 3 Sampang. Kedua teknik observasi,


dengan mengamati proses implementasi merdeka mandiri belajar yang dilihat dari
faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Ketiga teknik
dokumentasi dengan mengumpulkan bukti dokumentasi berupa file (berkas) dan
foto proses pengimplementasian merdeka mandri belajar.
Teknik pengolahan data: pertama reduksi data, dengan mengelompokkan data
hasil penelitian sesuai dengan faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan
struktur birokrasi dalam mengimplementasikan merdeka mandiri belajar di UPTD
SDN Pangilen 3 Sampang. Kedua penyaian data, setelah data di reduksi maka
selanjutnya peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk kalimat, tabel dan
gambar untuk memudahkan peneliti dalam memahami data hasil penelitian. Ketiga
penarikan kesimpulan, data yang ditampilkan dalam bentu tulisan, gambar dan tabel
selanjutnya ditarik beberapa kesimpulan hingga peneliti menemukan data asli
tentang proses implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar di UPTD SDN
Pangilen 3 Sampang yang dilihat dari faktor komunikasi, sumber daya, disposisi
dan sytruktur birokrasi.
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui triangulasi
teknik, triangulasi sumber dan konfirmabilitas. Triangulasi teknik dilakukan dengan
mengkombinasikan hasil penelitian yang didapat penelitia melalui hasil wawancara,
dokumentasi dan observasi hingga peneliti mendapatkan data penelitian yang
sebenarnya. Teriangulasi sumber dilakukan dengan mengkombinasikan hasil
wawancara dari kepala sekolah, guru dan siswa hingga membentuk data yang utuh.
Sedangkan konfirmabilitas dilakukan untuk mengecek kembali kebenaran data
yang telah di dapat kepala pihak sekolah atau lokasi penelitian.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Merdeka Mandiri Belajar:
Studi Kasus Di Uptd Sdn Pangilen 3 Sampang yang dilihat dari faktor
implementasi kebijakan dari George E Edward III ini dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 1. Hasil Penelitian
Kebijakan Faktor Edward III Hasil Penelitian
Komunikasi 1. Tranformasi: informasi kebijakan
merdeka mandiri belajar tersampaikan
dengan baik dan jelas kepada kepala
sekolah dan guru
Merdeka
2. Kejelasan: kepala sekolah dan guru
Mandiri
memahami informasi proses
Belajar
pelaksanaan merdeka mandiri belajar
3. Konsitensi: informasi pelaksanaan
kebijakan merdeka mandiri belajar tidak
membingungkan kepala sekolah dan

33 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

guru di sekolah
Sumber Daya 1. Sumber Daya Manusia: (a) Kepala
sekolah: memutuskan penggunaan
kurikulum 2013 dan proses
pembelajaran berjalan secara tatap
muka di sekolah. (b) Guru: melaksakan
proses pembelajaran sesuai kurikulum
yang ditetapkan kepala sekolah dan
mengikuti pelatihan pembelajaran
kurikulum merdeka. (c) Siswa:
mengikuti proses pembelajaran secara
tatap muka di sekolah. (d) masyarakat /
wali murid: mendukung proses
pembelajaran secara tatap muka dan
cenderung tidak tahu tentang kurikulum
yang ada.
2. Sumber Daya Keuangan: dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dari
pemerintah
3. Sumber Daya Peralatan: menggunakan
media pembelajaran yang dimiliki
sekolah melalui pembelian dari dana
BOS
4. Sumber Daya Informasi: Kebijakan
merdeka mandiri belajar dan Kurikulum
2013 dari Medikbudristek dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Sampang
5. Sumber Daya Kewenangan:
Mendikbudristek ke Dinas Pendidikan
Kabupaten Sampang dilanjutkan ke
pengawas sekolah dilanjutkan ke kepala
sekolah (memanfaatkan group kepala
sekolah per wilayah kerja) dan terakhir
kepada guru sebagai pelaksana
kebijakan merdeka mandiri belajar.
Disposisi Kepala sekolah, guru dan siswa
melaksanakan kebijakan merdeka mandiri
belajar melalui penerapan kurikulum 2013
dengan baik di sekolah
Struktur Birokrasi Implementasi kebijakan merdeka mandiri
belajar dimulai dari keputusan penerapan
kurikulum oleh kepala sekolah, kemudian

34 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

dilaksanakan oleh guru dan siswa

Faktor implementasi kebijakan George E Edward III jika disandingkan


dengan kebijakan merdeka mandiri belajar diapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 1. Implementasi Kebijakan George E Edward III

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 di atas, maka hasil penelitian dapat dibahas
sebagai berikut:
Merdeka mandiri belajar adalah salah satu bagian dari kurikulum merdeka
belajar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Merdeka mandiri belajar
merupakan kebijakan yang mengharuskan sekolah menerapkan kurikulum merdeka
belajar secara mandiri di sekolah. Artinya, sekolah diberi kewenangan penuh untuk
menentukan kurikulum yang akan digunakan namun tidak mengesampingkan
karakteristik dari kurikulum merdeka itu sendiri. Merdeka belajar pada hakikatnya
adalah siswa bebas mendapatkan sains di sekolah melalui pengalamannya yang
diakui sebagai manusia hingga terbentuk karakter siswa yang memiliki karakteristik
baru (Pangestu & Rochmat, 2021). Di era 4.0 sekarang ini, diharapakan dengan
diterapkannya kurikulu ini, sekolah diharapkan mampu membentuk siswa yang
memiliki daya nalar yang tinggi yang diimbangi dengan karakter yang baik agar
mampu menciptakan berbagai inovasi yang akan mampu bersaing dengan
masyarakat global (Rahmansyah, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian, UPTD SDN Pangilen 3 Sampang yang secara
lokasi yang berada di pedesaan dan belum terpilih menjadi sekolah yang harus
menerapkan kurikulum merdeka secara penuh, saat ini menerapkan kurikulum
merdeka mandiri belajar sesuai perintah dari Kementerian dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Sampang. Kurikulum yang digunakan di UPTD SDN Pangilen 3
Sampang adalah kurikulum 2013. Prinsip merdeka belajar yaitu literasi, numerik
dan karakter pancasila dilaksanakan dengan baik oleh UPTD SDN pangilen 3
Sampang melalui proses pembelajaran dalam kelas ataupun di luar kelas.
Implementasi kurikulum merdeka di kelas dilakukan melalui proses pembelajaran
dengan mengacu pada RPP kurikulum 2013 yang telah disusun oleh guru.
Sedangkan implementasi kurikulum merdeka di luar kelas di lakukan dengan
memberikan bimbingan kepada siswa oleh kepala sekolah ataupun guru-guru yang
lain jika terdapat siswa yang melakukan pelanggaran, bertengkar atau bullying

35 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

sesame teman. Adapun evaluasi implementasi kurikulum merdeka di sekolah


dilakukan setiap kahir semester oleh kelas 5 secara online melalui penggunaan
perangkat komputer. Namun pelaksanaan evaluasi ini, UPTD SDN Pangilen 3
Sampang mengirim siswa kelas 5 ke sekolah lain karena keterbatasan kepemilikan
perangkat komputer dan jaringan internet kurang mendukung.
Faktor implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar di UPTD SDN
Pangilen Sampang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang peneliti ambil dari teori
Goerge E Edward III yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Komunikasi
Faktor komunikasi implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar di
UPTD SDN Pangilen 3 Sampang dilihat dari beberapa faktor berikut:
Pertama, faktor tranformasi: artinya informasi mengenai kebijakan
merdeka mandiri belajar tersampaikan secara utuh kepada sekolah. Kepala
sekolah dan guru menangkap dengan baik dan jelas segala peraturan yang
terdapat dalam kebijakan merdeka mandiri belajar. Trasmini komunikasi
kebijakan proses penerimaan informasi kebijakan dengan baik oleh penerima
kebijakan, yang mana jika komunikasi dilakukan dengan salah
(miskomunikasi) maka isi dari kebijakan tidak akan tersampiakan dengan baik
yang tentu akan berakibat negative terhadap proses pengimplementasian
kebijakan itu sendiri (Edward III, Agustino, 2016, p.137). Transformasi adalah
proses pemberian informasi yang didalamnya dimungkinkan terjadi perubahan
gagasan karena faktor kemampuan sumber daya manusia yang memberikan
dan menerima informasi (Baidowi, 2021, p.95).
Kedua faktor kejelasan informasi, infromasi yang disampaikan oleh
Kemenetrian Pendidkan melalui Dinas Pendidikan Kabupaten dan dilanjutnya
oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru tersampaikan dengan
baik dan memahami informasi proses pelaksanaan merdeka mandiri belajar di
sekolah. Kejelasan isi dari informasi menjadi sangat penting keberadaanya
agar informasi tersampaikan dengan utuh dan tidak membingungkan pelaksana
kebijakan (Edward III, Agustino, 2016, p.137). Berkaitan dengan implementasi
kebijakan, yang menjadi perhatian utama oleh implementator kebijakan adalah
kejelasan langkah pengimplementasian, kepada siapa informasi harus
disampaikan dan kapan waktu pelaksanaan implementasi kebijakan harus
dikerjakan (Baidowi, 2021, p.97).
Ketida faktor konsitensi: informasi yang disampaikan dari pusat kepada
seklah mengenai pelaksanaan kebijakan merdeka mandiri belajar tidak
membingungkan kepala sekolah dan guru selaku penerima utama informasi
merdeka mandiri belajar. Informasi yang disampaikan cukup konsisten dan
jelas dan tidak terjadi perubahan informasi yang signifikan dalam proses
pemberian informasinya. Kekonsistenan isi dari informasi yang akan
dikomunikasikan mepengaruhi hasil dari implementasi kebijakan, oleh sebab
itu informasi yang diberikan tidak boleh berubah yang dapat menimbulkan

36 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

kebingungan pada pelaku kebijakan (Edward III, Agustino, 2016, p.137).


Konsistensi isi informasi yang disampaikan pembuat kebijakan mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri, maka pembuat dan pelaksana
kebijakan perlu melakukan komunikasi yang intens dan secara kontinyu agara
proses pengimplementasian dapat berjalan dengan baik dan tepat (Baidowi,
2021, p.99).
2. Faktor Sumber Daya
Faktor sumber daya implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar di
UPTD SDN Pangilen 3 Sampang dilihat dari beberapa faktor berikut:
Pertama, sumber daya manusia impelementasi kuirkulum merdeka
mandiri belajar di UPTD SDN Pangilen 3 Sampang terdiri dari beberapa
sumber daya manusia berikut: pertama kepala sekolah: kepala sekolah sebagai
pemimpin membuat dua keputusan untuk implemnetasi kebijakan kurikulum
merdeka mandiri belajar yaitu kepala sekolah memutuskan untuk
menggunakan kurikulum 2013 di sekolah dan proses pembelajaran berjalan
secara tatap muka. Keputusan ini dibuat atas dasar sekolah masih belum
termasuk katagori pengimplementasi kurikulum merdeka secara keseluruhan
dan lokasi sekolah yang pedesaan yang tidak memungkinkan pembelajaran
secara online atau daring. Kepala sekolah melakukan peran sebagai pembuat
keputusan, keputusan yang dibuat harus dapat mengikat semua warga sekolah
melalui peraturan-peratuan yang dapat meningkatkan mutu akademik dan non
akademik di sekolah (Anam et al, 2019). Hal yang dapat dilakukan dalam
pembuatan keputusan yaitu mengobservasi masalah pendidikan,
mengumpulkan data terkait dengan masalah, Menyusun rencana perbaikan,
mengidentifikasi masalah sekolah, melakukan musyawarah untuk mengambil
kebijakan, melakukan pendekatan secara interpersonal kepada guru dan
memberikan gagasan yang baik (Murtiningsih & Lian, 2017).
Kedua guru, guru di lingkungan UPTD SDN Pangilen 3 Sampang yag
berjumlah 8 Guru (6 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran) melaksakan proses
pembelajaran sesuai dengan keputusan yang dibuat oleh kepala sekolah yaitu
melaksankan pembelajaran dengan kurikulum 2013 yang dilakukan secara
tatap muka. Kompetensi guru di bidang pembelajaran ditingkatkan melalui
program pelatihan pembelajaran kurikulum merdeka secara daring yang
diwajibkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang yang bekerja sama
dengan Ruang Guru. Kinerja guru dianggap baik jika mampu mencipatakan
lingkungan belajar yang kondusif, mampu memposisikan diirnya sebgai
fasilitator pembelajaran dengan cara menjadi agen perubahan pembelajaran,
perencana pembelajaran, pemimpin kelas serta mampu membimbing dan
membina siswa ke dalam proses pembelajaran (Zein, 2016). Komitmen guru
dalam melaksanakan tugas di sekolah dapat dilakukan dengan mengajar,
mendidik maupun membimbing siswa (Jannah, 2014).
Ketiga siswa: siswa sebagai sasaran utama kebijakan dan keputusan

37 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

kepala sekolah mengenai implementasi kurikulum merdeka mandiri belajar


telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik secara tatap muka di
sekolah. Sementara itu, untuk siswa kelas 5 yang mengikuti evaluasi proses
implementasi kurikulum merdeka setiap semesternya juga memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam memahami penggunaan komputer
(meskipun tidak diajari di sekolah). Hal ini terjadi karena siswa menggap
komputer hamper sama cara penggunaannya dengan Handphone sehingga
guru tidak terlalu kewalahan dalam memberikan arahan kepada siswa tentang
penggunaan perangkat komputer. Melalui belajar kelompok, siswa mampu
membentuk dan membangun sainsnya sendiri, mampu menemukan cara
penyelesaian masalah pembelajaran yang sedang dikerjakan, serta mampu
meningkatkan semangat belajar mereka baik secara individu ataupun
kelompok (Anwar, 2020).
Keempat masyarakat / wali murid: kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang yang notabene di bawah rata-rata dan taraf pendidikan orang tua yang
notabene rendah, secara umum mereka mendukung proses pembelajaran secara
tatap muka dan cenderung tidak tahu tentang kurikulum yang diterapkan. Hal
ini karena orang tua dan masyarakat telah memasrahkan dan percaya penuh
kepada sekolah tentang proses dan kurikulum yang diterapkan di sekolah.
Partisipasi masyarakat dan wali murid di sekolah dapat berupa dukungan dan
motivasi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada proses
perencanaan, implementasi dan evaluasi proses pendidikan di sekolah
(Pakniany et al., 2020). Dengan adanya partisipasi masyarakat dan wali murid
di sekolah, mampu menjadikan sekolah lebih termotivasi untuk meningkatkan
dan mengembangkan mutu proses pendidikan yang terjadi di sekolah ataupun
di masyarakat (Nurhasanah, 2017).
Kedua, sumber daya keuangan: status sekolah yang negeri, tidak
diwajibkan untuk menerima sumbangan dalam bentuk apapun di sekolah,
maka untuk mengimplementasikan kebijakan kurikulum merdeka mandiri
belajar sumber pendaannya bersumber dari dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dari Kementerian Pendidikan Pusat. Pengelolaan keuangan sekolah
dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pendapatan dan
penggunaan dana sekolah untuk kepentingan proses pendidikan dan
pembelajaran tanpa melanggar peraturan penggunaan dana pendidikan serta
pembuatan laporan penggunaan keuangan yang transparan di sekolah
(Syaifullah, 2021). Pengelolaan dana sekolah adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengatr sejauh mana perencanaan penggunaan dana sampai
pada bagaimana pertanggungjawaban dana kepada kepala sekolah (Iskandar,
2019). Manfaat pengelolaan kuangan yang baik: sekolah dapat memenuhi
kebutuan pendidikan, meningkatkan mutu sekolah, mampu memotivasi tenaga
pendidik dan kependidikan untuk terus bekerja sesuai SOP nya, sekolah
mampu secara mandiri mengelola dana yang ada, serta mampu

38 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

memberdayakan warga sekolah dan masyarakat (Komariah, 2018).


Ketiga, sumber daya peralatan: peralatan yang digunakan oleh UPTD
SDN Pangilen 3 Sampang untuk mendukung proses implementasi kurikulum
merdeka mandiri belajar dengan menggunakan media pembelajaran seperti
buku, peralatan kelas, alat tulis kantor, dan media lain di sekolah yang di beli
melalui dana BOS. Peralan pendukung pendidikan dan pembelajaran menajdi
hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan yang utama di sekolah, oleh
karena itu setiap sekolah selalu mengupayakan semaksimal mungkin agar
perlaatan pendidikan tetap ada dan memiliki kualitas yang baik demi
kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran hingga membantu
menciptakan prestasi belajar siswa yang optimal (Zohriah, 2015). Oleh sebab
itu, penggunaan peralatan pembelajaran memiliki pengaruh positif terhadap
prestasi belajar siswa di sekolah, karena pada setiap pengelolaan media
pembelajaran yang dilakukan hal itu mampu meningkatkan motivasi siswa
untuk melajar, dalam hal ini terbukti secara baik terdapat hubungan yang
positif antara media pembelajaran yang dimiliki sekolah dengan motivasi
belajar siswa di kelas (Seprianty, 2018; Jannah & Sontani, 2018).
Keempat, sumber daya informasi: sumber informasi utama kebijakan
merdeka mandiri belajar melalui pengimplementasian Kurikulum 2013 di
UPTD SDN Pangilen 3 Sampang adalah Kementerian Pendidikan pusat dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang. Informasi adalah suatu hal yang
memiliki arti penting bagi sipenerima yang biasa digunakan untuk mengambil
keputusan tentang suatu masalah yang mana informasi yang disampaikan harus
bebas dari kesalahan dan harus mengadung nilai yang akurat, tepat dan sesuai
dengan permasalahan (Maydianto & Ridho, 2021). Informasi juga dapat
diartikan sebagai data yang diolah hingga menjadi suatu bentuk data yang
bermanfaat dan mampu menjelaskan suatu permaslaahan yang memiliki arti
penting bagi penerima informasi untuk memutuskan suatu tindakan yang
relevan (Hasbiyalloh & Jakaria, 2018).
Kelima, sumber daya kewenangan: kewenangan pengimplementasian
kurikulum merdeka mandiri belajar di mulai dari Kementerian Pendidikan
Pusat turun ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang dan diteruskan kepada
pengawas sekolah Sekolah Dasar (SD) yang mana Dinas Pendidikan
menggunakan dua cara komunikasi yaitu dengan menfaatkan group whatsapp
khusus pengawas sekolah dan raoat internal Dinas Pendidikan dengan
pengawas sekolah. Kemudian kewenangan diteruskan kepada kepala sekolah
masing-masing sekolah binaannya dengan memanfaatkan group whatsapp
kepala sekolah dan kunjungan ke sekolah. Setelah itu, kewenangan dilanjutkan
lagi oleh kepala sekolah kepada masing-masing guru untuk
mengimplemnetasikan merdeka mandiri belajar. Orang yang dapat
mengeluarkan perintah dan membuat kebijakan secara formal untuk dipatuhi
oleh bawahannya sering disebut dengan orang pemberi wewenang

39 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

(Kewenangan) (Kaplan, Puasa et al., 2018).


3. Faktor Disposisi
Faktor ini berkaitan dengan kesiapan sekolah dalam
mengimplemnetasikan kebijakan kurikulum merdeka mandiri belajar di UPTD
SDN Pangilen 3 Sampang. Secara keseluruhan kepala sekolah, guru dan siswa
telah melaksanakan kebijakan merdeka mandiri belajar sesuai dengan anjuran
Kementerian Pendidikan serta arahan dan bimbingan Dinas Pendidikan
Kabupaten Sampang dengan tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai
dasar pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Disposisi diartikan sebagai
sikap pelaksana kebijakan untuk menerima kebijakan dengan baik seperti
komitmen, jujur, demokratis terhadap kebijakan dengan harapan jika terdapat
perbedaan sikap penerima kebijakan dengan oembuat kebijakan maka pembuat
dan pelaksana harus menanggung akibat kebijakan tidak akan terimplementasi
dengan efektif (Edward III, Roring, 2021). Karena sikap pelaksana kebijakan
dapat menentukan kelancaran dan ketidaklancaran kebijakan yang sedang
diimplementasikan dan bahkan berakibat ketidaksesuaian implementasi
dengan pembuat kebijakan (Agustino, Yuanita et al., 2022).
Sikap adalah sespon yang ditampilkan oleh tubuh yang terjadi akibat
adanya rangsangan dari luar dengan melibatkan perasaan, perbuatan dan
psikologi seseorang dalam merespon suatu objek hingga objek yang direspon
tersebut dapat diterima dengan baik oleh tubuh dan menimbulkan suatu
tindakan dari seseorang. (Maha & Fitriani, 2022). Sikap posistif seseorang
dalam organisasi berdampak positif pula terhadap rasa peduli yang tinggi
terhadap organisasi, hal ini perlu untuk dilakukan dengan tujuan mengurangi
dampak negative dan kerusakan sistem organisasi untuk membentuk iklim
organisasi yang kondusif secara berkelanjutan (Palupi & Sawitri, 2017).
Fungsi dari sikap itu sendiri sebagai pendorong penyesuaian diri dengan
lingkungan, mengatur sikap dan perilaku, dan mengatur pengalaman diri serta
media untuk menyampaikan kepribadian diri (Ahmadi, Pakpahan, 2017).
4. Faktor Struktur Birokrasi
Keberhasilan implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar secara
struktur birokrasi dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 1. Alur Struktur Birokrasi Implementasi Merdeka Mandiri Belajar

40 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

Keberhasilan implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar secara


struktur birokrasi di mulai dari kepala sekolah sebagai penanggungjawab
keberhasilan kebijakan dan pembuat keputusan penggunaan kurikulum 2013
dan penetapan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka
untuk mendukung mandiri belajar di UPTD SDN Pangilen 3 Sampang.
kemudian, keptusan yang dibuat oleh kepala sekolah tersebut, kemudian
dilaksanakan oleh guru melalui proses pembelajaran dan siswa telah mengikuti
pembelajaran dengan baik sesuai dengan apa yang diberikan oleh guru.
Dengan adanya birokrasi yang baik, seluruh sumber daya manusia di dalam
organisasi dapat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai peran dalam struktur
birokrasi dalam meberikan pelayan yang maksimal, memahami kebutuhan
organisasi, mampu mendesain pola kerja dengan skala prioritas kerja serta
mampu mengembangkan program kerja sesuai dengan karakteristik
organisasinya (Firdaus & Oktisari, 2018).
Para sumber daya manusia yang terdapat dalam tatanan birokrasi
organisasi harus mengerti tugasnya dalam stuktur birokrasi tersebut
diantaranya: melaksanakan tugas administrative untuk menetapkan kebijakan
organisasinya, fungsi penasehat kebijakan kepada organisasi, fungsi artikulasi
kepentingan dengan memebrikan pelayanan yang berfokus pada kepentingan
masyarakat sert fungsi stabilitas politik yang mana pelayanan tidak
mengganggu stabilitas kerja politik (Risnawan, 2017). Selain itu, struktur
birokrasi harus menetapkan standar operasional prosedur kerja sehingga para
pelaksana kebijakan dapat menyemakan persepsi mereka tentang tindakan
yang akan diambil hingga mampu menimbulkan fleksibelitas kerja yang baik
dalam organisasi karena kinerja didasarkan pada kepatuhan terhadap kebijakan
yang ada (Winarno, Maulidia, 2017).
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembasahan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut: pertama, perilaku adalah tindakan yang dipengaruhi oleh
rangsangan. Kedua, profesionalisme adalah orang yang bekerja sesuai profesinya.
Ketiga, kepala sekolah adalah orang yang bertanggungjawab atas pengelolaan
pendidikan di sekolah. Keempat perilaku kepala sekolah adalah tindakan yang
dilakukan berlandaskan pada rangsangan legalitas di sekolah. Kelima,
profesionalisme kepala sekolah adalah orang yang bekerja sesuai Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 40 Tahun 2021. Keenam, perilaku
profesionalisme kepala sekolah, pertama tindakan mengatur kegiatan pembelajaran
di sekolah. Kedua, tindakan pengembangan kewirausahaan sekolah. Ketiga,
tindakan menilai kinerja guru dan tenaga kependidikan. Keempat, tindakan
membimbing dan membina guru. Dampak penelitian, dapat dijadikan acuan literasi
bagi seluruh kepala sekolah yang ada di Indonesia dalam meningkatkan dan

41 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

mengembangkan kualitas kerja di sekolah. Secara garis beras, UPTD SDN Pangilen
3 Sampang telah berhasil mengimplementasikan dan menerapkan karakter
kurikulum merdeka mandiri belajar di sekolahnya. Hal ini sebabkan karena
beberapa faktor dianataranya: pertama faktor komunikasi yang tidak mengalami
perubahan isi kebijakan merdeka mandiri belajar di sekolah, informasi yang terima
sekolah sangat jelas serta tidak membingungkan sekolah. Kedua faktor sumber
daya, dari aspek sumber daya manusia: kepala sekolah telah memutuskan untuk
tetap menggunakan kurikulum 2013 dan pembelajaran secara tatap muka untuk
mengimplementasikan merdeka mandiri belajar. Sedangkan guru telah
melaksanakan pelatihan implementasi kurikulum merdeka dan siswa telah
melakukan pembelajaran secara baik sesuai dengan interuksi kepala sekolah.
Kemudian masyarakat mendukung penuh terhadap keputusan penggunaan
kurikulum 2013 dan pembelajaran tatap muka di sekolah. Dari sumber daya
keuangan, merdeka mandiri belajar di dukung oleh dana pemerintah yaitu melalui
BOS. Sumber daya peralatan, merdeka mandiri belajar menggunakan media
pembelajaran yang disediakan sekolah. Sumber daya informasi, sekolah
memanfaatkan informasi dari Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan
setempat. Sedangkan sumber daya kewenangan, sekolah telah melaksanakan
merdeka mandiri belajar yang di interukasikan oleh Kementerian Kendidikan
kepada Dinas Pendidikan yang disalurkan kepada kepala sekolah dan guru sebagai
pelaksana kebijakan.
Ketiga faktor disposisi, UPTD SDN Pangilen 3 Sampang menerima dan
melaksanakan kebijakan dengan senang hati tanpa mengubah isi kebijakan yang
telah ditetapkan. Keempat faktor struktur birokrasi sekolah terdiri dari kepala
sekolah selaku penanggungjawab dan pembuat keputusan implementasi merdeka
mandiri belajar, guru sebagai pelaksana pembelajaran merdeka mandiri belajar dan
siswa sebagai sasaran utama pelaksanaan kebijakan merdeka mandiri belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo.2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Edisi Revisi, Bandung: Alfabeta.
Anam, M. K., Mustingsih, & Sumarsosno, R. B. (2019). Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Pembuatan Keputusan Di Sekolah Berbasis Pesantren. JAMP:
Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan, 02(02), 49-55.
Anwar, K. (2020). Pelaksanaan Tugas Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Melalui Belajar Kelompok. Rausyan Fikr, 16(02), 76-86
Baidowi, A. (2021). Implementasi Kebijakan Pendidikan: Studi Analisis Terhadap
Tahap Implementasi Kebijkan Charles O. Jones dengan Faktor Pendukung
George E. Edward III. Banyumas: CV Amerta Media.
Disas, E. P. (2017). Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan Dan
Peningkatan Profesi Guru. Jurnal Penelitian Pendidikan, 17(02), 158-166.
Elwijaya, F., Mairina, V., & Gistituati, N. (2021). Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan.

42 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Khusni Alhan1, Sari Nusantara Putri2

Jurnal Riset Tindakan Indonesia, 06(01), 67-71.


Firdaus, & Oktisari, D. (2018). Birokrasi Dan Implementasi Program. Jurnal Ecoment
Global, 03(02), 115-125.
Hasbiyalloh, M. & Jakaria, D. A. (2018). Aplikasi Penjualan Barang Perlengkapan
Hand Phone Di Zildan Cell Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jumantika,
01(01), 61-70.
Iskandar, J. (2019). Implementasi Sistem Manajemen Keuangan Pendidikan. Jurnal
Idaarah, III(01), 114-123
Jannah, W. (2014). Komitmen Guru Dalam Melaksanakan Tugas Di Sekolah Menengah
Atas (SMSA) Kecamatan Rokan IV Koto. Bahana Manajemen
Pendidikan|Jurnal Administrasi Pendidikan, 02(01), 789-796.
Jannah, S. N., & Santoni, U. T. (2018). Sarana dan prasarana pembelajaran sebagai
faktor determinan terhadap motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran, 03(01), 63-70. doi: 10.17509/jpm.v3i1.9457
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. (n.d).
Buku Saku Merdeka Belajar: Prinsip dan Implementasi Pada Jenjang Pendidikan
SMA.
https://repositori.kemdikbud.go.id/20029/1/Buku%20Merdeka%20Belajar%2020
20.pdf, di akses pada tanggal 20 Maret 2023
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
(2022). Tahap Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan. online.
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/07/Tahapan-
Implementasi-Kurikulum-Merdeka.pdf, di akses pada tanggal 20 Maret 2023.
Komariah, N. (2018). Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan. Jurnal Al-Afkar,
VI(01), 67-94.
Maha, S. U., & Fitriani, F. (2022). Hubungan Pengetahuandan Sikap Dengan Perilaku
Pencegahan Covid-19 Terhadap Siswa/I UPTD SPF SMP Negeri 2 Singkil.
Jurnal Jurmakemas, 02(02), 450-458.
Maulidia, F. M. (2017). Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan
Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) (Studi di Puskesmas
Kabupaten Gunungkidul). Jurnal Ilmiah Kesehatan Mediahusada, 06(02), 183-
192.
Maydianto, & Ridho, M. R. (2021).Rancang Bangun Sistem Informasi Point Of Sale
Dengan Framework Codeigniter Pada CV Powershop. Jurnal Comasie, 04(02),
50-59.
Murtinigsih, & Lian, B. (2017). Proses Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah
Terhadap Peningkatan Kinerja Guru SMP. JMKSP: Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, 02(01), 87-96.
Nurhasanah, N. (2017). Peran Masyarakat dalam Lembaga
Pendidikan. FONDATIA, 1(1), 61-67. https://doi.org/10.36088/fondatia.v1i1.87
Pakpahan, D. R. (2017). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku
Masyarakat Pada Bank Syariah Di Wilayah Kelurahan Sei Sikambing. At-

43 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam


Implementasi kebijakan merdeka mandiri belajar:…..

Tawassuth, 03(03), 345-367.


Pakniany, N. S. L., Imron, A., & Degeng, I. N. S. (2020). Peran Serta Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 05(03), 271-278.
Palupi, T., & Sawitri, D. R. (2017). Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pro-
Lingkungan Ditinjau dari Perspektif Theory Of Planned Behavior. Proceeding
Biology Education Conference, 14(01), 214-217.
Pangestu, D. A., & Rochmat, S. (2021). Filosofi Merdeka Belajar Berdasarkan
Perspektif Pendiri Bangsa. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(1), 78-92.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v6i1.1823
Puasa, R. R., Lumolos, J., & Kumayas, N. (2018). Kewenangan Pemerintah Desa
Dalam Peningkatan Perekonomian Di Desa Mahangiang Kecamatan Tagulandang
Kabupaten Kepulauan Sitaro. Eksekutif: Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan,
01(01), 1-10.
Rahayu, R., Rosita R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihatini. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal
Basicedu, 06(04), 6313-6319. Doi: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
Rahmansyah, M. F. (2021). Merdeka Belajar: Upaya Peningkatan Mutu Pembelajaran
Di Sekolah/Madrasah. Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 47-52.
Risnawan, W. (2017). Fungsi Birokrasi dalam Efektivitas Pelayanan Publik. Dinamika:
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 04(01), 156-166.
Roring, A. D., Mantiri, M. S., & Lapian, M. T. (2021). Implementasi Kebijakan
Pemerintah Dalam Penanganan Virus Corona (Covid 19) Di Desa Ongkaw 1
Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Governance,
01(02), 1-11.
Seprianty. (2018). Penggunaan Alat Peraga pada Mata Pelajaran IPA sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 06 Karang Tinggi. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11 (2), 128-134.
Suhartono, O. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Pelaksanaan Pendidikan Di
Masa Pandemi Covid-19. Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
02(01), 8-19.
Suhelayanti. (2019). Analisis Kebijakan Pendidikan. Lentera Indonesian Journal of
Multidisciplinary Islamic Studies, 01(01), 11-26.
Syaifullah M. S. (2021). Manajemen Keuangan Pendidikan. Scolae: Journal of
Pedagogy, 04(01), 11-17.
Yuanita, S. K. S., Yaswinda, & Movitaria, M. A. (2022). Evaluasi Model Cipp Program
Diklat Berjenjang Tingkat Dasar Untuk Meningkatkan Kompetensi Pendidik
Anak Usia Dini Di Kota Payakumbuh. Jurnal Inovasi Penelitian, 02(01), 3427-
3440.
Zein, M. (2016). Peran Guru dalam Pengembangan Pembelajaran. Jurnal Idaarah,
V(02), 275-285.
Zohriah. A. (2015). Analisis Standar Sarana Dan Prasarana. Tarbawi, 01(02), 53-6

44 | Thawalib | Jurnal Kependidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai