Anda di halaman 1dari 7

Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10 (2) (2021) pp.

x-xx
Diterbitkan oleh: Ilmu pengetahuan IOCSCIENCE

Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan


Homepage jurnal: www.iocscience.org/ejournal/index.php/Cendikia

Analisis Pengaruh Filsafat Pendidikan Progresivisme terhadap


Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar – Kampus Merdeka
(MBKM)

ARTICLEINFO ABSTRAK

Sejarah artikel: Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk manusia menjadi
pribadi yang cerdas dan mampu menciptakan sumber daya manusia yang
Diterima Jun 9, 2018 berkualitas untuk menghadapi kehidupan modern saat ini. Kebijakan
Direvisi Nov 20, 2018 Merdeka Belajar Kampus merupakan gagasan untuk mengembangkan
Diterima 11 Jan 2019 pendidikan ke arah yang lebih baik dengan berupaya menjadikan proses
pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih fleksibel. Konsep Merdeka Belajar
Kata kunci: Kampus Merdeka sangat dekat dengan filosofi progresivisme yang
memberikan lebih banyak kebebasan dalam bidang pendidikan dan
Curriculum, Merdeka Belajar menekankan bahwa kurikulum pendidikan tidak terlalu padat. Tujuan
Kampus merdeka (MBKM), penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh falsafah progresif
Aliran Progresivisme pembelajaran terhadap kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mempelajari
literatur yang berkaitan dengan pendidikan dan teori filsafat progresivisme.
Hasil yang diperoleh berupa analisis bahwa falsafah progresivisme erat
kaitannya dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka ditinjau
dari pentingnya kemajuan pendidikan sehingga dapat memberikan manfaat
sebaik-baiknya bagi mahasiswa melalui pengembangan minat dan bakat.
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC .

Penulis yang sesuai:

PERKENALAN
Salah satu upaya untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang cerdas, bertanggung jawab dan
bermoral adalah pendidikan. Pendidikan juga merupakan upaya dan proses untuk membentuk diri peserta
didik seutuhnya sebagai upaya menemukan jati dirinya sebagai manusia yang memiliki akal dan moralitas
serta untuk mencapai kebaikan bersama (Suwandi, 2020). Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 secara implisit berarti bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran terencana yang
dilakukan oleh siswa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada siswa. Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting sehingga dirancang, dilaksanakan dan dikembangkan ke arah yang
gglebih baik dengan memperhatikan potensi pendidik dan peserta didik itu sendiri. Saat ini pendidikan tidak
hanya berpusat pada tenaga pendidik, tetapi sudah mulai berpusat pada peserta didik. Kualitas sumber daya
manusia dalam menyambut Era Big Data sangat mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan
sumber daya manusia yang memiliki keterampilan digital, kreatif dan mampu berinovasi. Inilah peran
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, tugas pemerintah juga
untuk mencoba menyelaraskan pendidikan dengan dunia kerja dan industri, dengan tujuan agar lulusan
perguruan tinggi siap kerja dengan keahlian dan sesuai kebutuhan dunia kerja di lapangan.
Kampus Merdeka atau yang lebih dikenal dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah
kebijakan pendidikan baru yang diterapkan oleh Menteri Nadiem Makarim di tingkat pendidikan tinggi.
MBKM terdiri dari dua konsep, yaitu "Merdeka Belajar" dan "Kampus Merdeka". Kebebasan belajar adalah
kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi. Sedangkan kampus merdeka merupakan kelanjutan dari
program merdeka belajar untuk pendidikan tinggi (Vhalery et al., 2022). Pokok-pokok kebijakan Merdeka

Homepage jurnal: www.iocscience.org/ejournal/index.php/Cendikia


2
❒ ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online)

Belajar Kampus Merdeka atau disingkat MBKM antara lain: (1) pembukaan program studi baru yang diatur
dalam Permendikbud No. 7 Tahun 2020 tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi
Negeri, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Pendidikan Tinggi Swasta, serta Permendikbud No. 5 No
2020 tentang Akreditasi Program Studi dan Pendidikan Tinggi; (2) sistem akreditasi perguruan tinggi yang
diatur dalam Permendikbud No. 5 Tahun 2020 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi; (3)
perguruan tinggi berbadan hukum yang diatur dalam Permendikbud No. 4 Tahun 2020 tentang Perubahan
Perguruan Tinggi Negeri menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dan Permendikbud No 6 Tahun
2020 tentang Penerimaan Mahasiswa Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri; dan (4) hak belajar
tiga semester di luar program studi yang diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi. Salah satu kunci keberhasilan penerapan Kebijakan MBKM adalah menjadikan
proses pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih mandiri dan fleksibel (Baharuddin, 2021).
Tujuan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah mendorong mahasiswa menguasai
berbagai bidang ilmu sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga siap bersaing di dunia global (Baharuddin,
2021; Fatmawati, 2021; Tohir, 2020). Konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas
Nadiem Makarim sebenarnya sejalan dengan konsep yang dipaparkan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini
menekankan prinsip kemandirian pada siswa, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan potensinya untuk berdiri sendiri namun tetap di bawah pengawasan guru dan orang tua agar
nilai potensinya tidak menimbulkan hal-hal negatif. Peran pendidik bukanlah menjadi manusia yang seolah-
olah tahu segalanya, tetapi peran pendidik adalah menjadi fasilitator bagi peserta didik dengan saling
menerima dan berbagi ilmu.
Konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sangat dekat dengan filosofi progresivisme
yang memberikan lebih banyak kebebasan dalam bidang pendidikan. Progresivisme yang dikembangkan oleh
Dewey menekankan kurikulum pendidikan yang tidak terlalu padat. Hal ini telah dikonsepkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan bahwa harus ada pengurangan mata pelajaran di sekolah agar tidak terlalu
banyak dan terlalu ramai. Terlalu banyak mata pelajaran akan berdampak pada tingkat stres siswa (Mualifah,
2013). Progresivisme adalah teori yang muncul sebagai reaksi terhadap pendidikan tradisional yang selalu
menekankan metode pengajaran formal. Pada dasarnya teori ini menekankan beberapa prinsip, antara lain; 1)
Proses pendidikan dimulai dan diakhiri dengan siswa; 2) Peserta didik adalah sesuatu yang aktif, tidak pasif;
3) Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan direktur; 4) Sekolah harus menciptakan iklim yang
kooperatif dan demokratis; 5) Kegiatan belajar lebih fokus pada pemecahan masalah bukan pada bahan ajar
belajar (Yunus, 2016). Aliran prograsivisme mengajarkan bahwa siswa dapat bertahan dalam menghadapi
segala tantangan. Dengan demikian, menghadapi kemajuan zaman di abad ke-21, aliran progresivisme
menyumbangkan pemikirannya dengan konsep-konsep yang harus dikembangkan oleh pembuat kebijakan
dalam hal penerapannya pada kurikulum dalam pendidikan. Dengan memahami dan menerapkan perspektif
filsafat pendidikan progresivisme dan menghubungkannya dengan terobosan kebijakan "Merdeka Belajar"
yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim, diharapkan pendidikan di Indonesia memiliki arah dan
tujuan yang jelas. Selain itu, pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju, lebih berkualitas dan sesuai dengan
harapan seluruh rakyat Indonesia serta sejalan dengan apa yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah
metode studi pustaka. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi diperoleh peneliti
melalui studi dokumentasi dan studi pustaka. Peneliti mencoba menggali dan memberikan argumen terkait
kondisi pendidikan dengan analisis filsafat progresivisme dan hasil analisis tersebut diinterpretasikan dalam
bentuk narasi ilmiah. Literatur dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer
dan sekunder. Sumber primer fokus pada jurnal ilmiah, karena memiliki validitas tinggi, dan sumber
sekunder fokus pada dokumen resmi negara, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan konseptual.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Konsep Merdeka Belajar berfokus pada pembelajaran aktif siswa untuk mendapatkan pengalaman
langsung dari berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat (Kusumawati &; Astuti, 2022). Konsep
ini muncul sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa di masa depan. Kurikulum Merdeka

CENDIKIA, Vol.10, No. 2 September 2021: pp xx-xx


3
Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online) ❒

Belajar Kampus Merdeka yang saat ini diterapkan di Perguruan Tinggi merupakan kebijakan yang
diberlakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. Kebijakan
ini diatur untuk memberikan kebebasan dan kemandirian kepada peserta didik dalam mengembangkan
potensinya dalam memperoleh ilmu pengetahuan namun tetap dalam pengawasan tenaga pendidik.
Implementasi kurikulum merdeka kampus merdeka pembelajaran juga diarahkan untuk memberikan
fleksibilitas kepada perguruan tinggi untuk memperoleh kemudahan birokrasi dalam proses akreditasi atau
percepatan pendidikan tinggi. Kurikulum MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) merupakan
kurikulum pendidikan tinggi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia pada tahun 2019. Kurikulum MBKM bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi lebih luas dan mendalam, serta mampu bersaing secara
global (Kholik et al., 2022).
Dijelaskan melalui Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
bahwa setiap perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Fakta yang
mewakili filosofi pendidikan progresivisme adalah bahwa ia memberikan kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum ke program studi, untuk menghadapi dinamika dan tantangan zaman yang
kompleks dengan cepat dan akurat. Termasuk substansi pembelajaran di kampus merdeka, yang dijelaskan
oleh Learning Handbook Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (2020) bahwa pembelajaran di kampus
merdeka adalah: 1) pertukaran pelajar, 2) praktik kerja, 3) asistensi mengajar di satuan pendidikan, 4)
penelitian, 5) proyek kemanusiaan, 6) kewirausahaan, 7) proyek mandiri, dan 8) KKN tematik atau
pembangunan desa, Tentu saja tujuan pembelajaran menekankan bahwa merdeka belajar kampus bersifat
eksploratif, kontekstual dan terutama berfokus pada upaya penguatan keterampilan mahasiswa.
Implementasi kurikulum MBKM untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi, dengan sistem
pembelajaran pendidikan berbasis OBE (Outcame Based Education) sehingga lulusan fokus pada capaian
pembelajaran yang sejalan dengan disiplin ilmu (Deni Sopiansyah, Siti Masruroh, Qiqi Yuliati Zaqiah, n.d.)
Menurut bahasa, istilah progresivisme berasal dari kata progresif, yang berarti bergerak maju.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai menuju kemajuan;
bertujuan menuju perbaikan sekarang; dan naik level. Dengan demikian, secara singkat, progresif dapat
diartikan sebagai gerakan perubahan menuju perbaikan. Seringkali istilah progresivisme dikaitkan dengan
kata kemajuan, yaitu kemajuan. Ini berarti bahwa progresivisme adalah salah satu aliran yang menginginkan
kemajuan, di mana kemajuan ini akan membawa perubahan. Pendapat lain menyatakan bahwa progresivisme
adalah tren yang menginginkan kemajuan pesat (Muhmidayeli, 2011).
Progresivisme adalah aliran dalam filsafat pendidikan modern. Menurut John S. Brubacher
sebagaimana dikutip dalam (Jalaludin; Idi, 2018) aliran progresivisme mengarah pada filsafat pragmatisme
yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952) yang berfokus pada
aspek praktis kehidupan. Artinya, kedua aliran ini sama-sama menekankan pada memaksimalkan potensi
manusia dalam upaya menghadapi berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Progresivisme menuntut
pendidikan progresif (lanjutan), yang semuanya dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat mengalami
kemajuan (Progress), sehingga manusia akan bertindak dengan kecerdasan sesuai dengan tuntutan dan
lingkungan (Nursikin, 2016). Selain itu, kesamaan ini didasarkan pada keyakinan pragmatisme bahwa pikiran
manusia sangat aktif dan selalu ingin meneliti, tidak pasif dan tidak hanya menerima pandangan tertentu
sebelum terbukti benar secara empiris. Progresivisme adalah aliran pemikiran dalam pendidikan yang
menekankan pengembangan keterampilan praktis dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam konteks kurikulum, aliran progresivisme menekankan pada pengembangan kurikulum
yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan minat peserta didik (Ramadani & Desyandri, 2022).
Progresivisme juga memandang bahwa kurikulum pendidikan tidak terbatas pada pembelajaran berbasis mata
pelajaran, tetapi harus didasarkan pada kebutuhan siswa, pembelajaran harus aktif, eksploratif, kontekstual,
menyenangkan dan dinamis agar kreativitas dan daya siswa tumbuh (Muttaqin, 2017).

DISKUSI
Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kurikulum baru yang diterapkan
di perguruan tinggi di Indonesia. Kurikulum MBKM menekankan pada kebebasan belajar yang lebih besar
bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mengambil mata kuliah yang diminatinya, mengikuti program
perkuliahan yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya, serta mengikuti kegiatan akademik dan non

Penulis Pertama, Artikel Tittle...


4
❒ ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online)

akademik yang relevan (Triyatno, Endang Fauiziati, 2022). Implementasi kurikulum MBKM untuk
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kembangkan rencana pembelajaran yang lebih fleksibel: Dalam kurikulum MBKM, mahasiswa
memiliki kebebasan untuk memilih mata kuliah yang diinginkan dan mengikuti program
perkuliahan yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya. Oleh karena itu, perguruan tinggi
harus mengembangkan lesson plan yang lebih fleksibel agar mahasiswa dapat beradaptasi
dengan kebutuhannya.
2. Memberikan dukungan kepada mahasiswa dalam memilih mata kuliah: Perguruan tinggi
dapat memberikan bantuan dan bimbingan kepada mahasiswa dalam memilih mata kuliah
yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
informasi mengenai program studi yang tersedia, serta mengadakan program bimbingan dan
konseling akademik bagi mahasiswa.
3. Mendorong partisipasi dalam kegiatan akademik dan non-akademik: Kurikulum MBKM
menekankan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan akademik dan non-akademik yang
relevan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi
dalam kegiatan yang dapat meningkatkan pengalaman belajar mereka, seperti seminar,
konferensi, kegiatan pengabdian masyarakat, dan sebagainya.
4. Mengadopsi metode pembelajaran yang inovatif dan interaktif: Kurikulum MBKM
menekankan penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dan interaktif. Perguruan tinggi
dapat mengadopsi berbagai metode pembelajaran seperti diskusi, tanya jawab, simulasi, dan
proyek yang memungkinkan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk memperoleh ilmu dan kebebasan. Kesempatan untuk menimba ilmu diberikan tidak hanya
di dalam kampus itu sendiri tetapi juga berhak memperolehnya dari kampus lain dengan skema yang
ditawarkan seperti pertukaran pelajar, asistensi mengajar, magang/kerja praktek, proyek kemanusiaan,
penelitian/penelitian, community college tematik, kewirausahaan dan proyek mandiri. Skema ini tentunya
akan membuka wawasan mahasiswa untuk lebih luas lagi dan tidak terpaku pada ruang lingkup kampus itu
sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Handbook (Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi., 2020), tujuan umum dari kebijakan kampus merdeka, khususnya di perguruan tinggi,
adalah menguasai disiplin ilmu dan berbagai keterampilan sehingga berguna di masa depan. Tentu saja,
tujuan ini menyiratkan orientasi pendidikan progresif. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang disampaikan
dalam aliran progresivisme dalam filsafat pendidikan. Dari segi pendidikan secara umum, kurikulum sebagai
inti pendidikan tidak hanya diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran yang ditawarkan sebagai jiwa dari
suatu program pendidikan di sekolah, tetapi kurikulum juga mengandung makna yang lebih luas. Oleh karena
itu, para ahli menafsirkan kurikulum dengan penekanan yang berbeda.
Kebijakan Kampus Merdeka sangat dipengaruhi oleh filosofi pendidikan progresivisme, yang
menekankan pentingnya kemajuan dalam pendidikan. Dewey (Yunus, 2016) menjelaskan bahwa
progresivisme adalah aliran filsafat pendidikan yang menginginkan kemajuan pendidikan, sehingga
berkualitas dan modern serta memberikan manfaat nyata bagi siswa dalam menghadapi perkembangan
zaman, guna mengembangkan kapasitas siswa, berdasarkan minat dan bakatnya. Progresivisme adalah
kebutuhan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan pendidikan, karena realitas kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini. Tentu saja, progresivisme meningkatkan peluang demokratisasi di sektor
pendidikan, karena menekankan keterlibatan semua pihak dalam memajukan pendidikan bangsa (Nanggala &
Suryadi, 2020).
Orientasi pendidikan dan pembelajaran yang diinisiasi oleh sekolah filsafat progresivisme adalah
untuk memberikan manfaat sebaik mungkin kepada siswa atau mahasiswi, melalui optimalisasi minat dan
bakatnya. Manfaat dari proses pendidikan dan pembelajaran yang dimaksud tidak hanya untuk diri sendiri,
tetapi juga untuk dunia sosial, sehingga keberadaannya memiliki kontribusi penting dalam terwujudnya
masyarakat adil dan makmur. Tentu saja, progresivisme menekankan pentingnya penguasaan berbagai
keterampilan atau keterampilan yang berguna (pragmatis) bagi mahasiswa atau mahasiswa untuk karir masa
depan. Progresivisme memandang bahwa tujuan pendidikan harus didasarkan pada masa depan, melalui

CENDIKIA, Vol.10, No. 2 September 2021: pp xx-xx


5
Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online) ❒

optimalisasi minat dan bakat siswa, sehingga menjadi modal pengetahuan dan keterampilan untuk
memecahkan masalah yang dinamis dan kompleks, baik masalah pribadi maupun sosial (Nursikin, 2016).
Kampus Merdeka memiliki basis progresivisme yang sangat kuat, karena menginginkan kemerdekaan,
modernisasi dan demokratisasi pendidikan. Tentunya orientasi ini perlu didukung dan diawasi oleh semua
pihak, guna meminimalisir dampak negatif liberalisasi pendidikan di Indonesia dalam praktiknya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dampak negatif ini telah membuat peluang bagi perguruan tinggi, upaya pemenuhan
hak siswa tidak optimal, sehingga melahirkan ketidakadilan. Idealnya realitas progresivisme pendidikan
tinggi di bangsa Indonesia, baik dari segi konsep, kebijakan dan praktik, harus menjadi peluang untuk
memajukan pendidikan nasional, bahkan untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia yang
berkarakter, berdaya saing dan unggul.
Dalam kaitannya dengan konsep Merdeka Belajar, aliran progresivisme ini memiliki kesejajaran
dalam melihat bagaimana pendidikan harus dilakukan. Keduanya menekankan kemandirian dan kebebasan
pelaku pendidikan dalam menggali kemampuan dan potensi berbagai peserta didik secara optimal dan
alamiah. Merdeka Belajar dan filsafat progresivisme sama-sama memandang bahwa peserta didik harus
mandiri dan bebas berkembang secara alami, dan menilai bahwa stimulus terbaik untuk belajar adalah
pengalaman langsung (Faris, 2015). Selain itu, lembaga pendidikan dituntut untuk menjadi laboratorium
dalam pendidikan untuk membina peserta didik agar menjadi dewasa, berani, mandiri dan mampu bekerja
sendiri.
Merdeka Belajar – Kampus Merdeka merupakan bentuk pembelajaran di perguruan tinggi yang
bersifat otonom dan fleksibel sehingga tercipta budaya belajar yang inovatif, tidak membatasi, dan sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa (Hasim, 2020). Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka menekankan
pada pembentukan karakter setiap mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari unsur penilaian karakter yang akan
menentukan kelulusan seorang mahasiswa. Dengan pendidikan karakter mampu memberikan keseimbangan
antara unsur intelektual dalam bidang akademik dengan perkembangan emosional, moral dan spiritual
peserta didik. Salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter yang berkaitan dengan progresivisme adalah
strategi pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme sejalan dengan filosofi progresivisme yang
memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai karakternya, namun tidak
sebebas mungkin. Peran guru harus tetap ada dalam menjaga siswa di jalur yang benar.
Aliran filsafat pendidikan progresif berpengaruh besar terhadap implementasi Merdeka Belajar –
Kampus Merdeka (Irawan et al., 2022). Beberapa pengaruh ini termasuk:
1. Pemberdayaan Mahasiswa
Aliran progresivisme menekankan pengalaman nyata dan pemberdayaan mahasiswa, sehingga
dalam pelaksanaan MBKM, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memilih mata kuliah yang
diinginkan dan fleksibilitas dalam menyelesaikan mata kuliah. Mahasiswa juga diberikan
kesempatan untuk mengambil mata kuliah di luar kampus atau di kampus lain. Hal ini
memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan mengejar
minat dan bakat mereka.
2. Pembelajaran Aktif
Aliran progresivisme juga menekankan pada pembelajaran aktif, dimana siswa menjadi aktor
dalam proses pembelajaran dan diberikan kebebasan untuk mencari solusi atas permasalahan yang
ada. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang diusung oleh kegiatan belajar mengajar,
yaitu problem based learning, creativity, dan experience.
3. Pendidikan Holistik
Aliran progresivisme juga menekankan pendidikan holistik, yang meliputi pengembangan aspek
fisik, intelektual, emosional, dan sosial siswa. Implementasi Kurikulum Kampus Merdeka juga
memiliki fokus yang sama, dimana kurikulum mencakup pembelajaran holistik dan berorientasi
pada pengembangan karakter mahasiswa.
4. Perubahan Sosial
Aliran progresivisme juga menekankan pada perubahan sosial, dimana pendidikan diharapkan
dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat. Implementasi Kurikulum Kampus Merdeka
juga memiliki fokus yang sama, dimana kurikulum mencakup pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

Penulis Pertama, Artikel Tittle...


6
❒ ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online)

Dengan demikian, filsafat pendidikan progresivisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi Kurikulum Kampus Merdeka . MBKM mempromosikan pembelajaran holistik, pemberdayaan
siswa, pembelajaran aktif, dan perubahan sosial, yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipromosikan oleh
aliran progresivisme.

KESIMPULAN
Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka berfokus pada pembangunan karakter mahasiswa.
Penilaian karakter merupakan elemen penting yang mendukung kelulusan siswa. Dengan adanya
penambahan penilaian karakter mampu memberikan keseimbangan antara intelektual di bidang akademik
dengan kondisi emosional dan moral mahasiswa. Keterkaitan antara pendidikan karakter dalam kurikulum
Merdeka Belajar – Kampus Merdeka dengan progresivisme terletak pada strategi pendekatan
konstruktivisme. Poin terpenting dalam aliran progresivisme dan konsep merdeka belajar adalah keduanya
menekankan kemandirian dan kebebasan pelaku pendidikan. Metode pendidikan yang secara maksimal dan
alami menggali beragam kemampuan dan potensi siswa. Falsafah progresivisme menekankan bahwa
kebebasan dan pengembangan potensi peserta didik merupakan hal prinsip untuk memberikan manfaat dan
kemajuan bagi peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Progresivisme menuntut kemandirian
dan kebebasan bagi lembaga pendidikan untuk menggali kecerdasan dan kemampuan peserta didik sesuai
potensi, minat dan kecenderungan setiap peserta didik secara demokratis, fleksibel dan menyenangkan.

Referensi
Aristyasari, Yunita, F. (2019). Mensinergikan Nilai-Nilai Progresif dan Kecerdasan Sosial, Emosional, Spiritual dalam
Pendidikan Islam di Era Digital. Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora , 353, 437–
443. https://doi.org/10.2991/icosihess-19.2019.75.
Baharuddin, M. R. (2021). Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Fokus: Model MBKM Program
Studi). Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 4(1), 195–205.
Deni Sopiansyah, Siti Masruroh, Qiqi Yuliati Zaqiah, M. E. (n.d.). Konsep dan Implementasi Kurikulum MBKM
(Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 34–41.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Faris, F. A. (2015). Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Progressivisme. Jurnal Filsafat, 25(2), 317–
338.
Fatmawati, E. (2021). Dukungan Perpustakaan Dalam Implementasi “Kampus Merdeka Dan Merdeka Belajar.” Jurnal
Pustaka Ilmiah, 6(2), 1076. https://doi.org/10.20961/jpi.v6i2.46682
Hasim, E. (2020). Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi Di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding
Webinar Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo “Pengembangan
Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah Menuju Anak Merdeka Belajar,” 68–74.
Irawan, R., Haryati, T., Amrin, A., & Hidayat, A. G. (2022). Analisis Adaptasi Pelaksanaan MBKM dalam Kurikulum
Perguruan Tinggi Akademik di STKIP Taman Siswa Bima (Telaah Studi pada Prodi PGSD, PJKR dan Pendidikan
Matematika; Hibah Program Bantuan Prodi Menerapkan Kerja Sama Kurikulum MBKM). JIIP - Jurnal Ilmiah
Ilmu Pendidikan, 5(9), 3814–3823. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i9.942
Jalaludin; Idi, A. (2018). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan Edisi Revisi. Rajawali Pers.
Kholik, A., Bisri, H., Lathifah, Z. K., & Kartakusuma, B. (2022). Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu. 6(1), 738–748.
Kusumawati, E., & Astuti, A. D. (2022). Implementasi Merdeka Belajar Bagi Konselor. Nusantara of Research : Jurnal
Hasil-Hasil Penelitian Universitas Nusantara PGRI Kediri, 9(2), 116–124.
https://doi.org/10.29407/nor.v9i2.16701
Mualifah, I. (2013). Progresivisme John Dewey Dan Pendidikan Partisipatif Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 01(01), 102–121.
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Refika Aditama.
Muttaqin, A. (2017). Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam.
DINAMIKA : Jurnal Kajian Pendidikan Dan Keislaman, 1(1), 67–92. https://doi.org/10.32764/dinamika.v1i1.105
Nanggala, A., & Suryadi, K. (2020). Analisis Konsep Kampus Merdeka Dalam Perspektif Aliran Filsafat Pendidikan

CENDIKIA, Vol.10, No. 2 September 2021: pp xx-xx


7
Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 2087-4049 (Cetak), 2808-3644 (Online) ❒

Progresivisme Dan Perenialisme. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(2), 157–167.


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/
article/view/
25434&ved=2ahUKEwic5fep2PHsAhUSeYKHU8fBGQQFjAAegQICRAC&usg=AOvVaw3Tezzh5erg5X3r51Xr
DwtW
Nursikin, M. (2016). Aliran-aliran Filsafat Pendidikan dan Implementasinya dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Islam. Attarbiyah, 1(2), 303–334. https://doi.org/10.18326/attarbiyah.v1i2.303-334
Ramadani, F., & Desyandri. (2022). Konsep Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pandangan Filsafat Progresivisme.
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(2), 1239–1251.
https://journal.unpas.ac.id/index.php/pendas/article/view/6863
Suwandi, S. (2020). Pengembangan Kurikulum Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan
Sastra) Indonesia yang Responsif terhadap Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Kebutuhan
Pembelajaran Abad ke-21Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan Bahasa Indo. Prosiding Seminar Daring
Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2001, 1–12.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://ejournal.unib.ac.id/index.php/
semiba/issue/view/956/
Tohir, M. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Triyatno, Endang Fauiziati, M. (2022). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM PRESPEKTIF
FILSAFAT PROGRESIVISME JOHN DEWEY. 17(2), 17–23.
Vhalery, R., Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Sebuah
Kajian Literatur. Research and Development Journal of Education, 8(1), 185.
https://doi.org/10.30998/rdje.v8i1.11718
Yunus, H. A. (2016). Telaah Aliran Pendidikan Progresivisme Dan Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan.
Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1). https://doi.org/10.31949/jcp.v2i1.319

Penulis Pertama, Artikel Tittle...

Anda mungkin juga menyukai