Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini sudah mulai mendukung konsep revolusi 4.0 untuk

diterapkan dimana pada era ini bukan hanya peluang yang diadakan, tetapi

juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain

seperti pengangguran, kompetisi manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi

yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, setiap masyarakat dituntut untuk mampu

bersaing dalam penyesuaian menjadi SDM yang berkualitas. Dalam

penyesuaian menjadi SDM yang berkualitas, suatu negara membutuhkan

pendidikan. Hal ini dapat diterapkan bagi generasi-generasi milenial. Jika

dikaitkan dengan pendidikan, maka hal yang dapat dilakukan adalah

meningkatkan kemampuan literasi pada peserta didik yang dimana salah satu

bagian dari literasi itu adalah literasi sains.

Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan

ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan

bukti, untuk memahami dan membuat keputusan tentang alam dan perubahan

yang dilakukan melalui aktivitas manusia (Organisation for Economic Co-

operation and Development, 2016)). Literasi sains sangat penting bagi peserta

didik agar pengetahuan sains yang dimiliki tidak hanya digunakan sebagai

suatu konsep tetapi juga mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-hari.

1
2

Data hasil the programme for international student assessment (PISA)

yang dilakukan setiap 3 tahun sekali menunjukkan kemampuan literasi sains

Indonesia dari tahun 2000 sampai 2018 masih termasuk dalam kategori

rendah. Hasil survei ini menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia belum

mampu memahami konsep dan proses sains juga mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Rendahnya kemampuan literasi disebabkan oleh

beberapa faktor seperti kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang

hanya menekankan pada penguasaan konsep bukan pada proses.

(Sutrisna,2021).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa literasi

sains perserta didik masih berada pada ketegori rendah. Beberapa faktor yang

mempengaruhi hal ini adalah rendahnya minat baca perserta didik, evaluasi

pembelajaran yang belum berfokus pada literasi sains (Sutrisna, 2021).

Capaian literasi sains perserta didik yang tergolong rendah diakibatkan oleh

pemilihan metode pembelajaran yang tidak membuat peserta didik

menjalankan proses sains (Fadilah dkk, 2020).

Kondisi ini diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 yang terjadi

diawal tahun maret 2020 membuat sekolah tidak dapat mengadakan

Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Untuk tetap mengadakan proses

pembelajaran pemerintah mengadakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pembelajaran dilakukan secara daring di rumah dengan beberapa kebijakan

baru guna memudahkan peserta didik, orang tua dan guru (Dewi dan Wajdi,

2021). Awal pelaksanaan PJJ memunculkan berbagai tantangan antara lain


3

peserta didik belum terbiasa belajar tanpa bantuan dari guru juga peserta didik

mengalami kesulitan dalam menguasai teknologi yang digunakan dalam

proses pembelajaran (Onyema et al, 2020).

Peserta didik sulit fokus serta merasa bosan dengan pembelajaran

daring. Keterbatasan waktu dan kondisi pembelajaran membuat penyampaian

materi oleh guru tidak dapat berlangsung secara maksimal sehingga perserta

didik kurang dapat menguasai materi yang diajarkan. Bebagai permasalahan

ini menyembabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatan

kesenjangan pembelajaran. Learning loss adalah keadaan dimana peserta

didik kehilangan pengetahuan dan ketermpilan karena kondisi tertantu

sehingga mengakibatkan penurunan peguasaan kompetensi perserta didik

(The education and Development Forum, 2022)

Upaya pemulihan pembelajaran tersebut diatas maka, Menteri

Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem

Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka

Mengajar. Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum

prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,

sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan

kompetensi peserta didik. Kurikulum merdeka belajar diharapkan dapat

mendukung pemulihan kualitas belajar sehingga dapat mengurangi

kesenjangan pembelajaran dan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

perserta didik.
4

Merdeka belajar adalah memberikan kepecayaan kepada guru sehingga

guru dapat merdeka dalam melaksanakan proses pembelajaran (Ainia, 2020).

Perserta didik dan guru dapat lebih nyaman dalam belajar, diskusi yang

dilakukan dapat berlangsung lebih dalam, pembelajaran juga dapat dilakukan

di luar kelas dan persersta didik memiliki kesempatan untuk lebih berani

mengemukakan pendapatnya. Penerapan kurikulum merdeka membuat proses

belajar mengajar lebih relevan dan interaktif dimana dalam proses belajar

mengajar akan berbasis proyek yang memberikan banyak kesempatan kepada

peserta didik lebih aktif menggali informasi faktual.

Mulai Tahun ajaran 2022/2023, satuan pendidikan dapat memilih untuk

menerapkan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-masing sekolah.

Sekolah diberikan tiga pilihan untuk penerapan kurikulum merdeka belajar.

Pertama menerapkan prinsip kurikulum merdeka dengan tidak menganti

kurikulum sebelumnya. Kedua, sekolah dapat menggunakan kurikulum

merdeka belajar dengan mengunakan sarana yang sudah disiapkan. Ketiga,

dalam pelaksanaan kurikulum merdeka belajar sekolah dapat

mengembangkan sendiri perangkat belajar.

Adanya pengantian kurikulum mengakibatkan terjadi perombakan pada

setiap bagian perangkat pembelajaran yang menyesuaikan dengan kurikulum,

salah satunya buku teks pembelajaran. Buku teks merupakan salah satu bahan

ajar yang penting dalam mendukung proses pembelajaran. Mengingat

pentingnya penguasaan kemampuan literasi sains oleh peserta didik, maka

penggunaan bahan ajar yang mampu menyediakan konten literasi sains yang
5

proporsional menjadi poin penting bagi guru dalam memilih buku teks

(Marisa dkk, 2020). Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Analsis Literasi Sains pada Buku Teks Pelajaran Kimia

Kelas X Kurikulum Merdeka Belajar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai pengetahuan

pada buku teks kimia kelas X kurikulum Merdeka Belajar?

2. Bagaimana ruang lingkup literasi sains sebagai penyelidikan hakikat sains

pada buku teks kimia kelas X kurikulum merdeka belajar?

3. Bagaimana ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai cara berpikir

pada buku teks kimia kelas X kurikulum merdeka belajar?

4. Bagaimana ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai interaksi sains

teknologi dan masyarakat pada buku teks kimia kelas X kurikulum

merdeka belajar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai pengetahuan

pada buku teks kimia kelas X kurikulum merdeka belajar.

2. Mengetahui ruang lingkup literasi sains sebagai penyelidikan hakikat

sains pada buku teks kimia kelas X kurikulum merdeka belajar.


6

3. Mengetahui ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai cara berpikir

pada buku teks kimia kelas X kurikulum merdeka belajar.

4. Mengetahui ruang lingkup literasi sains aspek sains sebagai interaksi sains

teknologi dan masyarakat pada buku teks kimia kelas X kurikulum

merdeka belajar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

bagaimana literasi sains dalam buku kimia Sekolah Menengah Atas

(SMA) kelas X pada kurikulum medeka belajar.

2. Bagi perserta didik, hasil penelitian ini dapat meberikan informasi kepada

perserta didik mengenai buku dan akan memberikan kemudahan dalam

memahami dan menerapkan pembelajaran.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk

pengembangan dalam buku pelajaran selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai