BAB I
PENDAHULUAN
yang ada (Daryanto, 2009: 1). Hal tersebut dimaksudkan dengan memasukkan
kegiatan membaca dalam pembelajaran.
Materi fisika merupakan materi yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga guru dituntut mampu menjelaskan konsep tersebut kedalam
bentuk nyata. Materi tekanan merupakan salah satu materi yang terkesan abstrak
bagi siswa, banyak siswa yang belum bisa metransfer materi tersebut dalam
bentuk yang konkret. Sehingga pada akhirnya banyak siswa yang malas belajar
fisika karena terlalu banyak rumus untuk aplikasinya. Jika hanya dengan
menggunakan metode ceramah akan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan.
Harus ada metode lain yang dilakukan guru untuk mengubah mindset siswa.
Masalah utama siswa adalah siswa kesulitan mempelajari fisika terutama
memahami konsep-konsep fisika dan mengakibatkan siswa malas membaca buku
fisika karena menurut mereka fisika itu sulit dan tidak menarik. Masih banyak
guru yang tidak menggunakan perkembangan teknologi khususnya menggunakan
media dalam pembelajaran fisika, guru masih menggunakan metode ceramah dan
hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar. Dan berdasarkan pengalaman
pribadi saya dan pengalaman saya magang disekolah banyak sekali siswa yang
tidak menyukai pelajaran fisika, bias dikatakan hanya 30% siswa yang menyukai
fisika dan menguasai pelajaran fisika. Hal ini juga tampak dari hasil belajar siswa
masih banyak nilai fisikanya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan
dari hasil Ujian Nasional mata pelajaran fisika masih tergolong rendah.
Media merupakan sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan
pesan (Sanaky 2013). Media menjadi sarana penghubung dan komunikasi yang
baik antara dua belak pihak dan digunakan semua kalangan masyarakat. Media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Tujuan media pembelajaran sebagai alat
bantu pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas,
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, dan membantu konsentrasi siswa
dalam proses pembelajaran.
Kerumitan bahan ajar yang disampaikan semakin membuat siswa kurang
tertarik untuk membaca buku pelajaran termasuk buku fisika. Siswa cenderung
3
tertarik membaca buku cerita bergambar (seperti komik) dibanding buku pelajaran
biasa, dikarenakan cerita bergambar (komik) memiliki alur cerita yang runtut dan
teratur memudahkan untuk diingat kembali. Dari sinilah muncul gagasan untuk
menggabungkan antara daya tarik komik, diantaranya penampilannya menarik,
alurnya runtut dan mudah dipahami, dengan buku pelajaran yang cenderung
textbook sehingga siswa tertarik untuk membacanya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas ada satu pendekatan pembelajaran
yang bisa digunakan dalam media komik fisika ini, yaitu pendekatan saintifik.
Dengan demikian, cara pembelajaran fisika juga akan lebih mudah dimengerti.
Adapun cara pembelajaran fisika dengan pendekatan saintifik dapat dilakukan
dengan proses mengamati, pengamatan dapat dilakukan dengan mengamati
langsung peristiwa atau objek yang ada disekitar sekolah, namun pengamatan juga
dapat dilakukan dengan pemutaran video, gambar melalui power point atau media
yang lain. Menanyakan, guru harus memberikan rangsangan atau pancingan agar
muncul pertanyaan dari peserta didik agar tidak pasif. Melakukan eksperimen atau
eksplorasi, peserta didik dituntut untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
dibuat dengan merancang sendiri percobaan agar kreativitas peserta didik dapat
muncul mengasosiasi atau mengolah data, hasil eksperimen harus diolah datanya
dan dari hasil pengolahan data akan muncul kesimpulan. Dari kesimpulan inilah
peserta didik dapat mengetahui kebenaran hipotesisnya. Mengomunikasikan,
peserta didik harus mampu menuangkan hasil komunikasi dalam bentuk tulisan
ilmiah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dyah Rina, dkk bahwa
Berdasarkan hasil validasi komik fisika yang dilakukan oleh ahli materi dan
kontruksi diperoleh skor akhir rata-rata 3,54 yang berarti bahwa komik fisika ini
layak digunakan. Sedangkan untuk uji keterbacaan siswa diperoleh presentase
82,03 % yang menunjukkan keterbacaaan dan ketertarikan siswa terhadap komik
fisika ini. Dapat disimpulkan bahwa komik fisika pokok bahasan gaya untuk
SMP/MTs kelas VIII ini telah valid dan layak digunakan sebagai media
pembelajaran untuk kelas VIII. Dalam penelitian Irwandani, dkk (2016), Adapun
simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, Media pembelajaran berbantu
4