MAKALAH
DINAMIKA KRISTAL
Disusun Oleh:
Kelompok 1
FISIKA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Khususnya kepada Bapak Prof. Dr.
Nurdin Bukit, M.Si, selaku dosen mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat dan kepada teman-teman
semua yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, baik berupa materi maupun ide dan sehingga makalah ini dapat
mencakup semua pokok pembahasan.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Getaran atom dalam Kristal tak begitu banyak pada suhu rendah, gelombang
getaran atom harus dipandang seperti fonon, agar dapat diterangkan hasil pengukuran perubahan
kapasitas kalor terhadap suhu pada suhu rendah. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah
sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal. Ditinjau dari
panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom dalam kristal,
dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang panjang. Disebut
pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki panjang gelombang
yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal
sebagai tersusun oleh atom-atom yang diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan
kisi diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak
antar atom, kisi akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang.
Oleh karena itu, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan kisi malar.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Dalam bab yang lalu, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh atom-atom yang
“diam” pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam , tetapi
bergetar pada posisi kesetim bangannya. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai
akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dim iliki atom-atom pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.
Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom
dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang
panjang. Disebut pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki
panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan ini,
gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atom-atom yang diskrit; sehingga
pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang
yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi akan “nampak” malar
(kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini sering
Zat padat tersusun dari atom-atom yang terpisah dan pisahan ini harus di perhitungkan
dalam dinamika kisi ketika panjang gelombang zat padat dapat diberlakukan dalam medium
5
Dalam pendekatan gelombang panjang, tinjau sebuah batang berpenampang A dengan
rapat massa ρ, yang dirambati gelombang mekanik ke arah memanjang batang x. Pada setiap
titik x dalam batang terjadi perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya tegangan σ(x)
Gambar 2.1
𝑑𝑢
∈= (2.1)
𝑑𝑥
𝜎=𝐸∈ (2.2)
Dengan E menyatakan Modulus elastik atau Modulus Young. Selanjutnya, menurut hukum
kedua Newton, tegangan yang bekerja pada elemen batang dx menghasilkan gaya sebesar :
akan menyebabkan massa elemen batang tersebut (𝜌𝐴𝑑𝑥) mendapatkan percepatan sebesar
𝜕 2𝑢
𝜕𝑡 2
Sehingga
6
𝜕 2𝑢
𝜌𝐴𝑑𝑥 2 = 𝐴{𝜎(𝑥 + 𝑑𝑥) − 𝜎(𝑥)} (2.4)
𝜕𝑡
𝜕𝜎 𝜕𝜀
= 𝑑𝑥 = 𝐸 𝑑𝑥
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕 𝑑𝑢 𝜕 2𝑢
=𝐸 ( ) 𝑑𝑥 = 𝐸 2 𝑑𝑥 (2.5)
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑥
𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
𝜌𝐴𝑑𝑥 = 𝐸 𝑑𝑥. 𝐴
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2
𝜕 2𝑢 𝜌 𝜕 2𝑢
=( ) 2 (2.6)
𝜕𝑥 2 𝐸 𝜕𝑡
yaitu persamaan gelombang elastik. Dan bila dibandingkan dengan persamaan gelombang
umum :
𝜕 2𝑢 1 𝜕 2𝑢
= ( )
𝜕𝑥 2 𝑣𝑠2 𝜕𝑡 2
𝐸 1/2
𝑣𝑠 = ( ) (2.7)
𝜌
Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum pada zat
padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus Young. Karena
7
perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik maka gelombang yang
perambatan suara dalam padatan merupakan gejala gelombang elastis. Spektrum frekuensi
Debye yang dinyatakan pada persamaan (3.1) sering disebut spektrum phonon. Phonon adalah
kuantum energi elastik analog dengan photon yang merupakan kuantum energi
elektromagnetik.
3Nhf
E 3NE hfE / k T E (3.1)
e B 1
Gelombang elastik pada zat padat ini dapat disebabkan baik oleh gelombang mekanik
dapat menyebabkan getaran kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket energi getaran kisi disebut
fonon. Fonon dapat dipandang sebagai “kuasi partikel” seperti halnya foton pada gelombang
rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap sebagai aliran fonon.
GELOMBANG PARTIKEL
8
Gelombang elektron kolektif Plasmon
Sebuah fonon dari vektor gelombang K akan berinteraksi dengan foton neutron,
Alasan bahwa fonon dalam satu kisi tidak membawa momentum adalah bahwa
koordinat fonon melibatkan koordinat relatif dari atom. Sehingga dalam molekul H2
koordinat getaran molekul terletak di r1-r2, yang merupakan koordinat relatif dan tidak
membawa momentum linier, koordinat pusat massa ½ (r1 + r2) sesuai dengan mode K = 0
d
p M u s (3.2)
dt
du
M 1 exp iNKa
du
p M exp isKa
dt
(3.3)
dt s 1 expiKa
N 1
1 x
s
xs
s 0 1 x
(3.4)
9
2r
Telah ditemukan bahwa nilai, K dimana r adalah integer. Sehingga
Na
du
p M exp isKa 0 (3.5)
dt s
Semua sama, untuk tujuan praktik fonon bertindak seolah-olah momentum adalah
K , dimana hal ini disebut momentum kristal. Dalam kristal terdapat aturan seleksi vektor
gelombang untuk memperbolehkan transisi antara keadaan kuantum. Hamburan elastis dari
foton sinar x oleh kristal diatur oleh aturan seleksi vektor gelombang.
k' k G (3.6)
Dimana G adalah vektor dalam kisi timbal balik, k adalah vektor gelombang dari
foton yang diamati, dan k’ adalah vektor gelombang dari foton tersebar. Dalam proses
refleksi kristal semua akan mengalami momentum G , tetapi ini jarang dianggap secara
eksplisit.
Gelombang vektor total yang merupakan interaksi gelombang bersifat kekal dalam
kisi periodik, dengan penambahan yang mungkin dari vektor kisi resiprokal G. Momentum
Jika hamburan foton bersifat inelastis, dengan membuat fonon dari vektor
k ' K k G
10
k' k K G (3.7)
Hubungan dispersi fonon sering dijelaskan dengan hamburan tak elastik dari
neutron dengan emisi atau absorpsi proton. Lebar sudut dari berkas neutron yang tersebar
Sebuah neutron berada pada kisi kristal akibat interaksi inti atom. Hamburan
kinematik neutron pada kisi kristal menggambarkan aturan seleksi vektor gelombang
secara umum.
k G k ' K (3.8)
yang dilepas (+) atau diserap (-) dalam suatu proses, dan G adalah vektor kisi resiprokal.
p2
Energi kinetik interaksi neutron adalah , dimana M n adalah massa neutron.
2M n
Momentum p diberikan oleh k , dimana k adalah vektor gelombang dari neutron. Energi
2k 2
kinetik dari interaksi neutron adalah . Jika k’ adalah vektor gelombang dari hasil
2M n
2 k '2
interaksi neutron, maka energinya adalah . Persamaan konservasi energi adalah
2M n
2 k 2 2 k '2
(3.9)
2M n 2M n
11
dimana adalah energi fonon yang dilepaskan (+) atau diserap (-) selama proses
berlangsung.
Perhatikan kisi eka-atom (hanya tersusun oleh satu jenis atom) satu dimensi seperti
ditunjukkan oleh gambar 2.5. Pada keadaan seimbang atom-atom secara rata-rata menduduk
ititik kisi. Kemudian, atom-atom akan menyimpang dengan simpangan sebesar ….un-1, un, un
+1, ............dst.
Gambar 4.1. Kisi eka-atom satu dimensi dalam keadaan seimbang (atas) dan
dirambati gelombang longitudinal (bawah).
Menurut hukum kedua Newton, persamaan gerak atom ke-n dapat diungkapkan
sebagai berikut :
𝐹𝑠 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 − 𝑢𝑛 ) + (𝑢𝑛−1 − 𝑢𝑛 )
𝑑2 𝑢𝑛
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 ) (4.1)
𝑑𝑡 2
m massa atom, C tetapan elastik ikatan antar atom (semacam tetapan pegas), dan t
menyatakan waktu. Terhadap persamaan gerak itu dapat diambil penyelesaian berbentuk :
12
𝑢𝑛 = 𝐴𝑒 (𝑖𝑞𝑥𝑛) (4.2)
A amplitudo dan xn adalah posisi atom ke-n terhadap pusat-pusat koordinat sembarang dan
dapat dituliskan :
𝑥𝑛 = 𝑛𝑎
n bilangan bulat dan a tetapan kisi. Masukkan solusi (4.2) ke dalam persamaan gerak (4.1),
𝑑 2 𝑢𝑛
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 )
𝑑𝑡 2
𝑑2 (𝐴𝑒 [𝑖(𝑞𝑎𝑛−𝜔𝑡)] )
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 )
𝑑𝑡 2
dimana,
maka,
sehingga,
13
−𝑚𝜔2 = 𝐶 (2 cos 𝑞𝑎 − 2)
2𝐶
𝜔2 = (1-cos 𝑞𝑎)
𝑚
Turunkan ,
cos 2𝑎 = 1 − 2𝑠𝑖𝑛2 𝑎
jadi,
2𝐶 1
𝜔2 = (1 − (1 − 2𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎)
𝑚 2
2𝐶 1
𝜔2 = (2𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎)
𝑚 2
4𝐶 𝑞𝑎
𝜔2 = 𝑠𝑖𝑛2
𝑚 2
𝑐 1 𝑞𝑎
𝜔 = 2 ( ) ⁄2 sin( )
𝑚 2
Diperoleh solusi 𝜔 :
𝑞𝑎
𝜔 = 𝜔𝑚 sin( ) (4.6)
2
Dengan,
𝑐 1
𝜔𝑚 = 2 ( ) ⁄2
𝑚
Hasil (4.6) menyatakan hubungan antara ω dan q, jadi jelas bahwa persamaan
tersebut menyatakan hubungan dispersi yang dalam kasus ini berbentuk/bersifat sinusoida.
Dalam pembahasan di atas secara implisit telah digunakan pendekatan gelombang pendek,
14
karena medium “tampak” sebagai deretan atom-atom diskrit. Dari hasil dapat dikatakan
bahwa untuk kisi diskrit atau pendekatan gelombang pendek, hubungan dispersinya
Kisi dwi atom 1 dimensi merupakan kisi yang tersusun oleh dua atom dengan massa
berbeda yang diperlihatkan dalam satu dimensi. Massa M1 bisa dianggap berada pada titik kisi
sedangkan massa 2 atau M2 berada pada titik tengah suatu sel satuan. Sehingga simpangan
akibat adanya getaran yang menyebabkan atom-atom ini bergerak dapat terukur dalam jangka
15
Gambar 5.1: posisi atom pada sel primitive yang tersusun atas 2 atom, (a) posisi
atom setimbang, (b) perpindahan kontinyu
Gambar di atas menunjukkan apabila kisi dirambati gelombang maka atom-atom akan
menyimpang sejauh …𝑈𝑛−1 , 𝑢𝑛 , 𝑢𝑛+1 dan seterusnya. Kita dapat menganggap atom-atom
yang berdekatan atau tetangga terdekat akan dipengaruhi oleh potensial tetangganya masing-
masing sehingga Energi potensial yang dialami oleh atom-atom dapat digambarkan secara
matematis,yaitu:
1 1
𝐸𝑃 = 𝐾 ∑(𝑢𝑛 − 𝑢𝑛 )2 + 𝐾 ∑(𝑢𝑛 − 𝑢𝑛+1 )2 (5.1)
2 2
𝑛 𝑛
Untuk mempermudah perhitungan kita dapat menganggap atom dengan massa lebih kecil(m)
bernomor ganjil sedangkan atom bermassa lebih besar (M) bernomor genap maka
Gambar 5.2
Dari gambar diatas terlihat bahwa atom-atom baik itu atom bermassa kecil maupun
16
Sesuai dengan hokum II Newton
𝑑2𝑈
𝐹 = 𝑚. 𝑎 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑎 = 2
𝑑𝑡
𝐹 = −𝑘𝑢 (5.2)
Namun, karena massa dan pergerakan kedua atom ini berbeda sehingga kita harus
Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih besar (M) atau atom bernomor ganjil.
𝑑 2 𝑈2𝑟+1
𝑚 = 𝑘(𝑢2𝑟+2 + 𝑢2𝑟 − 2𝑢2𝑟+1 ) (5.3)
𝑑𝑡 2
Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih kecil (m) atau atom bernomor genap
𝑑 2 𝑈2𝑟
𝑚 = 𝑘(𝑢2𝑟+1 + 𝑢2𝑟−1 − 2𝑢𝑟 ) (5.4)
𝑑𝑡 2
Dengan adanya persamaan posisi ini maka kita harus mampumenyatakan persamaan
17
(2𝑐 − 𝑀𝜔2 ) −(2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎) 𝐴1
[ ][ ] = 0 (5.9)
−2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎 2𝑐 − 𝑚𝜔2 𝐴2
Persamaan ini akan bernilai tidaknoljika determinan matriks di atas sama dengan nol.
Jadi,
2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) ± 𝑐[( + ) − ] (5.10)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚
2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) + 𝑐[( + ) − ] (5.11)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚
Persamaan ini disebut persamaan frekuensi cabang optic karena apabila dihitung, frekuensi
2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) − 𝑐[( + ) − ] (5.12)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚
18
Persamaan kedua ini disebut persamaan gelombang frekuensi cabang akustik karena
karakteristiknya mirip seperti gelombang bunyi yang mana apabila 𝜔 meningkat maka q juga
Berikut pola gerakan atom akibat getaran yang terjadi di lihat dari Amplitudo baik itu
Amplitudo atom bernomor ganjil maupun genap. Yang didapat dari persamaan berikut
Gambar 5.3. Dapat dilihat pada gambar bahwa cabang akustik untuk 𝐴1 dan 𝐴2 sefase sedangkan
untuk cabang optic tidak sefase
19
Jika kita lihat dari gambar 5.4 bahwa daerah antara 𝜔1dan 𝜔1 disebut celah frekuensi yaitu
𝜋 𝜋
daerah dengan interval – 2𝑎 < 𝑞 < 2𝑎 karena pada interval ini tidak ada gelombang maka kisi
dwi atomik tidak merambatkan gelombang tetapi meredamnya. Hal ini memungkinkan kisi
menjadi tapis lolos yakni mampu meredam maupun merambatkan frekuensi tertentu.
fisikawan Perancis. Dalam matematika dan fisika zat padat, zona Brillouin adalah sel satuan
primitif dalam kisi resiprok. Batas-batas sel ini diberikan oleh bidang yang berhubungan
dengan titik pada kisi resiprokal. Sebuah zona Brillouin didefinisikan sebagai sel Wigner-
Seitz di kisi resiprokal. Garis yang menghubungkan titik asal kisi ke titik-titik kisi tetangga
sekarang merupakan vektor kisi resiprokal G (Gambar 6.1). Daerah terkecil yang ditutupi oleh
20
Ada juga zona Brillouin kedua, ketiga, dll, , berhubungan dengan rangkaian daerah
yang memisah (semua dengan volume yang sama) untuk meningkatkan jarak terdekat dari
asal, tetapi ini lebih jarang digunakan. Sehingga, zona Brillouin pertama sering disebut
sebagai zona Brillouin saja (Secara umum, zona Brillouin-n terdiri dari himpunan titik-titik
yang dapat dihubungkan dari asal dengan melintasi n-1 bidang Bragg yang berbeda). Sebuah
konsep yang terkait bahwa dari zona Brillouin dapat diminimalkan, yang merupakan zona
Brillouin pertama dikurangi dengan semua simetri dalam kelompok titik kisi.
Zona Brillouin juga dikatakan sebagai representasi tiga dimensi dari nilai k, k
adalah vektor bilangan gelombang yang searah dengan rambatan gelombang. Nilai kritis
bilangan gelombang k tergantung dari sudut antara datangnya elektron dengan bidang
kristal, θ. Oleh karena itu dalam kristal tiga dimensi kkritis tergantung dari arah gerakan
elektron relatif terhadap kisi kristal, dan kemungkinan adanya susunan bidang kristal yang
𝑛𝜋
berbeda. Jika jarak antar ion dalam padatan adalah 𝑎, maka dari persamaan |𝑘| = 𝑑 sin 𝜃 ≡
±𝑘, kita dapatkan nilai kritis bilangan gelombang untuk kasus satu dimensi adalah
𝑛𝜋
𝑘𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = dengan 𝑛 = ±1, ±2, ±3 … (6.1)
𝑎
Daerah antara –k1 dan +k1 disebut zona Brillouin pertama. Gambar 6.2 memperlihatkan
21
Gambar 6.2. Gambaran satu dimensi Zona Brillouin pertama.
Pada kasus dua dimensi kita melihat gambaran nilai-nilai batas k pada sumbu
koordinat x-y pada Gambar 6.3. Karena baik bidang vertikal maupun horizontal dapat
𝜋
𝑘𝑥 𝑛1 + 𝑘𝑦 𝑛2 = (𝑛 2 + 𝑛2 2 ) (6.2)
𝑎 1
Pada kasus tiga dimensi, kita melihat satu contoh Zona Brillouin untuk kisi kristal
22
𝜋
𝑘𝑥 𝑛1 + 𝑘𝑦 𝑛2 + 𝑘𝑧 𝑛3 = (𝑛1 2 + 𝑛2 2 + 𝑛3 2 ) (6.3)
𝑎
Gambar 6.4. memperlihatkan gambaran tiga dimensi zona Brillouin pertama pada kisi
Untuk BCC, kisi resiproknya adalah kisi FCC. Bekerja pada garis yang sama dapat
ditemukan bahwa kisi resiprokal dari kisi bcc adalah kisi yang face-centred dan sesuai zona
23
Gambar Zona Brillouin BCC
Untuk FCC, kisi resiproknya adalah kisi BCC. Kisi resiprokal dari kisi fcc adalah
kisi yang body-centred dan sesuai zona Brillouin pertama adalah segi delapan.
24
Gambar . Zona Brillouin FCC
25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Vibrasi kristal dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya dalam vibrasi kristal terdapat
Gelombang Elastik dan Fonon. Vibrasi fonon adalah vibrasi atom secara kolektif pada suatu
struktur kristal. Vibrasi ini memiliki frekuensi karakteristik dan arah rambat getaran ini bergantung
pada struktur kristal yang ditinjau. Fonon dapat ditemui dalam sistem kristal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kittel, C. 1996. Introduction to Solid State Physics Seventh Editio. United States Of America:
Parno. 1999. Pendahuluan Fisika Zat Padat: Dinamika Kisi. Diakses melalui
http://elearning.unsri.ac.id/
Sudaryatno, S dan Ning Utari S. 2012. Mengenal Sifat Material. Bandung: Darpublic.
cn.org/Solid%20State%20Physics/Ch24.html \
27