Anda di halaman 1dari 27

Tugas Rutin

Pengantar Fisika Zat Padat

MAKALAH

DINAMIKA KRISTAL

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Dina Alfariza Nst (4181240002)

Arya Wahyudi (4181240003)

August F A C L.Tobing (4183240009)

Yuni Kartika Hutahaean (4183240005)

Indriani Sakdiyah (4211418001)

FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Khususnya kepada Bapak Prof. Dr.
Nurdin Bukit, M.Si, selaku dosen mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat dan kepada teman-teman
semua yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, baik berupa materi maupun ide dan sehingga makalah ini dapat
mencakup semua pokok pembahasan.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Maret 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 26

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Getaran atom dalam Kristal tak begitu banyak pada suhu rendah, gelombang
getaran atom harus dipandang seperti fonon, agar dapat diterangkan hasil pengukuran perubahan
kapasitas kalor terhadap suhu pada suhu rendah. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah
sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal. Ditinjau dari
panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom dalam kristal,
dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang panjang. Disebut
pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki panjang gelombang
yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal
sebagai tersusun oleh atom-atom yang diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan
kisi diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak
antar atom, kisi akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang.
Oleh karena itu, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan kisi malar.

1.2.Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan gelombang pendekatan pada kisi Kristal?


b. Bagaimana menentukan getaran Kristal monoatomic dan dwiatomik
c. Bagaimana menentukan permasaan vibrasi dari Kristal diatomic?

1.3.Tujuan

a. Untuk mengetahui gelombang pada pendekatan kisi Kristal


b. Untuk mengetahui getaran Kristal yang berbasis monoatomic dan dwiatomik
c. Untuk mengetahui vibrasi dari Kristal diatomic

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Dalam bab yang lalu, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh atom-atom yang

“diam” pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam , tetapi

bergetar pada posisi kesetim bangannya. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai

akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dim iliki atom-atom pada suhu tersebut.

Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.

Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom

dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang

panjang. Disebut pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki

panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan ini,

gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atom-atom yang diskrit; sehingga

pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang

yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi akan “nampak” malar

(kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini sering

disebut sebagai pendekatan kisi malar.

2.2 Gelombang Elastik

Zat padat tersusun dari atom-atom yang terpisah dan pisahan ini harus di perhitungkan

dalam dinamika kisi ketika panjang gelombang zat padat dapat diberlakukan dalam medium

tak hingga. Dinamika seperti ini dinamakan gelombang elastik.

5
Dalam pendekatan gelombang panjang, tinjau sebuah batang berpenampang A dengan

rapat massa ρ, yang dirambati gelombang mekanik ke arah memanjang batang x. Pada setiap

titik x dalam batang terjadi perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya tegangan σ(x)

dari gelombang, lihat gambar

Gambar 2.1

Dapat dituliskan regangan pada batang :

𝑑𝑢
∈= (2.1)
𝑑𝑥

karena tegangan σ yang memenuhi hukum Hooke sebagai berikut :

𝜎=𝐸∈ (2.2)

Dengan E menyatakan Modulus elastik atau Modulus Young. Selanjutnya, menurut hukum

kedua Newton, tegangan yang bekerja pada elemen batang dx menghasilkan gaya sebesar :

𝐹 = 𝐴{𝜎(𝑥 + 𝑑𝑥) − 𝜎(𝑥)} (2.3)

akan menyebabkan massa elemen batang tersebut (𝜌𝐴𝑑𝑥) mendapatkan percepatan sebesar

𝜕 2𝑢
𝜕𝑡 2

Sehingga

6
𝜕 2𝑢
𝜌𝐴𝑑𝑥 2 = 𝐴{𝜎(𝑥 + 𝑑𝑥) − 𝜎(𝑥)} (2.4)
𝜕𝑡

Perhatikan lebih lanjut ruas kanan persamaan (2.4), dapat dijabarkan :

𝜕𝜎 𝜕𝜀
= 𝑑𝑥 = 𝐸 𝑑𝑥
𝜕𝑥 𝜕𝑥

𝜕 𝑑𝑢 𝜕 2𝑢
=𝐸 ( ) 𝑑𝑥 = 𝐸 2 𝑑𝑥 (2.5)
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑥

Masukkan kembali hasil (2.5) ke persamaan semula (2.4) memberikan :

𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢
𝜌𝐴𝑑𝑥 = 𝐸 𝑑𝑥. 𝐴
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2

yang dapat disederhanakan menjadi:

𝜕 2𝑢 𝜌 𝜕 2𝑢
=( ) 2 (2.6)
𝜕𝑥 2 𝐸 𝜕𝑡

yaitu persamaan gelombang elastik. Dan bila dibandingkan dengan persamaan gelombang

umum :

𝜕 2𝑢 1 𝜕 2𝑢
= ( )
𝜕𝑥 2 𝑣𝑠2 𝜕𝑡 2

akan diperoleh ungkapan bagi kecepatan gelombang elastik :

𝐸 1/2
𝑣𝑠 = ( ) (2.7)
𝜌

Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum pada zat

padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus Young. Karena

7
perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik maka gelombang yang

bersangkutan disebut gelombang elastik.

2.3 Konsep Fonon

Dalam analisisnya, Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena

perambatan suara dalam padatan merupakan gejala gelombang elastis. Spektrum frekuensi

Debye yang dinyatakan pada persamaan (3.1) sering disebut spektrum phonon. Phonon adalah

kuantum energi elastik analog dengan photon yang merupakan kuantum energi

elektromagnetik.

Adapun persamaannyan adalah :

3Nhf
E  3NE  hfE / k T E (3.1)
e B 1

Gelombang elastik pada zat padat ini dapat disebabkan baik oleh gelombang mekanik

(bunyi/ultrasonik) maupun oleh gelombang termal (inframerah). Kedua gelombang tersebut

dapat menyebabkan getaran kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket energi getaran kisi disebut

fonon. Fonon dapat dipandang sebagai “kuasi partikel” seperti halnya foton pada gelombang

cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip “dualisme partikel-gelombang” ini,

rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap sebagai aliran fonon.

Tabel 3.1. Beberapa konsep dualisme gelombang-pertikel

GELOMBANG PARTIKEL

Gelombang elektromagnetik Foton

Gelombang elastik/kisi Kristal Fonon

8
Gelombang elektron kolektif Plasmon

Gelombang magnetisasi Magnon

Gelombang electron+deformasi elastik Polaron

Gelombang polarisasi Eksiton

2.4 Momentum Fonon

Sebuah fonon dari vektor gelombang K akan berinteraksi dengan foton neutron,

dan seolah-olah memiliki K . Bagaimanapun, fonon tidak membawa momentum fisik.

Alasan bahwa fonon dalam satu kisi tidak membawa momentum adalah bahwa

koordinat fonon melibatkan koordinat relatif dari atom. Sehingga dalam molekul H2

koordinat getaran molekul terletak di r1-r2, yang merupakan koordinat relatif dan tidak

membawa momentum linier, koordinat pusat massa ½ (r1 + r2) sesuai dengan mode K = 0

dan dapat membawa momentum linier.

Momentum fisik dari kristal adalah

d
p  M   u s (3.2)
 dt 

ketika kristal membawa Fonon K,

 du 
M  1  exp iNKa
 du 
p  M   exp isKa    
dt
(3.3)
 dt  s 1  expiKa 

dimana s berjalan di atas N atom. Digunakanlah deret

N 1
1  x 
s

 xs 
s 0 1  x 
(3.4)

9
2r
Telah ditemukan bahwa nilai, K  dimana r adalah integer. Sehingga
Na

exp iNKa  i2r   0, dan momentum kristal bernilai nol.

 du 
p  M   exp isKa   0 (3.5)
 dt  s

Semua sama, untuk tujuan praktik fonon bertindak seolah-olah momentum adalah

K , dimana hal ini disebut momentum kristal. Dalam kristal terdapat aturan seleksi vektor

gelombang untuk memperbolehkan transisi antara keadaan kuantum. Hamburan elastis dari

foton sinar x oleh kristal diatur oleh aturan seleksi vektor gelombang.

k'  k  G (3.6)

Dimana G adalah vektor dalam kisi timbal balik, k adalah vektor gelombang dari

foton yang diamati, dan k’ adalah vektor gelombang dari foton tersebar. Dalam proses

refleksi kristal semua akan mengalami momentum  G , tetapi ini jarang dianggap secara

eksplisit.

Gelombang vektor total yang merupakan interaksi gelombang bersifat kekal dalam

kisi periodik, dengan penambahan yang mungkin dari vektor kisi resiprokal G. Momentum

keseluruhan selalu dijaga.

Jika hamburan foton bersifat inelastis, dengan membuat fonon dari vektor

gelombang K, maka aturan seleksi vektor gelombang menjadi

k ' K  k  G

Jika foton K yang diserap dalam proses, didapatkan persamaan

10
k'  k  K  G (3.7)

2.5 Penghamburan Fonon Tak-Elastik

Hubungan dispersi fonon sering dijelaskan dengan hamburan tak elastik dari

neutron dengan emisi atau absorpsi proton. Lebar sudut dari berkas neutron yang tersebar

memberi informasi tentang waktu hidup fonon.

Sebuah neutron berada pada kisi kristal akibat interaksi inti atom. Hamburan

kinematik neutron pada kisi kristal menggambarkan aturan seleksi vektor gelombang

secara umum.

k  G  k ' K (3.8)

Dengan persyaratan konservasi energi. K merupakan vektor gelombang dari foton

yang dilepas (+) atau diserap (-) dalam suatu proses, dan G adalah vektor kisi resiprokal.

Untuk fonon, G sama seperti k, berada di zona Brillouin pertama.

p2
Energi kinetik interaksi neutron adalah , dimana M n adalah massa neutron.
2M n

Momentum p diberikan oleh k , dimana k adalah vektor gelombang dari neutron. Energi

 2k 2
kinetik dari interaksi neutron adalah . Jika k’ adalah vektor gelombang dari hasil
2M n

 2 k '2
interaksi neutron, maka energinya adalah . Persamaan konservasi energi adalah
2M n

 2 k 2  2 k '2
   (3.9)
2M n 2M n

11
dimana  adalah energi fonon yang dilepaskan (+) atau diserap (-) selama proses

berlangsung.

2.6 Dinamika Kisi Monoatomik

Perhatikan kisi eka-atom (hanya tersusun oleh satu jenis atom) satu dimensi seperti

ditunjukkan oleh gambar 2.5. Pada keadaan seimbang atom-atom secara rata-rata menduduk

ititik kisi. Kemudian, atom-atom akan menyimpang dengan simpangan sebesar ….un-1, un, un

+1, ............dst.

Gambar 4.1. Kisi eka-atom satu dimensi dalam keadaan seimbang (atas) dan
dirambati gelombang longitudinal (bawah).
Menurut hukum kedua Newton, persamaan gerak atom ke-n dapat diungkapkan

sebagai berikut :

𝐹𝑠 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 − 𝑢𝑛 ) + (𝑢𝑛−1 − 𝑢𝑛 )

𝑑2 𝑢𝑛
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 ) (4.1)
𝑑𝑡 2

m massa atom, C tetapan elastik ikatan antar atom (semacam tetapan pegas), dan t

menyatakan waktu. Terhadap persamaan gerak itu dapat diambil penyelesaian berbentuk :

12
𝑢𝑛 = 𝐴𝑒 (𝑖𝑞𝑥𝑛) (4.2)

A amplitudo dan xn adalah posisi atom ke-n terhadap pusat-pusat koordinat sembarang dan

dapat dituliskan :

𝑥𝑛 = 𝑛𝑎

n bilangan bulat dan a tetapan kisi. Masukkan solusi (4.2) ke dalam persamaan gerak (4.1),

dan memiliki ketergantungan terhadap waktu 𝑒 −𝑖𝜔𝑡

𝑑 2 𝑢𝑛
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 )
𝑑𝑡 2

𝑑2 (𝐴𝑒 [𝑖(𝑞𝑎𝑛−𝜔𝑡)] )
𝑚 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 )
𝑑𝑡 2

−𝑚𝜔2 𝑢𝑛 = 𝐶 (𝑢𝑛+1 + 𝑢𝑛−1 − 2𝑢𝑛 ) (4.3)

dimana,

𝑢𝑛±1 = 𝐴𝑒 𝑖𝑛𝑞𝑎 𝑒 ±𝑖𝑞𝑎 (4.4)

maka,

−𝑚𝜔2 𝐴𝑒 (𝑖𝑛𝑞𝑎) = 𝐶 (𝐴𝑒 𝑖𝑛𝑞𝑎 𝑒 +𝑖𝑞𝑎 + 𝐴𝑒 𝑖𝑛𝑞𝑎 𝑒 −𝑖𝑞𝑎 − 2𝐴𝑒 (𝑖𝑛𝑞𝑎) )

−𝑚𝜔2 𝐴𝑒 (𝑖𝑛𝑞𝑎) = 𝐶 𝐴𝑒 𝑖𝑛𝑞𝑎 (𝑒 +𝑖𝑞𝑎 + 𝑒 −𝑖𝑞𝑎 − 2)

−𝑚𝜔2 = 𝐶 (𝑒 +𝑖𝑞𝑎 + 𝑒 −𝑖𝑞𝑎 − 2) (4.5)

dan dengan menggunakan hubungan Euler :

2 cos 𝑞𝑎 = 𝑒 𝑖𝑞𝑎 + 𝑒 −𝑖𝑞𝑎

sehingga,

13
−𝑚𝜔2 = 𝐶 (2 cos 𝑞𝑎 − 2)

−𝑚𝜔2 = −2𝐶 (1-cos 𝑞𝑎)

2𝐶
𝜔2 = (1-cos 𝑞𝑎)
𝑚

Turunkan ,

cos 2𝑎 = 1 − 2𝑠𝑖𝑛2 𝑎

jadi,

2𝐶 1
𝜔2 = (1 − (1 − 2𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎)
𝑚 2

2𝐶 1
𝜔2 = (2𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎)
𝑚 2

4𝐶 𝑞𝑎
𝜔2 = 𝑠𝑖𝑛2
𝑚 2

𝑐 1 𝑞𝑎
𝜔 = 2 ( ) ⁄2 sin( )
𝑚 2

Diperoleh solusi 𝜔 :

𝑞𝑎
𝜔 = 𝜔𝑚 sin( ) (4.6)
2

Dengan,

𝑐 1
𝜔𝑚 = 2 ( ) ⁄2
𝑚

Hasil (4.6) menyatakan hubungan antara ω dan q, jadi jelas bahwa persamaan

tersebut menyatakan hubungan dispersi yang dalam kasus ini berbentuk/bersifat sinusoida.

Dalam pembahasan di atas secara implisit telah digunakan pendekatan gelombang pendek,

14
karena medium “tampak” sebagai deretan atom-atom diskrit. Dari hasil dapat dikatakan

bahwa untuk kisi diskrit atau pendekatan gelombang pendek, hubungan dispersinya

sinusoida (tidak linier); lihat gambar 4.2.

Gambar 4.2. Hubungan dispersi, ω vs q, sinusoida dari kisi


diskrit (pendekatan gelombang pendek).

2.7 Dinamika Kisi Dwiatomik

Kisi dwi atom 1 dimensi merupakan kisi yang tersusun oleh dua atom dengan massa

berbeda yang diperlihatkan dalam satu dimensi. Massa M1 bisa dianggap berada pada titik kisi

sedangkan massa 2 atau M2 berada pada titik tengah suatu sel satuan. Sehingga simpangan

akibat adanya getaran yang menyebabkan atom-atom ini bergerak dapat terukur dalam jangka

waktu tertentu. Berikut gambar pergerakan atom dalam kisi

15
Gambar 5.1: posisi atom pada sel primitive yang tersusun atas 2 atom, (a) posisi
atom setimbang, (b) perpindahan kontinyu

Gambar di atas menunjukkan apabila kisi dirambati gelombang maka atom-atom akan

menyimpang sejauh …𝑈𝑛−1 , 𝑢𝑛 , 𝑢𝑛+1 dan seterusnya. Kita dapat menganggap atom-atom

yang berdekatan atau tetangga terdekat akan dipengaruhi oleh potensial tetangganya masing-

masing sehingga Energi potensial yang dialami oleh atom-atom dapat digambarkan secara

matematis,yaitu:

1 1
𝐸𝑃 = 𝐾 ∑(𝑢𝑛 − 𝑢𝑛 )2 + 𝐾 ∑(𝑢𝑛 − 𝑢𝑛+1 )2 (5.1)
2 2
𝑛 𝑛

Untuk mempermudah perhitungan kita dapat menganggap atom dengan massa lebih kecil(m)

bernomor ganjil sedangkan atom bermassa lebih besar (M) bernomor genap maka

Gambar 5.2

Dari gambar diatas terlihat bahwa atom-atom baik itu atom bermassa kecil maupun

lebih besar akan memiliki perpindahan sebagai berikut:

16
Sesuai dengan hokum II Newton

𝑑2𝑈
𝐹 = 𝑚. 𝑎 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑎 = 2
𝑑𝑡

𝐹 = −𝑘𝑢 (5.2)

Namun, karena massa dan pergerakan kedua atom ini berbeda sehingga kita harus

menuliskannya secara terpisah.

 Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih besar (M) atau atom bernomor ganjil.
𝑑 2 𝑈2𝑟+1
𝑚 = 𝑘(𝑢2𝑟+2 + 𝑢2𝑟 − 2𝑢2𝑟+1 ) (5.3)
𝑑𝑡 2
 Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih kecil (m) atau atom bernomor genap
𝑑 2 𝑈2𝑟
𝑚 = 𝑘(𝑢2𝑟+1 + 𝑢2𝑟−1 − 2𝑢𝑟 ) (5.4)
𝑑𝑡 2
Dengan adanya persamaan posisi ini maka kita harus mampumenyatakan persamaan

tersebut dalam bentuk persamaan gelombang yang mengandung q sebagai bilangan

gelombang dan 𝜔sebagai frekuensi sudut gelombang.

Sehingga fungsi gelombangnya yaitu

𝑢2𝑟+1 = 𝐴1 exp[𝑖𝑞𝑎(2𝑟 + 1) − 𝜔𝑡] (5.5)

𝑢2𝑟 = 𝐴2 exp[𝑖𝑞𝑎(2𝑟) − 𝜔𝑡] (5.6)

Masuukkan ke persamaan posisi

(2𝑐 − 𝑀𝜔2 )𝐴1 − (2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎)𝐴2 = 0 (5.7)

(−2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎)𝐴1 + (2𝑐 − 𝑚𝜔2 )𝐴2 = 0 (5.8)

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

17
(2𝑐 − 𝑀𝜔2 ) −(2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎) 𝐴1
[ ][ ] = 0 (5.9)
−2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎 2𝑐 − 𝑚𝜔2 𝐴2

Persamaan ini akan bernilai tidaknoljika determinan matriks di atas sama dengan nol.

Jadi,

(2𝑐 − 𝑀𝜔2 ) −(2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎)


| |=0 (5.10)
−2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎 2𝑐 − 𝑚𝜔2

(2𝑐 − 𝑀𝜔2 ).( 2𝑐 − 𝑚𝜔2 ) − (−2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎).( −2𝑐𝑐𝑜𝑠𝑞𝑎)=0

4𝑐 2 − 2𝑐𝑚𝜔2 − 2𝑐𝑀𝜔2 + 𝑀𝑚𝜔4 −4𝑐 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝑞𝑎 = 0

𝑀𝑚𝜔4 − (𝑚 + 𝑀)2𝑐𝜔2 + 4𝑐 2 (1 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝑞𝑎) = 0

Sehingga nilai frekuensi menjadi

2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) ± 𝑐[( + ) − ] (5.10)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚

Dimana persamaan ini menghasilkan dua penyelesaian yaitu:

2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) + 𝑐[( + ) − ] (5.11)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚

Persamaan ini disebut persamaan frekuensi cabang optic karena apabila dihitung, frekuensi

ini berada dibawah frekuensi gelombang inframerah atau optic.

2
1 1 1 1 2 4𝑠𝑖𝑛2 𝑞𝑎 1/2
𝜔 = 𝑐 ( + ) − 𝑐[( + ) − ] (5.12)
𝑀 𝑚 𝑀 𝑚 𝑀𝑚

18
Persamaan kedua ini disebut persamaan gelombang frekuensi cabang akustik karena

karakteristiknya mirip seperti gelombang bunyi yang mana apabila 𝜔 meningkat maka q juga

meningkat begitu pula sebaliknya.

Berikut pola gerakan atom akibat getaran yang terjadi di lihat dari Amplitudo baik itu

Amplitudo atom bernomor ganjil maupun genap. Yang didapat dari persamaan berikut

𝑢2𝑟+1 = 𝐴1 exp[𝑖𝑞𝑎(2𝑟 + 1) − 𝜔𝑡]

𝑢2𝑟 = 𝐴2 exp[𝑖𝑞𝑎(2𝑟) − 𝜔𝑡]

Gambar 5.3. Dapat dilihat pada gambar bahwa cabang akustik untuk 𝐴1 dan 𝐴2 sefase sedangkan
untuk cabang optic tidak sefase

Gambar 5.4. Daerah frekuensi dan dispersi

19
Jika kita lihat dari gambar 5.4 bahwa daerah antara 𝜔1dan 𝜔1 disebut celah frekuensi yaitu
𝜋 𝜋
daerah dengan interval – 2𝑎 < 𝑞 < 2𝑎 karena pada interval ini tidak ada gelombang maka kisi

dwi atomik tidak merambatkan gelombang tetapi meredamnya. Hal ini memungkinkan kisi

menjadi tapis lolos yakni mampu meredam maupun merambatkan frekuensi tertentu.

2.8 Zone Brilouin Pertama

Konsep zona Brillouin dikembangkan oleh Léon Brillouin (1889-1969), seorang

fisikawan Perancis. Dalam matematika dan fisika zat padat, zona Brillouin adalah sel satuan

primitif dalam kisi resiprok. Batas-batas sel ini diberikan oleh bidang yang berhubungan

dengan titik pada kisi resiprokal. Sebuah zona Brillouin didefinisikan sebagai sel Wigner-

Seitz di kisi resiprokal. Garis yang menghubungkan titik asal kisi ke titik-titik kisi tetangga

sekarang merupakan vektor kisi resiprokal G (Gambar 6.1). Daerah terkecil yang ditutupi oleh

sel Weigner-Seitz (kuning) juga dikenal sebagai zona Brillouin pertama.

Gambar 6.1. Zona Brillouin pertama

20
Ada juga zona Brillouin kedua, ketiga, dll, , berhubungan dengan rangkaian daerah

yang memisah (semua dengan volume yang sama) untuk meningkatkan jarak terdekat dari

asal, tetapi ini lebih jarang digunakan. Sehingga, zona Brillouin pertama sering disebut

sebagai zona Brillouin saja (Secara umum, zona Brillouin-n terdiri dari himpunan titik-titik

yang dapat dihubungkan dari asal dengan melintasi n-1 bidang Bragg yang berbeda). Sebuah

konsep yang terkait bahwa dari zona Brillouin dapat diminimalkan, yang merupakan zona

Brillouin pertama dikurangi dengan semua simetri dalam kelompok titik kisi.

Zona Brillouin Kisi Satu Dimensi

Zona Brillouin juga dikatakan sebagai representasi tiga dimensi dari nilai k, k

adalah vektor bilangan gelombang yang searah dengan rambatan gelombang. Nilai kritis

bilangan gelombang k tergantung dari sudut antara datangnya elektron dengan bidang

kristal, θ. Oleh karena itu dalam kristal tiga dimensi kkritis tergantung dari arah gerakan

elektron relatif terhadap kisi kristal, dan kemungkinan adanya susunan bidang kristal yang
𝑛𝜋
berbeda. Jika jarak antar ion dalam padatan adalah 𝑎, maka dari persamaan |𝑘| = 𝑑 sin 𝜃 ≡

±𝑘, kita dapatkan nilai kritis bilangan gelombang untuk kasus satu dimensi adalah

𝑛𝜋
𝑘𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = dengan 𝑛 = ±1, ±2, ±3 … (6.1)
𝑎

Daerah antara –k1 dan +k1 disebut zona Brillouin pertama. Gambar 6.2 memperlihatkan

situasi satu dimensi yang menggambarkan zona yang pertama.

21
Gambar 6.2. Gambaran satu dimensi Zona Brillouin pertama.

Zona Brillouin Kisi Dua Dimensi

Pada kasus dua dimensi kita melihat gambaran nilai-nilai batas k pada sumbu

koordinat x-y pada Gambar 6.3. Karena baik bidang vertikal maupun horizontal dapat

memantulkan elektron, maka kita memiliki hubungan

𝜋
𝑘𝑥 𝑛1 + 𝑘𝑦 𝑛2 = (𝑛 2 + 𝑛2 2 ) (6.2)
𝑎 1

Gambar 6.3. Gambaran dua dimensi zona Brillouin pertama.

Zona Brillouin Kisi Tiga Dimensi

Pada kasus tiga dimensi, kita melihat satu contoh Zona Brillouin untuk kisi kristal

kubus sederhana. Untuk kasus ini hubungannya (8.16) berubah menjadi

22
𝜋
𝑘𝑥 𝑛1 + 𝑘𝑦 𝑛2 + 𝑘𝑧 𝑛3 = (𝑛1 2 + 𝑛2 2 + 𝑛3 2 ) (6.3)
𝑎

Gambar 6.4. memperlihatkan gambaran tiga dimensi zona Brillouin pertama pada kisi

kristal kubus sederhana.

Gambar 6.4. Zona Brillouin pertama kisi kristal kubus sederhana

Untuk BCC, kisi resiproknya adalah kisi FCC. Bekerja pada garis yang sama dapat

ditemukan bahwa kisi resiprokal dari kisi bcc adalah kisi yang face-centred dan sesuai zona

Brillouin pertama adalah berbentuk belah ketupat dodecahedron.

23
Gambar Zona Brillouin BCC

Untuk FCC, kisi resiproknya adalah kisi BCC. Kisi resiprokal dari kisi fcc adalah

kisi yang body-centred dan sesuai zona Brillouin pertama adalah segi delapan.

24
Gambar . Zona Brillouin FCC

25
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Vibrasi kristal dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya dalam vibrasi kristal terdapat
Gelombang Elastik dan Fonon. Vibrasi fonon adalah vibrasi atom secara kolektif pada suatu
struktur kristal. Vibrasi ini memiliki frekuensi karakteristik dan arah rambat getaran ini bergantung
pada struktur kristal yang ditinjau. Fonon dapat ditemui dalam sistem kristal.

Tidak semua kristal dibentuk sempurna. Ketidaksempurnaanitu disebabkan cacatnya susunan


atom dalam kristal. Cacat dapat terjadi karena adanya solidifikasi ataupun akibat dari luar. Kristal
biasanya mengandung ketidaksempurnaan, yang kebanyakan terjadi pada kisi-kisi kristalnya.
Cacat kristal diantaranya adalah, cacat titik, cacat garis, cacat bidang dan cacat ruang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Solyo, Jeno. 2007. Fundamental Of The Physics Of Solids. Germany: Springer.

Kittel, C. 1996. Introduction to Solid State Physics Seventh Editio. United States Of America:

John Willey & Sons.

Parno. 1999. Pendahuluan Fisika Zat Padat: Dinamika Kisi. Diakses melalui

http://elearning.unsri.ac.id/

Sudaryatno, S dan Ning Utari S. 2012. Mengenal Sifat Material. Bandung: Darpublic.

Huang, Yuan Ming. - . Solid State Physics. Diakses melalui http://www.lcst-

cn.org/Solid%20State%20Physics/Ch24.html \

27

Anda mungkin juga menyukai