Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Fisika Statistik

Kesetimbangan Termodinamika Klasik

Disusun Oleh :
Gusrianta 8196175006
Visha Wahyuni 8196175003

Dosen Pengampu :
Dr. Nurdin Siregar, M. Si
Dr. Juniastel Rajagukguk, M. Si

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Fisika Statistik...............................................................................................2


2.2 Dasar-Dasar Termodinamika.....................................................................................2
2.3 Potensial Termodinamika...........................................................................................5
2.4 Kesetimbangan Termodinamik..................................................................................8
2.1.1Kesetimbangan Sistem Tertutup.......................................................................8
2.1.2Kesetimbangan Sistem Terbuka.......................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisika statistik adalah satu cabang ilmu fisika yang mengkaji system yang terdiri atas
banyak partikel dengan menggunakan pendekatan statistic. Konsep pada fisika statistik
dapat dipakai untuk menganalisis masalah interaksi antarsub-unit dengan jumlah sangat
besar, sementara interaksi individual antarsub unit itu sendiri sangat sulit untuk dijelaskan.
Alasan pengembangan mekanika statistik adalah untuk memberi landasan yang kokoh
bagi fenomena termodinamik. Mekanika statistik tidak seperti teori kinetik, tidak mengubah
secara detail anggapan tentang tumbukan molekul antar molekul atau molekung dengan
permukaan dinding. Akan tetapi megungkapkan bahwa molekul-molekul yang sangat
banyak dan sifat-sifat rata-rata sejumlah molekul yang besar yang dapat dihitung tanpa
informasi yang detail tentang molekul tertentu.
Berbeda dengan teori kinetik, untuk memahami gejala-gejala termodinamika dengan
pendektan yang lebih banyak memanfaatkan sifat-sifat statistik benda banyak. Molekul-
molekul gas misalnya sebagai kumpulan benda banyak tanpa menghiraukan perangai
masing-masing molekul satu persatu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Kesetimbangan Termodinamika Klasik ?
2. Bagaimanakah Fungsi Kesetimbangan Termodinamika Klasik ?

1.3. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui mendeskripsikan apa itu Kesetimbangan Termodinamika
Klasik
2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi Kesetimbangan Termodinamika Klasik

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Fisika Statistik
Termodinamika adalah teori yang dikembangkan secara fenomenologis untuk
sistem-sistem makroskopik. Teori ini berlaku pada keadaan setimbang termal, dan
untuk sistem-sistem yang berawal dari keadaan setimbang dan berakhir pada
keadaan setimbang. Termodinamika yang dikembangkan di abad 19, berkembang
pesat di abad selanjutnya karena berkaitan dengan fisika kuantum dan transisitransisi
fasa. Termodinamika saat ini dirumuskan sebagai suatu sistem aksioma
dengan tiga buah hukum termodinamika. Konsep utamanya adalah energi dan
entropi, dan konsep itulah yang mendasari ketiga hukum tersebut.
Fisika Statistik diawali oleh Daniel Bernoulli (1700-1792), dilanjutkan oleh
Rudolf Clausius (1822–1888), James Clerk Maxwell (1831–1879) tentang teori
kinetik gas dan distribusi kecepatan. Ludwig Boltzmann (1844–1906)
menyumbangkan hubungan mendasar dalam kinetika dan memperkenalkan
rumusan entropi sedangkan Josiah Willard Gibbs (1839–1903) mengemukakan
perumusan modern tentang ensambel dalam mekanika statistik. Lars Onsager
(1903–1976) mengemukakan solusi eksak dari model Ising; dia membuktikan
bahwa kerangka sesungguhnya fisika statistik bisa mengatasi masalah transisi fasa.
Onsager memperoleh hadiah nobel kimia pada tahun 1968 untuk hasil kerjanya
dalam termodinamika irreversibel. Claude E. Shannon pada 1948 melakukan studi
tentang teori informasi yang berhubungan langsung dengan entropinya statistik
Boltzmann. Kontribusi terakhir adalah dari Kenneth G. Wilson (1936–), penerima
hadiah nobel pada 1982, tentang teori grup renormalisasi yang memungkinkan
orang menghitung scaling exponents pada transisi fasa.

2.2. Dasar – Dasar Termodinamika


Termodinamika adalah teori makroskopik yang pada awalnya dikembangkan tanpa
asumsi-asumsi tentang sifat-sifat mikroskopik dari bahan atau radiasi. Dalam
termodinamika, sistem-sistem dikarakterisasi dengan nilai-nilai dari variabel

2
termodinamik yang bisa diklasifikasikan dalam dua jenis variable, ekstensif
dan intensif.
Variabel ekstensif adalah variabel yang sebanding dengan kandungan sistem
dan dipakai oleh keseluruhan sistem. Contoh variabel ekstensif adalah energidalam U,
entropi S, volume V, jumlah partikel N, dan kapasitas panas C. Untuk
memudahkan perhitungan sering sekali dalam fisika variabel-variabel itu
diungkapkan per partikel, misalnya u=U/N, s=S/N dan sebagainya. Variabel intensif
adalah variabel yang tidak bergantung pada ukuran sistem. Contohnya adalah
tekanan p, suhu T dan potensial kimiawi µ.
Dalam gas ideal, energi tersimpan yang biasa disebut energi-dalam,
merupakan penjumlahan energi-energi kinetik dari semua atom-atom (yang
dipandang sebagai mono atom)
p 2i
U =∑ (1.1)
i 2m

di mana m adalah massa atom dan pi adalah momentum atom ke-i dalam gas.
Momentum atom-atom dalam gas ideal terdistribusi sesuai dengan distribusi
Maxwell. Dengan menggunakan distribusi itu diperoleh energi rata-rata satu atom
p2ave 3
⟨ E ⟩= = k T (1.2)
2m 2 B
Sehingga energi-dalam gas ideal dengan N buah atom, adalah
3
U =N ⟨ E ⟩ = k B T (1.3)
2
Dalam hal ini kB=1,3805x10-23 J/K adalah konstanta Boltzmann, dan T suhu dalam satuan
Kelvin.
Sifat lain dari gas ideal adalah (1.4a)
pV =Nk B T (1.4a)
p V γ =konstan proses adiabatik (1.4b)
Cp
Di mana p adalah tekanan, V adalah volume, dan γ = adalah perbandingan kapasitas
Cv
panas pada tekan tetap dan volume tetap. Nk B =nR dengan n=N / N A adalah
jumlah mol dari N atom dan NA=6,022×1023/mol adalah bilangan Avogadro,

3
sedangkan R=NA kB =8,3134 JK/mol adalah konstanta gas universal.

Energi bisa mengalir ke dalam atau ke luar gas. Dalam Hukum Pertama
Termodinamika, perubahan energi gas dU dirumuskan seperti
dU =δQ−δW (1.5)
di mana Q adalah kalor (panas) yang memasuki gas (jumlah kalor positif); W
adalah kerja yang dilakukan gas sehubungan dengan pembesaran volume (kerja
positif): W=pdV. Simbol diferensil  menyatakan Q dan W bukan variabel
termodinamik. Kalor tersebut berkaitan dengan perubahan entropi S dari gas pada
suhu T. Hubungannya adalah
δQ=TdS (1.6)
Selain perubahan energi-dalam karena adanya kerja dan kalor, gas bisa juga
mengalami perubahan energi-dalam karena perubahan jumlah atom dalam gas itu.
Jika perubahan itu terjadi dalam proses reversibel dengan entropi (S) dan volume (V)
yang konstan, maka perubahan energi
dU =μ dN (1.7a)
Di mana μ adalah potensial kimia yang didefinisikan seperti

μ= ( ∂∂ UN )
s. v
(1.7b)

Aliran partikel sangat penting dalam transisi fasa, reaksi kimia, dan masalah diffusi.
Dalam suatu proses berlaku hubungan diferensial
dU =δQ−δW + μ dN (1.8)
= TdS− pdV + μ dN
Dalam bentuk yang lebih ril, gas memenuhi persamaan van der Waals
N2 a
( )
p+ 2 ¿ V −Nb ¿=Nk B T
V
(1.9)

atau
Nk B T N 2
p=
V −Nb V
− ( )a (1.10a)

atau

4
kB T a
p= −
V −b v 2
dengan v V / N adalah volume satu molekul. Perumusan itu cukup rumit sebagai
akibat dari interaksi antar molekul gas. Suku a/v2 muncul dari gaya tarik-menarik
antar molekul yang menyebabkan berkurangnya tekanan pada volume tetap,
sedangkan b menggambarkan pengurangan volume satu molekul sehubungan
dengan peningkatan tekanan. Persamaan van der Waals mempunyai batasan, dia
tidak memberikan jabaran kuantitatif yang cukup baik dari gas yang sebenarnya,
tetapi sebagai model cukup baik dalam hal transisi gas-cair.

2.3. Potensial Termodinamik


Sebagai akibat dari hukum termodinamika pertama, maka di dalam termodinamika
didefenisikan berbagai jenis potensial termodinamika seperti U (energi-dalam), H
(entalpi), F (energi bebas Helmholtz) dan G (energi bebas Gibbs). Potensialpotensial
termodinamika itu merupakan fungsi dari besaran-besaran makroskopik
sistem partikel: p (tekanan) , V (volume), T (suhu), S (entropi) dan N (jumlah
partikel).
Energi-dalam U:
U =TS− pV + μN (1.11a)
Jika T, p dan μ konstan
dU = TdS = pdV + μdN (1.11b)
Jika U, V, S, dan N konstan, sedangkan s=S/N dan v=V/N masing-masing adalah
entropi dan volume per molekul, maka diperoleh persamaan Gibbs-Duhem:
dμ=−sdT + vdp (1.12a)
Jika T, V, dan μ konstan
dH = TdS + Vdp + μdN (1.12b)
Energi bebas Helmholtz F :
F = U – TS (1.13a)
Jika S, p dan μ konstan
dF = -SdT – pdV + μdN (1.13b)
Energi bebas Gibbs G :

5
G = F + pV = U – TS + pV =μN (1.14a)
Jika S, V, dan μ konstan
dG = -SdT + Vdp + μdN (1.14b)
Potensial besar Φ:
Φ=F−¿ μN (1.15a)
Jika S, p dan N konstan
dΦ=−SdT − pdV −Nd μ (1.15b)
disebut juga potensial Landau.
Dalam persamaan-persamaan di atas µ adalah potensial kimia satu molekul.
Berdasarkan hubungan-hubungan di atas, diperoleh hubungan-hubungan sebagai
berikut :

p=− ( ∂∂VU )
S ,N
=− ( ∂∂VF ) T,N
( ∂∂V )
=−
T ,μ
(1.16)

( ∂U
∂S )
T =− =−(
∂H
∂S ) V ,N p, N
(1.17)

∂F ∂G ∂
S=−( ) =−( ) =−(
∂T )
(1.18)
∂T ∂T
V ,N p, N V ,μ

( ∂∂ UN ) =( ∂∂ HN ) =( ∂∂NF ) =( ∂∂ GN )
μ=
S ,V S ,p T ,V T,p
(1.19)

Panas jenis pada volume konstan adalah

CV= ( ∂U
∂T ) =(
V
δQ
∂T ) =T (
∂S
∂T )
V V
(1.20)

Panas jenis pada tekanan tetap

CV= ( δQ
∂T )
p
=T (
∂S
∂T ) =(
P
∂U
∂T ) [
+(
∂U
∂V ) ]
+p (
V
∂V
∂T ) T P
(1.21)

Untuk gas ideal U tidak bergantung pada V, sehingga diperoleh

C P −CV =N k B (1.22)

6
Tinjaulah potensial termodinamik A(X,Y) yang bergantung pada variabel
bebas X dan Y. Diferensial dapat dituliskan seperti :

dA=R X dX + RY dY

Karena berlaku

∂2 A ∂2 A
=
∂ X ∂Y ∂ Y ∂ X

Maka

∂ RX ∂ RY
( ) ( )
∂Y X
=
∂X Y

Contoh: dari dU=TdS-pdV (N konstan) maka diperoleh

( ∂∂TV ) =−( ∂∂ Sp )
S V

Sebenarnya, dengan A(X,Y) berlaku

dA= ( ∂∂ AX ) dX+( ∂∂YA ) dY


Y X

Misalkan ada variable ketiga, Z. Maka berlaku

( ∂∂ AZ ) =( ∂∂ AX ) ∂∂ XZ
Y Y
(1.23a)

Dan

( ∂∂ AX ) ¿( ∂∂ AX ) +( ∂∂ YA ) ( ∂∂YX )
Y Y X Z
(1.23b)

Kedua persamaan di atas disebut hubungan Maxwell.


Contoh: Dalam persamaan (1.13b), dengan N konstan maka dF=-SdT-pdV.
Selanjutnya diperoleh hubungan
∂ p (V ,T )
( ∂∂ Sp ) ¿− ∂∂V ( ∂∂ FT ) = −∂
T V
(
∂T ∂V
∂F
) =(
∂T
T
) V

Dari persamaan (1.14a) dengan N konstan diperoleh dG=-SdT+Vdp dan selanjutnya

7
∂V ( p ,T )
( ∂∂ Sp ) ¿− ∂∂p ( ∂G
T ∂T ) =
p
−∂ ∂G
(
∂ p ∂P ) =(
T ∂T ) p

dan dari persamaan (1.11b) dengan N konstan, dU=TdS-pdV sehingga

( ∂∂VU ) ¿ T ( ∂ S∂( VV, T ) ) − p ¿−T ( ∂ p∂T(V , T ) ) − p


T T V

( ∂∂UT ) =C − p ( ∂V
p
p
∂T ) p

2.4. Kesetimbangan Termodinamik


2.4.1. Kesetimbangan Sistem Tertutup
Tinjau dua sistem masing-masing dengan volume V1 dan V2 dan jumlah partikel
N1 dan N2 pada suhu masing-masing T1 dan T2. Kedua sistem diberi kontak termal
dengan volume dan jumlah partikel masing-masing konstan. Berdasarkan hukum
termodinamika kedua, berlaku

dS total=dS 1+ dS 2

dU 1 + p1 dV 1−μ1 dN 1 dU 2+ p2 dV 2 −μ2 dN 2
¿ +
T1 T2
(1.31)

¿ ( T1 − T1 ) d U ≥ 0
1 2
1

di mana dV1= dV2=0 dan dU2=-dU1. Jelas, jika T1<T2 maka dU1>0 dan kalor
mengalir dari sistem kedua ke sistem pertama. Kesetimbangang tercapai jika T1=T2.
Misalkan volume masing-masing sistem konstant, dan suhu kedua sistem
sama, T1=T2=T. Kedua sistem diberi kontak agar terjadi perpindahan partikel
sehingga dN1= -dN2. Karena total energi konstan maka dU1+ dU2=0, maka

1
dS total = (μ2−μ1 )dN 1 ≥ 0 (1.32)
T

8
Jadi jika 2  1 dan dN1>0, maka partikel mengalir dari sistem kedua ke sistem
pertama. Sebaliknya, jika 2  1 dan dN1<0, partikel mengalir dari12sistem
pertama ke sistem kedua. Berdasarkan itu maka berlaku

μ=−T ( ∂∂NS )
U .V
(1.33)

2.4.2. Kesetimbangan Sistem Terbuka


Sudah diperlihatkan bahwa, untuk sistem-sistem yang terisolasi secara termal,
kesetimbangan termodinamik bisa didefenisikan sebagai keadaan dengan total
entropi maksimum. Tetapi untuk suatu sistem yang kontak dengan reservoir,
defenisi kesetimbangan termodinamik agak berbeda, yakni memaksimumkan total
entropi sistem dan reservoir terhadap keadaan sistem. Dengan memaksimumkan
total entropi itu maka besaran sistem yang disebut availabilitas:
A=U−TS+ pV −μN
Menjadi minimum terhadap keadaan sistem
Tinjau suatu sistem dan reservoir yang bisa bertukar energi-dalam bentuk
kalor/kerja dan partikel. Menurut hukum kedua termodinamik, perubahan total
entropi adalah
dS total =dS +dS R ≥ 0

Dan perubahan availabilitas

dA=−T R d Stotal ≤0

di mana dS adalah perubahan entropi sistem dan dSR adalah perubahan entropi
reservoir. Perubahan entropi reservoir adalah
d U R + p R d V R−μ R d N R
dS R =
TR
(1.34)
Dengan hukum kekekalan, maka dU=-dUR , dV=-dVR dan dN=-dNR sehingga
T R dS−dU −p R dV + μ R dN
dS total = (1.35)
TR
Dengan itu maka perubahan availabilitas adalah
dA=dU−T R dS + pR dV −μ R dN (1.36)

9
Jika reservoir cukup besar, jauh lebih besar dari pada sistem maka TR, pR dan µR
konstan. Jadi availabilitas bergantung pada U, S, V dan N dari sistem dengan
rumusan
A=U−T R S+ p R V −μ R N (1.37)
Saat menuju kesetimbangan total entropi meningkat dan availabilitas menurun. Pada
saat mencapai kesetimbangan yang stabil, maka dA=0. Untuk berbagai kendala yang
khas, minimum availabilitas menjadi identik dengan minimum potensial
termodinamik bersangkutan.
Kesetimbangan jika p, S, N konstan, dari persamaan (1.33) :
(dA ) p ,S ,N =(dU−T R dS+ p R dV −μ R dN )p , S , N
¿ d (U + pV ) p ,S , N
Dengan p= p R. Tetapi, karena entalpi H=U+pV, maka
(dA ) p ,S ,N =d (H ) p , S , N (1.38)
Jadi, pada keadaan sistem dengan tekanan, entropi dan jumlah partikel konstan,
keadaan availabitas minimum ekivalen dengan entalpi minimum.
Kesetimbangan pada T,V, N konstan
(dA )T ,V , N =(dU −T R dS+ p R dV −μ R dN )T , V , N
¿ d (U −TS)T , V , N
dengan T=TR. Karena energi bebas Helmholtz F=U-TS maka
(dA )T ,V , N =d(F )T ,V , N (1.39)
Jadi, pada keadaan sistem dengan suhu, volume dan jumlah partikel konstan,
keadaan availabitas minimum ekivalen dengan energi bebas Helmholtz minimum

Gambar 1.4 Dua gas yang awalnya bertekanan p1 dan p2 dipisahkan oleh pemisah
yang dapat bergerak. Suhu dibuat konstan, T.
Gambar 1.4 memperlihatkan dua sistem gas yang kontak satu sama lain dengan
suhu, volume dan jumlah partikel konstan. Total energi bebas Helmholtz
F=F 1+ F 2

10
¿(U ¿ ¿ 1−T 1 S 1)+(U 2−T 2 S 2) ¿

Karena T1=T2=T dan dU=TdS-pdV maka

dF=− p 1 dV 1− p 2 d V 2

Tetapi, dV2=-dV1 sehingga

dF=−¿

Jadi, keadaan setimbang tercapai jika dF=0 sehingga

p1= p2

Kesetimbangan pada T, p, N konstan

(dA )T , p , N =( dU−T R dS+ p R dV −μ R dN )T ,V , N


¿ d (U −TS)T , V , N
dengan TR=T, dan pR=p. Karena energi bebas Gibbs G=U-TS+pV maka

(dA )T , p , N =( dG)T , p , N (1.40)

Jadi, pada keadaan sistem dengan suhu, tekanan dan jumlah partikel konstan,
keadaan availabitas minimum ekivalen dengan energi bebas Gibbs minimum.
Contoh 4. Kesetimbangan jika T,p,µ konstan.
(dA )T , p , μ =(dU −T R dS + p R dV −μR dN)T ,V , μ
¿ d (U −TS−μN )T ,V , μ
dengan TR=T, dan pR=p dan µR=µ. Karena potensial besar =U-TS-µN maka
(dA )T , p , μ =d (Φ)T , V , μ (1.41)

Jadi, pada keadaan sistem dengan suhu, tekanan dan potensial kimiawi konstan,
keadaan availabitas minimum ekivalen dengan potensial besar minimum.

11
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan makalah diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa:


Termodinamika adalah teori yang dikembangkan secara fenomenologis untuk
sistem-sistem makroskopik. Teori ini berlaku pada keadaan setimbang termal, dan
untuk sistem-sistem yang berawal dari keadaan setimbang dan berakhir pada
keadaan setimbang. hukum termodinamika pertama, maka di dalam termodinamika
didefenisikan berbagai jenis potensial termodinamika seperti U (energi-dalam), H
(entalpi), F (energi bebas Helmholtz) dan G (energi bebas Gibbs). Potensialpotensial
termodinamika itu merupakan fungsi dari besaran-besaran makroskopik
sistem partikel: p (tekanan) , V (volume), T (suhu), S (entropi) dan N (jumlah
partikel).

12
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Rustam E. 2012. Fisika Statistik. Unpad Press: Sumedang.


Abdullah, Mikrajuddin. 2007. Pengantar Fisika Statistik untuk Mahasiswa. ITB: Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai