OLEH:
KELAS KIMIA B
ANGKATAN 2020
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dengan judul
“Konstanta Laju Reaksi dan Temperatur” ini dapat kami selesaikan. Sholawat
beriring salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Nita Suleman, S.T, M.T, selaku dosen
mata kuliah Kinetika Kimia dan Katalis, yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kinetika Kimia dan Katalis. Besar harapan kami agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun bagi pembaca pada umumnya.
Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari suatu reaksi
kimia. Kinetika reaksi menerangkan dua hal yaitu mekanisme reaksi dan laju
reaksi. Pengertian mekanisme reaksi adalah dipakai untuk menerangkan
langkahlangkah dimana suatu reaktan menjadi produk. Laju reaksi adalah
perubahan konsentrasi pereaksi ataupun suatu produk dalam suatu satuan
waktu. (Majid, 2012). Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat
suatu proses berlangsung. Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi
dalam satu satuan waktu. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi
menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat
pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori Arrhenius.
2. Untuk mengetahui pengertian dari teori tumbukan (kolisi).
3. Untuk mengetahui pengertian dari teori transisi.
4. Untuk mengetahui bagaimana termodinamika dari suatu reaksi kimia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Arrhenius
Pada tahun 1889 seorang ahli kimia asal Swedia bernama Svante Arrhenius
mengemukakan teorinya bahwa hanya molekul aktif yang dapat bereaksi (Nata et
al., 2008). Untuk menghubungkan antara energi aktivasi dengan konstanta laju
reaksi, Arrheneus menggunakan Van’t Hoff sebagai dasar penentuan, yaitu:
Dimana:
R = Tetapan gas
T = Temperature
Adapun hubungan antara energi dalam produk dengan reaktan ditunjukkan seperti
pada gambar berikut.
Dimana:
2
Dengan:
E + EA = E* + EA
E* - E = EA - EA
Molekul aktif merupakan energi yang memungkinkan terjadinya reaksi, oleh karena
itu tetapan kesetimbangan kc dapat dituliskan:
𝑑 (log 𝑘) d log 𝑘 ′ 𝐸𝐴
− = + 𝑓(𝑇)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑅𝑇2
Dan:
Catatan: f(T) dibutuhkan untuk semua persamaan agar lebih memperjelas hubungan
termodinamika antara persamaan diatas.
𝐸𝐴
log 𝑘 = + 𝑓 (𝑇) + log 𝐴
𝑅𝑇
Pada beberapa keadaan, dari hasil percobaan diketahui bahwa f(T) = 0, sehingga
persamaan 5 diatas dapat disederhanakan menjadi:
𝐸𝐴
log 𝑘 = + log 𝐴
𝑅𝑇
Atau:
k = A e-F/RT
3
Dimana:
A = faktor frekuensi atau konstanta Arrhenius
E = energi aktivasi
R = tetapan gas
T = temperatur operasi reaksi
𝐸𝐴 1 1
log 𝑘 = − ( − ) + log 𝐴
𝑅 𝑇 𝑇𝑜
k = A e-EA/RT0
EA/R merupakan slope dari kurva log k terhadap (1/T -1/T0), sedangkan log ko
merupakan intercept dan A dihitung dari definisi k o-.
2.2 Teori Tumbukan (Kolisi)
Teori yang tertua dan paling sederhana adalah teori tumbukan dari reaksi
biomolekuler. Teori in pertama kali dikenalkan oleh Max Trautz pada tahun 1916
dan kemudian dilanjutkan oleh William Lewis pada tahun 1918. Teori tumbukan
secara kualitatif menjelaskan bagaimana reaksi kimia terjadi dan bagaimana laju
reaksi berbeda bagi reaksi yang berbeda pula. Reaksi terjadi karena adanya
molekul-molekul yang saling bertumbukan secara efektif, yaitu tumbukan antar
molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan untuk menghasilkan produk
(Kristianingrum, 2003). Menurut teori ini suatu reaksi kimia hanya dapat
berlangsung jika molekul reaktan saling bertumbukan. Menurut teori ini laju reaksi
adalah hasil kali dari frekuensi tumbukan yang mempunyai cukup energi untuk
bereaksi (Mon et al., 2012). Ada dua kondisi tumbukan yang menghasilkan reaksi,
yaitu sebagai berikut.
4
Energi untuk memutus ikatan berasal dari energi kinetik yang dimiliki
molekul reaktan sebelum terjadi tumbukan. Hanya molekul yang
bertumbukan dengan energi kinetik yang lebih besar dari energi aktivasi
yang dapat bereaksi.
2. Molekul-molekul harus bertumbukkan dengan orientasi yang tepat.
Orientasi yang tepat lebih menjamin atau memungkinkan kontak langsung
antara atom-atom yang terlibat dalam pemutusan dan pembentukan ikatan.
Menurut teori tumbukan (kolisi), suatu reaksi hanya dapat terjadi kalau dua
molekul bertumbukan dan laju reaksi dari produk yang terbentuk perdetik/cm3
sama dengan jumlah dari tumbukan dikalikan dengan faktor f (Nata et al., 2008).
Faktor ini diambil berdasarkan fraksi dari resultan seluruh tumbukan dalam reaksi
ini: laju tumbukan = ZAB.f. Dimana Z adalah jumlah dari tumbukan antara molekul
A dengan molekul B perdetik cm3 campuran untuk reaksi A+B C+D.
Dimana:
5
Laju peruraian A dari reaksi diatas adalah:
Faktor f merupakan fraksi dari molekul yang memiliki kelebihan energi yang
dibutuhkan untuk energi, yaitu:
Sehingga bila dibandingkan antara persamaan (2.11) dan (2.12) dapat diperoleh laju
reaksi peruraian A sebagai:
Dari persamaan laju reaksi di atas tetapan laju reaksi k dipengaruhi oleh temperatur
T dalam bentuk k T1/2. e-E/RT. Bila dibandingkan dengan teori Arrhenius dimana
k = A0. e-E/RT maka besaran tetapan Arrhenius tersebut sebanding dengan:
6
2.3 Teori Transisi
Teori transisi digunakan juga dalam mempelajari kaitan antara temperature
dengan konstanta laju reaksi selain teori tumbukan (Nata et al., 2008). Teori ini
pertama kali dikenalkan oleh Eyring, sehingga dikenal juga sebagai teori Eyring,
yaitu molekul-molekul yang bereaksi sebelum membentuk produk akhir terlebih
dulu membentuk komplek teraktifkan yang berada dalam kesetimbangan
thermodinamika dengan molekul pereaksi. Bila terjadi tumbukan antar molekul
reaktan akan diperoleh suatu keadaan transisi/antara (intermediat) yang mempunyai
energi sangat tinggi, sehingga menyebabkan molekul yang menghasilkan kompleks
teraktivasi. Kompleks ini tidak stabil dan dengan segera berubah menjadi produk
(Kristianingrum, 2003). Reaksi keseluruhan dapat dianggap mengikuti 2 tahap
dimana peruraian komplek teraktifkan sebagai tahap yang mengontrol laju reaksi.
Laju reaksi:
……………. (2.18)
Keterangan:
K = tetapan Boltzman
H = tetapan Plank
…………… (2.20)
7
Dimana: ax *, CA dan CB = aktivita dari komplek teraktifkan, reaktan A dan B. Bila
sistem merupakan larutan ideal, maka:
……………. (2.21)
Dan
Karena
Jadi
Sehingga:
8
Dimana E*, H*, S* adalah perubahan energi bebas, entalpi dan perubahan entropi.
Untuk sistem dalam larutan gas ideal dari gas, maka:
Dimana:
π = tekanan total
R = tetapan gas
Atau
9
Untuk gas E = ΔH* - (molecularity – 1) RT dan besaran E dengan ΔH* relatif
tidak ada bedanya, sehingga dari teori transisi dapat disimpulkan:
10
1. Hukum Termodinamika ke-0: berhubungan dengan kesetimbangan termal atau
konsep temperatur.
2. Hukum termodinamika ke-1: Berhubungan dengan konsep internal energy dan
prinsip kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
tapi hanya dapat diubah bentuknya. Di hukum I ini pula ditegaskan tentang
perpindahan kalor dan perpindahan kerja dari sebuah sistem.
3. Hukum termodinamika ke-2: memperlihatkan arah perubahan alami distribusi
energi dan memperkenalkan prinsip peningkatan entropi. Hukum ke-2 ini
menjadi dasar dari analisa rekayasa untuk menentukan jumlah daya guna
maksimum yang dapat diperoleh dari sumber energi tertentu. (Warokka &
Boedi, 2021)
aA + bB <-> cC + dD
11
Untuk gas ideal PA = CA. RT, sehingga persamaan di atas menjadi:
Hubungan antara energy bebas Gibbs (G), entalphy (H), dan entropi (S) dapat
dinyatakan:
Untuk beberapa jenis reaksi model, Modelt dan reid menunjukan hubungan
hubungan thermodinamika dengan konstanta kesetmbangan (Nata et al., 2008).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan
waktu. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Laju
reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya
produk. Konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh salah satunya adalah temperatur
reaksi. Beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menentukan kaitan
antara k dan temperatur dengan beberapa teori, yaitu teori Arrhenius, teori
tumbukan, teori transisi, serta termodinamika dari reaksi kimia.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun tentunya belum sempurna sesuai yang
diharapkan. Masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Karena kami
hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf atau kesalahan dan kesempurnaan
itu hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak dan pembaca demi perbaikan di masa mendatang.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
DAFTAR NAMA KELAS KIMIA B
Kelompok 1
Materi: Teori Arrhenius dan Teori Tumbukan
Anggota:
1. Vera Yustika (442420020)
2. Maryam Padi (442420032)
3. Febriyanti Andimala (442420036)
4. Murjiatunur Amboy (442420022)
5. Nur Riska Apriana (442420014)
Kelompok 2
Materi: Teori Transisi
Anggota:
1. Windi Bukani (442420002)
2. Merlin Darise (442420012)
3. Pratiwi One (442420006)
4. Moh. Ikhwal F. Lamusu (442420026)
5. Syakina Marilan Da’aliwa (442420016)
Kelompok 3
Materi: Thermodinamika Dari Reaksi Kimia
Anggota:
1. Fitria Naim (442420030)
2. Yuyan Ali Usman (442420031)
3. Nurfadilah M. Kasim (442420018)
4. Indah Badriawaty Dali (442420034)
5. Miftahul Fattaah Mohamad (442420008)