Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Julhim S Tangio, S.Pd, M.Si

OLEH

Nama: Febriyanti Andimala


Nim: (442420036)
Kelas: Kimia B

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T karena atas limpahan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Toksikologi Kimia” untuk
memenuhi dan melengkapi tugas pada mata kuliah Kimia Lingkungan.
Kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang serta
memberikan cukup informasi untuk dipelajari dan menambah wawasan kita. Kami menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya serta kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi agar menjadi lebih baik lagi.

Gorontalo, 6 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Konsep Toksikologi Lingkungan ........................................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Polutan ................................................................................................. 4
2.3 Media Transport ..................................................................................................... 5
2.4 Upaya Pencegahan Toksikologi Lingkungan ........................................................ 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu kimia tedapat bidang ilmu kimia lingkungan. Kimia lingkungan merupakan
studi ilmiah tentang fenomena kimia dan biokimia yang terjadi di alam. Bidang ilmiah ini dapat
didefinisikan sebagai studi tentang sumber, reaksi, transpor, efek dan nasib bahan kimia di udara,
tanah dan air, dan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungannya. Lingkungan sendiri dapat
diartikan sebagai suatu keseluruhan kondisi fisik suatu kawasan yang mencakup keadaan sumber
daya alam (tanah, air, mineral, energi surya, flora, fauna), termasuk kelembagaan yang mencakup
hasil ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Dalam
lingkungan terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan
utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalammembentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup

Berkaitan dengan kimia lingkungan dikenal pula toksikologi lingkungan. Kasus


toksikologi lingkungan berkaitan dengan kasus pencemaran lingkungan, di mana sudah banyak
ditemukan seperti timah hitam berasalkan bensin bertimbal; air raksa berasalkan penambangan
emas rakyat, penggunaan insektisida dan lain-lain. Namun demikian intoksikasi akibat Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut belum tercatat secara khusus, karena belum disadari adanya
kemungkinan penyakit akibat pencemar lingkungan.

Toksikologi lingkungan dapat berkaitan juga dengan bagaimana cara kerja lingkungan
yang tak telah terkontaminasi, dan apa efeknya. Manusia dan organisme lainnya, dapat terpapar
oleh zat-zat toksik melalui berbagai sumber seperti udara, air, makanan, dan sebagainya. Pejanan
ini pada umumnya secara akut tidak membahayakan, namun dapat memberi efek buruk pada
jangka panjang. Berdasarkaan pemamaparan-pemaparan sebelumnya maka dibuatlah makalah ini
untuk membahas lebih lanjut terkait toksikologi kimia dan upaya mencegahnya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan konsep toksikologi lingkungan?
2) Apa saja jenis-jenis polutan di lingkungan?
3) Apa saja macam-macam media transport?
1
4) Bagaiamna upaya mencegah toksikologi lingkungan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuannya adalah sebagai berikut:
1) Untuk memahami konsep toksikologi lingkungan.
2) Untuk mengetahui jenis-jenis polutan di lingkungan.
3) Untuk mengetahui macam-macam media transport.
4) Untuk mengetahui upaya pencegahan toksikologi lingkungan
1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa mengenai toksikologi lingkungan dan bisa menciptakan inovasi atau solusi
untuk mengatasinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Toksikologi Lingkungan
Konsep toksik (racun), meskipun sudah dikenal secara umum namun sesungguhnya
memiliki arti sangat luas. Bagi orang awam, toksik merupakan sinonim dari kata beracun. Racun
didefinisikan sebagai zat kimia dengan tingkat toksisitas tinggi bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya. Doull dan Bruce (1986) menyatakan bahwa racun adalah agen penyebab kerusakan dan
kematian pada makhluk hidup apabila terpejan atau terabsorbsi tubuh

Secara asal kata, toksikologi berasal dari kata: "toxic" dan "logos" yang berarti toxic adalah
racun dan logos adalah ilmu. Dengan demikian,diartikan secara ringkas "toksikologi" adalah "ilmu
tentang racun". Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Casarett, 2005). Selanjutnya, Doull
& Bruce (1986) mengemukakan definisi tentang racun ini sebagai agen yang menyebabkan
kerusakan atau kematian bila dicerna atau diabsorpsi. Sementara itu, Klaassen (1986) di tahun
yang sama menyatakan bahwa toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh yang
merusak dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Sedangkan Loomis (1978) memberi definisi
bahwa toksikologi lingkungan adalah ilmu mengenai pengaruh-pengaruh merusak akibat paparan
dari berbagai bahan kimia di lingkungan melalui kontak pekerjaan atau aktivitas sehari-hari serta
konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan bahan pencemar.

Keberlangsungan hidup manusia dan organisme lainnya di lingkungan dapat terganggu


oleh adanya berbagai sisa zat kimia dengan sifat mengganggu atau bahkan toksisk akibat hasil
aktivitas manusia itu sendiri. Manusia memberikan aksi dan menerima aksi pula dari lingkungan
sebagai reaksi dari apa yang dilakukan manusia terhadap lingkungan. Sehingga dengan demikian,
apabila limbah yang dikeluarkan manusia lalu dibuang ke lingkungan berada pada kondisi yang
melebihi kemampuan lingkungan untuk melakukan self purification (kemampuan alami
lingkungan membersihkan dirinya melalui system keseimbangan) maka yang terjadi adalah
kondisi lingkungan berpotensi memberikan aksi atau pengaruh buruk pada manusia. Kondisi
lingkungan seperti ini disebut telah terdegradasi. Artinya, terjadi penurunan fungsi lingkungan

3
bagi kesejahteraan manusia. Degradasi lingkungan berarti daya dukung dan daya tampungnya
tidak lagi optimal bagi tatanan kehidupan manusia.

Secara sederhana dapat dimengerti dengan telaah dinamika toksikologi lingkungan sebagai
telaah bahan toksik di lingkungan, yaitu mempelajari proses degradasi zat kimia, perubahan kimia
yang dialami oleh toksikan di lingkungan, serta transport zat kimia tersebut dari satu tempat ke
tempat lain di alam ini, disamping itu toksikologi lingkungan adalah pengetahuan yang
mempelajari efek toksik yang timbulkan dampak atau resiko keberadaan zat kimia tersebut
terhadap makhluk organisem hidup. Secara filosofis keilmuan, tujuan toksikologi lingkungan
adalah meningkatkan kesejahteraan manusia, melalui interaksi dengan lingkungan yang bebas dari
racun dan kerusakan yang berpotensi membahayakan manusia dan makhluk hidup lain.

2.2 Jenis-jenis Polutan


Polusi atau polutan adalah modifikasi tidak menguntungkan dari alam, muncul baik
seluruhnya ataupun sebagian sebagai produk hasil tindakan dan aktivitas dari manusia. Polutan
dapat dibedakan berdasarkan senyawanya, wujudnya, sifatnya, serta sumber pencemarnya.

a. Berdasarkan Senyawa

Berdasarkan senyawanya, polutan dapat dibedakan menjadi 3 yakni polutan fisik, polutan
kimia, dan polutan biologis. Polutan fisik merupakan polutan yang dalam bentuk fisiknya dapat
mencemari lingkungan seperti pecahan kaca, sampah plastik, botol, karet ban, besi tua, dan
lainnya. Polutan kimiawi merupakan polutan berbentuk senyawa kimia baik senyawa sintetis
maupun senyawa alami, yang dalam konsentrasi tertentu menimbulkan pencemaran, seperti gas
karbon monoksida, logam timbal, pestisida, logam merkuri, gas karbondioksida, dan lainnya.
Polutan biologis merupakan polutan berbentuk makhluk hidup yang menimbulkan pencemaran
seperti mikroorganisme bakteri, misalnya E. coli, Entamoeba, dan lainnya (Ramade, 1979).

b. Berdasarkan Wujud

Berdasarkan wujudnya, polutan dibedakan menjadi polutan padat, polutan cair, dan polutan
gas. Polutan padat berupa zat atau bahan padat yang dapat menyebabkan pencemaran, seperti
lumpur padat, debu, asap, sampah plastik, botol, kaca, hingga makhluk hidup seperti bakteri,
jamur, dan virus. Polutan cair adalah zat atau bahan cair seperti tumpahan minyak dari kapal

4
tanker, zat-zat kima cair, dan lainnya. Serta, polutan gas adalah berupa zat atau bahan gas seperti
karbon monoksida, belerang dioksida, oksida nitrogen, dan lainnya (Kristianto, 2004)

c. Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, polutan terbagi menjadi dua yakni polutan biodegradable dan polutan
non-biodegradable. Polutan biodegradable adalah jenis polutan yang dapat diuraikan oleh proses
alamiah, seperti kertas, kayu, dedaunan, sisa makanan, bangkai makhluk hidup, dan bahan organik
lainnya. Polutan ini mudah membusuk dan kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
Polutan jenis ini akan berbahaya jika dibuang ke dalam lingkungan air karena dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme dalam air hingga menyebabkan kemungkinan ikut berkembangnya
bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia (Ambarwati, 2011). Sedangkan polutan non-
biodegradable bersifat tidak dapat diuraikan oleh proses alamiah sehingga tetap ada pada
lingkungan dalam jangka waktu lama, seperti pecahan kaca, kaleng, logam bekas, residu
radioaktif, dan lainnya. Pengelolaan berbagai macam polutan secara tepat dapat mengurangi
terjadinya pencemaran pada lingkungan, seperti dengan cara memisahkan jenis-jenis polutan dan
mendaur ulang polutan non-biodegradable (Arya, 2004).

d. Berdasarkan Sumber Pencemar

Berdasarkan sumber pencemarnya, polutan dibedakan menjadi dua yakni polutan bersumber
dari domestik dan bersumber dari industri. Polutan domestik berasal dari kegiatan sehari-hari
pemukiman penduduk dan pasar meliputi sisa buangan manusia (tinja), limbah deterjen dan sabun,
sisa bahan makanan dan pembungkus makanan, serta sisa kegiatan pertanian dan peternakan.
Sedangkan polutan industri merupakan bahan sisa atau bahan buangan dari hasil samping suatu
proses perindustrian, seperti lumpur padat, abu, asap dari cerobong pabrik, sisa sarung tangan dan
masker, minyak, bahan-bahan kimia, bahan radioaktif, dan sebagainya. Sisa buangan hasil industri
ini sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yakni limbah non B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan
limbah B3. Limbah non B3 contohnya seperti lumpur, sampah kantor, spare part mesin, sarung
tangan dan sebagainya, sedangkan limbah B3 antara lain bahan kimia, radioaktif, toner, minyak,
dan sebagainya (Palar, 2004; Tchobanoglous et al, 2003).

5
2.3 Media Transport
Media transport adalah media yang ada dalam lingkungan. Tentu saja media itu terdiri dari
komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik ini juga dapat dibagi 2, yaitu komponen biotik
alami seperti tanah, air dan udara dan komponen biotik yang tidak alami sebagai hasil buatan
manusia. Transport dapat juga disebut “disperse”; dapat lambat dapat cepat; dapat juga jauh atau
dekat. Transport ini merupakan proses fisis, begitu pula proses transformasi dapat merupakan
proses fisis seperti halnya reaksi foto kimia dan degradasi baik yang bersifat biotik maupun abiotik
(Salami, 2003).

a. Air sebagai Media

Air merupakan media yang paling banyak menerima dan dijadikan sebagai media transport
maupun media terjadinya transformasi xenobiotik di alam. Mulai sampah (limbah padat), sampai
pada limbah cair baik dari aplikasi pestisida maupun limbah rumah tangga dan industri Bahkan
karena begitu tercemarnya lingkungan, air hujan yang turun pun telah membawa zat asam sehingga
disebut hujan asam. Padahal air hujan adalah mekanisme penjernihan air paling akhir di alam.

Dalam air sebagai media, maka proses yang terjadi adalah:

• adveksi;
• diffuse;
• dispersi.

Adveksi adalah pergerakan bahan pencemar atau xenobiotik yang mengandung toksin yang
terjadi karena adanya aliran air. Laju adveksi ini ditentukan oleh konsentrasi C dan kecepatan air
V.

Diffuse atau difusi adalah bercampurnya xenobiotik pada air yang ada pada lingkungan.
Selanjutnya air tersebut akan menjadi media pergerakan dari bahan pencemar. Difusi ini terbagi
atas 2, yang pertama disebut difusi turbulen dan yang kedua disebut difusi molekuler. Pada
umumnya, difusi dan adveksi terjadi serentak dan simultan.

Dispersi adalah pengadukan yang terjadi dalam tanah ketika adveksi terjadi dalam kecepatan
rendah yang tidak mengakibatkan turbulensi, tetapi pergerakan air yang melalui partikel tanah
menyebabkan terjadinya transport yang menyerupai difusi turbulen (Salami, 2003).
6
b. Udara sebagai Media

Bahan pencemar seperti ozone, sulfur dioksida dan partikel halus lainnya ternyata mampu
diterbangkan oleh angin dari satu negara ke negara lain. Bahkan udara mampu sebagai media
transport untuk antar-benua.

Proses pergerakan toksin di udara dapat terjadi melalui:

• konveksi;
• difusi;
• konveksi dan difusi.

Proses konveksi adalah terjadinya sekumpulan partikel atau agregat bahan pencemar bersama
dengan pergerakan masa udara. Pergerakan masa udara ini disebut dengan advection. Proses difusi
juga terjadi dan tidak tertutup kemungkinan terjadi keduanya sekaligus di udara.

c. Tanah sebagai Media

Tanah sebagai media selain pada permukaan juga dapat terjadi di bawah permukaan tanah.
Tanah merupakan kompartemen yang heterogen. Di dalam tanah terdapat air, udara, dan biota.
Kesemuanya merupakan media untuk pergerakan bahan toksin, baik secara transport maupun
melalui transformasi.

d. Komponen Biotik sebagai Media

Biotik sebagai media transport terbesar adalah hasil pertanian. Hasil pertanian berupa buah-
buahan, sayur-sayuran yang bisa dikonsumsi langsung oleh manusia. Apalagi dengan adanya
perdagangan bebas produk hasil pertanian maka memungkinkan sekali terjadinya pergerakan yang
meluas di antar-negara.

Hal yang paling berpotensi terhadap pergerakan toksin dalam jumlah yang besar dan luas
adalah keberadaan residu pestisida pada hasil pertanian tersebut. Walaupun telah dicuci dengan
air, tetapi walau bagaimanapun telah terjadi juga transformasi antara residu pestisida dengan media
biotik tersebut. Di samping hasil pertanian yang tergolong pada flora, selanjutnya adalah fauna.
Fauna yang ada di lingkungan, di samping sebagai agen juga bisa sebagai pembawa atau sebagai
media pergerakan racun pada lingkungan untuk akhirnya sampai pada manusia.
7
Hewan itu bisa berupa hewan yang dikonsumsi oleh manusia seperti ayam dan ikan. Pada ayam
atau ikan tersebut telah terjadi transformasi xenobiotik dan menghasilkan suatu senyawa yang
bersifat toksin yang membahayakan manusia untuk jangka panjang. Apalagi hewan yang dijual
dan untuk dikonsumsi itu, telah diberi makanan sintetis. Sehingga kemungkinan terakumulasinya
senyawa berupa xenobiotik menjadi sangat mungkin terjadi. Pada hewan yang hidup di habitat
alaminya seperti ikan di laut dan di sungai pun demikian. Air yang telah tercemar mengandung
senyawa asing yang oleh ikan itu dijadikan media hidup dan mengambil makanan. Pada gilirannya
ikan itu pun dikonsumsi oleh manusia.

2.4 Upaya Pencegahan Toksitas Lingkungan


Efek toksik karena suatu senyawa asing (xenobiotik) dapat memberi akibat/dampak variatif
pada makhluk hidup, tergantung target organ, mekanisme aksi, serta besarnya dosis. Efek toksik
dapat berupa lokal maupun sistemik. Efek toksik lokal adalah akibat kontak pertama kali dengan
bagian tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau
uap pada saluran napas. Sedangkan, efek toksik sistemik adalah apabila xenobiotik terabsorpsi dan
masuk ke sirkulasi sistemik kemudian terdistribusi ke target organ sasarandan akan menimbulkan
efek (Syam, 2016).

Pagoray (2001) melaporkan tingginya kandungan Cd dan Hg dibantaran Kali Donan


kawasan industri Cilacap. Tingginya kandungan logam berat tersebut diakibatkan pembuangan
limbah logam berat sisa proses produksi pengolahan minyak bumi yang belum memenuhi baku
mutu yang dipersyaratkan pemerintah dan masih digunakannya logam-logam berat dalam proses
produksi tersebut.

Pencegahan keracunan umumnya memerlukan perhitungan terhadap toxicity, hazard, risk,


dan safety. Hazard suatu zat kimia dapat diartikan dengan kemungkinan zat kimia tersebut untuk
menimbulkan cidera. Dalam bahasa Indonesia hazard dapat diterjemahkan dengan bahaya. Resiko
adalah besarnya kemungkinan suatu tokson yang dimaksud untuk menimbulkan keracunan.
Resiko berkaitan langsung dengan jumlah tokson yang masuk ke sistem sistemik organisme.
Pencegahan toksisitas ini berkaitan dengan pencegahan pencemnaran lingkungan. Cara Mencegah
atau Menanggulangi Pencemaran Lingkungan adalah dengan cara sebagai berikut :

8
1. Limbah Industri.
a. Membangun industri jauh dari pemukiman / perkotaan.
b. Setiap pabrik harus mempunyai pengolahan limbah yang aman untuk lingkungan
c. Limbah organic dari makanan dapat diproses menjadi bahan yang berguna.
2. Limbah Rumah Tangga.
a. Limbah cair dialirkan ke bak penampungan, dengan tujuan :
• Mencegah terjadinya pencemaran air untuk rumah.
• Mencegah terjadinya pencemaran tanah.
b. Sampah organic diolah menjadi pupuk kompos.
c. Sampah dibuang di tempat yang lebih rendah dan ditimbun dengan tanah.
3. Limbah Pertanian.
a) Tidak menggunakan pupuk pertanian secara berlebihan.
b) Pengawasan terhadap penggunaan jenis – jenis pestisida.
c) Membuat pupuk kompos dengan bahan sisa panen.
4. Pencemaran Udara.
a) Mengurangi bahan bakar minyak, batu bara.
b) Menggunakan penyaring pada cerobong asap.
c) Menggunakan bahan bakar alternatif.
d) Mencegah penebangan / pembakaran hutan.
e) Membangun taman kota dengan tanaman anti polutan.
f) Pengendalian pembangunan rumah kaca.
g) Mengadakan uji emisi asap kendaraan bermotor.
5. Pencemaran Air.
a) Memelihara Daerah Aliran Sungai (DAS).
b) Netralisasi zat kimia.
6. Adanya tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
7. Meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat akan arti pentingnya lingkungan hidup.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana taksikologi lingkungan sebagai telaah bahan toksik di lingkungan yaitu
mempelajari proses degradasi zat kimia, perubahan kimia yang dialami oleh toksikan di
lingkungan. Tujuan toksikologi lingkungan adalah meningkatkan kesejahteraan manusia melalui
interaksi dengan lingkungan yang bebas dari racun dan kerusakan yang berpotensi membahayakan
manusia dan makhluk hidup. Adanya kerusakan lingkungan terjadi karena berbagai jenis polutan
yang ada di lingkungan sekitar polutan terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan senyawanya,
berdasarkan sifat, berdasarkan wujudnya dan berdasarkan sumber pencemarnya.

Upaya untuk mengatasi atau mencegah kerusakan yang berpotensi membahayakan iyalah
dengan melakukan beberapa cara seperti mencegah terjadinya pencemaran air untuk rumah tangga,
tidak menggunakan pupuk pertanian secara berlebihan, mengurangi bahan bakar minyak dan batu
bara, mencegah pembakaran hutan, netralisasi zat kimia, menggunakan penyaring pada cerobong
asap dan masih banyak cara sederhana untuk mencegah kerusakan tersebut.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kimia kiranya dapat lebih memahami lagi terkait toksikologi
lingkungan dan bisa menciptakan inovasi atau solusi untuk mengatasinya. Dapat pula menjadikan
makalah ini sebagai salah satu referensi dalam mempelajari beberapa hal terkait toksikologi
lingkungan itu sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R.D., 2011, Sampah dan Masalahnya, Artikel Dinas Sumber Daya Air dan
Pemukiman (DSDAP) Pemerintah Kota Banten
Arya, Wardhana, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Cetakan Keempat, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Dewata, I., & Danhas, Y. H. (2021). Toksikologi Lingkungan: Konsep dan Aplikatif.
Kristianto, P., 2004, Ekologi Industri, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Palar. H., 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta
Ramade F, 1979, Elements d’ecologie appliquee, 2nd Edition, 576 pp, MacGraw-Hill, Paris.
Salami, I.R.S. 2003. “Ekokinetika”. Dalam Toksikologi Lingkungan. Editor Soemirat J dan
Ariesyadi H.D. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Sembel, D. T. (2015). Toksikologi lingkungan. Penerbit Andi.
Syam, Nasrudin, 2016, Efek Toksik Xenobiotik, Bahan Ajar Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Muslim Indonesia

11
TANYA JAWAB

1. Penanya: (Aliyaah Nadya Paramitha Rauf)


Pertanyaan:
Upaya pencegahan toksikologi lingkungan : apa saja upaya mecegah toksikologi dari
setiap efek yg dijelskan?
Penjawab: (Rahmatiya Abdjul)
Jawaban:
Efek toksik lokal adalah akibat kontak pertama kali dengan bagian tubuh, misalnya pada
saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran napas.
Sedangkan, efek toksik sistemik adalah apabila xenobiotik terabsorpsi dan masuk ke
sirkulasi sistemik kemudian terdistribusi ke target organ sasarandan akan menimbulkan
efek Contohnya local pemakaian cream pemakaian kream pada merkuri . Itu langsung
berkontak langsung sam kulit cara pencegahannya tidak memakai cream dengn merkuri

2. Penanya: (Miftahul Nur)


Pertanyaan:
Toksikologi seperti apa yg bersifat flora fauna dan pencegahan?
Penjawab: (Nuraini Bumulo)
Jawaban:
Toksikologi pada hewan itu sepeti hewan yang sudah di sintesis, Hewan itu bisa berupa
hewan yang dikonsumsi oleh manusia seperti ayam dan ikan. Pada ayam atau ikan tersebut
telah terjadi transformasi xenobiotik dan menghasilkan suatu senyawa yang bersifat toksin
yang membahayakan manusia untuk jangka panjang. Apalagi hewan yang dijual dan untuk
dikonsumsi itu, telah diberi makanan sintetis. Sehingga kemungkinan terakumulasinya
senyawa berupa xenobiotik menjadi sangat mungkin terjadi. Pada hewan yang hidup di
habitat alaminya seperti ikan di laut dan di sungai pun demikian. Air yang telah tercemar
mengandung senyawa asing yang oleh ikan itu dijadikan media hidup dan mengambil
makanan. Pada gilirannya ikan itu pun dikonsumsi oleh manusia.

3. Penanya: (Maryam Padi)


Pertanyaan:
Upaya pencegahan dari masing masing media transport yg digunakan?
Penjawab: (Febriyanti Andimala)
Jawaban :
a. Pencemaran Udara
1. Mengurangi bahan bakar minyak,batu bara.
2. Menggunakana penyaring pada cerobong asap
3. Menggunakan bahan bakar alternatif
4. Mencegah penebangan/pembakaran hutan
5. Membangun taman kota dengan tanaman anti polutan
6. Pengendalian pembangunan rumah kaca
7. Mengadakan uji emisi asap kendaraan bermotor
b. Pencegahan tanah
1. Melakukan daur ulang sampah anorganik, seperti plastik, logam, kaca, karet, dan
lain.
2. Tidak membuang sampah deterjen ke tanah atau saluran air.
3. Menjaga kelestarian tanaman untuk mengurangi pengikisan lapisan humus tanah oleh
air hujan.
c. Pencemaran Air.
1. Memelihara Daerah Aliran Sungai (DAS).
2. Netralisasi zat kimia.

Anda mungkin juga menyukai