Oleh kelompok 2 :
1. Azman K2019010
2. Ahmardin K202101005
3. Friska Damayanti K202101053
4. Hasniah Sahara K202101039
5. Putri Ferdayanti K202101012
6. Risda Yanti K202101016
Segala puji bagi Allah STW yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Pengantar Toksikologi Industri”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Toksikologi Industri
dengan judul “Xenobiotik dan Toksikokinetik”. Selanjutnya penulis
mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Paradigma Toksikologi...........................................................................................3
B. Xenobiotik..............................................................................................................3
C. Fase Kerja Toksik..................................................................................................11
D. Toksikokinetik.......................................................................................................15
E. Contoh Proses Toksikokinetik Zat Merkuri...........................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan industri telah menciptakan sebagian besar senyawa toksik ke
lingkungan dan menyebabkan pencemaran luas pada tanah dan air.
Pencemaran membahayakan flora dan fauna karena dapat terjadi akumulasi
senyawa toksik pada rantai makanan dan menimbulkan berbagai masalah
kesehatan akut dan kronis pada manusia. Bahan-bahan polutan umumnya
adalah senyawa xenobiotik dari produk industri kimia sintetik dengan
komponen-komponen struktural tidak alamiah yang merupakan kimia
anthropogenik.
Keanekaragaman efek merugikan potensial dan keberagaman bahan
kimia di dalam llingkungan menjadikan toksikologi ilmu pengetahuan yang
sangat luas. Ruang lingkup toksikologi mencakup lingkungan (misalnya,
polusi, air, dan udara), ekonomi (misalnya, bahan tambahan makanan dan
pestisida) (Stringer, 2008).
Efek toksik mempengaruhi atau menentukan keberadaan zat kimia atau
metabolitnya dalam sel sasaran atau tempat kerjanya. Untuk menentukan
keberadaan zat kimia atau metabolit toksik ini maka perlu diketahui
mekanisme masuk nya zat toksik serta bagaimana mekanisme zat tersebut
merusak suatu organisme.
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu xenos yang artinya asing.
Xenobiotik adalah zat asing yang masuk kedalam tubuh manusia. Untuk dapat
di eskresi, xenobiotik harus di metanplisme menjadi zat yang larut. Organ
yang paling berperan dalam metabolisme xenobiotik adalah hati. Melalui
proses metabolisme dan proses ekskresi tubuh, xenobiotik dapat
menghilangkan semua pengaruh yang timbul.
Didalam tubuh manusia, xenobiotik umumnya memberikan pengaruh
pada sistem dan fungsi normal tubuh. Pengaruh bisa sesuatu yang diharapkan,
seperti terapeutik obat, yaitu efek untuk penyembuhan penyakit atau
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah paradigma toksikologi?
2. Bagaimanakah konsep dari xenobiotik?
3. Bagaimanakah fase kerja toksik?
4. Bagaimanakah konsep dari toksikokinetik?
5. Bagaimanakah contoh proses toksikokinetik suatu zat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami paradigma toksikologi.
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari xenobiotik.
3. Untuk mengetahui dan memahami fase kerja toksik.
4. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari toksikokinetik.
5. Untuk mengetahui dan memahami contoh proses toksikokinetik suatu zat.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah
pengetahuan dan wawasan (aspek teoritis).
2. Sebagai sumber informasi yang sangat penting utnuk dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari (aspek praktis).
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Paradigma Toksikologi
B. Xenobiotik
1. Pengertian Xenobiotik
Secara etimologis, xenobiotik berasal dari bahasa Yunani "xenos"
yang artinya asing dan "biotik" yang artinya makhluk hidup. Sedangkan
secara harfiah, xenobiotik diartikan sebagai bahan kimia baik alami
maupun sintesis yang berasal dari luar tubuh dan masuk kedalam tubuh
2. Jenis Xenobiotik
Tabel 2.1 Daftar 20 Teratas Racun dan Substansi Berbahaya
No Bahan Sumber Terbesar
1 Arsen Kayu
2 Timbal Cat, bensin
3 Merkuri Pembakaran batubara
4 Vinyl Klorida Penggunaan plastik pada industri
5 Polychlorinated biphenyls (PCBs) Isolasi listrik
6 Benzene Bensin, industri
7 Kadmium Baterai
8 Benzo(a)pyrene Limbah insenerasi
9 Polycyclic aromatic hydrocarbons Pembakaran
10 Benzo(b)fluoranthene Bahan bakar
11 Kloroform Proses penjernihan air, industri
12 Diklorodifeniltrikloroetana (DDT) Penggunaan pestisida
13 Aroclor 1254 Plastik
14 Aroclor 1260 Plastik
15 Trichloroethylene Pelarut
16 Dibenz(a,h)anthracene Insenerasi
17 Dieldrin Pestisida
18 Kromium, Heksavalen Cat, pelapis, pengelasan, bahan anti karat
19 Chlordane Pestisida
20 Hexachlorobutadiene pestisida
5
3. Klasifikasi Xenobiotik
Xenobiotik dapat diklasifikasikan atas beberapa kategori,
diantaranya yaitu :
a. Klasifikasi Berdasarkan Sumber
1) Sumber alamiah/buatan
Racun yang berasal dari alamiah atau buatan membedakan
racun asli yang berasal dari flora dan fauna dan kontaminasi
organisme dengan berbagai racun yang berasal dari bahan baku
industri beracun ataupun buangan beracun dan bahan sintetis
beracun. Sumber berbentuk titik, area dan gerak. Klasifikasi
sumber seperti ini biasanya dipergunakan orang yang berminat
melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah
dikedalikan daripada sumber area dan gerak. Senyawa xenobiotik
dari sumber alami berupa racun dari benda hidup, seperti
clostridium, botulinium, aflatoksin, tanaman beracun, dan hewan
beracun. Sedangkan senyawa xenobiotik buatan/abiotis berupa
racun logam dan organik.
2) Sumber berbentuk, area dan bergerak
Biasanya dipergunakan orang yang berminat melakukan
pengendalian racun atau bahan asing tersebut
3) Sumber domestik, komersial dan industri
Sumber domestik biasanya berasal dari permukiman, kurang
beracun kecuali bercampur dengan buangan pestisida, obat-obatan
dll. Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula
dengan buangan industri.
6
Contoh bahan kimia yang bersifat korosif antara lain asam sulfat,
asam asetat, asam klorida. Sifat korosif ini dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, kulit, dan sistem pernapasan.
2) Radioaktif
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu
radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom
atom. Contoh bahan yang bersifat radioaktif yaitu sinar alfa yang
merupakan inti dari Helium. Zat radioaktif pencemar lingkungan
yang biasa ditemukan adalah 90 SR penyebab kanker tulang dan
131J, Polonium dan Radium.
Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
tidak boleh melebihi 50 milisievert/tahun, sedangkan besarnya
dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat pada umumnya tidak
boleh melebihi 5 milisievert/tahun.
3) Evaporatif
Evaporatif adalah proses pertukaran melalui molekul air di
atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di
udara. Contoh kasusnya adalah meningkatnya kadar sulfur di bumi
menyebabkan ikut menguap sampai ke udara uap berubah menjadi
tetesan air dan jatuh kembali ke bumi dengan mengandung kadar
sulfur yang tinggi menyebabkan hujan asam.
4) Eksplosif
Eksplosif yaitu suatu zat yang karena suatu reaksi kimia
dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta
suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan
disekelilingnya (meledak). Contoh bahan yang bersifat eksplosif
yaitu bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas,
percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Misal KClO3,
NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.
8
5) Reaktif
Reaktif merupakan bentuk pancaran energi melalui suatu
materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang
elektromagnetik dari sumber radiasi. Contoh bahan reaktif terhadap
air adalah yang mudah bereaksi terhadap air dengan mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar (Na, K, dan Ca bereaksi
dengan air menghasilkan H2 yang langsung terbakar oleh panas
reaksi yang terbentuk).
Contoh bahan reaktif terhadap asam yaitu bahan yang mudah
bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas beracun dan korosif (logam-logam alkali
seperti Na, K, danCa reaktif dengan air dan juga terhadap asam,
oksidator seperti kalium klorat atau perklorat, kalium premanganat
dan asma kromat sangat reaktif terhadap asam sulfat dan asam
asetat serta NaCN atau KCN jika bereaksi dengan asam akan
menghasilkan gas asam sianida yang sangat beracun).
a. Fase Eksposisi
Fase eksposisi merupakan fase terjadinya kontak suatu organisme
dengan xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat
terjadi efek toksik setelah xenobiotika terabsorpsi. Paparan ini dapat
terjadi melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian
xenobiotika langsung ke dalam tubuh organisme (injeksi). Jika suatu
objek biologik terpapar oleh suatu xenobiotika, maka, kecuali senyawa
radioaktif, efek biologik atau toksik akan muncul, jika xenobiotika
tersebut telah terabsorpsi menuju sistem sistemik. Umumnya hanya
xenobiotika yang terlarut, terdistribusi molekular, yang dapat diabsorpsi.
Jalur paparan pada fase ini terbagi atas beberapa jalur, diantaranya adalah :
1) Eksposisi Topikal (Melalui Kulit atau Mata)
Eksposisi (pemajanan) yang paling mudah dan paling lazim
terhadap manusia atau hewan dengan segala xenobiotika, seperti
misalnya kosmetik, produk rumah tangga, obat topikal, cemaran
lingkungan, atau cemaran industri di tempat kerja, ialah pemajanan
sengaja atau tidak sengaja pada kulit. Kulit terdiri atas epidermis
(bagian paling luar) dan dermis, yang terletak di atas jaringan
subkutan. Tebal lapisan epidermis adalah relatif tipis, yaitu rata-rata
sekitar 0,1-0,2 mm, sedangkan dermis sekitar 2 mm. Pajanan kulit
terhadap tokson sering mengakibatkan berbagai lesi (luka), efek iritasi
lokal maupun sistemik. Namun tidak jarang tokson dapat juga
terabsorpsi dari permukaan kulit menuju sistem sistemik.
2) Eksposisi Inhalasi (Melalui Pernapasan)
Pemajanan xenobiotika yang berada di udara dapat terjadi
melalui penghirupan xenobiotika tersebut. Tokson yang terdapat di
udara berada dalam bentuk gas, uap, butiran cair, dan partikel padat
dengan ukuran yang berbeda-beda. Disamping itu, saluran pernapasan
merupakan sistem yang kompleks, yang secara alami dapat
menyeleksi partikel berdasarkan ukurannya. Oleh sebab itu efek
toksik dari tokson yang dihirup tidak saja bergantung pada sifat
13
b. Fase Toksikokinetik
Fase ini disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah
xenobiotika berada dalam bentuk sediaan, pada mana keadaan xenobiotika
siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka
xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah atau limfe didistribusikan
ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor). Pada saat yang
bersamaan sebagian molekul xenobitika akan termetabolisme, atau
tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju saluran
cerna, atau sistem eksresi lainnya.
c. Fase Toksikodinamik
Fase toksikodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor
(tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada
akhirnya muncul efek toksik. Interaksi tokson-reseptor umumnya
merupakan interaksi yang bolak-balik (reversible). Hal ini mengakibatkan
perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari
tempat kerjanya (reseptor). Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi
pula interaksi tak bolak-balik (irreversible) antara xenobiotika dengan
substrat biologik.
Masuknya beberapa racun bersama-sama, yang cara kerjanya sangat
berbeda satu dari yang lainnya, seringkali mempertinggi resiko karena
dengan kerja zat yang satu tidak jarang kemampuan pertahanan tubuh
berkurang hingga daya tahan tubuh terhadap racun lainnya juga berkurang.
Dalam hal ini terutama pada kerja karsinogenik dan mutagenik, karena
biasanya jika dua karsinogen atau dua mutagen bekerja, akan terjadi
sumasi (penjumlahan) dari kerja kedua zat tersebut. Juga kontak
sebelumnya dengan zat karsinogen atau mutagen patut diperhitungkan.
Sumasi kerja dapat pula terjadi pada kerusakan kronis yang terjadi
sebelumnya.
Contohnya, perokok berat terutama rokok putih seringkali menderita
bronkhitis kronis, dan patut dipertanyakan apakah orang ini harus
15
D. Toksikokinetik
1. Pengertian Toksikokinetik
Toksikokinetik adalah proses tentang perjalanan xenobiotika setelah
masuk kedalam tubuh untuk kemudian di absorbsi, di distribusikan, di
metabolisme, dan/atau di ekskresikan (ADME).
2. Proses Toksikokinetik
a. Absorbsi
Absorpsi ditandai oleh masuknya xenobiotika/tokson dari tempat
kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh
17
b. Distribusi
Setelah xenobiotika mencapai sistem peredahan darah, ia
bersama darah akan diedarkan/ didistribusikan ke seluruh tubuh. Dari
sistem sirkulasi sistemik ia akan terdistribusi lebih jauh melewati
membran sel menuju sistem organ atau ke jaringan-jaringan tubuh.
Distribusi suatu xenobiotika di dalam tubuh dapat dipandang sebagai
suatu proses transpor reversibel suatu xenobiotika dari satu lokasi ke
tempat lain di dalam tubuh. Xenobiotika dapat didistribusikan ke organ
ginjalm otak, hati, jantung, paru-paru, bahkan lambung. Faktor yang
mempengaruhi distribusi toksikan adalah :
1) Aliran darah pada organ tubuh
2) Kemudahan zat melewati dinding kapiler dan membran sel
3) Afinitas organ tubuh terhadap zat kimia
c. Metabolisme
Metabolisme adalah perubahan zat-zat asing (xenobiotika)
menjadi metabolit aktif atau tidak aktif (detoksifikasi). Xenobiotik
yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem enzim
tubuh, sehingga senyawa tersebut akan mengalami perubahan struktur
kimia dan pada akhirnya dapat dieksresi dari dalam tubuh.
Biotransformasi atau metabolisme pada umumnya berlangsung di hati
dan sebagian kecil di organ-organ lain seperti: ginjal, paru-paru,
saluran pencernaan, kelenjar susu, otot, kulit, ataupun di darah.
Secara umum proses biotransformasi dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase I (reaksi fungsionalisasi) dan fase II (reaksi konjugasi).
Dalam fase I ini tokson akan mengalami pemasukan gugus fungsi
baru, pengubahan gugus fungsi yang ada atau reaksi penguraian
melalui reaksi oksidasi (dehalogenasi, dealkilasi, deaminasi,
desulfurisasi, pembentukan oksida, hidroksilasi, oksidasi alkohol dan
oksidasi aldehida), rekasi reduksi (reduksi azo, reduksi nitro reduksi
aldehid atau keton), dan hidrolisis (hidrolisis dari ester amida). Pada
20
fase II, tokson yang telah siap atau termetabolisme melalui fase I akan
terkopel (membentuk konjugat) atau melalui proses sintesis dengan
senyawa endogen tubuh, seperti konjugasi dengan asam glukuronida
asam amino, asam sulfat, metilasi, alkilasi, dan pembentukan asam
merkaptofurat.
d. Ekskresi
Yang dimaksud proses eliminasi adalah proses hilangnya
xenobiotika dari dalam tubuh organisme. Ekskresi suatu xenobiotika
dapat melalui reaksi biotransformasi (metabolisme) atau ekskresi
xenobiotika melalui ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur
eksresi lainnya (kelenjar keringan, kelenjar mamae, kelenjar ludah, dan
paru-paru). Jalur eliminasi yang paling penting adalah eliminasi
melalui hati (reaksi metabolisme) dan eksresi melalui ginjal. Yaitu
melalui ginjal bersama urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan
alat ekskresi penting bagi tokson tertentu. Disamping itu ada juga jalur
23
kehadiran zat-zat racun dalam ASI akan terbawa oleh ibu kepada
bayinya atau dari susu sapi ke manusia. Karena air susu bersifat
agak asam, maka senyawa basa akan mencapai kadar yang lebih
tinggi dalam susu daripada dalam plasma, dan sebaliknya untuk
senyawa yang bersifat asam.
Proses ini dapat berlangsung selama beberapa jam, hari, minggu, bulan,
bahkan beberapa tahun. Hal tersebut bergantung dari biological half-life atau
waktu paruh biologis masing-masing individu.
termasuk bentuk merkuri anorganik, merkuri pada darah tali uri hampir
seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta
Metilmerkuri sangat mudah melintas batas sawar darah-otak maupun
plasenta.
Hal ini lebih disebabkan oleh sifat lifopilisitas yang tinggi dari
metilmerkuri. Metilmerkuri sendiri mudah berdifusi melalui membran sel
tanpa perlu sistem transport tertentu. Kerena reaktifitasnya yang tinggi
terhadap gugus sulfhidril yang terdapat pada berbagai protein, maka
jumlah metilmerkuri bebas dalam cairan biologis menjadi sangat kecil.
Suatu transpor aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa
metilmerkuri masuk ke dalam otak.
Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini terikat secara
eksklusif pada protein dan sulfhidril berbobot molekul rendah seperti
sistein. Kompleks MeHg-sistein yang terbentuk beraksi sebagai analog
asam amino, mempunyai struktur mirip metionin, sehingga dapat diangkut
oleh pembawa Sistem-L untuk asam amino bebas untuk melintas melalui
sawar darah otak. Asam amino yang penting pada rambut adalah sistein.
Metilmerkuri yang bereaksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada
sistein kemudian terserap dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada
folikel. Tetapi, membutuhkan waktu paling tidak sebulan untuk dapat
terdeteksi dalam sampel potongan rambut pada pengguntingan mendekati
kulit kepala. Tergantung dari panjang rambut pada sampel, konsentrasi
merkuri dapat merefleksikan pemaparan merkuri dimasa lalu. Namun,
karena waktu paruh merkuri dalam tubuh kira-kira 1,5 – 2 bulan, sampel
rambut dekat kulit kepala merefleksikan pemaparan merkuri yang baru
terjadi yang juga terkait pada konsentrasi dalam darah pada saat ini.
Kadar merkuri dalam darah dan rambut merupakan biomarker
pencemaran merkuri. Hubungan kedua biomarker tersebut sangat
individual pada setiap orang maupun kelompok umur. Menurut US EPA
(2001), dalam kondisi tetap terpapar oleh merkuri, kadar dalam rambut
(µg/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (µg/mL).
26
3. Metabolisme
Metilmerkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh
hati dan ginjal. Metilmerkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++.
Metilmerkuri yang ada dalam saluran cerna akan dikonversi menjadi
merkuri anorganik oleh flora usus.
4. Ekskresi
Metilmerkuri dikeluarkan dari tubuh terutama melalui tinja sebagai
merkuri anorganik. Proses ini sebagai hasil dari ekskresi empedu dari
senyawa dan konversi menjadi bentuk anorganik oleh flora usus.
Kebanyakan metilmerkuri yang diekskresi empedu diserap kembali
melalui sirkulasi enterohepatik dalam bentuk organiknya. Kurang dari 1%
metilmerkuri dapat dikeluarkan dari tubuh setiap harinya, hal ini karena
waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70 hari. Metilmerkuri juga
dikeluarkan melalui ASI dengan kadar kira-kira 5% dari kadar dalam
darah. Pengeluaran merkuri anorganik melalui ekshalasi, ludah, dan
keringat yang berasal dari metabolisme merkuri organik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep utama toksikologi adalah bahwa dampaknya bersifat tergantung
pada dosis yang mengganggu fungsi metabolisme. Xenobiotik diartikan
sebagai bahan kimia baik alami maupun sintesis yang berasal dari luar tubuh
dan masuk kedalam tubuh organisme sebagai zat atau bahan asing. Contoh
dari xenobiotik berupa obat-obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada
makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainnya.
Fase kerja tokisk umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase, yaitu
fase eksposisi, fase toksikokinetik, dan fase toksikodinamik. Toksikokinetik
adalah proses tentang perjalanan xenobiotika setelah masuk kedalam tubuh
untuk kemudian di absorbsi, di distribusikan, di metabolisme, dan/atau di
ekskresikan (ADME).
B. Saran
Penggunaan xenobiotika yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
atau gangguan fungsi suatu organ tubuh. Oleh karena itu untuk menghindari
efek toksik yang berlebihan dari xenobiotik, perlu adanya kewaspadaan dari
penggunaan dan efek dari xenobiotik.
27
DAFTAR PUSTAKA
28