Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI DASAR

“Filosofi Toksikologi”

Disusun Oleh :

1. SHEVIRA MAHARANI PUTRI (19160023)


2. FITRI TUMMAG FIRA (19160038)
3. JELVIZATIL KHOLILAH (19160040)
4. RIZALDI YUHENDRI (19160050)
5. RAHMAD HIDAYAT (19160067)
6. DINA ISLAMMIAH (20160023)
7. MAHIRA AZRIYASDINI (20160035)
8. PUJA SRIDEVI (20160038)
9. AFNI DEWI WAHYUNI (20160043)

Kelas : 3 Farmasi 1
Dosen Pengampu : Apt. Helmice Afriyeni, M. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS DHARMA
ANDALASPADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur hadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Filosofi Toksikologi.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Helmice Afriyeni, M. Farm., Apt pada matakuliah Farmakologi Dasar selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Filosofi Toksikologi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Helmice Afriyeni, M. Farm., Apt selaku dosen
matakuliah Farmakologi Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................i
Bab I PENDAHULUAN .............................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................5
Bab II PEMBAHASAN ..............................................................................6
2.1 Definisi Toksikologi ...............................................................................6
2.2 Ruang Lingkup Toksikologi ...................................................................6
1. Toksikologi Pekerjaan ........................................................................6
2. Toksikologi Lingkungan ....................................................................8
3. Toksikologi Forensic ..........................................................................8
4. Toksikologi Ekonomi .........................................................................8
2.3 Cara Masuk dan Nasib Toksikan dalam Tubuh ......................................9
1. Cara Farmakokinetik ...........................................................................9
2. Cara Farmakodinamik .........................................................................9
2.4 Pengaruh Paparan Bahan Toksik dalam Tubuh ......................................10
2.5 Mekanisme Kerja Zat Toksik ..................................................................10
2.6 Fase Kerja Toksikan ................................................................................11
1. Fase Eksposisi .....................................................................................11
2. Fase Toksikokinetika ..........................................................................11
3. Fase Toksikodinamika ........................................................................13
Bab III Penutup ..........................................................................................15
3.1 Kesimpulan .............................................................................................15
3.2 Saran .......................................................................................................15
Daftar Pustaka ............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia.Selain itu
toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera padaorganisme (hewan, tumbuhan,
manusia) yang di akibatkan oleh suatu materisubstansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanismeterjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari
kerja kimia yangmerugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi
dalamkehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal
istilahtoksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. (Casarett and Doulls, 1995).
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampirsama maknanya
ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatukegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan dan Ekotoksikologi adalahilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada
mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan
masuknya agendan interaksi dengan lingkungan .Dengan demikian ekotoksikologi
merupakan bagian dari toksikologi lingkungan. (Cassaret, 2000).
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses Modernisasi
yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harusmeningkat, dengan demikian
industrialisasi dan penggunaan energi akanmeningkat yang tentunya akan meningkatkan
resiko toksikologis. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akanmenghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
meningkat.Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan
yangmengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat
(Butler, 1978)
1.2 Rumusan Masalah?
1) Apa itu toksikologi?
2) Bagaimana ruang lingkup toksikologi?
3) Bagaimana cara masuk dan nasib toksikan dalam tubuh?
4) Bagaimana pengaruh paparan bahan toksik dalam tubuh?
5) Bagaimana mekanisme kerja zat toksik?
6) Bagaimana fase kerja toksikan ?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui definisi toksikologi.
2) Mengetahui ruang lingkup toksikologi.
3) Mengetahui bagaimana cara masuk dan nasib toksikan dalam tubuh.
4) Mengetahui pengaruh paparan bahan toksik dalam tubuh.
5) Mengetahui mekanisme kerja zat toksik.
6) Mengetahui fase kerja toksikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Toksikologi


Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi terhadap
semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi akan menangani
efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan zat kimiawi lainnya,
serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial yang terikat penggunaanya
(Katzung, 2002).
Toksikologi mempelajari efek merugikan berbagai bahan kimia ini terhadap
semua sistem hidup. Namun, di bidang biomedis, ahli toksikologi terutama
mempelajari efek samping pajanan beragam obat dan bahan kimia lain serta
pembuktian bahaya atau keamanan yang berkaitan dengan pemakaian mereka pada
manusia.
Toksikologi merupakan ilmu yang lebih tua dari Farmakologi. Di sini
mempelajari sifat-sifat racun : zat kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
Sedikitnya 100.000 zat kimia, kini digunakan oleh manusia dan karena tidak dapat
dihindarkan, maka kita harus sadar tentang bahayanya. Sintesis zat kimia yang
diperkirakan berjumlah 1000 per tahun, menyebabkan toksikologi tidak hanya meliputi
sifat-sifat racun, tetapi lebih penting lagi mempelajari “keamanan” setiap zat kimia
yang dapat masuk ke dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah obat, pestisida, polutan
lingkungan, toksin alami, serta zat aditif makanan. Zat-zat kimia itu disebut
“xenobiotik” (xenozasing). Setiap zat kimia baru harus diteliti sifat-sifat toksiknya
sebelum diperbolehkan penggunaannya secara luas.
Beberapa macam keracunan telah diketahui terjadi berdasarkan kelainan genetic
(primakuin, INH, suksinikolin) atau defisiensi enzim pada neonatus premature
(klorampenikol), interkasi pada pemberian obat kombinasi kadang-kadang memberi
hasil yang sulit dievaluasi atau diramalkan toksisitasnya.

2.2 Ruang Lingkup Toksikologi


1. Toksikologi Pekerjaan
Toksikologi pekerjaan berhubungan dengan bahan-bahan kimia yang terdapat
di tempat kerja. Penekanan utama toksikologi pekerjaan adalah mengidentifikasi
bahan-bahan yang perlu diwaspadai, mencari penyakit akut dan kronik yang dapat
ditimbulkannya,mendefinisikan keadaan-keadaan yang dapat digunakan dengan aman,
dan mencegah penyerapan bahan-bahan kimia ini dalam jumlah yang membahayakan.
Ahli toksikologi pekerjaan juga mungkin membuat dan melaksanakan program-
program surveilans terhadap pekerja yang terpajan dan lingkungan tempat mereka
bekerja. Batasan-batasan regulatorik dan petunjuk sukarela telah dibuat untuk
menciptakan konsentrasi berbagai bahan kimia yang aman di udara yang terdapat di
tempat kerja.
Gambar diatas menunjukkan sumber, distribusi, transpor, dan transformasi
polutan serta efek ( respons) pada individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.
Berdasarkan gambar tersebut, polutan dilepaskan dari sumber polutan ke dalam
ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui daur atau
siklus biogeokimia serta mengalami transformasi, baik secara fisik atau biologis.
Polutan tersebut kemudian dapat diserap oleh organisme dan dapat menyebabkan efek
letal ( kematian) dan subletal. Dalam tubuh organisme, polutan dapat mengalami
biotransformasi dan bioakumulasi. Selanjutnya, terjadi perubahan karakteristik dan
dinamika populasi (reproduksi, imigrasi, rekrutmen, dan mortalitas), struktur dan
fungsi komunitas (diversitas spesies dan perubahan hubungan predator- prey), dan
fungsi ekosistem (respirasi terhadap rasio fotosintesis, laju siklus nutrien, dan pola
aliran nutrien).
Rute masuknya polutan ke dalam lingkungan sebagai berikut:
a) Secara alami
1. Mengikuti daur biogeokimia
2. Pelapukan batuan
3. Aktivitas/letusan gunung berapi
b) Disebabkan oleh aktivitas manusia
1. Pelepasan unintended (kecelakaan nuklir, penambangan, dan kecelakaan
kapal)
2. Pembuangan berbagai jenis limbah ke lingkungan secara sengaja maupun
tidak sengaja
3. Aplikasi biocide dalam penanganan hama dan vektor
2. Toksikologi Lingkungan
Toksikologi lingkungan mempelajari dampak bahan kimia yang berpotensi
merugikan, yang terdapat sebagai polutan lingkungan, bagi makhluk hidup. Istilah
lingkungan mencakup seluruh keadaan di sekitar organisme individual, tetapi terutama
udara, tanah, dan air. Meskipun manusia dianggap sebagai spesies sasaran khusus,
spesies lain juga penting sebagai sasaran biologis potensial. Polusi udara adalah produk
industrialisasi, perkembangan teknologi, dan peningkatan urbanisasi. Manusia juga
mungkin terpajan bahan kimia yang digunakan di lingkungan pertanian sebagai
pestisida atau dalam pengolahan makanan yang mungkin menetap sebagai residu atau
bagian dari produk makanan.

3. Toksikologi Forensik
Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada
berbagai kasus dan permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan
kimia yang dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal serta untuk menjadi bukti
dalam pengadilan. Metode-metode yag dpat digunkaan dalam toksikolgi forensik ini
terus berkembang di berbagai belahan dunia. Penemuan-penemuan baru mengenai
obat-obatan klinis dan cara uji laboratoris sangat membantu dalam penggunaan metode
tertentu, alat-alat yang diperlukan, serta interpretasi hasil dari pengujian sampel
Menurut Society of Forensic Toxicologist, Inc. (SOFT), bidang erja toksikologi
forensik meliputi: 1) analisis dan evaluasi racun penyebab kematian, 2) analisis
ada/tidaknya kandungan alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau nafas yang
dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai
kendaraan bermotor dijalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan serta penggunaan
dopping), 3) analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya. Tujuan lain dari analisis toksikologi
forensik adalah dapat membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang telah
terjadi, sampai mana obat tersebut telah dapat mengakibatkan suatu perubahan perilaku

4. Toksikologi Ekonomi
Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pengaruh berbahaya zat
kimia, yang dengan sengaja dipejankan pada jaringan biologi dengan maksud untuk
mencapai pengaruh atau efek khas, seperti: obat, zat tambahan makanan dan pestisida.
Suatu zat dikatakan racun bila zat tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada
penggunanya. Namun dalam kehidupan sehari-hari, yang dikatakan racun adalah zat
dengan risiko kerusakan yang relatif besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sola
dosis facit venenum (Paracelsus) diartikan sebagai kehadiran suatu zat yang berpotensi
toksik di dalam organisme belum tentu menghasilkan keracunan.
Hampir pada setiap manusia dapat dinyatakan jumlah tertentu dari timbel, air
raksa, dan Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT). Namun demikian, zat ini tidak
menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang diabsorpsi berada di bawah
konsentrasi yang toksik. Sebaliknya, bila zat tersebut diabsorpsi dalam jumlah yang
besar, maka zat ini dapat menimbulkan gejala keracunan. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembuktian racun pada konsentrasi yang subtoksik
mempunyai arti penting karena dengan mengetahui adanya bahaya pada saat yang tepat,
maka dapat dihindari eksposisi yang lebih lanjut sehingga kerusakan dapat dihindari.

2.3 Cara Masuk dan Nasib Toksikan dalam Tubuh


1. Secara Farmakokinetik
Diperoleh melalui penelitian nasib obat dalam tubuh, yang menyangkut
absorpsi, distribusi, redistribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Pengetahuan
mengenai hal ini penting untuk menafsirkan tidak saja efek terapi, tetapi juga toksisitas
suatu obat. Segala hal yang menyangkut farmakokinetik ini memerlukan analisis
kuantitatif dari zat dalam cairan biologik atau organ tubuh. Karaktenstik absorpsi
penting untuk diketahui: zat kimia dengan sifat koefisien partisi yang tinggi serta
derajat ionisasi yang rendah akan mudah diserap melalui dinding sel. Sebaliknya
alkaloid dan gugus molekul yang berionisasi baik akan sukar diabsorpsi. Banyak sekali
faktor yang mempengaruhi absorpsi ini, sehingga akan mempengaruhi dosis dan
toksisitasnya.
Cara absorpsi yang diteliti sebaiknya disesuaikan dengan cara pemakaiannya.
Suatu obat atau zat kimia yang akan dipakai lokal saja pada kulit, harus dipelajari
terutama berapa jauh absorpsinya melalui kulit. Perbedaan kadar dalam darah dari
pemberian oral dan parenteral akan memberi gambaran tentang derajat absorpsi per
oral. Setelah diabsorpsi semua zat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Distribusi . ini mungkin tidak akan merata dan kumulasi sering . dilihat dalam
organ tubuh tertentu. Efek toksik obat dapat tergantung dari kumulasi ini seperti juga
efek terapinya. Pengikatan obat oleh protein plasma dapat mengurangi
efektivitas/toksisitasnya.
Otak mempunyai semacam sawar yang menghalangi beberapa obat dengan
sifat tertentu untuk masuk ke dalamnya. Keadaan distribusi ini tidak . statis tetapi sangat
dinamis sehingga selalu obat akan mengalami redistribusi dalam cairan dan organ
tubuh. Setiap obat akan dianggap oleh tubuh sebagai suatu bahan asing, sehingga tubuh
merombaknya menjadi bentuk yang dapat diekskresi (lebih larut dalam air, lebih palar).
Metabolit yang terbentuk, biasanya tidak aktif lagi dan toksisitas biasanya berkurang,
walaupun kadang-kadang dapat terjadi sebaliknya, sehingga mungkin metabolit lebih
toksik
Alat ekskresi terpenting ialah hati dan ginjal. Ekskresi obat dapat terjadi dalam
bentuk asalnya maupun bentuk metabolit. Pengetahuan mengenai Ini penting dalam
toksikologi karena pada keracunan, usaha untuk meningkatkan diuresis hanya dapat
bermanfaat bila obat yang bersangkutan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk aktif
dan bukan dalam bentuk metabolit inaktif.

2. Secara Farmakodinamik
Sebelum suatu obat dapat digunakan untuk indikasi tertentu, harus diketahui
dahulu efek apa yang terjadi terhadap semua organ dalam tubuh yang sehat. Skrining
efek farmakodinamik ini sangat diperlukan. Jarang terdapat suatu obat yang hanya
memiliki satu jenis efek: hampir semua obat mempunyai efek tambahan dan mampu
mempengaruhi fungsi berbagai macam alat dan faal tubuh. Efek yang menonjol,
biasanya merupakan pegangan dalam menentukan penggunaannya, sedangkan
perubahan lain merupakan efek samping yang bahkan dapat bersifat toksik. Seringkali
sifat toksik suatu obat merupakan lanjutan dari efek farmakodinamik atau efek
terapinya.

2.4 Pengaruh paparan bahan toksik dalam tubuh


Setelah terpapar xenobiotik (zat kimia asing dalam tubuh), langkah berikutnya yang
menentukan respons dengan bahan kimia adalah absorpsi dalam tubuh, distribusi pada tubuh,
metabolisme, dan ekskresi, sehingga efek toksik akan muncul. Pemahaman tentang risiko dari
terpaparnya bahan kimia dan bagaimana mengurangi risiko tersebut memerlukan pemahaman
toksikokinetika. Toksikokinetika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kinetika zat
toksik atau mempelajari pengaruh tubuh terhadap zat toksik. Suatu kerja toksik pada umumnya
merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan biologi yang sangat rumit dan
kompleks.

2.5 Mekanisme Kerja Zat Toksik


Suatu kerja toksik pada umumnya adalah hasil dari sejumlah besar proses, sebagiannya
sangat kompleks. Pada berbagai kerja toksik, mekanisme kerjanya dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
1. Kerja toksik, yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu zat atau metabolitnya
dengan substrat biologi dalam pengertian pembentukan suatu ikatan kimia kovalen atau
berasaskan suatu perubahan kimia dari substrat biologi sebagai akibat dari suatu
perubahan kimia zat. Mekanisme ini jarang terjadi untuk zat yang digunakan sebagai
terapeutik..
2. Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing dengan substrat
biologi. Hal ini mengakibatkan suatu perubahan fungsional, yang lazimnya hilang bila
zat tersebut dieliminasi dari plasma. Kerja farmakodinamika kebanyakan obat
bertumpu pada interaksi yang reversibel. Zat yang bekerja bolak-balik, diutamakan
dalam terapi karena mereka kemudian meninggalkan organisme, setelah bekerja tanpa
menimbulkan kerusakan kimia yang berlangsung lama.
2.6 Fase Kerja Toksikan
Adapun rute penyerapan zat toksik ini melalui 3 cara yaitu:
1. Ingestion (toksikan dimodifikasi oleh enzim, pH, dan mikroba).
2. Respiration (toksikan yang masuk melalui udara/airborne toxicants).
3. Body surface (toksikan yang larut dalam lemak seperti carbon tetrachloride dan
organophosphate)
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika,
biokimia, dan biologi yang sangat rumit dan kompleks. Proses ini umumnya dikelompokkan
ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi, fase toksokinetika, dan fase toksodinamika yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Fase Eksposisi
Fase eksposisi disebut juga fase farmasetika. Pada fase eksposisi, toksikan dapat
diubah melalui reaksi kimia menjadi senyawa yang lebih toksik atau kurang toksik dari
senyawa awal. Apabila objek biologi mengalami kontak dengan suatu zat kimia, maka
efek biologi atau efek toksik hanya akan terjadi setelah zat tersebut terabsorpsi.
Absorpsi suatu zat sangat tergantung pada konsentrasi dan jangka waktu kontak antara
zat yang terdapat dalam bentuk yang dapat diabsorpsi dengan permukaan organisme
yang berkemampuan untuk mengabsorpsi zat. Zat kimia yang dapat terabsorpsi
umumnya bagian zat yang berada dalam bentuk terlarut dan molekulnya terdispersi.
Pada obat disebut farmasetika yaitu bagian dari dosis zat aktif yang tersedia untuk
diabsorpsi. Pada pencemaran lingkungan disebut dosis efektif, yaitu bagian dosis yang
dapat diabsorpsi yang akan menentukan derajat eksposisi yang efektif.
Apabila organisme air mengalami kontak dengan zat kimia toksik, maka jenis
zat toksik tersebut berpengaruh terhadap daya absorpsi dan toksisitasnya. Selama fase
eksposisi, zat kimia toksik dapat berubah menjadi senyawa yang lebih toksik atau
kurang toksik melalui reaksi kimia tertentu.

2. Fase Toksikokinetika
Terdapat dua proses yang berperanan penting pada fase toksikokinetika atau
farmakokinetika:
a. Invasi/transpor ( absorpsi, distribusi, dan ekskresi) dan evasi (biotransformasi
dan ekskresi) yang sangat menentukan daya kerja zat. Pada fase toksokinetika
akan dapat ditentukan jumlah molekul yang dapat mencapai reseptor. Proses
transpor zat kimia dalam tubuh organisme dapat berlangsung melalui:
 Transpor pasif yaitu pengangkutan zat kimia melalui difusi pasif zat
kimia terlarut melintasi membran sel. Laju difusi dipengaruhi oleh
gradien konsentrasi di kedua sisi membran sel dan juga dipengaruhi
oleh tetapan difusi zat.
 Transpor aktif yaitu pengangkutan melalui sistem transpor khusus
dengan bantuan molekul pengemban atau molekul pembawa.
b. Perubahan metabolik atau biotransformasi dapat dibedakan menjadi dua fase
reaksi yaitu reaksi fase I (reaksi penguraian) dan reaksi fase II (reaksi
konjugasi). Reaksi penguraian meliputi pemutusan hidrolitik, oksidasi, dan
reduksi. Reaksi penguraian akan menghasilkan atau membentuk zat kimia
dengan gugus polar yaitu gugus —OH,—NH2— NH2 atau —COON. Pada
reaksi konjugasi, zat kimia yang memiliki gugus polar akan dikonjugasi dengan
pasangan reaksi yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga berubah
menjadi bentuk terlarut dalam air dan dapat diekskresikan oleh ginjal. Reaksi
konjugasi umumnya bersifat reaksi detoksifikasi.
Berikut fase toksikokinetika :
1. Absorbsi

Sekali seseorang berkontak dengan senyawa toksik, maka senyawa


tersebut akan mendapatkan akses masuk ke dalam tubuh. Hal ini tidak cukup
bagi senyawa untuk hanya dapat berkontak dengan kulit, terhirup ke paru-
paru, atau memasuki jalan intestinal, tetapi senyawa tersebut juga harus benar-
benar melintasi penghalang biologis dan setiap karakteristik jalur penghambat
yang memengaruhi absorpsi.
2. Distribusi
Sekali memasuki aliran darah, toksik akan berdistribusi ke dalam tubuh. Jika
toksik berupa cairan lemak, kadang akan terbawa pada lingkungan cairan dari aliran
darah yang berhubungan dengan protein darah seperti albumin. Toksik mengikuti
aturan difusi, berpindah dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi
rendah. Bahan kimia yang diabsorpsi pada intestinal lalu didorong menuju hati melalui
vena porta pada proses yang disebut first-pass, dan mungkin akan masuk pada
metabolisme. Jumlah yang terbatas dari bahan kimia akan diekskresi oleh ginjal atau
empedu.
3. Metabolisme
Beberapa toksik akan memasuki perubahan metabolik atau biotransformasi,
yaitu proses yang diperantarai oleh enzim. Sebagian besar biotransformasi terbentuk
pada hati yang terdapat banyak enzim metabolik. Semua sel pada tubuh memiliki
kemampuan untuk memetabolisme xenobiotik. Secara umum, transformasi metabolik
akan menghasilkan polar dan sedikit cairan lemak. Produk metabolik adalah cairan
pada urine yang memfasilitasi ekskresi.
4. Eksresi
Pada umumnya reaksi biotransformasi mengubah xenobiotik lipofil menjadi
senyawa yang lebih polar sehingga akan lebih mudah diekskresi dari dalam tubuh
organisme. Karena sel pada umumnya lebih lipofil dari pada lingkungannya, maka
senyawa- senyawa lipofil akan cenderung terakumulasi di dalam sel. Senyawa lipofil
ini akan tinggal dalam waktu yang cukup di dalam tubuh, yaitu terdeposisi di jaringan
lemak. Pada prinsipnya senyawa yang hidrofil akan dengan mudah terekskresi melalui
ginjal. Ekskresi ini adalah jalur utama eliminasi xenobotik dari dalam tubuh. Oleh sebab
itu, oleh tubuh sebagian besar senyawa-senyawa lipofil terlebih dahulu diubah menjadi
senyawa yang lebih bersifat hidrofil, agar dapat dibuang dari dalam tubuh.
Bioakumulasi xenobiotik di dalam sel pada tingkat yang lebih tinggi dapat
mengakibatkan keracunan sel (sitotoksik), namun melalui reaksi biotransformasi terjadi
penurunan kepolaran xenobiotik sehingga akan lebih mudah diekskresi dari dalam sel,
oleh sebab itu keracunan sel akan dapat dihindari. Karena hal inilah, kemudian
didapatkan keuntungan, yaitu bahwa racun dapat lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.

3. Fase Toksikodinamika
Kerja dari xenobiotik terhadap organ sasaran yang dapat menyebabkan efek
meliputi interaksi kimia antara molekul zat toksikan dan tempat kerja spesifik
(reseptor). Konsentrasi zat aktif pada tempat sasaran menentukan kekuatan efek biologi
yang dihasilkan. Fase toksikodinamika atau farmakodinamika meliputi interaksi antara
molekul zat kimia toksik dengan tempat kerja spesifik yaitu reseptor, yang merupakan
komponen sel atau organisme yang berinteraksi dengan toksin dan yang mengawali
mata rantai peristiwa biokimia menuju terjadinya suatu efek toksik dari toksin yang
diamati. Organ target dan tempat kerja tidak selalu sama, sebagai contoh: suatu zat
kimia toksik yang bekerja pada sel ganglion pada sistem saraf pusat juga dapat
menimbulkan efek kejang pada otot serat lintang. Konsentrasi zat toksik menentukan
kekuatan efek biologi yang ditimbulkan. Semakin tinggi konsentrasi akan
meningkatkan potensi efek dari obat tersebut. Jika konsentrasi suatu obat pada jaringan
tertentu tinggi, maka berarti tempat tersebut berlaku sebagai tempat sasaran
yangsebenarnya, yaitu tempat zat tersebut bekerja. Konsentrasi suatu toksin/ obat pada
tempat kerja ”tempat sasaran” umumnya menentukan kekuatan efek biologi yang
dihasilkan. Toksikodinamika menentukan jumlah reseptor yang berinteraksi dengan
toksikan melalui:
a. Ikatan/binding
b. Interaksi/interaction
c. Induksi efek toksik/induction of toxic effects
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek
merugikan berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi
terhadap semua sistem makhluk hidup.
2. Ruang lingkup toksikologi diantaranya adalah toksikologi pekerjaan,
toksikologi lingkungan, toksikologi forensic, dan toksikologi ekonomi.
3. Setelah terpapar xenobiotik (zat kimia asing dalam tubuh), langkah berikutnya
yang menentukan respons dengan bahan kimia adalah absorpsi dalam tubuh,
distribusi pada tubuh, metabolisme, dan ekskresi, sehingga efek toksik akan
muncul.
4. Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika,
biokimia, dan biologi yang sangat rumit dan kompleks. Proses ini umumnya
dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi, fase toksokinetika, dan
fase toksodinamika.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca
mengenai “Filosofi Toksikologi”
DAFTAR PUSTAKA

Berniyanti, Titiek. 2018. Biomarker Toksisitas. Surabaya : Airlangga University Press.


Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi ke-
12. Jakarta : EGC.
Setiabudy, Rianto. 2016. Farmakologi dan Terapi UI, edisi ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Wirasuta, I. 2008. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpresitasi Temuan Analisis. Journal
Legal and Forensic Sciences. 1(1):47-55.

Anda mungkin juga menyukai