Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TOKSIKOLOGI OBAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (Ilmu Dasar Keperawatan)
Dosen pengampuh : Euis Hidayat,MM

OLEH :

KELOMPOK 3 :
1. MANDA PAKAYA 15. FERLYS. PONGOLIU
2. MUSLIM HEMETO 16. IRPAN LAMALANI
3. ANITA ASI 17. MELINDA H. DUKALANG
4. DEYS ANGGRIYANI DAMA 18. MOHAMMAD RUSLAN HUSAIN
5. NURAIN A. LITTI 19. NUR AINUN THALIB
6. RAMDAN PANGO 20. PUTRI NURMARIANI
7. SAFITRIYANTI SAMARANG 21. RIRIN FAJRIATY
8. SULISTIYAWATI PUTRI A.UMAR 22. SHEINTA INADO
9. ZULKARNAIN MAHMUD 23. SITTI NADIA SULEMAN
10. ALDAWATI A. HUSUNA 24. SULIS PRAMUTIA RIVAI
11. AQSAL MACHDI ADAM 25. WIDYAWATI
12. CICI APRILANI MAHMUD 26. NOVELIA MINGGU
13. DHEA SAGITRI DIDIK.HARIYANTO 27 IRMAWATI UTU
14. NURSILA ABAS

PRODI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya.Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Makalah ini kami susun
dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman sekalian.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………..…………………..

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………….


B. TUJUAN …………………………………………………………………………..

BAB II : PEMBAHASAN

1. DEFINISI DAN ISTILAH DALAM TOKSIKOLOGI ……………………………


2. EFEK TOKSIK …………………………………………………………………....
3. KLASIFIKASI BAHAN TOKSIK ………………………………………………...
4. KARAKTERISTIK TOKSIKOLOGI ……………………………………………..
5. ETIOLOGI …………………………………………………………………………
6. JALUR MASUK DAN TEMPAT PEMAPARAN ………………………………..
7. JALUR WAKTU DAN FREKUENSI PEMAPARAN …………………………...
8. METODE KONTAK DENGAN RACUN ………………………………………..

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………
B. SARAN ……………………………………………………………………………

BAB IV : DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/
cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu
materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan
terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi
dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan
bagian dari toksikologi lingkungan.

Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :

Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus
meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat
yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.

Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang
akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat.
Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang
mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
B. Tujuan
1. Agar kita lebih memahami pengertian toksik
2. Agar kita lebih memahami bagaimana karakteristik toksik?
3. Agar kita lebih memahami bagaimana jalur masuk, tempat, waktu dan frekuensi
pemaparan toksik?
4. Agar kita lebih memahami bagaimana pengobatan dan pencegahan  toksik dalam
bidang kimia
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI DAN ISTILAH DALAM TOKSIKOLOGI
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan
berbagai bahan kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah
kedokteran, toksikologi didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia akibat
paparan bermacam obat dan unsur kimia lain serta penjelasan keamanan atau bahaya
yang berkaitan dengan penggunaan obat dan bahan kimia tersebut. Toksikologi
sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan fundamental hanya
terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen toksikologi. Setiap zat
kimia pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan
cara pemberian.  Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi
adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun
dari obat”. Pada tahun 1564 Paracelsus telah meletakkan dasar penilaian toksikologis
dengan mengatakan, bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun
(dosis sola facit venenum). Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih
relevan. Sekarang dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis
tetap merupakan faktor utama yang paling penting.
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai
kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas
merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada
jumlah unsur kimia yang terabsopsi. Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah
kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi
penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama. Untuk menentukan
bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar paparan
yang diterima individu.  Manusia dapat dengan aman menggunakan unsur berpotensi
toksik jika menaati kondisi yang dibuat guna meminimalkan absopsi unsur tersebut.
Risiko didefinisikan sebagai kekerapan kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang
tidak diinginkan akibat paparan berbagai bahan kimia atau fisik.
Istilah toksikokinetik merujuk pada absopsi, distribusi, ekskresi dan
metabolisme toksin, dosis toksin dari bahan terapeutik dan berbagai metabolitnya.
Sedangkan istilah toksikodinamik digunakan untuk merujuk berbagai efek kerusakan
unsur tersebut pada fungsi fital.
2. EFEK TOKSIK
Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian penting
dalam toksikologi, karena setiap zat kimia yang baru akan digunakan harus diuji
toksisitas dan keamanannya.  Sebelum suatu obat dapat digunakan untuk indikasi
tertentu, harus diketahui dulu efek apa yang akan terjadi terhadap semua organ tubuh
yang sehat. Jarang obat yang hanya mempunyai satu jenis efek, hampir semua obat
mempunyai efek tambahan dan mampu mempengaruhi berbagai macam organ dan
fungsi fital. Efek yang menonjol, biasanya merupakan pegangan dalam menentukan
penggunaan, sedangkan perubahan lain merupakan efek samping yang bahkan bisa
menyebabkan toksik. Biasanya reaksi toksik merupakan kelanjutan dari efek
farmakodinamik.  Karena itu, gejala toksik merupakan efek farmakodinamik yang
berlebihan.
Reaksi toksik berbeda secara kualitatif, tergantung durasi paparan. Paparan
tunggal atau paparan berulang yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut paparan
akut. Paparan yang terjadi kurang dari 14 hari merupakan paparan sub-akut. Paparan
sub-kronis bila terpapar selama 3 bulan dan disebut paparan kronis bila terpapar
secara terus-menerus selama lebih dari 90 hari. Efek toksik pada paparan kronis dapat
tidak dikenali sampai setelah paparan terjadi berulang kali.
Kemunculan efek toksik sesudah paparan akut dapat terjadi secara cepat
maupun terjadi setelah interval tertentu. Efek yang seperti ini disebut sebagai delayed
toxicity (toksisitas tertunda). Adapun efek berbahaya yang timbul akibat kontak
dengan konsentrasi rendah bahan kimia dalam jangka waktu lama disebut low level,
long term-exposure  (paparan jangka lama, tingkat rendah). Efek berbahaya, baik
akibat paparan akut maupun kronis, dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
Riversibilitas relatif efek toksik tergantung daya sembuh organ yang terkena.
Manusia bisa melakukan kontak dengan beberapa bahan kimia berbeda secara
bersamaan ataupun sekuensial. Efek biologis akibat paparan campuran beberapa
bahan dapat digolongkan sebagai adiktif, sinergitik, potensiasi, antagonistik dan
toleransi.  Pada  potensiasi, satu dari dua bahan tidak menimbulkan toksik, namun
ketika terjadi paparan kedua bahan tersebut, efek toksik dari bahan yang aktif akan
meningkat. Kondisi sinergistik dua bahan yang mempunyai sifat toksik sama atau
salah satu bahan memperkuat bahan yang lain, maka efek toksik yang dihasilkan lebih
bahaya. Antagonistik merupakan dua bahan toksik yang mempunyai kerja
berlawanan, toksik yang dihasilkan rendah/ringan. Toleransi merupakan keadaan yang
ditandai oleh menurunnya reaksi terhadap efek toksik suatu bahan kimia tertentu. 
Biasanya efek toksik campuran bahan kimia bersifat aditif.
3. KLASIFIKASI BAHAN TOKSIK
Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung
dari minat dan tujuan pengelompokkannya. Kombinasi dari berbagai sistem
klasifikasi atau berdasarkan faktor-faktor lainyanya mungkin diperlukan untuk
memberikan sistem peringkat terbaik untuk maksud tertentu.  Meskipun klasifikasi
yang mempertimbangkan komposisi kimiawi dan biologis dari bahan serta
karekteristik pemaparan akan lebih bermanfaat untuk tujuan pengendalian dan
pengaturan dari pemakaian zat-zat toksik (Rukaesih Achmad, 2004: 156-157) 
4. KARAKTERISTIK TOKSIKOLOGI
Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,
sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam
efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan toksisitas dan situasi paparan adalah
cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya
melalui saluran penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain
tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk
yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang
berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup,
sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat
diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan
polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat
diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena, memberi reaksi
cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat
diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk melalui kulit
dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih
rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu
bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.
5. ETIOLOGI
Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan
berbagai macam obat dan zat kimia, karena praktis setiap zat kimia mungkin menjadi
penyebabnya. Secara ringkas klasifikasi keracunan sebagai berikut:
 Menurut cara terjadinya
1. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning
biasanya terjadi karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa
terjadi pada remaja yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari
bahwa tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
2. Attempted poisoning
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir
dengan kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam
penggunaan dosis.
3. Accidental poisoning
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur
kesengajaan sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun,
karena kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
4. Homicidal poisoning
Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan
sengaja meracuni seseorang.
 Menurut waktu terjadinya keracunan
1. Keracunan  kronis
Diagnosis keracunan ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan
lama sesudah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan
berkali-kali dalam dosis yang relatif kecil.
2. Keracunan akut
Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi
secara mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan
jenis ini biasanya terjadi pada banyak orang (misal keracunan makanan,
dapat mengenai seluruh anggota keluarga atau bahkan seluruh warga
kampung). Pada keracunan akut biasanya mempunyai gejala hampir sama
dengan sindrom penyakit, oleh karena itu harus diingat adanya
kemungkinan  keracunan  pada sakit mendadak.
 Menurut alat tubuh yang terkena
Keracunan digolongkan menurut organ tubuh yang terkena, misal
racun pada SSP, racun jantung, racun hati, racun ginjal dan sebagainya. Suatu
organ cenderung dipengaruhi oleh banyak obat, sebaliknya jarang terdapat
obat yang mempengaruhi /mengenai satu organ saja.
 Menurut jenis bahan kimia
1. Alkohol
2. Fenol
3. Logam berat
4. Organofosfor
 Pengklasifikasian bahan toksik yang menjadi penyebab keracunan adalah
sebagai berikut:
 Menurut keadaan fisik                        : gas, cair, debu
 Menurut ketentuan label         : eksplosif, mudah terbakar, oksidizer
 Menurut struktur kimiawi       : aromatik, halogenated, hidrokarbon,
nitrosamin
 Menurut potensi toksik           : super toksik, sangat toksik sekali, sangat
toksik, toksik, agak  toksik
6. JALUR MASUK DAN TEMPAT PEMAPARAN
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah
melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru
(inhalasi), kulit (topikal), dan jalur perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal).
Bahan toksik umumnya menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui
jalur intravena.
Disamping itu, jalur masuk dapat mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia.
Sebagai contoh, suatu bahan kimia yang didetoksifikasi di hati diharapkan akan
menjadi kurang toksik bila diberikan melalui sirkulasi portal (oral) dibandingkan bila
diberikan melalui sirkulasi sistematik (inhalasi). Pemaparan bahan – bahan toksik
dilingkungan industry seringkali sebagai hasil dari pemaparan melalui inhalasi dan
topical, sedangkan keracunan akibat kecelakaan atau bunuh diri seringkali terjadi
melalui ingesti oral.
7. JALUR WAKTU DAN FREKUENSI PEMAPARAN
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan
percobaan binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan
akibat bahan polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan
kronis. Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan
masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi
apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila
paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih
dari 3 bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangannya. Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistensim saraf pusat
sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya maka
efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang
diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek.
Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku didalam
industri semakin hari semakin meningkat.walaupun zat kimia yang sangat toksik
sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian tetra-etil timbal (TEL)
pada bensin, tetapi pemaparan terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak
dapat dielakkan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik atau
akut.  Pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja (pada
kasus bunuh diri atau dibunuh), dan pemaparan kronik biasanya dialami para pekerja
terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ
sasaran, maupun mekanisme kerjanya.  Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan
cidera pada tempat yang kena bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek sistematik
setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ lainnya.  Efek toksik ini
dapat bersifat reversibel artinya dapat hilang dengan sendirinya atau irreversibel  yaitu
akan menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan.  Efek
irreversibel (efek Nirpulih) di antaranya karsinjoma, mutasi, kerusakan syaraf, dan
sirosis hati.
Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang
rendah atau untuk waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila pajanan
dengan kadar yang lebih tinggi dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad, 2004:170)
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara
laboratorium dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992). Pendekatan
eksperimental digunakan dalam analisis bahan berbahaya yang berpotensi
menimbulkan efek dapat dikembangkan pada beberapa tingkat yang berbeda
kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu organisasi misalnya satu
spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung pada tipenya seperti
panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon pada sub-khronis,
kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan diantara kenyataan ekologi
dan kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi hasil.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian
dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya.
Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek
toksik pada kondisi kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem
biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat
paparan terus menerus dari bahan toksik.
8. METODE KONTAK DENGAN RACUN
Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi
paparan.  Metode kontak dengan racun melalui cara berikut:
1. Tertelan
Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus:
overdosis obat, pestisida
2. Topikal (melalui kulit)
Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini
biasanya terjadi di tempat industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat
3. Topikal (melalui mata)
Efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam
dan basa, atropin
4. Inhalasi
Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan
keracunan sistemik. Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-
tempat industri.   Contoh : atropin, gas klorin, CO (karbon monoksida)
5. Injeksi
Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam
tubuh bisa melalui intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-
zat kimia terhadap organisme hidup.
Kombinasi dari berbagai sistem klasifikasi atau berdasarkan faktor-faktor
lainyanya mungkin diperlukan untuk memberikan sistem peringkat terbaik untuk
maksud tertentu.  Meskipun klasifikasi yang mempertimbangkan komposisi kimiawi
dan biologis dari bahan serta karekteristik pemaparan akan lebih bermanfaat untuk
tujuan pengendalian dan pengaturan dari pemakaian zat-zat toksik (Rukaesih
Achmad, 2004: 156-157)
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya
melalui saluran penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain
tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk
yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang
berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup,
sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah
melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru
(inhalasi), kulit (topikal), dan jalur perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal).
Bahan toksik umumnya menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui
jalur intravena.

B. SARAN
Bagi instansi terkait hendaknya memberikan informasi kepada masyarakat
luas tentang bahan kimia atau zat tambahan yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam makanan dan minuman yang mengganggu kesehatan.
Bagi Dinas kesehatan, Pengawasan makanan dan minuman hendaknya
sebelum mengeluarkan nomor registrasi mengetahui kandungan zat yang ada
didalamnya terutama yang membahayakan kesehatan
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-toksikologi.html?m=1

http://gogresik1804.blogspot.com/2017/02/toksikologi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai