Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODE TOKSIKOLOGI GASTROINTESTINAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kimia Klinik
Dosen :
Dr. Syarifuddin Liong, M.Si

Disusun oleh :

NADILA (H031181018)
NURUL JIHAD (H031181030)
FATRIANI (H031181310)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat

karunianyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,

terutama kepada teman-teman yang telah memberikan bantuannya sehingga

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran dari dosen pembimbing dan semua pihak yang sifatnya

membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan demi

perbaikan makalah penulis di masa yang akan datang. 

Makassar, 18 Februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai

kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan. Istilah toksisitas

merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung

pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi. Proses pengerusakan ini baru terjadi

apabila pada target organ telah menumpuk satu jumlah yang cukup dari agent

toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan

yang tertinggi dari agent toksik itu berada di target organ, tetapi bisa juga

ditempat yang lain. Sebagai contoh, insektisida hidrokarbon yang diklorinasi

mencapai konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak

menghasilkan efek-efek keracunan yang dikenal. Selanjutnya, untuk kebanyakan

racun-racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan akan menimbulkan kerusakan

yang lebih banyak (Mansur, 2008).

Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun

mekanisme kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau

beberapa organ saja. Hal tersebut dapat disebabkan lebih pekanya suatu organ,

atau lebih tingginya kadar bahan kimia dan metabolitnya di organ. Toksisitas

merupakan sifat bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada

suatu organisme bergantung pada berbagai jenis faktor. Faktor yang nyata adalah

dosis dan lamanya pajanan. Faktor yang kurang nyata adalah spesies dan strain

hewan, jenis kelamin, umur, serta status gizi dan hormonal. Faktor lain yang turut

berperan yaitu faktor fisik, lingkungan dan social (Lu, 1995).


1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan defenisi toksikologi.

2. Menjelaskan mengenai karakterisktik paparan.

3. Menjelaskan defenisi gastrointestinal

4. Menjelaskan fungsi gastrointestinal

5. Menjelaskan gangguan pada gastrointestinal

1.3 Tujuan pembelajaran

1. Untuk memahami pengertian dari toksikologi.

2. Untuk mengetahui karakteristik paparannya.

3. Untuk memahami pengertian dari gastrointestinal.

4. Untuk mengetahui fungsi dari gastrointestinal.

5. Untuk mengetahui gangguan pada gastrointestinal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Toksikologi

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh bahan kimia yang

merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam

toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara

tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan

kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-

agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi.

Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan

timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini.

Agent-agent toksis bisa juga digolongkan berdasarkan:

a. Sifat fisik : gas, debu, logam-logam

b. Kebutuhan pelabelan : mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir

c. Kimia : turunan-turunan anilin, Hidrokarbon dihalogenasi dan seterusnya

d. Daya racunnya : sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.

Penggolongan agent-agent toksik atas dasar mekanisme kerja biokimianya

(inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi

penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti iritasi

dan korosif, tetapi penggolongan-penggolongan yang lebih umum

seperti pencemar udara, agen yang berhubungan dengan tempat kerja,

dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang berguna atas satu

masalah khusus (Wirasuta, 2005).


2.2 Karakteristik Paparan

Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan

kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk

menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain

tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem

biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus

mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan

mengenai paparan dan sasarannya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam

dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama

melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan

bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan

segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan

absorbsinya berbeda pula (Linder, 1992).

2.3 Efek Toksik

Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :

a. Reaksi alergi

Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau

toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Reaksi alergi timbul pada dosis

yang rendah sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan.

b. Reaksi ideosinkrasi

Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau

bahan polutan. Toksisitas cepat dan lambat. Toksisitas cepat merupakan

manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia atau polutan.
Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan

kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberian.

c. Toksisitas setempat dan sistemik

Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek

setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang

pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi

pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi

hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah

sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik.

Respon toksik tergantung pada :

1. Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut

2. Situasi pemaparan

3. Kerentanan sistem biologis dari subyek

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas

Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :

a. Jalur masuk ke dalam tubuh

Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui

saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur

lain tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan.

b. Jangka waktu dan frekuensi paparan

 Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam

 Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka

waktu 1 bulan atau kurang


 Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka

waktu 3 bulan

 Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu

lebih dari 3 bulan.

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama

sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh

paparan ulangannya. Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu

bahan polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis

penuh akan menghasilkan beberapa efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya

tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkun

juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan

kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat

irreversibel.

2.5 GASTROINTESTINAL

Gastrointestinal merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya

sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus,

stomach (lambung), usus halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan

dicampur dengan sekresi kelenjar saliva sehingga menjadi bolus. Esophagus

mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung), Lambung, usus halus dan

usus besar sebagai tempat penampung makanan dan produk akhir dari pencernaan.

Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa,

lapisan otot. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastro intestinal

melibatkan saraf autonom saraf parasimpatis dan simpatis.


2.5.1 Fungsi Gastrointestinal

Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan

makanan, mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien

hasil pencernaan ke dalam pembuluh darah, serta mengeluarkan produk sisa.

Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan

makanan, yang terus-menerus.

2.5.2 Gangguan Pada Gastrointestinal

Berbagai zat kimia yang terkandung dalam pestisida dapat menyebabkan

gangguan kesehatan pada sistem organ pencernaan manusia diantaranya :

 Alumunium (Al)

Aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat kerja menyebabkan

kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem

pencernaan.

 Barium (Ba)

Dampak yang ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada

kelarutan senyawa barium. Senyawa barium dapat menimbulkan efek yang

berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium tersebut, diantaranya iritasi

perut, kerusakan hati.

 Berillium (Be)

Daur ulang logam yang mengandung berilium sangat berbahaya, karena

mereka menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi dengan

berilium.Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan

kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.


 Kadmium (Cd)

Keracunan logam kadmium terdiri dari 15-50% penyerapan melalui sistem

pernafasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan. Target organ adalah hati,

plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.

 Merkuri (Hg)

Metil Merkuri (MeHg) merupakan bentuk penting yang menimbulkan

keracunan pada manusia. Keracunan makanan yang terkontaminasi pestisida yang

mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.

a. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Mulut

Barbagai jenis logam masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan

yang terkontaminasi oleh logam-logam tersebut. Cara kerja logam-logam itu dapat

menimbulkan kerusakan pada mulut yang menyebabkan efek banyak

mengeluarkan ludah yaitu dengan menghambat pembentukan zat yang berguna

untuk koagulasi/pembekuan darah antara lain protrombin. Gejala keracunan akut

mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang

timbul tergantung pada dosisnya. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan

rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut serta karies gigi. Gejala lain yang

sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna putih seperti

susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas

mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan

hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogen Sulfida.

Agar kerusakan mulut tidak terjadi dapat dilakukan penanggulangan dengan

cara memberikan BAL (British Anti-Lewisite), senyawa yang mengandung

2,3-merkapto propanol (H2SC-CSH-CH2OH), atau Ca-EDTA (kalsium


etilendiamin tertra asetat), dan NAP (N-asetil-d, -penicilamin). Memastikan

makanan yang dikonsumsi bebas dari logam yang bersifat toksik yang dapat

diketahui dari rasa yang ditimbulkan dari makanan tersebut, menghindari

penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/ minuman yang

mengandung logam berat.

b. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Kerongkongan

Senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada

kerongkongan antara lain arsen, berilium (Be-oksida, Be-fluorida, Be-sulfat),

timbal (Pb), merkuri. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena adanya kontaminasi

logam-logam tersebut antara lain sakit di kerongkongan, sukar menelan,

menyertai rasa nyeri lambung, dan muntah-muntah.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menghindari sumber bahan

pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah

bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar, membersihkan

rumah, segala perabot, makanan, dan mainan anak secara rutin dari debu dan

berbagai jenis kotoran yang memungkinkan mengandung logam berat yang

bersifat toksik.

c. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Lambung

Senyawa-senyawa yang terkandung dalam pestisida yang dapat

menyebabkan penyakit yang menyerang lambung sebagai sasaran antara lain

metanil yellow, kromium, arsen, timbal, paradichlorobenzene, nikel, tembaga,

asbestos, akrilonitrile.

 Metanil Yellow
Organ tubuh manusia yang menjadi sasaran bahan toksik ini adalah lambung.

Apabila tertelan, senyawa ini akan masuk ke lambung dan dapat menyebabkan

mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.

 Kromium

Mencerna makanan yang mengandung Cr (VI) tinggi dapat menyebabkan

gangguan pencernaan berupa sakit lambung, muntah dan pendarahan, luka pada

lambung, konvulsi, kanker alat pencernaan, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Usaha untuk menghindari risiko terpapar logam ini antara lain dengan cara

menghindari makanan yang kotor dan tidak higienis, mencuci tangan sebelum

makan, mengurangi konsumsi suplemen Cr secara berlebihan.

 Arsen

Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman.

Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian

masuk ke peredaran darah.

 Paradichlorobenzene

Apabila keracunan masuk melalui mulut dapat menyebabkan iritasi saluran

pencernaan dan mengakibatkan mual, muntah dan diare.

d. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Hati

Berbagai senyawa toksik yang terkandung dalam pestisida dapat

menyebabkan kerusakan pada hati antara lain rhodamin B, kadmium, arsen,

merkuri, nikel, tembaga, timah hitam, fosfor, antimon, thalium, krom, brom,

hidrazin, eter, alkohol, dinitro benzena, besi (Fe).

 Rhodamin B
Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada

kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila

tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan

berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat merusak hati.

 Kadmium (Cd)

Kadmium banyak terdapat di dalam pestisida yang biasa digunakan sebagai pupuk

tanaman padi oleh para petani. Pestisida yang terkandung dalam Beras yang

dimakan oleh masyarakat kebanyakan berasal dari tanaman padi yang selama

bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd yang terakumulasi di

dalam padi kemudian mengalami biomagnification (pembesaran biologi) dan

mengumpul dalam hati (Kenari, 2010). Pencegahannya dilakukan dengan cara

antara lain tidak memakai wadah/tempat yang berlapis Cd yang digunakan untuk

tempat makanan dan minuman, menghindari kontaminasi perairan dan hasil

pertanian yang tercemar Cd, tidak mengkonsumsi daging yang diberi obat

anthelminthes yang mengandung Cd, mengkonsumsi makanan yang mengandung

Zn tinggi antara lain biji-bijian yang ditumbuk halus, makanan dari golongan

leguminosae, dan kacang-kacangan. Mekanisme absorpsi kadmium (Cd) dalam.

 Arsen

Senyawa arsen jika tertelan oleh seseorang akan masuk ke dalam rongga hati dan

merusak hati. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker,

terutama kanker paru-paru, hati dan hepatitis.

e. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Usus

Banyak senyawa kimia yang bersifat toksik yang menyerang usus, baik usus

halus maupun usus besar. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan


kerusakan pada usus, sebagai contoh adalah arsen, merkuri, nikel, tembaga,

asbestos, akrilonitrile.

 Arsen

Senyawa ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut lalu kerongkongan, lambung,

hati kemudian ke usus. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang

kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus.

 Merkuri

Merkuri menyebabkan kerusakan yang parah pada berbagai organ di antaranya

hati dan usus besar. Keracunan akut oleh Hg menunjukkan gejala skit pada bagian

perut, mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Adanya kandungan

logam-logam berat yang bersifat toksik di dalam tubuh maka akan terjadi

penyerapan atau absorpsi di usus halus dan usus besar. Efek-efek yang

ditimbulkan karena keracunan akut logam-logam tersebut antara lain kolik

abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses dan muntahan yang berwarna

hijau kebiruan. Usaha untuk menghindari bahaya logam-logam berat tersebut

antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko

mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan

dikonsumsi dengan baik dan benar.

f. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Pankreas

Senyawa kimia beracun yang melalui saluran pencernaan dan dapat

menyebabkan kerusakan pada pankreas antara lain kromium, metanol, seng,

kobalt, merkuri klorit, kadmium, cresol, besi (Fe).

 Kromium
Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung,

pankreas dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium

menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan pankreas. Cara kerja kromium dalam

pankreas adalah mampu melipatgandakan daya kerja insulin melalui sistem kerja

Glukose Tolerance Factor (GTF). Jika saluran pencernaan terkontaminasi oleh

kromium dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan kelenjar pankreas

memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula. Hal ini dapat menghambat

pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan glikogen yang disimpan

di dalam hati dan otot secara berlebihan. Upaya yang dapat dilakukan untuk

menghindari kerusakan pankreas antara laian dengan melakukan test laboratorium

yang ditandai dengan lekositosis, amilase meningkat, lipase meningkat, kalsium

menurun, gula darah meningkat.

g. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Anus

Senyawa kimia yang tekandung dalam pestisida yaitu timbal sulfide, arsen,

merkuri dan nikel.

 Timbal Sulfida (Pb Sulfida)

Jika seseorang menelan makanan yang terkontaminasi oleh Timbal Sulfida maka

akan menyebabkan tinja penderita berwarna hitam karena mengandung Pb

Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi, menyebabkan kolik dan kosnstipasi.

 Arsen

Arsen dapat menyebabkan kerusakan pada anus jika tertelan oleh manusia.

Senyawa arsen dalam dosis besar membentuk vesikula di bawah mukosa

gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya pecah, fragmen epitel terlepas, lalu plasma

tercurah ke dalam lumen, kemudian akan membeku. Jaringan yang rusak dan aksi
cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan naiknya peristaltik

dan keluarnya tinja yang karakteristiknya seperti air beras. Protiforens epitel yang

normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sesudah itu feses

menjadi berdarah, muntah sering kali terjadi, dan muntahan mungkin

mengandung darah. Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari efek

toksik dari logam-logam tersebut antara lain dengan melakukan test medis,

pemantauan kadar logam berat di udara dan dalam makanan/ minuman secara

berkesinambungan, menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau

tempat makanan/ minuman yang mengandung logam-logam tersebut.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan

mekanisme efek berbahaya(efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap

makhluk hidup dan sistem biologik lainnya.

b. Macam-macam logam beracun yang dapat menyebabkan kerusakan-

kerusakan pada organtubuh manusia diantaranya zat-zat atau logam berat

yang terdapat dalam pestisida.

c. Kasus Pencemaran Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia antara lain

pencemaran pestisidaterhadap kerusakan mulut, kerongkongan, lambung,

hati, usus, pankreas, dan anus.

d. Berbagai macam senyawa yang terkandung dalam pestisida yang bersifat

toksik danmenjadikan organ-organ pada sistem pencernaan seperti mulut,

kerongkongan, lambung, hati, pankreas, dan anus sebagai sasaran sehingga

menyebabkan kerusakan pada organ-organ tersebutantara lain Alumunium

(Al), Barium (Ba), Berillium (Be), Merkuri (Hg), Kadmium (Cd),Kromium

(Cr), Arsen (Ar,) Metanil Yellow, Paradichlorobenzene, Rhodamin B, Pb

Sulfida
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. C Dan Cockayne, S., 1993, Clinical Chemistry Consepts And


Applications, W.B. Saunders Company, Tokyo.
Kerrigan, S, (2004), Drug Toxicology for Prosecutors Targeting Hardcore
Impaired Drivers, New Mexico Department of Health Scientific
Laboratory Division Toxicology Bureau, New Mexico.
Mansur. 2008. Toksikologi dan distribusi agent toksik.
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.
Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, UI Press.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian
secara Klinis.UI Press.
Wirasuta, I M.A.G., (2005), Hambatan dalam pengegakan Undang-Undang
No 22 th 1997 tentang Narkotika, khususnya pada penyalahgunaan
narkotika golongan opiat ditinjau dari sifat farmakokinetiknya, dalam
Wirasuta, I M.A.G., et al. (Ed.) (2005), Peran kedokteran forensik dalam
penegakan hukum di Indonesia. Tantangan dan tuntuan di masa depan,
Penerbit Udayana, Denpasar

Anda mungkin juga menyukai