Disusun oleh :
NADILA (H031181018)
NURUL JIHAD (H031181030)
FATRIANI (H031181310)
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
itu kritik dan saran dari dosen pembimbing dan semua pihak yang sifatnya
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan demi
Makassar, 18 Februari 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi. Proses pengerusakan ini baru terjadi
apabila pada target organ telah menumpuk satu jumlah yang cukup dari agent
toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan
yang tertinggi dari agent toksik itu berada di target organ, tetapi bisa juga
mencapai konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak
beberapa organ saja. Hal tersebut dapat disebabkan lebih pekanya suatu organ,
atau lebih tingginya kadar bahan kimia dan metabolitnya di organ. Toksisitas
merupakan sifat bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada
suatu organisme bergantung pada berbagai jenis faktor. Faktor yang nyata adalah
dosis dan lamanya pajanan. Faktor yang kurang nyata adalah spesies dan strain
hewan, jenis kelamin, umur, serta status gizi dan hormonal. Faktor lain yang turut
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Toksikologi
merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam
kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-
dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang berguna atas satu
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem
mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan
mengenai paparan dan sasarannya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam
dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama
melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan
bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan
segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan
a. Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau
toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Reaksi alergi timbul pada dosis
b. Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau
manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia atau polutan.
Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan
kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberian.
setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang
pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi
pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi
hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah
2. Situasi pemaparan
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui
saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur
lain tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan.
Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka
waktu 3 bulan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh
paparan ulangannya. Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu
bahan polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis
penuh akan menghasilkan beberapa efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya
tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkun
juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan
kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat
irreversibel.
2.5 GASTROINTESTINAL
sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus,
stomach (lambung), usus halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan
mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung), Lambung, usus halus dan
usus besar sebagai tempat penampung makanan dan produk akhir dari pencernaan.
lapisan otot. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastro intestinal
Alumunium (Al)
kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem
pencernaan.
Barium (Ba)
Berillium (Be)
pernafasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan. Target organ adalah hati,
Merkuri (Hg)
yang terkontaminasi oleh logam-logam tersebut. Cara kerja logam-logam itu dapat
mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang
timbul tergantung pada dosisnya. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan
rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut serta karies gigi. Gejala lain yang
sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna putih seperti
susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas
mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan
makanan yang dikonsumsi bebas dari logam yang bersifat toksik yang dapat
pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah
bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar, membersihkan
rumah, segala perabot, makanan, dan mainan anak secara rutin dari debu dan
bersifat toksik.
asbestos, akrilonitrile.
Metanil Yellow
Organ tubuh manusia yang menjadi sasaran bahan toksik ini adalah lambung.
Apabila tertelan, senyawa ini akan masuk ke lambung dan dapat menyebabkan
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.
Kromium
gangguan pencernaan berupa sakit lambung, muntah dan pendarahan, luka pada
Usaha untuk menghindari risiko terpapar logam ini antara lain dengan cara
menghindari makanan yang kotor dan tidak higienis, mencuci tangan sebelum
Arsen
Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman.
Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian
Paradichlorobenzene
merkuri, nikel, tembaga, timah hitam, fosfor, antimon, thalium, krom, brom,
Rhodamin B
Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada
kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila
tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan
Kadmium (Cd)
Kadmium banyak terdapat di dalam pestisida yang biasa digunakan sebagai pupuk
tanaman padi oleh para petani. Pestisida yang terkandung dalam Beras yang
dimakan oleh masyarakat kebanyakan berasal dari tanaman padi yang selama
antara lain tidak memakai wadah/tempat yang berlapis Cd yang digunakan untuk
pertanian yang tercemar Cd, tidak mengkonsumsi daging yang diberi obat
Zn tinggi antara lain biji-bijian yang ditumbuk halus, makanan dari golongan
Arsen
Senyawa arsen jika tertelan oleh seseorang akan masuk ke dalam rongga hati dan
merusak hati. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker,
Banyak senyawa kimia yang bersifat toksik yang menyerang usus, baik usus
asbestos, akrilonitrile.
Arsen
Senyawa ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut lalu kerongkongan, lambung,
hati kemudian ke usus. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
Merkuri
hati dan usus besar. Keracunan akut oleh Hg menunjukkan gejala skit pada bagian
perut, mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Adanya kandungan
logam-logam berat yang bersifat toksik di dalam tubuh maka akan terjadi
penyerapan atau absorpsi di usus halus dan usus besar. Efek-efek yang
abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses dan muntahan yang berwarna
antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko
mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan
Kromium
Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung,
pankreas dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium
menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan pankreas. Cara kerja kromium dalam
pankreas adalah mampu melipatgandakan daya kerja insulin melalui sistem kerja
memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula. Hal ini dapat menghambat
pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan glikogen yang disimpan
di dalam hati dan otot secara berlebihan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
Senyawa kimia yang tekandung dalam pestisida yaitu timbal sulfide, arsen,
Jika seseorang menelan makanan yang terkontaminasi oleh Timbal Sulfida maka
Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi, menyebabkan kolik dan kosnstipasi.
Arsen
Arsen dapat menyebabkan kerusakan pada anus jika tertelan oleh manusia.
gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya pecah, fragmen epitel terlepas, lalu plasma
tercurah ke dalam lumen, kemudian akan membeku. Jaringan yang rusak dan aksi
cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan naiknya peristaltik
dan keluarnya tinja yang karakteristiknya seperti air beras. Protiforens epitel yang
normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sesudah itu feses
mengandung darah. Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari efek
toksik dari logam-logam tersebut antara lain dengan melakukan test medis,
pemantauan kadar logam berat di udara dan dalam makanan/ minuman secara
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sulfida
DAFTAR PUSTAKA