DAN LIMBAH B3
Disusun Oleh :
M. Nirwan Habibi
Naila Rafa C.
Noviantoro Samdhan
RIfkah Nur A.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
A. Pendahuluan
B. Tujuan
BAB 2 ISI
I. HASIL DISKUSI (RESUME)
Toksikologi Kimia
1. Pengertian
Toksikologi kimia adalah pemahaman yang mengenai tentang efek atau
pengaruh bahan kimia/zat-zat kimia yang tidak diinginkan bagi organisme hidup.
Toksikologi meliputi penelitian toksisitas bahan bahan kimia yang
digunakan, misalnya:
a. Bidang kodekteran : untuk tujuan diagnostic, pencegahan, dan terapeutik
b. Bidang industri makanan : sebagai tambahan makanan langsung maupun tidak
langsung.
c. Bidang pertanian : sebagai pestisida, zat pengatur pertumbuhan, dan
penyerbuk buatan.
d. Bidang industry Kimia : pelarut, reagent, dan sebagainya.
2. Pencegahan Keracunan
Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity
(toksisitas), hazard (bahaya), risk (resiko), dan safety (keamanan).
Hazard zat kimia adalah kemungkinan zat kimia tersebut membuat
cedera, dalam bahasa Indonesia hazard memiliki arti “bahaya”.
Toxicity adalah deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksik suatu zat
kimia.
Risk adalah besarnya kemungkinan suatu zat kimia untuk menimbulkan
keracunan. Keracunan tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam
tubuh. Semakin besar pemaparan terhadap zat kimia, maka semakin besar juga
resiko keracunan.
Safety perlu diperhitungkan dengan menerapkan faktor keamanan.
Manusia tidak dapat dijadikan hewan percobaan, oleh karena itu perhitungan
harus didasari dengan estimasi toksisitas dan bahaya terhadap suatu zat kimia
melalui data yang diperoleh dari hewan percobaan. Karena adanya perbedaan
antara sifat manusia dengan hewan percobaan maka harus diperhitungkan faktor
keamanan yang menurut konsensus ilmiah sebesar 100.
4. Karakteristik Pemaparan
Efek toksis (efek yang tidak diinginkan disebabkan oleh bahan kimia yang
mengalami biotransformasi dalam dosis dan suasana yang cocok untuk
menimbulkan keadaan toksis/respon toksis. Respon terhadap bahan toksis
tergantung pada sifat fisik dan kimia bahan, situasi pemaparan, dan kerentenan
sistem biologis.
Oleh karena itu, untuk mengetahui karakteristik tentang bahaya dan
toksisitas bahan kimia perlu mengetahui efek-efek yang timbul dan dosis yang
dapat menyebabkan efek toksis, sifat bahan kimia, pemaparannya, dan subjek.
Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi
pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
8. Dosis Respon
Hubungan dosis respon adalah karakreristik pemaparan dan spektrum efek
secara bersamaan membentuk hubungan korelasi.
Ada beberapa asumsi yang harus dipertimbangkan sebelum hubungan
dosis respon dapat sesuai digunakan sebagai berikut :
a. Respon timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan.
b. Respon pada kenyataannya berhubungan dengan dosis.
c. Dalam penggunaan dosis respon harus ada metode kuantitatif untuk mengukur
dan mengemukakan secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.
3) Kulit
Kulit relatif impermeable dan merupakan barrier (penghalang) yang
baik untuk memisahkan organisme dari lingkungannya. Tetapi beberapa zat
kimia dapat diserap lewat kulit dalam jumlah cukup banyak sehingga
menimbulkan efek sistemik.
b. Distribusi
Setelah zat kimia masuk ke dalam darah, maka zat kimia itu akan
didistribusikan secara cepat le seluruh tubuh. Laju distribusi berhubungan
dengan aliran darah.
1) Barrier
Barrier darah-otak terletak di dinding kapiler Di dinding kapiler
tersebut sel-sel endothelial kapiler bersatu rapat sehingga hanya sedikit atau
tidak ada pori-pori di antara sel-sel itu.Jadi, toksikan harus melewati
endothelium kapiler itu sendiri.
Secara anatomi barrier plasenta berbeda di antara berbagai spesies
hewan. Barrrier plasenta ternyata dapat menghalangi transfer toksikan ke
janin sehingga sampai batas tertentu dapat melindungi si janin.
c. Ekskresi
Ekskresi adalah proses yang dilakukan untuk mengeluarkan sisa
metabolisme dan benda yang tidak berguna dari dalam tubuh makhluk hidup.
Toksikan dapat dikeluarkan secara perlahan ataupun cepat, tergantung pada
dosis yang terkandung dalam tubuh dan jenisnya. Toksikan dikeluarkan dalam
bentuk asal, sebagai metabolit maupun sebagai konjugat. Toksikan dapat
dikeluarkan melalui urine, tetapi untuk beberapa jenis kimia lain dapat
dikeluarkan menggunakan bantuan paru-paru ataupun hati.
1) Ekskresi Urine
Ginjal membantu mengeluarkan toksikan dengan cara yang sama
seperti membuang hasil akhir metabolisme tubuh. Yaitu dengan filtrasi
glomelurus, difusi tubuler, dan sekresi tubuler.
2) Ekskresi Hati
Hati mampu mengeluarkan toksikan terutama untuk senyawa yang
memiliki tingkat polaritas yang tinggi (anion dan kation). Hal ini diketahui
melalui percobaan yang dilakukan pada hewan, dengan saluran empedu
yang diikat, pada percobaan itu diketahui bertambahnya toksikan akut
berkalilipat.
3) Ekskresi Paru-paru
Paru-paru dapat mengeluarkan toksikan yang berbentuk gas pada suhu
tubuh dan volatile liquid. Jumlah yang dapat dikeluarkan tergantung dengan
tekanan uap air, ekskresi pada paru-paru terjadi melalui difusi sederhana.
Gas yang memiliki tingkat kelarutan yang rendah dalam darah akan mudah
diekskresi, sebaliknya jika memiliki tingkat kelarutan yang tinggi seperti
chloroform akan sangat lambat diekskresi oleh paru-paru.
4) Saluran Lain
Saluran pencernaan bukan jalur utama yang digunakan untuk
mengeluarkan toksikan. Karena lambung dan usus manusia masing-masing
mengsekresi kurang lebih 3L cairan setiap harinya, namun beberapa
toksikan dapat keluar bersamaan dengan cairan tersebut. Hal ini terjadi
melalui difusi sehingga laju yang terjadi tergantung pada pKa toksikan dan
pH lambung dan usus.
Karsinogenesis
1. Pengertian
Karsinogenesis merupakan suatu kejadian dimana terjadi perubahan pada
sel normal menjadi sel ganas. Sel ganas ini merupakan penyebab dari penyakit-
penyakit berbahaya seperti kanker, tumor dan lain-lain.
2. Jenis Karsinogen
Dalam pembuatan bahan baku maupun energi yang kita pakai dalam
melakukan aktivitas sehari-hari terdapat berbagai macam bahan-bahan
berbahaya yang dapat menimbulkan efek karsinogenesis. Beberapa jenisnya
seperti :
a. Hidrokarbon aromatik
b. Amina aromatik
c. Pewarna aminoazo
d. Nitrosamin & Vinil klorida
3. Senyawa Kimia Penyebab Kanker
Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas manusia tidak jauh dari zat-zat
kimia. Hal ini bisa kita lihat dari penggunaan kendaraan bermotor, makanan
maupun minuman yang kita konsumsi maupun gaya hidup yang kita lakukan.
Namun tidak semua zat kimia yang kita dapatkan atau kita konsumsi memiliki
efek yang baik. Berikut ini beberapa zat kimia penyebab kanker :
a. Sakarin : Biasa digunakan untuk pemanis buatan, dapat menyebabkan kanker
ginjal dan kanker rahim.
b. Siklamat : Biasa digunakan untuk pemanis buatan, dapat menyebabkan
kanker perut.
c. Styrene : Biasa terkandung dalam gelas plastik, fiberglas, onderdil otomotif,
dapat menyebabkan kanker darah.
d. Strontium 90 : Termasuk zat radioaktif akibat percobaan bom atom serta
peledakan bom atom, dapat menyebabkan kanker darah.
e. Formaldehyde : Digunakan sebagai pengawet tekstil dan plastic namun sering
disalahgunakan untuk pengawet makanan yang dapat menyebabkan berbagai
jenis kanker.
4. Tahapan-tahapan Karsinogenesis
Dalam kasus-kasus pasien penderita penyakit kanker, dapat kita lihat 3
fase karsinogenesis yaitu, fase inisiasi, fase promosi dan fase progresi.
a. Fase Inisiasi
Pada fase ini, korban bom atom tidak merasakan apa-apa, melanjutkan
hidup tanpa ada komplikasi berarti. Namun yang terjadi di dalam tubuh
terjadi perubahan genetik pada sel tubuh, terjadi mutasi pada DNA
menyebabkan tumbuhnya sel ganas.
b. Fase Promosi
Pada fase ini, sel-sel yang telah berubah ini mengalami perkembangan.
Dalam tahap ini sel-sel yang telah berubah tadi membentuk klon dan
memperbanyak diri. Dengan memperbanyak diri ini sel-sel ganas tersebut
akan bertambah banyak dan menggerogoti organ tersebut. Akan tetapi fase
promosi ini memakan waktu cukup lama untuk berkembang ke fase
berikutnya.
c. Fase Progresi
Fase terakhir ini merupakan fase dimana sel-sel pembentuk kanker yang
sudah banyak tadi, menjadi sangat berbahaya. Setelah merusak salah satu
organ tempat tumbuh sel kanker tersebut, sel tersebut dapat menggerogoti
organ tubuh lain yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan. Pada tahp
ini terjadi perubahan pada kekebalan tubuh maupun fisik manusia tersebut.
Pengobatan yang ditempuh tidak menjamin kesembuhan total kepada pasien
penderita kanker tersebut.
Limbah B3
1. Pengertian
a. UU No. 32 Tahun 2009
Limbah B3 adalah zat yang sifat dan jumlanya, baik secara langsung atau
tidak langsung dapat merusak/membahayakan lingkungan hidup, kelangsungan
hidup manusia, dan makhluk hidup lainnya.
b. Pengumpul
Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang mengumpulkan atau
menerima limbah dari penghasil limbah dan menyerahkannya kepada pengolah
limbah.
c. Pengangkut
Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan pengangkutan
limbah.
Pengangkutan Limbah B3 adalah kegiatan yang dilakukan pengangkut
limbah untuk memindahkan limbah dari penghasil ke pengumpul dan atau ke
pengolah.
d. Pengolah
Pengolah limbah adalah badan usaha yang melakukan pengolahan
limbah dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan
dan tidak membahayakan kesehatan manusia.
Pengolahan Limbah B3 adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 agar tidak berbahaya dan atau
tidak beracun, serta dapat didaur ulang.
4. Jenis Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, yaitu limbah yang sembernya bukan dari
proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik, yaitu limbah yang berasal dari sisa proses suatu
industri atau kegiatan tertentu.
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
6. Penghasil Limbah B3
Penghasil limbah B3 wajib melakukan pengolahan limbah yang dilakukan
sendiri atau limbah diserahkan langsung kepada pengolah limbah B3 atau melalui
pengumpul limbah B3. Penghasil limbah B3 boleh menyimpan limbah B3 selama
maksimal 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pengolah limbah
B3. Penghasil limbah B3 dapat berperan juga sebagai pengumpul limbah B3.
7. Pengumpul Limbah B3
a. Syarat yang Wajib Dipenuhi Pengumpul Limbah B3
- Memperhatikan karakteristik limbah B3
- Punya laboratorium yang bis mendeteksi karakteristik limbah B3
- Punya lokasi minimal 1 hektar
- Punya fasilitas untuk mengatasi terjadinya kecelakaan
- Lokasi tempat pengumpulan bebas dari banjir dan jauh dari pemukiman atau
fasilitas umum
8. Pengangkut Limbah B3
Pengangkut limbah B3 jika ingin mengangkut limbah B3 wajib memiliki
dokumen limbah B3. Pengangkut limbah B3 tersebut wajib menyerahkan
dokumen limbah kepada pengumpul/penghasil atau pengolah limbah.
Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang
memenuhi syarat dan tata cara pengangkutan limbah B3 ditetapkan berdasar
peraturan yang berlaku.
9. Pengolah Limbah B3
Pengolah limbah B3 wajib membuat analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL).
a. Hal yang Harus Dimiliki Pengolah Limbah B3 yang Mengoperasikan
Insinerator
- Insinerator yang memiliki spesifikasi sesuai karakteristik dan jumlah limbah
yang diolah
- Alat pencegahan pencemaran udara
- Residu dari proses pembakaran pada abu incinerator yang harus ditimbun
c. Hal-hal yang Wajib Dilakukan Pengolah dan Penimbun Terhadap Lokasi Bekas
Pengolahan dan Penimbunan Limbah B3
- Menutup bagian paling atas lokasi dengan tanah yang memiliki ketebalan 0,60
meter
- Dipagar dan diberi tanda tempat penimbunan limbah B3
- Melakukan pemantauan air dan menanggulangi dampak lain jika terjadinya
kebocoran limbah B3 ke lingkungan
a. Wewenang Pengawas
- Masuk ke area pengelolaan limbah B3
- Mengambil limbah B3 agar dapat diperiksa di laboratorium
- Meminta keterangan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah B3
- Mengambil gambar/memotret untuk kelengkapan pengawasan
II. PEMBAHASAN STUDI KASUS
Studi kasus kali ini kita pelajari tragedi kebocoran gas pada pabrik pupuk Union
Carbide di kota Bhopal, negara bagian Madhya Pradesh di India. Tragedi ini terjadi
pada tahun 1984. Tragedi ini merupakan salah satu bencana terburuk yang dialami
India. Kebocoran gas ini menyebabkan 3.787 orang tewas dan ± 558.125 orang
cedera.
Tragedi ini disebabkan oleh kebocoran gas yang disebabkan oleh kelalaian pekerja
serta pemeliharaan alat produksi pupuk yang tidak baik oleh PT. Union Carbide
menyebabkan mudahnya alat mengalami kerusakan. Pada pukul 23.30 diperkirakan
air dari suatu pipa berhasil memasuki tangki yang berisi senyawa MIC atau yang biasa
dikenal metil isosianat. Air yang masuk kedalam tangka ini mampu meningkatkan
suhu maupun tekanan gas metil isosianat. Pada pukul 00.23 dikarenakan tangka tidak
mampu lagi menahan tekanan maupun suhu yang sudah melewati batas
kempampuannya, akhirnya tangka tersebut meledak dan mengalami kebocoran.
Hanya dalam waktu beberapa detik, pekerja pabrik seketika tewas akibat gas metal
isosianat tersebut. Pada pukul 00.23 masyarakat sekitar sedang dalam keadaan tidur
sehingga tidak menyadari adanya kebocoran gas. Namun perlahan-lahan warga
mengalami keadaan sesak nafas, sakit pada bagian mata dan lain-lainnya. Dengan
begitu masyarakat pun menyadari adanya hal yang terjadi di pabrik pupuk. Seketika
warga berlarian menuju klinik/rumah sakit untuk mengobati keluhan mereka. Namun
dari waktu 00.23 hingga 02.00 dimana kebocoran berhenti, banyak pekerja maupun
masyarakat yang tewas akibat keracunan gas MIC.