PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu “toxon” yang artinya
racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata “logos”. Kombinasi arti ini terbitlah
bidang ilmu yang diketahui umum sebagai Toksikologi, dan dalam bahasa inggris
disebut Toxicology. Secara etimology Toksikologi terbagi dari dua kata diatas dan
didefinisikan sebagai ilmu tentang racun. Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat. (Nelwan, 2010.)
Ilmu yang mempelajari tentang efek negative atau efek racun dari bahan kimia dan
material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme termasuk bagaimana bahan tersebut
masuk kedalam organisme. (Rand, GM and Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic
Toxicity : Methods and Aplication, Hempsphere Public Corporation).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa toksikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang interaksi antara substansi-substansi atau bahan yang berpotensial
toksik(racun) dan mekanisme biologis pada organisme, yang dapat memberikan efek
berbahaya berupa luka ataupun kematian sebagai hasil dari interaksi tersebut.
Cara masuk racun kedalam tubuh dengan cara saluran pencernaan dengan cara
memakan atau minum, saluran pernafasan dengan cara zat tersebut terbawa oleh udara dan
terhirup ke dalam tubuh, serta masuk dengan cara penyerapan kedalam kulit.
Respon makhluk hidup terhadap ketoksikan suatu senyawa atau racun beraneka
ragam, bergantung pada aneka faktor. Antara lain faktor biologi, kimia dan genetika ,
disamping kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup. Pemahaman terhadap faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi ketoksikan racun sangat membantu dalam mengevaluasi sebab-
akibat timbulnya keracunan serta dalam mengendalikan berbagai ubahan pada metode
pengujiannya.
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas kuliah toksikologi
b. Mengetahui pentingnya pengetahuan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
toksisitas.
a. Bagi penulis
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya ilmu
toksikologi dan faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi kerja zat toksik
c. Bagi masyarakat
Menambah informasi mengenai ilmu toksikologi dan factor yang mempengaruhi zat
toksik sehingga dapat digunakan oleh juga oleh masyarakat untuk membantu progam
pemerintah dalam menurunkan angka keracunan zat kimia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan system biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang
berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat
yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik.
Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi
pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang
percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik.
Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan
pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua
atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons
yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal
dengan hubungan dosis-respons.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat
yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada
suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, racun di reseptor
“tempat kerja”,sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan
terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.
Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk
mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas
merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek
berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.Toksisitas
merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat kimia
dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada
zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut
3
melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga
dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan
toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem
biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai
kondisi dimana efek berbahaya itu terjadi.
4
keracunan. Hampir tiap individu dapat dideteksi sejumlah tertentu zat seperti DDT dan
timbal, tetapi zat-zat tersebut tidak menimbulkan reaksi keracunan karena dosis yang ada
masih berada dibawah konsentrasi toksik. Setelah dosis berada pada dosis toksik maka zat
tersebut dapat menimbulkan kercunan. Hal yang sebaliknya, jika zat yang digunakan dalam
jumlah yang besar maka dapat menimbulkan kerusakan atau keracunan bagi tubuh, bahkan
air sekalipun. Karenanya perlunya pengetahuan yang mendasari tentang resiko toksisitas
suatu zat. Untuk keamanan pada penggunaan zat kimia perlu ditinjau data pada:
Bank data toksikologik dan data zat kimia baru sesuai dengan Technical Report no.
586 dari WHO dan
undang-undang tentang ketentuan uji toksisitas zat kimia baru di Amerika Serikat,
sebelum diperdagangkan (Toxic Substance Control Act = TOSCA).
Dosis terutama ditentukan oleh: Konsentrasi dan lamanya ekposisi zat. Racun pada
konsentrasi yang rendah tetapi terdapat kontak yang lama dapat menimbulkan efek Tosik
yang sama dengan zat yang terpapar pada konsentrasi tinggi dengan waktu kontak yang
singkat.
5
ruangan dan tidak ada jalan untuk keluar, misalnya ventilasi. Apabila terdapat makhluk hidup
pada ruangan tersebut misalnya manusia maka dapat berakibat fatal (kelumpuhan atau
bahkan kematian). Sedangkan apabila manusia menghirup debu yang terus menerus maka
dapat menyebabkan berbagai hal antara lain alergi, atau Infeksi Saluran Pernapasan. Untuk
menghindari hal tersebut perlu dilakukan suatu tindakan untuk meminimalkan debu, antara
lain dengan pemasangan fliter pada alat yang menghasilkan debu atau penggunaan masker
penutup hidung.
6
a. Sifat keasaman dari suatu zat (pH) dapat mempengaruhi absorbsi dari suatu zat
Zat kimia yang dapat mempengaruhi kornea mata antara lain: asam dan basa, asap,
detergen. Asam dan basa dengan mudah menembus kornea dan dapat menyebabkan
kerusakan baik kecil maupun besar (yaitu: kerusakan dangkal jaringan yang dapat sembuh
dengan mudah sampai keburaman kornea dan perforasi) . Zat asam dapat membakar jaringan
kornea karena rendahnya pH disamping karena afinitas anionnya terhadap jaringan kornea.
Awal kerja efek basa biasanya lebih lambat daripada yang disebabkan oleh asam., meskipun
ada ion basa seperti ion amonium (banyak terdapat pada produk rumah tanggaseperti
detergen) yang dengan mudah menembus iris.
c. Eksposisi sebelumnya
Apabila telah terjadi eksposisi terhadap zat tertentu (misal: timbal atau insektisida)
dan terjadi akumulasi zat tersebut dalam tubuh, maka resiko terjadi toksisitas pada kontak
berikutnya akan lebih besar. Makin besar zat yang tersimpan dalam tubuh makin besar
bahaya toksisitas yang diperoleh.
7
2.2.3. Faktor Penentu Resiko pada Fase Toksodinamika
a. Perbedaan Kepekaan seseorang
Faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah:
Umur, Contoh: tetrasiklin yang diberikan pada anak 1 (satu) tahun dapat
menyebabkan warna gigi menjadi coklat.
Jenis Kelamin, Contoh : Nikotin (seperti pada rokok) dimetabolisis secara berbeda
antara laki-laki dan perempuan.
Kehamilan, Penggunaan zat pada masa kehamilan dimana terjadi perkembahan janin
pada kandungan, dapat mempengaruhi dari kondisi perkembangan organ yang
terbentuk. Hal ini telah dijelaskan pada sub bab jenis-jenis respon yaitu pada
pembahasan efek teratogenik.
Faktor lain, Faktor lain yang berpengaruh seperti kekurangan gizi makanan,
penggunaan obat-obatan, reaksi sensitifitas (alergi), dan kesehatan yang menyeluruh.
c. Eksposisi Sebelumnya
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa seseorang yang mengalami
eksposisi berulang dan menyebabkan akumulasi semakin bertambah dalam tubuh akan
menyebabkan resiko bahaya yang lebih besar. Seperti nikotin pada orang yang merokok.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur dapat mencegah atau
meminimalkan toksisitas. Hal ini sangat penting terutama orang yang bekerja yang
bersentuhan dengan bahan kimia.
8
2.3 Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas dalam tubuh manusia
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu semua
subtansi yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk sampingan yang
masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh negatif bagi
manusia. Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.
3.2. Saran
Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para
mahasiswa khususnya pengetahuan mengenai toksikologi dan semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
10