Anda di halaman 1dari 35

KONSEP DASAR

TOKSIKOLOGI
INDUSTRI
Dosen: Bapak H. Hamsir Ahmad, SKM., M.Kes

Kelompok 4
1. Rahmi Rahayu PO714221232007
2. Risti Melda PO714221232008
3. Ummul Nur Hadianti PO714221232009
LATAR BELAKANG

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai substansi beracun (toksik), yang


dapat menyebabkan perubahan atau gangguan pada fungsi-fungsi suatu organisme sehingga bisa
memberi dampak serius dan berbahaya bagi organisme target, seperti kematian. Ditambah dengan
masa sekarang dimana banyaknya kegiatan perindustrian yang tengah berjalan.
Toksikologi industri sangat dibutuhkan pada saat sekarang ini karena semua manusia
terutama pekerja terpaksa hidup berdampingan dengan racun (toksikan), seperti bahan kimia
dasar, produk akhir, pupuk, pestisida, cat, sabun, parfum, obat, kosmetik, dan sebagainya.
Toksisitas merupakan kapasitas atau kemampuan suatu zat dalam menimbulkan kerusakan pada
sistem biologi dalam tubuh manusia, seperti bagian tubuh seperti jantung, paru-paru, dan ginjal.
Toksikolog industri memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengenal sifat toksik bahan
kimia yang ada di tempat kerja.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu
“Bagaimana Konsep Dasar Toksikologi Industri?”
TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup toksikologi
industri
b. Untuk mengetahui sistem barrier tubuh terhadap paparan bahan
kimia
c. Untuk mengetahui Dose Respon Relationship
d. Untuk mengetahui NAB, BLTV dan KTD
e. Untuk mengetahui MSDS bahan kimia
f. Untuk mengetahui cara masuk bahan kimia ke dalam tubuh
g. Untuk mengetahui biokimia, akumulasi, dan ekskresi bahan kimia
dalam tubuh
h. Untuk mengetahui organ target bahan kimia dalam tubuh
i. Untuk mengetahui simple and chemical asphyxia
PENGERTIAN DAN
RUANG LINGKUP
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu
toksikologi yang mempelajari toksikan di tempat kerja serta
efeknya pada pekerja yang terpajan toksikan di tempat
kerja. Secara terminologis, toksikologi industri berarti ilmu
tentang toksikan yang dipakai, diolah, diproses, dan
dihasilkan dalam industri. (Kurniawidjaja, L.M, dkk, 2021).
Berikut ini merupakan ruang lingkup toksikologi industri:
1. Terdapatnya toksikan di alam.
2. Penggunaan dan manfaat.
3. Sifat fisik dan kimia.
4. Masuknya ke dalam tubuh dari lingkungan kerja.
5. Metabolisme: absorpsi, distribusi, biotransformasi, retensi, dan
ekskresi.
6. Efek toksik pada manusia atau hewan (dosis dan masa pajanan).
7. Pencegahan, berupa Nilai Ambang Batas (NAB) dan Indeks Pajanan
Biologik (IPB).
8. Diagnosis/gejala, terapi, serta manajemen kasus kerjacunan.
9. Aspek medikolegal.
SISTEM BARRIER TUBUH TERHADAP
PAPARAN BAHAN KIMIA

Banyak bahan kimia yang didistribusikan di dalam tubuh dan seringkali


hanya mempengaruhi spesifik target organ. Namun, bahan kimia lainnya
juga dapat merusak sel atau jaringan apapun yang bersentuhan
dengannya. Organ target yang dapat terpengaruh oleh bahan kimia
bervariasi tergantung pada dosis dan rute pemaparan. Misalnya sistem
saraf pusat mungkin akan menjadi target toksisitas dari bahan kimia
setelah terjadi pajanan akut sedangkan hati mungkin terpengaruh setelah
adanya pajanan kronis
DOSE RESPONSE RELATIONSHIP

Dosis didefinsikan sebagai jumlah atau konsentrasi agen, bahan


kimia, atau toksikan yang terabsorpsi oleh manusia. Dosis sering disebut
juga sebagai jumlah toksikan per kilogram berat badan organisme hidup.
Dosis dibedakan menjadi dua macam, yaitu total dose dan
fraction dose. Total dose adalah jumlah total agen yang terabsorpsi dalam
satu periode tertentu, sedangkan fraction dose adalah sebagian dosis.
Fraction dose dapat menurunkan kemungkinan terjadinya keracunan atau
toksisitas
Respons adalah perubahan struktur ataupun fungsi pada tingkat
subselular hingga tingkat organisme hidup akibat pajanan toksikan
ataupun bahan kimia.
Efek toksik adalah efek merugikan atau efek buruk yang
ditimbulkan oleh penggunaan atau pajanan terhadap agen, bahan kimia,
atau toksikan. Efek ini sangat bervariasi, mulai dari keluhan ringan
seperti gatal atau sakit kepala hingga kondisi berbahaya seperti
kematian. Banyak faktor yang memengaruhi efek toksik, di antaranya
yang penting adalah dosis agen atau toksikan.
Prinsip yang menghubungkan dosis dengan respons efek toksik
yang terjadi dikenal dengan istilah hubungan dosis-respons (dose-
response relationship). Dose-response relationship merupakan
persentase populasi pekerja memberi respons perubahan sistem biologis
yang terdeteksi, di mana figur ini digunakan dalam penentuan tingkat
atau klasifikasi bahaya terhadap toksikan yang diuji.
NAB, BLTV dan KTD
a. Pengertian NAB (Nilai Ambang Batas) Sesuai Permenaker No. 5 Tahun
2018, nilai ambang batas (NAB) atau threshold limit value (TLV) adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted avarage) yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
b. BLTV (Biological Limit Treshold Value) BLTV (Biological Limit Treshold
Value) adalah Kadar maksimum dalam organ tubuh (darah, urine,
serum,rambut, kuku, dll) di Indonesia diterjemahkan dengan istilah angka
aman kerja
c. KTD (Kadar Tertinggi Diperkenankan) adalah kadar bahan kimia di udara
tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap
selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
MSDS BAHAN KIMIA
MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah Lembar Data
Keselamatan yang selanjutnya disingkat LDK, adalah lembar petunjuk
yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya
yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat dan informasi lain yang diperlukan.
MSDS (Material Safety Data Sheet) merupakan sebuah dokumen
yang wajib disertakan pada setiap bahan kimia, apapun jenis nya.
Dalam Hazard Communication Standard 29 CFR 1910.1200, Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) menyatakan bahwa yang
bertanggung jawab membuat MSDS adalah pihak manufaktur yang
memproduksi bahan kimia berbahaya.
Informasi yang harus tercantum dalam MSDS
Informasi yang harus tercantum dalam MSDS berdasarkan Kepmenaker No.
Kep.187/MEN/1999 maupun Sistem Harmonisasi Global (GHS), MSDS
harus memuat 16 informasi sebagai berikut:
1. Identitas bahan dan nama Perusahaan
2. Komposisi bahan
3. dentifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan penanggulangan tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemaparan dan APD
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan reaktivitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Informasi untuk pengangkutan bahan
15. Informasi perundang-undangan
16. Informasi lain, biasanya berisikan tanggal pembuatan MSDS, tanggal revisi
MSDS terakhir, akronim/singkatan, dan referensi literatur/sumber yang diambil
untuk membuat MSDS/informasi produsen/pemasok yang dapat dihubungi.
CARA MASUK
BAHAN KIMIA
DALAM TUBUH
Pajanan toksikan pada manusia dapat berasal dari
berbagai macam sumber, baik dari udara, tanah, air
permukaan, maupun air tanah. Pajanan toksikan
dibedakan menjadi dua, yaitu pajanan langsung dan
pajanan tidak langsung. Pada pajanan langsung, terjadi
kontak langsung antara sumber pajanan (toksikan) dan
manusia. Sementara itu, pada pajanan tidak langsung,
terdapat tahapan atau media lain yang dilewati sumber
pajanan kontak dengan manusia. Media atau tahapan
antara tersebut dapat berupa hewan (ternak), tumbuhan,
makanan (misalnya padi, susu, atau ikan), dan air
minum.
Cara masuk/Jalur pajanan toksikan bervariasi, yaitu :

1. Inhalasi
Inhalasi pada umumnya merupakan jalur pajanan
bagi toksikan yang berwujud debu/partikel, gas, asap, atau
uap. Ketika bahan toksikan masuk lewat inhalasi, bahan
tersebut dapat dikeluarkan kembali lewat ekshalasi atau
dapat menetap dalam saluran pernapasan dan menimbulkan
gangguan. Tingkat penyerapan toksikan melalui jalur inhalasi
tersebut bergantung pada berbagai faktor, di antaranya
atmosfer toksikan serta kemampuan toksikan untuk melintasi
membran sel.
2. Kontak kulit
Kontak kulit menjadi jalur pajanan toksikan yang berwujud
cair dengan kemampuan menguap (volatilitas) rendah. Selain itu,
dapat juga menjadi jalur masuk toksikan zat padat. Berbagai bahan
toksik dapat melewati pelindung atau penghalang kulit (skin barrier),
diserap oleh sistem sirkulasi, dan disebarkan ke seluruh organ
internal, hingga menimbulkan gangguan.
3. Mata
Mata sangat sensitif terhadap pajanan toksikan. Bahkan
pajanan singkat toksikan dalam memberi efek lokal serius pada
mata. Selain itu, toksikan dapat pula diserap oleh pembuluh darah
mata dan disebarkan ke seluruh tubuh.
4. Ingesti
Toksikan dapat masuk ke dalam mulut dan tertelan. Jika
tertelan, toksikan akan melewati saluran cerna. Bergantung pada
jenis toksikannya, sebagian toksikan dapat diekskresikan melalui
feses, namun sebagian lainnya dapat diserap oleh saluran cerna,
masuk ke dalam darah dan memberi efek sistemik dalam tubuh.
5. Injeksi
Pajanan toksikan dapat masuk ke tubuh melalui luka
atau penetrasi kulit. Melalui pembuluh darah, toksikan dapat
menyebar ke seluruh tubuh.
BIOKIMIA, AKUMULASI DAN
EKSKRESI BAHAN KIMIA
DALAM TUBUH

Biokimia, akumulasi, dan ekskresi


bahan kimia dalam tubuh merupakan
proses kompleks yang melibatkan
berbagai sistem dan organ dalam
tubuh manusia. Bahan kimia dapat
mencakup berbagai jenis senyawa,
termasuk nutrien esensial, obat-
obatan, toksin, dan zat-zat lainnya.
Biokimia

Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan


berbagai molekul dalam reaksi kimia dan proses yang
berlangsung dalam makhluk hidup. Jangkauan ilmu Biokimia
sangat luas sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Tidak hanya
mempelajari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia,
ilmu Biokimia juga mempelajari berbagai proses pada organisme
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Ruang lingkup biokimia antara lain meliputi studi tentang
susunan kimia sel, sifat-sifat senyawa serta reaksi kimia yang
terjadi dalam sel, senyawa-senyawa yang menunjang aktivitas
organisme hidup serta energi yang diperlukan atau dihasilkan.
Dengan kata lain Biokimia menyangkut dua aspek yaitu struktur
senyawa dan reaksi antar senyawa dalam organisme hidup
Akumulasi Bahan Kimia
1. Absorpsi: Bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui berbagai rute,
seperti pencernaan makanan, pernapasan, atau penyerapan melalui kulit.
2. Distribusi: Setelah masuk ke dalam tubuh, bahan kimia dapat
didistribusikan ke berbagai jaringan dan organ melalui peredaran darah.
3. Metabolisme: Bahan kimia sering mengalami proses metabolisme di
dalam sel, di mana mereka diubah menjadi bentuk yang lebih mudah
dikelola atau diekskresi. Proses ini umumnya melibatkan enzim di dalam
sel.
4. Penyimpanan: Beberapa bahan kimia dapat disimpan dalam jaringan
tubuh, seperti lemak atau organ tertentu, sebelum akhirnya dieliminasi
Ekskresi Bahan Kimia

1. Hati : Liver merupakan organ utama yang terlibat dalam


detoksifikasi dan metabolisme bahan kimia. Produk hasil
metabolisme dapat diekskresi ke dalam empedu untuk kemudian
masuk ke dalam usus.
2. Ginjal: Ginjal berperan dalam menyaring darah dan mengeluarkan
sisa metabolisme, zat-zat berlebih, dan racun ke dalam urin.
Proses ini melibatkan pembentukan urin di nefron, unit fungsional
ginjal.
3. Paru-paru: Beberapa bahan kimia dapat diekskresi melalui
pernapasan, terutama jika mereka berbentuk gas.
4. Kulit: Bahan kimia tertentu dapat diekskresi melalui keringat atau
penyerapan kembali melalui kulit.
ORGAN TARGET BAHAN KIMIA
DALAM TUBUH
Dalam konteks kimia dan toksikologi, istilah "organ
target" merujuk pada organ atau sistem tubuh yang paling rentan
atau paling mungkin terpengaruh oleh paparan suatu bahan
kimia. Berikut adalah beberapa organ target dan bahan kimia
yang dapat memengaruhi mereka beserta dampaknya :
1. Hati
a. Bahan Kimia: Alkohol, parasetamol, karbon tetraklorida.
b. Dampak: Kerusakan hepatosit, peradangan hati, sirosis.
2. Paru-paru
a. Bahan Kimia: Asap rokok, asbes, polutan udara.
b. Dampak: Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru,
kanker paru-paru.
3. Jantung
a. Bahan Kimia: Nikotin, kafein, kokain.
b. Dampak: Penyakit jantung, aritmia, peningkatan risiko serangan
jantung.
4. Ginjal
a. Bahan Kimia: Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs),
timbal, beberapa antibiotik.
a. Dampak: Gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal
5. Sistem Saraf Pusat
a. Bahan Kimia: Alkohol, kokain, pestisida.
b. Dampak: Gangguan kognitif, gangguan neurologis, risiko kejang.
6. Sistem Saraf Perifer
a. Bahan Kimia: Timbal, pestisida organofosfat.
b. Dampak: Neuropati, gangguan sensorik, kelemahan otot.
7. Sistem Endokrin (Hormonal)
a. Bahan Kimia: Disruptor endokrin seperti bisphenol A (BPA), dioxin.
b. Dampak: Gangguan hormonal, infertilitas, risiko kanker hormon-
dependen.
8. Kulit
a. Bahan Kimia: Zat kimia iritan, radiasi ultraviolet (UV).
b. Dampak: Dermatitis, luka bakar kulit, risiko kanker kulit
9. Sistem Reproduksi
a. Bahan Kimia: Ftalat, pestisida, merkuri.
b. Dampak: Gangguan fertilitas, cacat lahir, gangguan hormonal.
10. Darah dan Sistem Hematopoietik:
a. Bahan Kimia: Benzene, timbal, radiasi.
b. Dampak: Anemia, penurunan jumlah sel darah putih, risiko
leukemia.
11. Sistem Pencernaan:
a. Bahan Kimia: Aflatoksin, alkohol, merkuri.
b. Dampak: Gangguan pencernaan, kerusakan usus, risiko kanker
saluran pencernaan.
12. Sistem Kekebalan
a. Bahan Kimia: Imunosupresan, polutan udara.
b. Dampak: Penurunan daya tahan tubuh, peningkatan risiko infeksi.
SIMPLE AND CHEMICAL ASPHYXIA

Saat ini, asfiksia secara umum didefinisikan sebagai kondisi kekurangan


oksigen, baik parsial (hipoksia) maupun komplit (anoksia). Hipoksia
adalah istilah umum yang mengacu pada suplai oksigen ke jaringan yang
tidak adekuat atau gangguan penggunaan oksigen. Sementara itu, istilah
anoksia diartikan sebagai ketiadaan oksigen.
Secara umum, terdapat dua jenis asfiksia yaitu internal dan eksternal.
Asfiksia internal dapat terjadi dikarenakan gangguan ikatan oksigen-hemoglobin
maupun keracunan dikarenakan karbon monoksia atau sianida. Asfiksia eksternal
mengacu terutama pada terganggunya suplai oksigen dari luar, baik terjadinya
obstruksi dikarenakan tekanan dari luar pada saluran pernapasan maupun
kekurangan oksigen di dalam ruangan yang kecil. Pada mayoritas kasus, asfiksia
dikaitkan dengan sensasi tidak nyaman yaitu dispnea yang ditandai dengan
kesulitan bernapas, takikardia yang berlangsung sementara, peningkatan
pelepasan katekolamin dan perasaan takut akan kekurangan napas. Etiologi
asfiksia secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Mekanis: hal ini mengganggu kelancaran udara dalam traktus
respiratorius melalui berbagai mekanisme. Terjadi penutupan jalur udara
oleh tekanan eksternal pada leher dalam kasus penggantungan diri,
strangulasi, dan pencekikan
2. Patologis: terjadi apa bila masuknya oksigen ke dalam paru dihalangi
oleh suatu penyakit saluran pernapasan atas seperti edema laryngeal,
spasme, tumor, dan abses
3. Toksik atau kimia: terhentinya pergerakan saluran pernapasan
dikarenakan keracunan dengan morfin atau barbiturat. Dapat pula terjadi
dikarenakan terhalangnya penggunaan oksigen oleh darah pada
keracunan sianida
4. Lingkungan: terjadi apabila berada pada suatu tempat dengan kadar
oksigen yang rendah atau inhalasi karbon monoksida
5. Traumatik: adanya trauma tumpul pada dada yang terjadi dalam
pneumothorax, hemathorax, atau emboli pulmonal dapat mengganggu
oksigenasi dan ventilasi
6. Postural : dikarenakan posisi tubuh yang menghalangi pertukaran
udara secara adekuat
Asfiksia dibagi menjadi tiga klasifikasi besar yaitu sufokasi
(suffocation), strangulasi (strangulation) dan asfiksia kimiawi. Klasifikasi
sufokasi dan strangulasi memiliki subkategori di dalamnya. Di dalam klasifikasi
sufokasi terdapat sufokasi lingkungan (environmental suffocation),
pembekapan (smothering), tersedak (choking), penenggelaman (drowning),
asfiksia mekanik (mechanical asphyxia), gagging, dan sufokasi gas (gases
suffocation). Sementara itu, pada strangulasi terdapat strangulasi manual
(manual strangulation), strangulasi dengan pengikat (ligature strangulation),
dan penggantungan (hanging).
Asfiksia kimiawi (chemical asphyxia). Klasifikasi pertama selain
sufokasi dan strangulasi adalah asfiksia kimiawi. Pada asfiksia kimiawi,
oksigen dapat memasuki pembuluh darah namun suatu toxin mencegah baik
transfer oksigen dalam darah maupun penggunaan oksigen oleh sel sehingga
timbul kematian. Bahan kimia yang sering menjadi penyebab asfiksia kimiawi
adalah karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfide.
Beberapa contoh bahan kimia yang dapat menyebabkan asfiksia
kimiawi melibatkan cara berikut :

1. Monoksida Karbon (CO)


a. Sumber: Asap kendaraan bermotor, alat pemanas yang tidak
efisien, kebakaran.
b. Mekanisme: Monoksida karbon bersaing dengan oksigen untuk
mengikat hemoglobin dalam darah, menghasilkan
karboksihemoglobin yang tidak dapat mengangkut oksigen.
2. Asam Hidroklorik (HCl) atau Gas Asam Lainnya:
a. Sumber: Industri kimia, kecelakaan kimia.
b. Mekanisme: Asam yang terhirup dapat merusak jaringan paru-
paru dan menyebabkan edema paru, menghambat pertukaran
gas di paru-paru.
KESIMPULAN
Arti konsep dasar toksikologi industri melibatkan pemahaman mengenai
dampak bahan kimia dan zat-zat beracun terhadap kesehatan manusia di
lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa poin kesimpulan dari konsep
dasar toksikologi industri :

1. Paparan dan respon, rute paparan, karakteristik zat beracun, tingkat


pajanan aman, evaluasi risiko, pencegahan dan pengendalian risiko,
dan pelaporan dan pengawasan
2. Menekankan pentingnya keselamatan dan kesehatan pekerja di
lingkungan industri
3. Perlunya manajemen risiko yang efektif untuk melindungi kesehatan
manusia di tempat kerja.
SARAN
Berikut adalah beberapa saran terkait dengan konsep dasar toksikologi
industri : Pendidikan dan pelatihan, pemahaman terhadap bahan kimia,
praktik kerja aman, kontrol paparan, sistem pemantauan kesehatan, evaluasi
risiko periodik, kerjasama antara pekerja dan manajemen, penggunaan
sumber informasi terkini, pemantauan lingkungan kerja, pelaporan insiden
dan kasus. Implementasi. Saran-saran ini dapat membantu menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat, mengurangi risiko paparan
bahan kimia berbahaya, dan meningkatkan kesadaran pekerja terhadap
potensi bahaya toksikologi di tempat kerja.
THANK YOU
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai