Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“KONSEP DASAR TOKSIKOLOGI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : FARMAKOLOGI

Dosen Pengampu :

Mustaming S. Kep., M. Biomed (MT)

Disusun Oleh :

1. Andi Annisa Rachmadini (NIM: P07220121053)


2. Angelin Anastasya Wowiling (NIM: P07220121054)
3. Muhammad Fahrul Rozi (NIM: P07220121074)
4. Vicrda Lusianah (NIM: P07220121093)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

TINGKAT I/SEMESTER I
TAHUN AJARAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “KONSEP DASAR TOKSIKOLOGI” selesai tepat pada
waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Farmakologi. Sholawat serta salam tak
lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mustaming S. Kep., M. Biomed (MT).
Pada mata kuliah Farmakologi, saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
bapak dosen mata kuliah. Tugas yang telah di berikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima
demi kesempurnaan makalah.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR2

DAFTAR ISI3

BAB I PENDAHULUAN4

A. Latar Belakang4

B. Rumusan Masalah4

C. Tujuan5

BAB II PEMBAHASAN6

A. Toksikologi Obat6-9

B. Toksikologi Bahan Makanan9-11

C. Toksikologi Peptisida11-16

D. Toksikologi Industry16-18

E. Toksikologi Lingkungan18-20

F. Toksikologi Kecelakaan20-22

G. Toksikologi Radiasi22-25

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………6

KESIMPULAN 6

SARAN ....................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA 8

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme
efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sitem
biologik lainnya.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya, adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat
kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang
mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana
zat kimia tersebut berbahaya.
Teksikologi bahan makanan adalah ilmu yang mempelajari tentang racun.
Pengertian lain yaitu semua subtansi yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu
formulasi dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan
untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia. Toksikologi bahan makanan
merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh buruk makanan bagi manusia.
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis
hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya
sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara
lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan
pes. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini. Serangga
juga dapat merusak berbagai tumbuhan dan hasil panen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Toksikologi Obat?
2. Apa itu Toksikologi Bahan Makanan?
3. Apa itu Toksikologi Peptisida?
4. Apa itu Toksikologi Industry?
5. Apa itu Toksikologi Lingkungan?
6. Apa itu Toksikologi Kecelakaan?
7. Apa itu Toksikologi Radiasi?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi obat.
2. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi bahan makanan.
3. Mengetahui dan memahami Pengertian Peptisida.
4. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi industry.
5. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi lingkungan.
6. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi kecelakaan.
7. Mengetahui dan memahami Pengertian Toksikologi Radiasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. TOKSIKOLOGI OBAT
A. Definisi Toksikologi Obat
Secara sederhana, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat
dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan sitem biologik lainnya.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya, adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya.
Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat yang bekerja pada
tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan
gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun dapat diserap melalui
pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.
Sedangkan definisi keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian.
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia
(Anief, 1991).

6
B. Mekanisme Model Masuk dan Daya Keracunan Obat
1. Cara terjadinya terdiri dari :
a. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan, pasien tidak bermaksud bunuh
diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.
b. Attemp suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan
kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai.
c. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya faktor kesengajaan.
d. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni
orang lain.
2. Mulai waktu terjadi
a. Keracunan kronik
Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala
dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative
kecil ciri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan
waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi. Keracunan ini
diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi harus
menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka waktu panjang
(minggu, bulan, atau tahun).
b. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak
orang, (pada keracunan dapat menegnai seluruh keluarga atau penduduk
sekampung) gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulasi dan
koma. Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.

7
3. Menurut alat tubuh yang kena
Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya
racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung.
4. Menurut jenis bahan kimia
Golongan zat bahan kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama,
misalnya golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya.
Bahan – bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga
saluran, yakni:
a. Melalui Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal
ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung
menggunakan mulut atau makan dan minum di laboratorium.
b. Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah
aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.
c. Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat
pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang
terjadi. SO2 (sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada
jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk
ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
d. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
e. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985).
C. Klasifikasi daya keracunan
1. Keracunan dapat bersifat akut yaitu efek segera muncul pada saat terpapar atau
terkena bahan toksik dalam waktu singkat dan akan hilang setelah paparan bahan
kimia beraacun tersebut dihilangkan. Contoh: keracunan akut kadmium (Cd) dapat
disebabkan karena pemasukannya baik melalui pernafasan maupun melalui oral, di
industri logam gejala keracunan akut yang disebabkan oleh logam Cd dapat berupa
timbulnya rasa sakit dan panas pada bagian dada.
2. Keracunan kronis timbul setelah pemaparan berulang kali selama tiga bulan atau
lebih. Bahan kimia bersifat kronis, contohnya adalah asbestos, paparan terhadap
debu asbes tidak segera menyebabkan kerusakan pada paru-paru, akan tetapi apabila
terpapar dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker paru-paru. Contohnya

8
Karbon monoksida (Co) mengakibatkan efek akut dan kronis, jika terhirup gas Co
kepala pusing dan terasa mual dimana jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
pada paru-paru.
D. Keracunan obat spesifik
 AINS
 ANALGESIK (non-opioid) Asetosal
 ANALGESIK (opioid)
 Antagonis Kalsium
 Antidepresan
 Antimalaria
 Bata-Bloker
 Hipnotik dan Ansiolitik
 Stimulan
 Teofilin
 Alkohol
 Garam Besi
 Litium
 Fenotiazin dan obat sejenis
B. TOKSIKOLOGI BAHAN MAKANAN
A. Definis Toksikologi Bahan Makanan
Teksikologi bahan makanan adalah ilmu yang mempelajari tentang racun.
Pengertian lain yaitu semua subtansi yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu
formulasi dan produk sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan
untuk menimbulkan pengaruh negative bagi manusia. Toksikologi bahan makanan
merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh buruk makanan bagi manusia.
Makanan dapat dipandang sebagai campuran berbagai senyawa kimia. Campuran
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu, nutrisi, toksin alami,
kontaminan dan bahan aditif. Kandungan nutrisi pada makanan mencapai 99.9 % terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, kesemua bahan kimia dalam

9
makanan dapat berpotensi meracuni tubuh. Melalui proses pencarian yang lambat dan
cara trial and error manusia berusaha untuk menghilangkan efek negatif dari makanan.
Pada akhirnya manusia memiliki cara pengolahan dan metode menghilangkan
atau meminimalkan toksin dalam makanan. Pada umumnya toksin akan mengalami
kerusakan selama proses preparasi dan pemasakan makanan. Sekalipun demikian
makanan yang sudah mengalami proses pengolahan dapat mengalami kerusakan akibat
kontaminasi.
B. Klasifikasi Toksin pada makanan
1. Toksin AlamiBerupa kelompok toksin yang secara alamiah ada dalam makanan
termasuk dalam kelompok ini adalah phenol, glikosida sianogen, glukosinolat, amina
biogenic.Kelompok fenol yang biasa dijumpai dalam proses produksi makanan dan
minuman kelompok ini merupakan kelompok racun yang jarang menyebabkan
keracunan akut; beberapa diantaranya adalah: asam fenolat seperti asam kafeat, asam
ferulat dan flavonoid.Kelompok glikosida sianogen merupakan glikosida yang
mampu menghasilkan sianida akibat proses aktifitas enzim hidrolitik. racun sianida
bersifat mematikan dengan dosis 0.5 sampai3.5 mg/kg berat badan. Bebrapa jenis
tanaman yang mengandung glikosida sianogen diantaranya adalah, ketela pohon,
sorgum dan biji karet.Amino biogenik terdapat dalam beberapa tanaman tertentu
seperti, buah apokat, pisang, kurma, nanas, dan tomat. Beberapa amino biogenik
yang cukup beresiko yaituphenethylamines, dopamine, norepinephrine, dan tyramine
yang menyebabkan hipertensi. Jenis yang terakhir adalah stimulan, termasuk
didalamnya adalah kafein teofilin dan teobromin.
2. Zat anti nutrisiZat anti nutrisi dapat mempengaruhi senyawa makanan sebelum
dimakan, selama pencernaan dalam saluran pencernaan dan setelah penyerapan oleh
tubuh. Pengaruh negatif dari zat anti nutrisi tidak segera nampak sebagaimana
senyawa toksik pada makanan. Pengaruh yang nampak dari konsumsi zat anti nutrisi
adalah kekurangan gizi atau keadaan nutrisi marginal. Zat anti gizi dibedakan
menjadi tiga kelompok yaitu: anti protein termsuk diantaranya adalah protease
inhibitor, terdapat pada kacang-kacangan. Anti mineral termasuk didalamnya adalah
asam fitat, asam oksalat, glukosinolat, serat pangan dan gosipol. Kelompok anti

10
nutrisi berikutnya adalah anti vitamin, termasuk didalamnya asam askorbat oksidase,
anti tiamin, antipiridoksin.
3. Bahan Tambahan MakananPenggunaan bahan aditif makanan dimaksudkan untuk
pengawet, membentuk tekstur dan citarasa, penambah nilai gizi, pewarna, dan lain
sebagainya. Banyaknya variasi produk semakin meningkatkan penggunaan zat aditif.
Sayangnya penggunaan bahan aditif pada makanan belum tentu aman. Bahan aditif
terkadang belum cukup informasi toksikologisnya sehingga efek penggunaan jangka
panjang terhadap kesehatan belum diketahui. Perhatian terutama dari penggunaan
bahan aditif adalah pada perannya sebagai pemicu kanker dan gangguan neurologis
yang terjadi.
C. TOKSIKOLOGI PEPTISIDA
A. Definisi Teknologi Peptisida
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis
hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya
sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara
lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan
pes. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini.
Serangga juga dapat merusak berbagai tumbuhan dan hasil panen. Selain gangguan
serangga, gangguan yang amat penting bagi petani adalah rumput liar. Herbisida
dapat dipergunakan untuk mengatasi gangguan ini. Pestisida juga telah
dikembangkan untuk mengendalikan hama lain misalnya jamur (fungisida) dan
hewan pengerat (rodentisida). Beberapa produk pestisida rumah tangga juga tersedia
untuk mengendalikan hama pengganggu di rumah misalnya lalat dan nyamuk.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping
keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan
pestisida antara lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestisida,
penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko
penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi mengenai
pestisida dari petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas kesehatan.2
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 25
juta kasus keracunan pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap hari.3 Data dari

11
Rumah Sakit Nishtar, Multan Pakistan, selama tahun 1996-2000 terdapat 578 pasien
yang keracunan, di antaranya 370 pasien karena keracunan pestisida (54 orang
meninggal).
Pada umumnya korban keracunan pestisida merupakan petani atau pekerja
pertanian, 81% di antaranya berusia 14-30 th.4 Peristiwa terbaru yang terjadi di
Indonesia adalah kematian misterius yang menimpa 9 warga pada bulan Juli 2007 di
Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Magelang. Menurut Harian Republika, 26
September 2007, hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan dipastikan akibat
keracunan pestisida.
B. Penggolongan Peptisida
a. Insektisida Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok pestisida yang
terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda. yaitu:
1. Organoklorin merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara kimiawi
tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan
dampak residunya yang lama terurai di lingkungan. Salah satu insektisida
organoklorin yang terkenal adalah DDT. Pestisida ini telah menimbulkan
banyak perdebatan. Kelompok organoklorin merupakan racun terhadap
susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat
bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat karsinogenik (kanker).
2. Organofosfat. insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat.
Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling
toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung,
cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, memblokade penyaluran
impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan
kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik.
3. Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja
menghambat asetilkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut
tidak berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversibel.1 ' 7 Kalau timbul
gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Pada
umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1
sampai 24 jam sehingga cepat diekskresikan.

12
4. Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya Piretroid berasal dari
piretrum diperoleh dari bunga Chrysanthemum cinerariaefolium. Insektisida
tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada
susunan saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi
dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka.
b. Heptisida ada beberapa jenis herbsida yang toksisitasnya pada hewan belum
diketahui dengan pasti.
1. Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam diklorofenoksiasetat) dan
2,4,5-T (2,4,5-asam triklorofenoksi asetat). Senyawa-senyawa ini bekerja
pada tumbuhan sebagai hormon pertumbuhan. Toksitatnya pada hewan
relatif rendah. Tetapi klorakne, mempunyai efek toksik pada manusia
disebabkan oleh pencemar 2,3,7,8-tetraklorobenzo-p-dioksin.
2. Herbisida biperidil, misalnya parakuat dan dikuat, telah dipergunakan secara
luas, toksisitas zat ini dilakukan lewat pembentukan radikal bebas. Toksisitas
parakuat ditandai oleh efek paru-paru melalui paparan inhalasi dan oral.
Keracunan kronis peptisida paraquat dan dikuat beeersifat karsinogenik.
3. Herbisida lainnya seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol (aminotriazol),
karbamat profam dan kloroprofam dan lain-lain.
c. Fungsida
1. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri merupakan fungsida yang
sangat efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir
padi-padian. Beberapa kecelakaan tragis akibat penggunaan peptisida ni,
menyebabkan banyak kematian dan kerusakan neurologi menetap, sehingga
kini tidak digunakan lagi.
2. Senyawa dikarboksimida antara lain dimetil-tiokarbamat (ferbam, tiram dan
ziram) dan etilenbisditiokar (maneb, nabam dan zineb). Toksisitas akut
senyawa ini relatif rendah, karena itu zat ini dipergunakan secara luas dalam
pertanian tapi ada kemungkinan berpotensi karsinogenik.
3. Derivat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, mempunyai toksisitas akut dan
kronis yang sangat rendah namun berpotensi karsinogenik dan teratogenik.

13
4. Senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP), seagai bahan pengawet
kayu. Pentakloronitrobenzen (PCNB) dipergunakan sebagai fungsida dalam
mengolah tanah, secara akut zat ini ini tidak begitu tosik dibandingkan PCP,
tetapi dapat bersifat karsinogenik.
5. Fungisida lain adalah senyawa Nheterosiklik tertentu misalnya benomil dan
tiabendazol. Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah sehingga dipergunakan
secara luas dalam pertanian. Heksaklorobenzen dipergunakan sebagai zat
pengolah benih.
d. Rodentisida
1. Warfarin adalah suatu antikoagulan yang bekerja sebagai anti metabolit
vitamin K, dengan demikian menghambat pembentukan protrombin. Bahan
kimia ini telah dipergunakan secara luas karena toksisitasnya rendah.
2. Tiourea misalnya ANTU (a-naftiltiourea) sangat toksik pada tikus tetapi
tidak begitu toksik bagi manusia.
3. Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida, bersifat sangat toksik karena itu
kedua zat ini hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang
mendapat izin. Kedua toksikan ini bekerja menghambat siklus asam sitrat.
4. Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid striknin
perangsang susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mengandung
glikosida skilaren A dan B. Glikosida ini mempunyai efek kardiotonik dan
emesis sentral karena itu zat ini secara relatif tidak beracun bagi sebagian
besar mamalia tetapi sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik antara
lain seng fosfid, talium sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor.
e. Fumigan Sesuai namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan
yang mudah menguap dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat reaksi
kimia. Dalam bentuk gas, zat-zat ini dapat menembus tanah untuk
mengendalikan serangga-serangga, hewan pengerat dan nematoda tanah. Banyak
fumigan misalnya akrilomtril, kloropikrm dan etilen bromida adalah zat kimia
reaktif dan dipergunakan secara luas dalam industri kimia. Beberapa fumigan
bersifat karsinogenik seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen.

14
C. Jalan Masuk Pestisida
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), pernafasan
(inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui
kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada
kulit.
Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida
dan suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka akan
menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang
berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi
sehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan.
Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat atau bahkan kematian jika
tertelan. Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.
Keracunan dan Toksisitas Pestisida Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan
pestisida yang mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain:
a. Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida,
karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani
hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau
takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri.
b. Toksisitas senyawa pestisida. Kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan
dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar
tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 oral yaitu dosis yang
diberikan dalam makanan hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari
hewan-hewan tersebut mati. Toksisitas pestisida secara inhalasi juga dapat
diketahui dari LC 50 yaitu konsentrasi pestisida di udara yang mengakibatkan
50% hewan percobaan mati. Makin rendah nilai LD 50/LC 50 maka makin toksis
pestisida tersebut.
a) Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida. Paparan yang berlangsung
terus-menerus lebih berbahaya daripada paparan yang terputus-purus pada

15
waktu yang sama. Jadi pemaparan yang telah lewat perlu diperhatikan bila
terjadi risiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang
kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.
b) Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan akut atau kronik akibat
kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan
saluran pernafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang terjadi
lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui
saluran pencernaan dan pernafasan.
D. Cara Kerja Peptisida
a. Pestisida Golongan Organoklorin Insektisida organoklorin bekerja dengan
merangsang sistem syaraf dan menyebabkan paratesia, peka terhadap
rangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor dan kejangkejang.
Cara kerja zat ini tidak diketahui secara tepat. Beberapa zat kimia ini bekerja
pada sistem syaraf.
b. Pestisida Golongan Organofosfat dan Karbamat Pestisida golongan organofosfat
dan karbamat memiliki aktivitas antikolinesterase seperti halnya fisostigmin,
neostigmin, piridostigmin, distigmin, ester asam fosfat, ester tiofosfat dan
karbamat.1 ' 6> 7 Cara kerja semua jenis pestisida organofosfat dan karbamat
sama yaitu menghambat penyaluran impuls saraf dengan cara mengikat
kolinesterase, sehingga tidak terjadi hidrolisis asetilkolin.
D. TOKSIKOLOGI INDUSTRI
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu toksikologi yang
mempelajari toksikan di tempat kerja serta efeknya pada pekerja yang terpajan
toksikan di tempat kerja. Secara terminologis, toksikologi industri berarti ilmu tentang
toksikan yang dipakai, diolah, diproses, dan dihasilkan dalam industri.
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu dari toksikologi yang
diterapkan di industri. Toksikologi industri bermanfaat untuk beberapa hal, seperti
 diagnostik dan terapi keracunan;
 perkembangan obat, baik efek maupun efek sampingnya;
 perlindungan konsumen;
 keselamatan dan kesehatan kerja;

16
 faktor penentu keputusan produksi;
 kelestarian lingkungan.
Toksikologi industri sangat dibutuhkan karena pada saat sekarang ini semua
manusia (terutama pekerja) terpaksa hidup berdampingan dengan “racun”
(toksikan), seperti bahan kimia dasar, zat antara, produk akhir, pupuk, pestisida, cat,
sabun, parfum, obat, kosmetik, dan sebagainya. Kita tidak dapat membayangkan
apa yang akan terjadi apabila tidak ada toksikologi, sementara kita terpaksa harus
hidup berdampingan dengan toksikan. Di tempat kerja dibutuhkan peranan dari
ahli toksikologi (toksikolog) industri. Toksikolog industri memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengenal sifat toksik bahan kimia yang ada di tempat kerja.
Toksikologi industri berkompetensi dalam mengkaji dan menilai probabilitas
adanya bahan kimia di lingkungan kerja serta besarnya risiko yang ditimbulkan oleh
bahan kimia tersebut. Ahli toksikologi industri juga memberikan saran dalam
pengendalian risiko.
Berikut ini merupakan ruang lingkup toksikologi industri:
 Terdapatnya toksikan di alam.
 Penggunaan dan manfaat.
 Sifat fisik dan kimia.
 Masuknya ke dalam tubuh dari lingkungan kerja.
 Metabolisme: absorpsi, distribusi, biotransformasi, retensi, dan ekskresi.
 Efek toksik pada manusia atau hewan (dosis dan masa pajanan).
 Pencegahan, berupa Nilai Ambang Batas (NAB) dan Indeks Pajanan Biologik
(IPB).
 Diagnosis/gejala, terapi, serta manajemen kasus kerjacunan.
 Aspek medikolegal.
Keterkaitan bidang toksikologi di tempat kerja ataupun toksikologi industri
dengan bidang keilmuan lainnya, seperti kimia, ilmu kesehatan, kedokteran, higiene
industri, higiene tempat kerja, serta K3, sangat erat serta bersifat dua arah (timbal
balik), antara keilmuan toksikologi dan keilmuan terkait lainnya.

17
Toksikologi okupasi (occupational toxicology) adalah ilmu yang mempelajari
efek merugikan dari suatu bahan yang dapat terjadi selama masa kerja seorang pekerja.
Efek kesehatan yang merugikan ini dapat terjadi pada pekerja, hewan coba, atau
sistem uji lainnya yang digunakan untuk menentukan toksisitas suatu bahan. Istilah
occupational atau okupasi atau tempat kerja sering digunakan secara bergantian
dengan industrial, namun pemahaman toksikologi industri (industrial toxicology)
umumnya memberikan arahan bahwa aplikasinya adalah penggunaan bahan-bahan
kimia di industri, sementara toksikologi okupasi (occupational toxicology) lebih luas
mencakup pelbagai tempat kerja, termasuk industri, perkantoran, pertanian, dan tempat
kerja lainnya (Winder & Stacey, 2005).
Toksikologi industri berkembang semakin pesat salah satunya karena
meningkatnya penggunaan bahan kimia oleh masyarakat. Hal tersebut juga
menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap efek kesehatan yang merugikan dari
bahan-bahan kimia, yang salah satunya dipicu dengan adanya tragedi talidomida
(thalidomide) serta kasus-kasus terjadinya kontaminasi bahan-bahan kimia terhadap
lingkungan.
Masyarakat semakin memahami bahwa pajanan bahan kimia di tempat
kerja dapat mengakibatkan dampak kesehatan yang merugikan baik bagi pekerja
maupun lingkungan. International Agency for Research on Cancer (IARC), salah
satu badan terkenal di dunia yang berfungsi mengevaluasi bahan karsinogen, telah
mengeluarkan daftar bahan-bahan karsinogen yang dinyatakan terbukti (confirm)
mengakibatkan kanker pada manusia (Grup 1 Karsinogen) (Winder & Stacey, 2005).
Toksikologi industri mulai berkembang lebih pesat sejak dimulainya produksi
bahan- bahan kimia organik sintetik yang meningkat secara drastis pada tahun
1940-an, tatkala produksi bahan-bahan kimia organik sintetik ini menghasilkan
produksi jutaan ton bahan kimia. Peningkatan produksi terjadi hingga tahun 1990-an
yang mulai stabil, sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Jika kita amati, terjadi
kenaikan yang sangat pesat pada industri kimia secara keseluruhan sebesar 31%, dan
sektor dengan kenaikan persentase tertinggi adalah industri plastik.
E. TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi lingkungan merupakan studi tentang efek dari polutan terhadap

18
lingkungan hidup serta bagaimana hal itu dapat mempengaruhi ekosistem. Toksikologi
lingkungan merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemaparan yang tidak di
sengaja dalam jaringan Biologi. (Mahluk hidup) dengan zat kimia yang pada dasarnya
merupakan bahan dasar industri (makanan, kosmetika, obat, pestisida, dll) dan penyebab
pencemar lingkungan (udara, air, dan tanah).
Toksikologi lingkungan terutama menyangkut efek berbahaya dari zat kimia baik
secara kebetulan dialami manusia karena zat kimia berada di udara, maupun karena
kontak melalui media air atau udara. Pencemaran yang terjadi di dalam udara, air
maupun tanah dapat di sebabkan oleh sebab toksik zat kimia yang masuk ke dalam
lingkungan.
Racun kimia adalah zat tertentu yang memiliki efek merugikan pada jaringan
manusia, organ, atau proses biologi. Sedangkan toksisitas merujuk pada sifat-sifat zat
kimia yang menggambarkan efek samping yang mungkin dialami manusia akibat kontak
kulit atau mengkonsumsinya. Efek dari toksik pada manusia dapat diklasifikasikan
sebagai efek akut dan efek kronis. Jika ada respon yang cepat dan serius dengan dosis
tinggi tetapi berumur pendek dari racun kimia maka disebut efek akut.
Racun akut akan mengganggu proses fisiologis, yang menyebabkan berbagai gejala
gangguan, dan bahkan menyebabkan kematian jika gangguan tersebut cukup parah. Efek
kronis cenderung menghasilkan racun dengan dosis rendah selama periode yang relatif
lama.
Toksisitas akut relatif mudah untuk mengukur. Efek racun pada toksisitas akut
cukup tinggi pada tingkat fungsi tubuh, bersifat jelas dan cukup konsisten di individu
dan spesies. Untuk bahan kimia yang berbeda, tingkat ini sangat bervariasi.
Di beberapa tingkat hampir semuanya beracun, dan perbedaan antara beracun dan non
beracun adalah pada masalah derajat toksisitasnya. Indeks yang paling banyak
digunakan dalam toksisitas akut yakni LD50, dosis mematikan untuk 50 persen dari
populasi. Dosis umumnya dinyatakan sebagai berat dari kimia per kilogram berat badan.
Nilai LD50 dapat diperoleh dengan memplot jumlah kematian diantara kelompok
percobaan hewan (biasanya tikus) pada berbagai tingkat paparan bahan kimia dan
interpolasi kurva dosis-respons yang dihasilkan untuk dosis di mana setengah hewan
mati.

19
F. TOKSIKOLOGI KECELAKAAN
Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada
berbagai kasus dan permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan
kimia yang dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal serta untuk menjadi bukti
dalam pengadilan. Metode-metode yang dapat digunakan dalam toksikolgi forensik ini
terus berkembang di berbagai belahan dunia. Penemuan-penemuan baru mengenai obat-
obatan klinis dan cara uji laboratoris sangat membantu dalam penggunaan metode
tertentu, alat-alat yang diperlukan, serta interpretasi hasil dari pengujian sampel.
Menurut Society of Forensic Toxicologist, Inc. (SOFT), bidang kerja toksikologi
forensik meliputi:
1. analisis dan evaluasi racun penyebab kematian
2. analisis ada/tidaknya kandungan alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau
nafas yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan
mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan serta
penggunaan dopping)
3. analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan obat terlarang lainnya.
Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah dapat membuat suatu rekaan
rekonstruksi suatu peristiwa yang telah terjadi, sampai mana obat tersebut telah dapat
mengakibatkan suatu perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai, yang
dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan).
Berikut ini adalah gambaran kasus-kasus yang umumnya di negara maju memerlukan
pemeriksaan toksikologi forensik, meliputi tiga kelompok besar yaitu:
a) Kematian akibat keracunan, yang meliputi: kematian mendadak, kematian di
penjara, kematian pada kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan oleh efek
samping obat atau kesalahan penanganan medis
b) Kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat mengancam keselamatan nyawa
sendiri ataupun orang lain, yang umumnya diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan,
alkohol, atau pun narkoba

20
c) Penyalahgunaan narkoba dan kasus-kasus keracunan yang terkait dengan akibat
pemakaian obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya kimia
lainnya, yang tidak memenuhi standar kesehatan (kasus-kasus forensik farmasi).

Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk kedalam tubuh dalam
jumlah tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik secara kimia mauppun fisiologis
sehingga menyebabkan sakit ataupun kematian. Untuk kepentingan di bidang forensik,
racun dibagi berdasarkan sifat kimia, fisik serta pengaruhnya terhadap tubuh manusia,
yaitu:

1. Racun Anorganik.
a) Racun Korosif
b) Racun Metalik dan non-metalik
2. Racun Organik
a) Racun Volatil
b) Racun non Volatil dan non alkaloid
3. Racun Gas
4. Racun lain–lain
a) Racun makanan
b) Racun binatang
c) Racun tumbuh–tumbuhan
d) Dan lain–lain
A. Racun Korosif
Terdiri atas racun yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel–sel yang
terkena akibat efek lokal. Pada itngkat yang lebih ringan dapat terjadi iritasi atau
keradangan. Beberapa racun korosif juga memberikan efek sistemik dan diabsorpsi
ke dalam peredaran darah sehingga menyebabkan efek umum. Pembagian racun
korosif:
1. Acid Corrosif
a. Mineral Acid (Asam sulfat, asam khlorida dan asam sitrat)
b. Asam Organik (asam oksalat, asetat, asam formiat)
c. Halogenida (klorin, bromin, iodin, flourin)

21
d. Corrosive Mineral Salt
2. Alkaline Corrosive
3. Organic Corrosive
a) Phenol group (Methyl Phenol, dihydroxibenzene, guiaacol, pyrogallol)
b) Formaldehyde
B. Racun Metalik
Terdiri atas semua racun yang mempunyai elemen logam dalam molekulnya.
Bebrapa perkelcualian, beberapa logam seperti arsenikum, merkuri, ataupun timah
hitam jarang toksisi bila berada dalam bentuk logam murninya, kecuali bentuk
senyawa kimianya akan toksis. Banyak senyawa–senyawa logam ini mempunyai
daya korosif dan efek lokal yang cukup hebat.
Senyawa–senyawa dari logam dapat terdir dari kombinasi asam kuat dengan
logam alkali lemah seperti: seng sulfat atau cupri sulfat yang akan menunjukkan efek
korosif. Juga dapat dibentuk dari logam basa kuat dengan gugus asam lemah seperti
kalium carbonat, sautu garam dengan daya kerja sebagai racun korosif biasa.
Efek utama racun metalik setelah absorbsi terjai adalah pada parenkim terutama
organ viseral. Namun, beberapa racun logam lain seperti senyawa radio aktif jarang
menyababkan gangguan pada site of absorption, tetapi akan memeberikan efek pada
jaringan tempat diakumulasikan seperti tulang dan sum–sum tulang.
G. TOKSIKOLOGI RADIASI
Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam
semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai
paparan radiasi yang berbeda-beda. Disadari ataupun tanpa disadari ternyata disekitar
kita baik dirumah, di kantor, di pasar, di lapangan, maupun di tempat-tempat umum
lainnya ternyata banyak sekali radiasi. Yang perlu diketahui selanjutnya adalah sejauh
mana radiasi tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan kita.Aplikasi teknik
nuklir dalam berbagai bidang kegiatan, di samping memberikan manfaat dapat pula
memberikan ancaman bahaya radiasi.
Selama menjalankan tugasnya, dalam pemanfaatan teknik nuklir, faktor
keselamatan manusia harus mendapatkan prioritas utama. Pemanfaatannya akan lebih
sempurna jika faktor kerugian yang mungkin timbul dapat ditekan serendah mungkin

22
atau dapat dihilangkan sama sekali. Ada berbagai jenis radiasi pengion yang berpotensi
memberikan efek merugikan terhadap tubuh manusia.
Efek merugikan tersebut dapat muncul apabila tubuh manusia mendapatkan
paparan radiasi dengan dosis yang berlebihan. Adapun jenis radiasi pengion adalah
radiasi α, β, γ dan sinar –x. Daya ionisasi pada radiasi α lebih tinggi dibanding dengan
radiasi β, γ dan sinar – x. Jika ditinjau dari daya tembusnya, radiasi γ dan sinar – x
mempunyai daya tembus yang lebih tinggi dibanding radiasi β dan α (Burnham, J.U.
1992).
Dalam setiap pemanfaatan radiasi pengion harus diusahakan agar penerimaan dosis
radiasi oleh pekerja selalu serendah mungkin sehingga nilai batas dosis yang telah
ditetapkan tidak terlampaui. Radiasi yang dipancarkan alam dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis yaitu:
1. Radiasi kosmis
2. Radiasi terestrial
3. Radiasi internal

Radiasi kosmik berasal dari sumber radiasi yang berada pada benda langit dalam tata
surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (sinar kosmis); dan sumber radiasi yang
berasal dari unsur radioaktif di dalam kerak bumi yang terbentuk sejak terjadinya
bumi.Radiasi internal adalah radiasi yang diterima oleh manusia dari dalam tubuh
manusia sendiri, dalam hal ini sumber radiasi masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan, minuman atau udara (Adinugraha, 2009).

Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi
menghasilkan tritium, berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari
guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan
ketinggian. Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub
menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di
lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit
lapisan udara yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di
puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan
laut(Adinugraha, 2009).

23
Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah Kalium-40, Rubidium-
87, unsur turunan dari Uranium-238 dan turunan Thorium-232. Besarnya radiasi dari
kerak bumi ini berbeda-beda karena konsentrasi unsur-unsur di tiap lokasi berbeda,
tetapi biasanya tidak terlalu berbeda jauh. Penelitian di Perancis, Jerman, Italia, Jepang
dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira 95 persen populasi tinggal di daerah
dengan tingkat radiasi rerata dari bumi antara 0,3–0,6 milisievert per tahun (bandingkan:
nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 milisievert per tahun, untuk masyarakat umum
5 milisievert per tahun).

Sekitar tiga persen populasi dunia menerima dosis 1 milisievert per tahun atau lebih.
Menurut perhitungan UNSCEAR, penduduk bumi menerima radiasi dari kerak bumi ini
kira-kira 350 mikorosievert per tahun (Lilley, J.S., 2001).Manusia juga menerima
pancaran radiasi dari dalam tubuhnya sendiri. Unsur radioaktif ini kebanyakan berasal
dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang diminum
ataupun makanan. Unsur yang meradiasi manusia dari dalam ini kebanyakan berupa
tritium, Carbon-14, Kalium 40, Timah Hitam (Pb-210) dan Polonium-210. Radiasi
internal ini umumnya merupakan 11% total radiasi yang diterima seseorang (Lilley, J.S.,
2001).

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan


bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan data atau metode tertentu
sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor
maupun raster (http//www.pengertian pemetaan.html).Tanah sebagai salah satu unsur
utama dari ekosistem mempunyai peran ganda sebagai media produksi pangan dan
sandang serta obat-obatan juga sebagai penyangga utama terciptanya lingkungan yang
sehat serta berperan dalammenjaga keragaman biodiversity. Tanah yang merupakan
tubuh alam yang dihasilkan dari berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda
dari satu tempat ke tempat lainya dan dengan demikian akan memerlukan mananjemen
berbeda pula untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut.

Tanah adalah campuran bagian - bagian batuan dengan material serta bahan
organik yang merupakan sisa kehidupan yang timbul pada permukaan bumi akibat erosi
dan pelapukan karena proses waktu.. Tanah lapisan atas, merupakan lapisan yang

24
terbentuk dari hasilpelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.
Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Tanah menyediakan unsur-unsur hara
sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhan. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar
tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Sering kali kita mendengar adanya gerakan air dalam tanah misalnya gerakan air dari
tanah yang masuk ke dalam akar tanaman dan tekanan air dari bendungan adalah contoh
dari air berenergi tinggi ke daerah air berenergi rendah. Dengan demikian, perlu
diketahui tenaga yang menentukan keadaan fisik atau kandungan energi air agar dapat
dipahami perilaku air dalam tanah dan tumbuhan.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek
berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sitem biologik
lainnya.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan
satu zat kimia dengan lainnya, adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih
toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika
pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang
dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya.
Teksikologi bahan makanan adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian
lain yaitu semua subtansi yang digunakan dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk
sampingan yang masuk ke lingkungan dan punya kemampuan untuk menimbulkan pengaruh
negative bagi manusia. Toksikologi bahan makanan merupakan ilmu yang mempelajari
pengaruh buruk makanan bagi manusia.
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis hama
yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai vektor
penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria,
onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Insektisida
membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini. Serangga juga dapat merusak
berbagai tumbuhan dan hasil panen.
Toksikologi lingkungan merupakan studi tentang efek dari polutan terhadap lingkungan
hidup serta bagaimana hal itu dapat mempengaruhi ekosistem. Toksikologi lingkungan
merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemaparan yang tidak di sengaja dalam
jaringan Biologi.
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu toksikologi yang mempelajari
toksikan di tempat kerja serta efeknya pada pekerja yang terpajan toksikan di tempat kerja.
Secara terminologis, toksikologi industri berarti ilmu tentang toksikan yang dipakai, diolah,
diproses, dan dihasilkan dalam industri.

26
B. SARAN
Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca
khususnya mahasiswa POLTEKKES KEMENKES KALTIM dapat mengetahui materi
tentang KONSEP DASAR TOKSIKOLOGI. Saya sadar bahwa makalah saya ini kurang
dari kata sempurna maka dari itu saya memohon kepada bapak/ibu dosen dan teman-teman
sekalian jika terdapat kesalahan dalam makalah, saya sangat menerima kritik tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Daftar-isi-
ToksiologiLingkungan_k1_restu.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/282233-analisis-toksikologi-forensik-dan-interp-
9c277e7e.pdf
https://id.scribd.com/document/511854385/toksikologi-obat
https://pdfcoffee.com/toksikologi-bahan-makanan-pdf-free.html

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/815/1660

https://www.fkm.ui.ac.id/wp-content/uploads/2021/files/Buku_Toksikologi_Industri.pdf

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai