TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Dosen pengampu:
Ns Rahmawati Sofiah SST.M.Pd
Disusun oleh:
1. Elya Meitasya Purwanto
(NIM:P07220121061)
2. Muhammad Rizki Padhilah
(NIM: P07220121073)
Table of Contents
01 02 03
Pengelolaan klien
Konsep trauma
Dislokasi fraktur
muskuloskeletal
04 05
Penatalaksanaa Survai sekunder
kedaruratan
00
Pengantar
• Kegawatdaruratan trauma muskuloskeletal
adalah suatu kondisi yang mengubah
fungsi dan susunan otot, tendon, ligament,
atau tulang menjadi tidak stabil. Masalah
dari musculoskeletal harus diatasi ketika
masalah jalan napas, pernapasan, tulang
belakang, sirkulasi pasien telah
distabilisasi.
Konsep trauma
01 muskuloskeletal
Fraktur
Fraktur crusis adalah terputusnya kontinuitas tulang
yang terjadi pada tibia dan fibula karena stress yang
berlebih sehingga tidak bisa diabsorbsi tulang. (Brunner
& Suddart, 2000)
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yg
biasanya disebabkan adanya kekerasan yang timbul
secara mendadak .fraktur dapat terjadi akibat trauma
langsung maupun trauma tidak langsung .gambaran
klinis fraktur meliputi nyeri diatas atau dekat tulang
yang fraktur pembengkakkan ( dari darah ,limfedan
eksudat menginfiltrasi jaringan dan gangguan
sirkulasi .klien dikaji pula terhadap adanya
ekimosis ,nyeri tekan dan krepitasi
02 Dislokasi
Dislokasi menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Dislo- kasi mudah
dikenali karena adanya perubahan dari anatomi yang normal. Dislokasi sendi
umumnya tidak jiwa, tetapi memerlukan tindakan darurat karena apabila tidak
dilakukan tindakan secepatnya, akan menyebabkan gangguan pada daerah
distal yang mengalami dislokasi Sangat sulit diketahui apakah fraktur disertai
dengan dislo kasi/tidak, maka sangat penting untuk mengetahui denyut nadi,
gerakan dan adanya gangguan persarafan distal dari dislokasi.
03 Pengelolaan klien fraktur
• 1. Tahap Pra-RS
• Koordinasi yang baik antara dokter di RS dengan petu- gas lapangan akan
menguntungkan klien. Sebaiknya RS sudah diberitahukan sebelum klien diangkat dari
tempat kejadian. Yang harus diperhatikan adalah menjaga airway, breating, kontrol
perdarahan dan syok, imobi lisasi klien dan pengiriman ke RS terdekat yang cocok,
sebaiknya ke pusat trauma. Harus diusahakan untuk mengurangi waktu tanggap
(respons time). Jangan sampai terjadi bahwa semakin tinggi tingkatan paramedik
sema- kin lama klien berada di TKP.
• 2. Fase RS Saat klien berada di RS segera dilakukan survai primer dan selanjutnya
lakukan resusitasi dengan cepat dan tepat.
03 Survai Primer Pada Klien Fraktur
• Survai Airway (A)
Penilai kelancaran airway pada klien yang mengalami fraktur, meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur wajah, fraktur mandibula
atau maksila, fraktur laring atau trachea. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
melindungi verte- bra servikal karena kemungkinan patahnya tulang servikal. harus selalu
diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilaku- kan chin lift, tetapi tidak boleh mengakibatkan
hiperek- tensi leher.
Breathing (B)
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas
mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi
yang baik meliputi fungsi yang baik dari yang baik. paru, dinding dada dan diafragma. Dada
klien harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi dilaku-kan untuk
memastikan masukknya udara ke dalam paru.
03 Survai Primer Pada Klien Fraktur
• Circulation (C)
Kontrol perdarahan vena dengan menekan langsung sisi area perdarahan bersamaan dengan
tekanan jari pada arteri paling dekat dengan area perdarahan. Curigai hemoragi internal
(pleural, pericardial, atau abdomen) pada kejadian syok lanjut dan adanya cedera pada dada
dan abdomen. Atasi syok, dimana klien dengan fraktur biasanya mengalami kehilangan darah.
Kaji tanda-tanda syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi halus.
Harus tetap diingat bahwa banyaknya darah yang hilang berkai- tan dengan fraktur fémur dan
pelvis. Pertahankan teka- nan darah dengan infus IV, plasma atau plasma ekspander sesuai
indikasi. Berikan tranfusi darah untuk terapi kompo- nen darah sesuai ketentuan setelah
tersedia darah.dalam paru.
Disability/ Evaluasi (D)
Menjelang akhir survai primer dievaluasi keadaan neuro- logis secara cepat, yang dinilai
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. GCS (glasgow Coma Scale) adalah sistem
skoring yang sederhana dan dapat meramal tingkat kesadaran klien. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigen atau dan penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
perlukaan pada otak.
03 Survai Primer Pada Klien Fraktur
1. Kaji Riwayat Trauma Sangat penting untuk mengetahui riwayat trauma, karena penampilan luka
terkadang tidak sesuai dengan parahnya cidera, Jika ada saksi seseorang dapat mence- ritakan
kejadiannya sementara petugas melakukan penelitian seluruh badan klien. Pada klien yang gelisah
usahakan mendapatkan data riwayat trauma, karena riwayat trauma ini menjadi sangat penting pada
trauma ekstremitas, pada beberapa mekanisme yang menyebab- kan penting pada trauma ekstremitas
tidak terlihat pada saat pemeriksaan awal.
Jika penolong cukup banyak, anamesa dapat dilakukan bersamaan dengan primary survey. Apabila
penolong terbatas tidak dianjurkan untuk melakukan anamesa sebelum penolong memeriksa adanya
gangguan airway, breathing, dan sirkulasi serta mengatasinya.Pada saat pengkajian Trauma harus
diperjelas: Kapan terjadinya trauma, Trauma berada dibagian mana, Jenis trauma, Arah trauma, Berat
ringanya trauma, dan ekstremitas yang bersangkutan atau bagian tubuh pasien yang terkena
trauma.Kemudian periksa kembali bagian trauma ditempat lain secara sistemik mulai dari kepala, muka,
leher, dada dan perut.
a. Cedera dibagian kaki pada saat jatuh dari ketinggian sehingga menyebabkan fraktur lumbal.
b. Cedera dibagian lutut pada saat posisi duduk dapat disertai cedera dibagian sendi panggul
begitupun sebaliknya.
d. Cedera dibagian bahu harus dilakukan dengan teliti karena cedera dibagian ini dapat
menyebabkan cedera pada bagian leher dan dada.
e. Biasanya ketika penderita mengalami fraktur pelvis, maka penderita akan mengalami kehilangan
banyak darah dan ketika didiagnosis penolong harus memikirkan kemungkinan terjadinya syok dan
pemberian terapi yang tepat untuk diberikan.
2. Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki secara sistematis, inspeksi
adanya laserasi, bengkak dan deformitas.
sering disertai dengan trauma pada lumbal b. Trauma pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk
dapat disertai dengan trauma panggul. c. Trauma pada lengan sering menyebabkan trauma pada siku,
sehingga lengan dan siku harus dievaluasi bersamaan.
Thanks!