Anda di halaman 1dari 17

INITIAL

ASESSMENT
Dosen pengajar:
Jagentar Pane parlindungan S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELOMPOK 1
Monica gabriella 032020007
Ayu selvi yanti gulo 032020020
Romiani naibaho 032020024
Sisilia 032020090
Rut cahyani zebua 032020094
Debby hutasoit 032020097
Initial
Asessment???
Initial assessment merupakan suatu siklus penilaian yang dilakukan dengan cepat
untuk menangani pasien gawat dan kritis yang diikuti dengan tindakan
resusitasi. Pengkajian ini dilakukan untuk menemukan dengan segera kondisi pasien
yang mengancam nyawa.
Dalam penilaian initial assessment ada 5 komponen yang harus dinilai, yaitu Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Exposure atau lebih dikenal ABCDE.  Tujuan dari
penilaian ABCDE adalah memberikan pengobatan yang menyelamatkan jiwa,
mengelompokan tingkat keparahan pasien sehingga bisa ditangani secara efektif dan
efisien.
Kegiatan dari initial Asessment yaitu:
1. Persiapan (pre hospital & in hospital)

2. Triage

3. Primary survey (A, B, C, D, E)

4. Resusitasi

5. Secondary survey (Pemeriksaan fisik, Anamnesis dan pemeriksa penunjang)

6. Pemantauan/ Re evaluasi

7. Penanganan definitif
A. TAHAP PENGELOLAAN PASIEN GAWAT
DARURAT

1. Tahap Pre- Hospital 2. Tahap in Hospital


Tahap ini merupakan suatu keadaan seluruh Tahap ini merupakan suatu keadaan dilakukan
kejadian di masyarakat, idelanya berlangsung persiapan untuk menerima pasien hawat darurat
dalam koordinasi dengan tenaga Kesehatan di dirumah sakit sehingga dapat dilakukan resusitasi
rumah sakit dalam waktu yang cepat.

PRINSIP: DO NOT FURTHER HARM (JANGAN LEBIH


LANJUT MERUGIKAN PASIEN)
2. TRIAGE

Defenisi Triase: Tujuan Triase:

Triase adalah isitilah untuk 1. Meminimalisasi terjadinya


menggolongkan pasien cedera dan jegagalan selama
berdasarkan berat cedera proses penyelamatan pasien
untuk menentukan jenis 2. Memprioritaskan pasien
perawatan berdasarkan berdasarkan kondisi
tingkat kegawatdaruratan kekuatan atau daya tahan
trauma, penyakit dan cedera tubuh pasien
Klasifikasi triase 2. Klasifikasi
tingkat prioritas
1. Klasifikasi
kegawatan Triase

 P1: Gawat darurat


(contoh: pasien
penurunan kesadaran)
 P2: Gawat tidak darurat
(contohn: kanker)
 P3: darurat tidak gawat
(contoh: diare)
 P4: tidak gawat tidak
darurat (contoh: batuk
pilek)
3. Primary survey
Survey primer atau biasa disebut dengan primary survei adalah suatu proses melakukan penialian keadaan pasien
gawat darurat dengan menggunakan prioritas A,B,C,D,E untuk menentukan kondisi patofisiologis pasien dan
pertolongan yang dibutuhkan dalam waktu emasnya. Pada pasien gawat darurat, prioritas terapi diberikan
berurutan, berdasarkan penilaian:

A: Airway. Dengan control servikal

B: Breathing. Menjaga pernapasan dengan ventilasi

C: Circulation. Dengan control pendarahan

D: Disability: status Neurologis

E: Exposure/ environment control


A. Airway dengan control servikal
Tanda-tanda cedera cervikal:
Prioritas utama dalam penilaian airway adalah
kepatenan jalan nafas, intervensi yang dilakukan adalah a. Trauma kepala dengan penurunan kesadaran
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas b. Adanya jejas/ luka karena trauma tumpul
diatas klavikula
c. Setiap multi-trauma (trauma pada 2 regio atau
lebih)
d. Biomekanik trauma mendukung

Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi


vertebra servikal karena kemungkinan cidera atau
patahnya tulang servikal harus selalu dipertimbangkan.
Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw
thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,
harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi,
fleksi atau rotasi dari leher.
Untuk melihat ventilasi pada pasien gawat
B. BREATHING DAN VENTILASI darurat , maka penilaian pasien:
1) Khusus bagian dada pasien harus dibuka untuk
melihat irama pernafasannya.
Keadaan masuk dan keluarnya udara 2) Lakukan auskultasi untuk memastikan masuknya
dari udara bebas kedalam paru-paru atau udara ke dalam paru.
3) Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara
sebaliknya disebut ventilasi. Untuk atau darah dalam rongga pleura.
terjadinya ventilasi yang baik memerlukan 4) Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan
kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan ventilasi
diafragma.

keadaan mengancam nyawa yang dapat terjadi


Langkah yang dilakukan untuk pengkajian
akibat trauma toraks:
awal breathing diantaranya adalah:
1. Tension pneumothorax 2. Flail chest
 Menghitung frekuensi nafas
3. Open pneumothorax 4. Hemothorax masif
 Mengkaji pola nafas pasien
5. Tamponade jantung
 Mengukur kadar saturasi oksigen pasien
C. CIRCULATION DENGAN KONTROL
PENDARAHAN
Sumber perdarahan dapat terjadi:
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah
yang mungkin dapat diatasi dengan tampon yang cepat dan  Eksternal, terlihat jelas ada darah
tepat di tumah sakit. Bila terjadi keadaan hipotensi harus
dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti  Internal, tidak terlihat ada noda darah.
selanjutnya. Ada tiga hal yang harus diobervasi dalam
hitungan detik, observasi ini dapat memberikan informasi  Perdarahan di rongga tubuh seperti: rongga
mengenai keadaan hemodinamik. Observasi itu mencakup thoraks, rongga abdomen, rongga pelvis pada
tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi
fraktur pelvis, rongga femur pada fraktur femur
atau fraktur tulang Panjang.
Perdarahan pada arteri luar harus dilakukan
penatalaksaan pada survey primer. Perdarahan
eksternal dihentikan dnegan melakukan balut tekan Keadaan syok dapat dikenali dari : 1. Nadi teraba
pada daerah luka. Spalk udara (airsplint) juga bisa lemah dan cepat, 2. Akral dingin, 3. Nafas cepat, 4.
Kesadaran mulai menurun 5. Tekanan darah turun
digunakan untuk mengontrol perdarahan. Perdarahan
eksternal “Jangan Dijahit Dulu !!!”
D. DISABILITY/ EVALUASI E. EXPOSURE/ ENVIRONMENT
NEUROLIGI
Pada saat survey primer akan selesai, lakukan Untuk mengetahui adanya kemungkinan cedera
yang lain, pakaian pasien perlu dibuka
pemeriksaan status neurologi secara cepat. seluruhnya. Membuka pakaian pasien tidak
Pemeriksaan status neurologi meliputi : boleh terlalu banyak menggerakkan pasien.
Membuka pakaian pasien bisa menggunting
-Tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,tanda celana pasien sesuai dengan alur jahitan,
dengan demikian juga pakaian atas. Namun
lateralisi dan tingkat cedera spinal perlu diperhatikan saat pakaaian pasien sudah
terbuka semua, pasien harus tetap dijaga dalam
Pemeriksaan ini bisa menggunakan Glassglow kondisi hangat, yaitu dengan menyelimuti
Coma Scale (GCS). GCS merupakn system skoring pasien untuk mencegah hiportermi

sederhana dan dapat meraamal kesudahan (outcome)


pasien. Penurunan kesadaran dapat disebabkan
karena suplai oksigen ke otak berkurang atau
penurunan perfusi keotak atau dapat juga karena
trauma langsung keotak.
4. RESUSITASI
AIRWAY Airway harus dijaga dan dipertahankan dengan baik, khususnya pada pasien gawat
darurat tidak sadar. Jaw thrust atau chin lift dapat dipakai dalam beberapa kasus pada
pasien gawat darurat yang masih sadar dapat dipakai nasopharyngeal airway. Bila pasien
gawat darurat tidak sadar dan tidak ada reflex vagal (gag reflex) dapat dipakai
oropharyngeal airway (OPA).
BREATHING Ventilasi akan terganggu bila ada tension pneumothorax. Bila dicurigai ada tension
pneumothorax maka harus segera dilakukan dekompresi. Dekompresi dilakukan dengan cara
menusuk rongga thorax dengan jarum besar, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan chest
tube, berikan oksigen, pemasangan pulse oksimetri, Lakukan pengkajian dengan pemeriksaan
fisik (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi). Untuk mengetahui penyebab sesak nafas. Lakukan
intervensi sesuai penyebabnya, Oleh karena itu seorang perawat gawaat darurat harus terlatih
dalam melakukan pemeriksaan fisik

CIRCULATI Bila ada gangguan sirkulasi harus dipasang sedikinya dua jalur (IV line/intravena line). Kateter
ON IV yang dipakai harus ukuran besar. Setelah kateter IV terpasang dan sebelum cairan infus
diberikan, ambil contoh darah terlebih dahulu. Pemeriksaan golongan darah, resus dan darah
rutin perlu dilakukan. Jika suatu waktu pasien perlu dilakukan tranfusi maka sudah tahu
golongan darah.
TAMBAHAN PADA SURVEY PRIMER DAN
RESUSITASI
1. Pemasangan kateter urin (Pada saat pemasangan kateter urin jangan lupa mengambil sampel urin untuk dilakukan
pemeriksaan rutin. Pemantauan produksi urine sangat penting dilakukan pada pasien yang sedang dilakukan resusitasi
cairan untuk menilai fungsi ginjal dan hemodinamik pasien).

2. Kateter lambung (gastric tube). Bila dari hasil pemeriksaan secara singkat ditemukan adanya distensi abdomen,
maka resiko terjadinya muntah cukup besar. Pemasangan kateter lambung bertujuan untuk mengurangi distensi
lambung dan mengurangi resiko muntah.

4. Monitor EKG (Difasilitas layanan kesehatan yang memiliki monitor jantung sebaiknya pasien dipasang monitor
jantung. Hal ini dapat membantu perawat dalam melakukan pemeriksaan pasien dan dapat melihat kondisi irama dan
denyut pasien. Sehingga bila sewaktu waktu kondisi cardiac ace arrest atau kegawat yang lain dapat segera diketahui
dan dilakukan tindakan selanjutnya)
5. SURVEY SEKUNDER
(SECONDARY SURVEY)
Survey sekunder dikerjakan untuk memeriksa lebih lanjut dan lebih teliti semua bagan tubuh pasien, bagian depan dan
bagian belakang. Tujuan survey sekunder untuk mencari cidera tambahan yang mungkin belum ditemukan saat survey
primer. Minimal ada 4 kelainan atau cidera yang harus di temukan pada survey sekunder yaitu “ deformity , open injury,
tenderness, swelling (D-O-T-S). Survey sekunder dilakukan hanya setelah survey primer selesai di kerjakan, resusitasi
telah selesai dilakukan dan pasien gawat darurat telah stabil.

Adapun yang termasuk dalam survey sekunder yaitu:

1. pemeriksaan fisik
A. Pemeriksaan kepala E. Pemeriksaan maksilo facial
B. Pemeriksaan vertebra servikalis F. Pemeriksaan toraks,
C. Pemeriksaan abdomen G. pemeriksaaan muskuloskletal dan
D. Pemeriksaan spinal
2. Anamnesis

Perlu dilakukan anamnesisi yang lengkap mengenai Riwayat trauma. Riwayat “AMPLE” perlu diingat :

A : allergic
M :Medication (obat yang sedang diminum)
P : Past illness (penyakit penyerta) / pregnancy (kehamilan)
L : Last meal
E : event / environtment (lingkungan)

 3. Pemeriksaan penunjang

 Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan

 Radiologi : rontgen, CT Scan, MRI, USG pemeriksaan ini dilakukan setelah pasien dinyatakan stabil
untuk menunjang diagnosa pada pasien.
Jika ada salah
mohon di maafkan
dan jika ada
sayang mohon di
ungkapkan……

TERIMAKASIH
Your best quote that reflects your
approach… “It’s one small step for
man, one giant leap for mankind.”

- NEIL ARMSTRONG

Anda mungkin juga menyukai